Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar


baik sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada
masyarakat dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar berkontribusi
secara berkualitas semakin tinggi.
Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana
karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan sesuai kaidahnya.
Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk lebih
meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat yang
semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi serta
respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin bervariasi pula.
Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu
mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-
tengah perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan.
Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible, accessible, dan dirasakan
kehadirannya, serta bersifat kontemporer.
Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan
individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia
individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat
dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi orang
tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan untuk
diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki oleh
kedua belah pihak.
Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun
bawahan perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik,
yang pada akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang
profesional

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kepemimpian
Konsep kepemimpian merupakan cara bagaimana mengidentifikasi beberapa
teori kepemimpian yang ideal dan dapat dilaksanakan di lapangan dengan
mudah sehingga menguntungkan organisasi. Dalam konsep kepemimpinan
yang akan dibahas antara lain pengertian, teori kepemimpinan gaya
kepemimpian, dan kepemimpinan dalam keperawatan.

B. Pengertian Kepemimpinan
Dubrin (2005:3) mengemukakan bahwa kepemimpinan itu adalah upaya
mempengaruhi banyak orang melalui komunikasi untuk mencapai tujuan, cara
mempengaruhi orang dengan petunjuk atau perintah, tindakan yang
menyebabkan orang lain bertindak atau merespons dan menimbulkan
perubahan positif, kekuatan dinamis penting yang memotivasi dan
mengkoordinasikan organisasi dalam rangka mencapai tujuan, kemampuan
untuk menciptakan rasa percaya diri dan dukungan diantara bawahan agar
tujuan organisasional dapat tercapai.
Siagian (2002:62) mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para bawahannya)
sedemikian rupa sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pemimpin
meskipun secara pribadi hal itu mungkin tidak disenanginya. Nimran
(2004:64) mengemukakan bahwa kepemimpinan atau leadership adalah
merupakan suatu proses mempengaruhi perilaku orang lain agar berperilaku
seperti yang akan dikehendaki. Robbins (1996:39) mengemukakan bahwa
kepemimpinan adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok kearah tercapainya tujuan.
Siagian (2002:66) mengemukakan bahwa peranan pemimpin atau
kepemimpinan dalam organisasi atau perusahaan ada tiga bentuk yaitu
peranan yang bersifat interpersonal, peranan yang bersifat informasional, dan

2
peran pengambilan keputusan. Yang dimaksud dengan peranan yang bersifat
interpersonal dalam organisasi adalah bahwa seorang pemimpin dalam
perusahaan atau organisasi merupakan simbol akan keberadaan organisasi,
seorang pemimpin bertanggung jawab untuk memotivasi dan memberikan
arahan kepada bawahan, dan seorang pemimpin mempunyai peran sebagai
penghubung. Peranan yang bersifat informasional mengandung arti bahwa
seorang pemimpin dalam organisasi mempunyai peran sebagai pemberi,
penerima dan penganalisa informasi. Sedangkan peran pemimpin dalam
pengambilan keputusan mempunyai arti bahwa pemimpin mempunyai peran
sebagai penentu kebijakan yang akan diambil berupa strategi-strategi bisnis
yang mampu untuk mengembangkan inovasi, mengambil peluang atau
kesempatan dan bernegosiasi dan menjalankan usaha dengan konsisten.
Mintzberg dalam Luthans (2002) dan Sutiadi (2003:4) mengemukakan
bahwa peran kepemimpinan dalam organisasi adalah sebagai pengatur visi,
motivator, penganalis, dan penguasaan pekerjaan. Yasin (2001:6)
mengemukakan bahwa keberhasilan kegiatan usaha pengembangan
organisasi, sebagian besar ditentukan oleh kualitas kepemimpinan atau
pengelolanya dan komitmen pimpinan puncak organisasi untuk investasi
energi yang diperlukan maupun usaha-usaha pribadi pimpinan.
Anoraga et al. (1995) dalam Tika (2006:64) mengemukakan bahwa ada
sembilan peranan kepemimpinan seorang dalam organisasi yaitu pemimpin
sebagai perencana, pemimpin sebagai pembuat kebijakan, pemimpin sebagai
ahli, pemimpin sebagai pelaksana, pemimpin sebagai pengendali, pemimpin
sebagai pemberi hadiah atau hukuman, pemimpin sebagai teladan dan
lambang atau simbol, pemimpin sebagai tempat menimpakan segala
kesalahan, dan pemimpin sebagai pengganti peran anggota lain.
Kepemimpinan menurut Gibson adalah suatu usaha menggunakan suatu
gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam
mencapai tujuan. Sedangkan menurut Winardi adalah hubungan dimana satu
orang yakni pimpinan mempengaruhi pihak lain untuk bekerja sama secara
suka rela dalam usaha mengerjakan tugas tugas yang berhubungan untuk
mencapai hal yang diinginkan. Kepemimpinan akan terjadi bila didalam

3
situasi tertentu seseorang mempengaruhi prilaku orang lainbaik secara
perorangan maupun secara berkelompok. Keberhasilan seorang pemimpin
dalam mempengaruhi perilaku banyak dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan.
Ada dua hal yang biasanya dilakukan olehnya teerhadap bawahan atau
pengikutnya yakni perilaku mengarahkan dan perilaku mendukung

C. Model Kepemimpinan
Dibawah ini akan dibahas model kepemimpinan dasar dalam proses
kepemimpinan secara umum. Seseorang berkuasa dapat dilihat dari masukan
yaitu berasal darimana kekuasaannya. Dimana ada dasar kekuasaan seseorang
berasal dari:
1. Ligitimasi
Berarti karena disetujui orang banyak lewat suatu prosedur pemilihan
yang disetujui bersama, misalnya pemilihan umum.
2. Penghargaan
Berarti menjadi pemimin karena memiliki kemampuan tertentu seperti
memiliki keahlian bidang olah raga sehingga semua anggota setuju kalau
yang bersangkutan menjadi pemimpinnya.
3. Paksaan
Berasal dari paksaan berarti karena dipaksa oleh keadaan tertentu seperti
tidak ada yang bisa dipilih lagi atau situasi darurat sehingga seseorang
berhak memimpin yang lainnya.
4. Trampil
Beasal dari keterampilan berarti karena kemampuan keterampilan yang
melebihi dari yang lain. Misalnya seseorang perawat dengan kemampuan
melaksanakan RJP yang mahir secara manual atau dengan alat DC shock
pada pasien IMA.
5. Ditunjuk Dan Informatif
Adapun berasal dari informatif berarti ada rujukan atau rekomendasi
orang lain terutama atasan yang lebih tinggi bahwa seseorang berhak
menjadi pemimpin.

4
Pemimpin dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan akan melalui
proses kepemimpinan. Proses kepemimpinan memuat segala kegiatan
seperti:
1. Penugasan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
4. Penghargaan

Proses memimpin akan terjadi komunikasi dua arah. Bila baik maka
komunikasi tidak ada kendala, bila kurang baik akan terjadi konflik. Bila
penyelesaian konflik dengan baik maka akan terjadi perubahan-perubahan sikap
antar individu sesuai yang dikehendaki organisasi. Proses selanjutnya adalah
terjadinya adaptasi yang baik antar anggota sehingga kehidupan organisasi
berjalan baik dan bertahan.

D. Teori Kepemimpinan
Beberapa ahli meneliti bahwa tidak ada teori bagaimana menjadi seorang
pemimpin yang paling baik edan jenis pemimpin apa yang paling efektif (
Tappen, Weis & Whitehead, 1999). Tapi seorang pemimpin perawat akan
terlihat berbeda dari sisi kualitas dan perilakunya (Dunham-Taylor, 1995;
Manske, 1989; Montebello, 1994; Tappen, 1995). Dibawah ini dibahas
tentang kualitas dan perilaku pemimpin dari segi latar belakang, antara lain:
1. Trait approach, yaitu paham teori bakat kepemimpinan, pemimpin yang
dilahirkan telah memiliki bakat-bakat yaitu: intelegensi, kepekaan sosial,
peran serta sosial (Robbins & Coulter, 1999).
2. Situational theory, yaitu kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial.
Individu dapat menjadi seorang pemimpin pada situasi tertentu tetapi pada
situasi yang lain dapat menjadi pengikut (Stogdill, dikutip dari Murray &
Di Croce 1997).
3. Contingency model yang dikembangkan oleh Fiedler, 1967 yaitu
kepemimpinan mempunyai 3 dimensi : pertama, pemimpin-bawahan

