Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang berakibat buruk terhadap
paru-paru disebabkan oleh virus bakteri jamur.Infeksi ini umumnya tersebar
dari seseorang yang terpapar dilingkungan yang terdapat tempat tinggal atau
melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang terinfeksi, biasanya
melalui tangan atau menghirup tetesan air diudara (droplet) akibat batuk atau
bersin (Nikmah, 2018).
Pneumonia adalah peradaangan parenkim paru yang disebabkan olehh
mikroorganisme seperti bakteri, virus, amur, parasite.Pneumonia juga
disebabkan oleh bahan kimia dan papaaran fisik seperti suhu atau radiasi
(Djojodibroto, 2019).
Pneumonia merupakan infeksi pada pru ang bersifat akut.Penyebabnya adalah
bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa
juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya (Wahyuningsih, 2020).

B. ETIOLOGI
Menurut Nurarif & Kusuma (2019) penyebaran infeksi terjadi melalui droplet
dan sering disebabkan oleh Streptococcus pneumonie, melalui selang infus
oleh staphylococcusureus, sedangkan pada pemakaian ventilator disebabkan
oleh pseuodomonas aeruginosa dan enterobacter.Pada masa kini biasanya
terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit
kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik, yang tidak tepat.Setelah
masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah berhasil mengalahkan
mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.

C. KASIFIKASI PNEUMONIA
Klasifikasi pneumonia dapat berdasarkan: anatominya, etiologinya, gejala
kliniknya ataupun menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi anatominya,
pneumonia dapat terbatas pada segmen, lobus, atau menyebar (diffuse).Jika
hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus dan
bronkiolus sehingga sering disebut sebagai bronkopneumonia.
Mikroorganisme yang ditemui dari hasil isolasi spesimen sputum tidak selalu
berarti bahwa spesies yang ditemukan adalah penyebab pneumonianya,
terutama jika ditemukan E. coli atau H. Influenzae.Kuman komensal saluran
pernapasan bagian atas kadang-kadang dapat menyebabkan pneumonia karena
sifatnya telah berubah menjadi patogen.Dapat juga terjadi pneumonia yang
mempunyai etiologi bakteri multipel (Djojodibroto, 2019).

D. PATOFISIOLOGIS
Menurut Muttaqin (2019) proses perjalanan penyakit dimulai dari adanya
beberapa faktor yang menyebabkan aspirasi berulangdiantaranya: obstruksi
mekanik saluran pernafasan karena aspirasibekuan darah, pus, makanan dan
tumor bronkus. Adanya sumberinfeksi, daya tahan saluran pernafasan yang
terganggu, sehingga menimbulkan tanda dan gejala seperti edema
trakeal/faringeal, peningkatan produksi sekret sehingga menimbulkan batuk
produktifefektif.Dari tanda dan gejala tersebut maka muncul masala
keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

E. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Suriadi dan Yuliani (2019) tanda dan gejala penyakit penoumonia
sebagai berikut :
1. Pneumonia virus
Demam tinggi, batuk parah, malaise, sedangkan batuk biasanya bersifat
tidak produktif pada awal penyakit, sedikit mengi ataukrekles terdengar
pada auskultasi.
2. Pneumonia bacterial
Demam, malaise, pernafasancepatdan dangkal, batuk, nyeri dada sering
diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar keabdomen dan
menggigil.
3. Pneumonia aptical
Demam, menggil, sakit kepala, malaise, anoreksia, myalgia diikuti dengan
rhinitis, sakit tenggorokan, batuk kering keras, padaawalnya batuk tidak
produktif, kemudian bersputum seremukoid, sampai mukopulen atau
bercak darah, krekles dan krepitasi halus diberbagai area paru.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk mendiagnosa penyakit secara lebih tepat maka diperlukanpemeriksaan
penunjang. (Muttaqin,2019)Foto thoraks sebaiknya dibuat posterior anterior
dan lateral untuk melihat keberadaan konsolidasi rotrokardial sehingga lebih
mudah untuk menentukan lobus yang terkena. Densitasnya bergantung pada
intensitas eksudat dan hampir selalu adabronhogram pada masa akut, biasanya
tidak ada pengecilan lobus Yang terkena sedangkan pada masa resolusi
mungkin ada atelektasis sebabeksudat menyebabkan obstruksi. Gambaran
konsolidasi tidak selalu mengisi seluruh lobus karena mulaidari perifer
gambar kosolidasi hampir selalu berbatasan denganpermukaan pleura viselaris
maka dari itu dapat mudah dilihat denganfoto lateral.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Muttaqin (2019) Penatalaksanaan penyakit pneumonia sebagai
berikut:
1. Posisikan klien semi fowler dengan sudut 45o
2. Pemberian O2 yang adekuat
3. Pemberian IV line untuk hidrasi tubuh secara umum
4. Pemberian antibiotik terpilih

H. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian Menurut Muttaqin (2019) fokus pengkajian pada Pneumonia
berdasarkan sistem tubuh manusia adalah :
1. B1 Breathing/ Sistem Pernafasan
a. Inspeksi : Sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan menggunakan
otot bantu pernafasan.
b. Palpasi : Vokal fremitus menurun
c. Perkusi : Bunyi pekak
d. Auskultasi : Suara nafas ronkhi
2. B2 Blood/ Sistem Kardiovaskuler
a. Inspeksi : Adanya paru dan kelemahan fisik
b. Palpasi : Denyut nadi perifer melemah
c. Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran
d. Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal
3. B3 Brain/ Sistem persarafan
Kesadaran biasanya compos mentis, adanya sianosis perifer apabila
gangguan perfusi jaringan berat
4. B4 Bladder/ Sistem perkemihan
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Klien
diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna jingga pekat dan
berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai eksresi
karena meminum OAT terutama Rifampisin.
5. B5 Bowel/ Sistem pencernaan & Eliminasi
Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan
penurunan berat badan.
6. B6 Bone/ Sistem integument
Gejala yang muncul antara lain yaitu kelemahan, kelelahan, insomnia, pola
hidup menetap, dan jadwal olahraga tidak teratur.

I. RIWAYAT KEPERAWATAN
Pengkajian riwayat keperawatan pada pasien dengan kebutuhan oksigen
meliputi : Ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan seperti sinusitis,
kondisi akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, influenza, dan keadaan
lain yang menyebabkan gangguan pernafasan. Hal–hal yang harus
diperhatikan yaitu keadaan infeksi kronis dari hidung, nyeri pada sinus, otitis
media, nyeri tenggorokan, suhu tubuh meningkat hingga 38,5 derajat celsius,
nyeri kepala, lemah, dan adanya edema.

J. PENGKAJIAN FISIK
1. Inspeksi : Apakah nafas spontan melalui nasal, oral dan selang endotrakeal
atau tracheostomi, serta kebersihan dan adanya sekret, pendarahan, edema,
dan obstruksi mekanik. Kemudian menghitung frekuensi pernafasan dan
apakah pernafasan bradipnea, takhipnea. Apakah sifat pernafasan
abdominal dan torakal, kemudian irama pernafasan apakah ada
perbandingan antara inspirasi dan ekspirasi, pernafasan teratur atau tidak
dan pernafasan cheyne stokes.
2. Palpasi : adanya nyeri tekan, peradangan setempat, pleuritis, adanya
edema, dan benjolan pada dada. Gerakan dinding dada apakah simetris
atau tidak, jika ada kelainan paru adanya getaran suara atau fremitus vokal
yang jelas mengeras atau melemah.
3. Perkusi : untuk menilai suara perkusi paru normal (sonor) atau tidak
normal (redup).
4. Auskultasi : untuk menilai adanya suara nafas seperti bunyi nafas
vesikuler dan bunyi nafas bronkhial. Bunyi nafas tambahan seperti bunyi
ronkhi, suara wheezing dan sebagainya.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang di alaminya
baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan
komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
Diagnosa keperawatan pada kasus pneumonia yaitu ;
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
L. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat
yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian kelinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Intervensi keperawatan pada kasus pneumonia berdasarkan buku Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia sebagai berikut:
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas
membaik Kriteria hasil:
a. Kapasitas vital meningkat
b. Tekanan ekspirasi meningkat
c. Tekanan inspirasi meningkat
d. Dispnea menurun
e. Penggunaan otot bantu nafas menurun
f. Pernafasan cuping hidung menurun
g. Frekuensi nafas membaik
h. Kedalaman nafas membaik
i. Ekskursi dada membaik
Intervensi keperawatan: Manajemen jalan nafas
Observasi
a. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
b. Monitor bunyi nafas tambahan (misalnya gurgling, mengi, wheezing,
ronki)
c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
a. Posisikan semi-fowler atau fowler
b. Berikan minum hangat
c. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
e. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik. jika perlu

M. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana
rencana keperawatan dilaksanakan melaksanakan intervensi/aktivitas yang
telah ditentukan, pada tahap ini perawat siap untuk melaksanakan intervensi
dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan klien. Agar
implementasi perencanaan dapat tepat waktu dan efektif terhadap biaya,
pertama-tama harus mengidentifikasi prioritas perawatan klien, kemudian bila
perawatan telah dilaksanakan, memantau dan mencatat respons pasien
terhadap setiap intervensi dan mengkomunikasikan informasi ini kepada
penyedia perawatan kesehatan lainnya. Kemudian, dengan menggunakan data,
dapat mengevaluasi dan merevisi rencana perawatan dalam tahap proses
keperawatan berikutnya (Wilkinson.M.J, 2012).

N. EVALUASI KEPERAWATAN
Hasil dari evaluasi dalam asuhan keperawatan adalah tujuan tercapai/masalah
teratasi: jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian: jika klien
menunjukan perubahan sebagian dari standar dan kriteria yang telah
ditetapkan, dan tujuan tidak tercapai/ masalah tidak teratasi : jika klien tidak
menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah
baru. Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah
dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil
yang telah ditetapkan. Perumusan evaluasi sumatif ini meliputi 4 komponen
yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif, objektif, analisis data dan
perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai