Anda di halaman 1dari 26

hipospadia

Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Kriteria
Intervensi NIC Hasil NOC
. Keperawatan Evaluasi

1 Nyeri akut. ~ Pemberian ~ Tingkat persepsi ~ Pasien


analgesik untuk positif terhadap memperlihatkan
mengurangi atau kemudahan fisik dan tekhnik relaksasi
menghilangkan psikologi. secara individual
nyeri. ~ Tindakan individu yang efektif
~ Memfasilitasi untuk mengendalikan untuk mencapai
penggunaan nyeri. kenyamanan.
obat resep atau ~ Keparahan nyeri ~ Pasien
obat bebas yang dapat diamati menggunakan
secara aman atau dilaporkan. analgesic
dan efektif sebagai upaya
~ Meringankan meredakan nyeri
atau mengurangi secara tepat.
nyeri sampai ~ Pasien
pada tingkat memperlihatkan
kenyamanan tekhnik relaksasi
yang dapat secara individual
diterima oleh yang efektif
pasien. untuk mencapai
kenyamanan.

2 Resiko Infeksi ~ ~ Tingkat keparahan ~ Pasien


berhubungan Membersihkan, infeksi dan gejala terbebas dari
dengan memantau dan terkait. tanda dan gejala
pemasangan memfasilitasi ~ Tingkat regenerasi infeksi.
kateter. proses sel dan jaringan ~ Pasien telah
penyembuhan pada luka terbuka. memperlihatkan
luka. hygiene personal
~ Meminimalkan yang adekuat.
nenyebaran dan
penularan agens
infesius.
~ Mencegah dan
mendeteksi dini
infeksi pada
pasien.

3 Defisiensi ~ Memberikan ~ Pasien dan ~ Pasien


Pengetahuan informasi dan keluarga dapat memperlihatkan
sehubungan bimbingan memahami segala ketaatan dalam
dengan tentang bimbingan/informasi masa
perawatan perawatan yang diberikan. penyembuhan.
setelah setelah operasi.
Operasi.

4 Resiko Harga ~ Membantu ~ Penilaian pribadi


diri rendah pasien untuk terhadap harga diri.
situasional. menigkatkan ~ Respon psikososial
penilaian tentang adaptif individu
harga diri. terhadap perubahan
~ Menggunakan bermakna dalam
proses hidup.
pertolongan
interaktif yang
berfokus pada
kebutuhan,
masalah atau
perasaan pasien
untuk
meningkatkan
pemecahan
masalah.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN FIMOSIS

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada saat ini banyak sekali masalah peyakit yang timbul pada bayi dan
anak. Banyak sekali faktor pencetus yang membuat anak tersebut mengidap
penyakit tersebut, seperti faktor keturunan, faktor bawaan , ataupun karena
terinfeksi oleh bakteri ataupun virus.

Salah satu dari penyakit yang berisiko tinggi untuk anak anak adalah
fimosis. Fimosis adalah peyakit menganggu saluran perkemihan atau eliminasi
pada anak yang baru lahir. Penyebab penyakit ini adalah infeksi bakteri yang
menyerang pada penis bayi yang baru lahir, Sampai saat ini penyebab lain dari
penyakit ini. Dan untuk pencegahanya juga belum diketahui dengan pasti
untuk mencegah penyakit ini supaya tidak dapat timbul.

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

Mahasiswa dapat mengenal dan mempu menganalisa tentang penyakit

fimosis pada anak


2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mengerti tentang pengertian, etiologi, Patofisiologi, dari


kasus fimosis pada anak.

b. Mahasiswa mampu melakukan suatu asuhan Keperawatan pada anak


dengan fimosis.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. PENGERTIAN

Fimosis adalah suatu penyempitan lubang kulit preputium, sehingga


tidak dapat ditarik (diretraksi) ke atas glans penis.

Fimosis adalah suatu keadaan dimana kulit penis (prepusium) melekat


pada bagian glans penis dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran ais
seni sehingga bayi kesulitan dan kesakitan saat berkemih.

Fimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada


bagian kepala penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran
air seni, sehingga bayi dan anak jadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.

1. ETIOLOGI

Fimosis dapat terjadi karena infeksi bakteri di daerah preputium.

1. PATOFISIOLOGI
Pada bayi, preputium normalnya melekat pada glans tapi sekresi materi
subaseum kental secara bertahap melonggarkannya. Menjelang umur 5 tahun,
preputium dapat ditarik ke atas glans penis tanpa kesulitan atau paksaan.

Tapi karena adanya komplikasi sirkumsisi, dimana terlalu banyak


prepusium tertinggal, atau bisa sekunder terhadap infeksi yng timbul di bawah
prepusium yang berlebihan. Sehingga pada akhirnya, prepusium menjadi
melekat dan fibrotik kronis di bawah prepusium dan mencegah retraksi

1. PATHWAY

Kurangnya proteksi diri

Masuknya bakteri

Menginfeksi propesium

Fimosis

Pre operasi Post operasi

Lubang penis tersumbat Adanya luka insisi

Pola eliminasi Penumpukan urin Nyeri akut Resiko tinggi

Tidak efektif di propesium infeksi

Resiko tinggi Nyeri akut

infeksi
1. MANIFESTASI KLINIS

a. Penis membesar dan menggelembung akibat tumpukan urin

b. Kadang-kadang keluhan dapat berupa ujung kemaluan menggembung saat


mulai miksi yang kemudian menghilang setelah berkemih. Hal tersebut
disebabkan oleh karena urin yang keluar terlebih dahulu tertahan dalam
ruangan yang dibatasi oleh kulit pada ujung penis sebelum keluar melalui
muaranya yang sempit.

c. Biasanya bayi menangis dan mengejan saat BAK karena timbul rasa sakit.

d. Kulit penis tak bias ditarik kea rah pangkal ketika akan dibersihkan

e. Air seni keluar tidak lancer. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang


memancar dengan arah yang tidak dapat diduga

f. Bisa juga disertai demam

g. Iritasi pada penis

1. PEMERIKSAAN PENUJANG

Sampai saat ini tidak ada pemeriksaa penunjang untuk fimosis.

1. PENGOBATAN ATAU TERAPI

Tidak menarik prepusium ke belakang secara paksa karena bisa


menyebabkan infeksi.Menjaga personal hygiene terutama penis dan tidak
mencuci penis dengan banyak sabun. Melakukan sirkumsisi (khitan),
sebaiknya sirkumsisi dilakukan sebelum bayi berumur 7 tahun.

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Auto anamnesa
b. Pengkajian fisik

1) Keadaan umum pasien.

2) Tanda tanda infeksi

c. Pemeriksaan penunjang

Sampai saat ini pada pasien fimosis belum ada pemeriksaan penunjang.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis

3) Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan infeksi pada saluran


perkemihan

b. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

1. FOKUS INTERVENSI

a. Diagnosa keperawatan pre op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan

K.H : Pasien terlihat tenang

Intervensi :
a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik

2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya perawatan penis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan

K.H :

tidak adanya tanda tanda infeksi

Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) kaji tanda tanda infeksi

b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi


pasien

d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga

e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum ingin kontak


langsung dengan pasien

f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik

3) Gangguan pola eliminasi urin berhubungan dengan infeksi pada saluran


perkemihan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
diharapkan gangguan pola eliminasi urin dapat di atasi
dengan

K.H :

pasien dapat berkemih > 50 100 cc setiap kali

Tidak adanya hematuria

Intervensi :

a) Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsistensi, bau, volume


dan warna yang tepat

b) Anjurkan kepada keluarga untuk mencatat haluaran urine

c) Kaloborasi dengan dokter untuk segera disunat

b. Diagnosa keparawatan post op

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan

K.H : Pasien terlihat tenang

Intervensi :

a) Kaji skala nyeri

b) Ajarkan teknik distrksi kepada orang tuanya

c) Atur posisi anak senyaman mungkin

d) Berikan lingkungan yang nyaman

e) Kaloborasi dengan pemberian analgesik


2) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka insisi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam


diharapkan faktor resiko infeksi akan hilang dengan

K.H :

Tidak adanya tanda tanda infeksi

Menunjukan hygiene pribadi yang adekuat

Intevensi :

a) Kaji tanda tanda infeksi

b) Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi

c) Anjurkan kepada ibu pasien untuk meningkatkan hygiene pribadi


pasien

d) Ajarkan teknik pencucian tangan yang benar kepada keluarga

e) Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan sebelum berkontak dengan


pasien

f) Kaloborasi dengan pemberian antibiotik


KONSEP DASAR FIMOSIS

A. Pengertian

1. Fimosis adalah tercerutnya kepala zakar oleh lubang kulup yang terlalu sempit.

( Ramali, Ahmad; 2003 )

2. Fimosis adalah kondisi dimana prepusium tidak dapat diretraksi dari glans penis.

( Mott, Sandra; 1990 )

3. Fimosis adalah penyempitan pada prepusium. ( Ngastiyah; 2005 )

4. Fimosis adalah prepusium penis yang tidak dapat di retraksi ( ditarik ke proksimal

sampai ke korona glanis ). ( Purnomo, Basuki; 2000 )

5. Fimosis adalah ketidakmampuan kulup zakar untuk diretraksi pada umur tertentu yang

secara normal dapat diretraksi. ( Behram, Richard E;2000)

6. Fimosis adalah penyempitan lubang prepusium sehingga tidak dapat ditarik ke atas

glans penis. ( Catzel, Pincus; 1990 )

7. Fimosis merupakan pengkerutan atau penciutan kulit depan penis. (

http://www.kompas.com/read/xml/penis.kok,sembunyi )

B. Etiologi

Fimosis penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang

dapat menyebabkan terjadinya fimosis diantaranya:

1. Kongenital
2. Inflamasi/peradangan

3. Oedema

C. Patofisiologi

Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena terdapat adesi alamiah

antara prepusium dengan glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan

berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel prepusium ( smegma ) mengumpul di

dalam prepusium dan perlahan-lahan memisahkan prepusium dari glans penis. Pemisahan

secara kehamilan 7 minggu. Selama proses pemisahan, prepusium harus diretraksi agar

menjaga hygiene sehari-hari.smegma dihasilkan dari personal hygiene yang buruk yang

dapat memberikan perkembangan inflamasi dan infeksi serta telah mengimplikasikan

penyebab kanker penis.

D. Pathway
E. Manifestasi klinis

1. Fimosis menyebabkan gangguan aliran urin berupa sulit BAK, pancaran urin mengcil

dan deras menggelumbungnya ujung prepusium penis pada saat miksi dan pada

akhirnya dapat menimbulkan retensi uruin.

2. Hygiene local yang kurang bersih menyebabkan terjadinya infeksi pada prepusium

( postitis ), infeksi pada galns penis ( balanitis ) atau infeksi pada glans penis dan

prepusium penis.

3. Kadang ada benjolan lunak di ujung penis karena adanya korpus smegma ( timbunan

smegma di dalam saku prepusium penis ).

F. Komplikasi

1. Retensi urin

2. Karsinoma penis

3. Perdarahan

4. Stenosis ineatus

5. Fimosis persisten

6. Robekan pada prepusium

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis

a. Fimosis disertai balanitis xerotica obliterans dapat diberikan salep dexamethasone

0,1% yang dioleskan 3-4 kali sehari dan diharapkan setelah 6 minggu pemberian

prepusium dapat diretraksi spontan.

b. Dengan tindakan sirkumsisi, apabila fimosis sampai menimbulkan gangguan miksi

pada klien. Dengan bertambahnya usia, fimosis akan hilang dengan sendirinya.

2. Prinsip terapi dan manajemen keperawatan

a. Perawatan rutin pra bedah.

1) Menjaga kebersihan bagian alat kelamin untuk mencegah adanya kuman atau

bakteri dengan air hangat dan sabn mandi.

2) Penis harus dibersihkan secara seksama dan bayi tidak boleh ditinggalkan

sendiri berbaring seperti popok yang basah dalam waktu yang lama.

b. Perawatan pasca bedah

1) Setelah dilakukan pembedahan, akan menimbulkan komplikasi salah satunya

perdarahan. Untuk mengatasinya, dengan mengganti balutan apabila basah

dan dibersihkan dengan kain/lap yang berguna untuk mendorong terjadinya

penyembuhan.

2) Mengganti popok apabila basah terkena air kencing.

3) Mengajarkan orang tua tentang personal hygiene yang baik bagi anak.
4) Membersihkan daerah luka setiap hari dengan sabun dan air serta menerpkan

prinsip protektif.

Diagnosa Keperawatan

Pre Operasi

1. Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.

2. Cemas berhubungan dengan krisis situasional.

3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Post Operasi

1. Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.

C. Intervensi Keperawatan

Pre Operasi

1. Diagnosa 1

Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran urinaria.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

eliminasi urine lancar.


a) NOC : Pengawasan urine

Kriteria Hasil :

1) Mengatakan keinginan untuk BAK.

2) Menentukan pola BAK.

3) Bebas dari kebocoran urine sebelum BAK.

4) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK.

Keterangan skala :

1: tidak pernah menunjukkan

2: jarang menunjukkan

3: kadang menunjukan

4: sering menunjukkan

5: selalu menunjukkan

b) NIC : Perawatan Retensi Urine

Intervensi :

1) Monitor intake dan out put.

2) Monitor distensi kandung kemih dengan palpasi dan perkusi.

3) Sediakan perlak dikasur.


4) Gunakan kekuatan dari keinginan untuk BAK ditoilet.

5) Jaga privasi untuk eliminasi.

6) Berikan waktu berkemih dengan interval reguler, jika diperlukan.

2. Diagnosa II

Cemas berhubungan dengan krisis situasional.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

kecemasan pasien berkurang.

a) NOC : Kontrol cemas

Kriteria Hasil :

1) Tingkat kecemasan dalam batas normal.

2) Mengetahui penyebab cemas.

3) Mengetahui stimulus yang menyebabkan cemas.

4) Tidur adekuat.

Keterangan skala:

1: tidak pernah menunjukkan

2: jarang menunjukkan

3: kadang menunjukan
4: sering menunjukkan

5: selalu menunjukkan

b) NIC : Pengurangan Cemas

Intervensi :

1) Ciptakan suasana yang tenang.

2) Dengarkan dengan penuh perhatian.

3) Kuatkan kebiasaan yang mendukung.

4) Ciptakan hubungan saling percaya dengan klien dan keluarga.

5) Identifikasi perubahan tingkat kecemasan

6) Temani pasien.

7) Gunakan pendekatan dan sentuhan.

8) Jelaskan seluruh prosedur tindakan pada klien.

3. Diagnosa III

Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan

keluarga dan pasien mengerti akan tindakan yang akan dilakukan.

a) NOC : Pengetahuan tentang penyakit


Kriteria hasil :

1) Familiar dengan penyakit.

2) Mendeskripsikan proses penyakit.

3) Mendeskripsikan efek penyakit.

4) Mendeskripsikan komplikasi.

Keterangan skala:

1: tidak pernah menunjukkan

2: jarang menunjukkan

3: kadang menunjukan

4: sering menunjukkan

5: selalu menunjukkan

b) NIC : Mengajarkan proses penyakit

1) Observasi kesiapan klien untuk mendengar.

2) Tentukan tingkat pengetahuan klien sebelumnya.

3) Jelaskan proses penyakit.

4) Diskusikan gaya hidup yang bisa untuk mencegah komplikasi.

5) Diskusikan tentang pilihan terapi.


6) Hindarkan harapan kosong.

7) Instruksikan pada klien dan keluarga tentang tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan dengan cara yang tepat.

Post operasi

1. Diagnosa 1

Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri

berkurang.

a) NOC : kontrol nyeri

Kriteria hasil :

1) Mengenali faktor penyebab.

2) Menggunakan metode pencegahan.

3) Mengenali gejala-gejala nyeri.

4) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan.

Keterangan skala :

1: tidak dilakukan sama sekali

2: jarang dilakukan

3: kadang dilakukan
4: sering dilakukan

5: selalu dilakukan

b) NIC : pain management

Intervensi :

1) Kaji nyeri secara komprehensif.

2) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan.

3) Gunakan komunikasi terapeutik.

4) Kaji latar belakang budaya pasien.

5) Beri dukungan terhadap pasien dan keluarga.

6) Beri informasi tentang nyeri.

7) Tingkatkan tidur yang cukup.

8) Berikan analgetik sesuai kebutuhan.

2. Diagnosa II

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan resiko

infeksi tidak terjadi.

a) NOC : kontrol infeksi: knowledge


Kriteria hasil :

1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.

2) Menunjukan perilaku hidup normal.

3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi.

Keterangan skala:

1: tidak pernah menunjukkan

2: jarang menunjukkan

3: kadang menunjukan

4: sering menunjukkan

5: selalu menunjukkan

b) NIC : infection kontrol

Intervensi :

1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain.

2) Batasi jumlah pengunjung.

3) Tingkatkan intake nutrisi.

4) Berikan terapi antibiotik.

5) Pertahankan lingkungan aseptic selama pemasangan alat.


3. Diagnosa III

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan cairan

terpenuhi.

a) NOC : fluid balance

Kriteria hasil :

1) Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan berat badan.

2) Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

3) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.

Keterangan skala:

1: tidak pernah menunjukkan

2: jarang menunjukkan

3: kadang menunjukan

4: sering menunjukkan

5: selalu menunjukkan

b) NIC : fluid management

Intervensi :
1) Timbang popok jika diperlukan.

2) Pertahankan cairan intake dan output yang akurat.

3) Monitor status hidrasi.

4) Monitor TTV.

5) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.

6) Kolaborasi dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk.

D. Evaluasi

Pre Operasi SKALA

1. Diagnosa 1

Kerusakan eliminasi urine berhubungan dengan

infeksi saluran urinaria.

a) Mengatakan keinginan untuk BAK. 4

b) Menentukan pola BAK. 4

c) Bebas dari kebocoran urine sebelum BAK. 3

d) Mampu memulai dan mengakhiri aliran BAK. 4

2. Diagnosa II

Cemas berhubungan dengan krisis situasional.


a) Tingkat kecemasan dalam batas normal. 5

b) Mengetahui penyebab cemas. 3

c) Mengetahi stimulus yang menyebabkan cemas. 4

d) Tidur adekuat. 4

3. Diagnosa III

Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif.

a) Familiar dengan penyakit. 3

b) Mendeskripsikan proses penyakit. 3

c) Mendeskripsikan efek penyakit. 4

d) Mendeskripsikan komplikasi. 3

Post Operasi

1) Diagnosa 1

Nyeri akut berhubungan nengan agen cedera fisik.

a) Mengenali faktor penyebab. 4

b) Menggunakan metode pencegahan. 3

c) Mengenali gejala nyeri. 4

d) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan. 5


2) Diagnosa II

Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi. 4

b) Menunjukkan perilaku hidup normal. 4

c) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi. 3

3) Diagnosa III

Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan volume cairan aktif

a) Mempertahankan urine output sesuai dengan 4

usia dan berat badan

b) Tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh dalam batas normal. 3

c) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi. 4

Anda mungkin juga menyukai