5
(leader-member realitions), kedua, struktur tugas (a task structure) dan
ketiga kekuasaan (a position of power)
4. Transformational leadership yang diperkenalkan oleh Bennis dan Manus
(1985). menurut faham ini ada 2 jenis kepemimpinan, tradisonal dan
transaksional, dan kepemimpinan transformasional.

skema 11

teori ohio state university

tinggi

Orientasi tugas
Orientasi tugas
Orientasi bawahan
Orientasi bawahan

Orientasi tugas Orientasi tugas


Orientasi bawahan Orientasi bawahan

Rendah orientasi tugas

d. teori blake & mouton tentang teori kepedulian pada institusi dan bawahan.
Teori blake mouton menyatakan bila seorang pemimpin memliki kepedulian
terhadap instansi yang tinggi berarti orang ini menyukai kesempurnaan tugasnya
dari pada yang lain. Dengan kata lain pekerjaan adalah segalanya sehingga tidak
memperdulikan apa yang sedang terjadi pada bawahannya. Focus yang utama
adalah bagaimana menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan sempurna tanpa
ada halangan. Semua hasil pekerjaannya diharapkan mendapatkn pujian dari
atasan yang lebih tinggi dan mendapatkan penghargaan lainnya.

Tetapi bila seorang pemimpin memliki kepedulian kepada bawahannya berarti


orang ini menyukai anak buahnya sehingga berusaha melihat kebutuhan bio-
psiko-sosial dan rasa saling membutuhkan dan saling memiliki tugas yang ada.
Focus utamanya agar bisa bekerja dengan baik tanpa mengganggu kebutuhan
pribadi bawahannya bahkan bila perlu bisa membantu memenuhi kebutuhannya.

6
Skema 12

Teori kisi kisi Blake Mouton

Tinggi F

A B C Tinggi

rendah Kepedulian bawahan

teori Blake Mouton dapat digambarkan sebagai berikut :

1) Pada titik D ke F berarti pemimpin ini mengutamakan kepedulian terhadap


institusi saja dari pada terhadap kepedulian bawahannya. Kecendrungan
kepemimpinan yang diterapkan adalah otoriter
2) Pada titik A ke C berarti pemimpin ini mengutamakan kepedulian terhadap
bawahannya saja dari pada terhadap kepedulian institusi. Kecendrungan
kepemimpinan yang diterapkan adalah kepemimpinan social.
3) Pada titik B ke E berarti pemimpin ini mengutamakan kepedulian diantara
institusi dan bawahannya. Kecendrungan kepemimpinan yang terapkan adalah
seimbang atau kompromistis.
4) Pada titik C ke F berarti pemipin ini mengutamakan kepedulian terhadap
institusi dan bawahannya. Kecendrungan kepeimpinan yang diterapkan adalah
mementingan keduanya atau tim manajer.
5) Pada titik A dan D berarti pemimpin tidak mengutamakan kepedulian terhadan
institusi dan bawahannya atau acuh tak acuh. Kecendrungan kepemimpinan
yang diterapkan adalah tidak jelas atau sontoloyo.

7
e. Teotri Kurt lewin dalam Huber ( 2000). Tentang gaya kepemipinan. Dalam hal
ini mereka membagi gaya kepemipinan ada beberapa bentuk :
1) Otokrasi/ otoriter, yaitu yang mengedepankan kekuatan pada pemimpin
dari pada partisipasi bawahannya dalam pembuatan keputusan.
2) Demokrasi, yaitu pemimpin yang member kesempatan kepada bawahnnya
ikut serta dalam pembuatan keputusannya.
3) Laisez faire, yaitu pemimpin yang tidak bisa mengambil keputusan sendiri
maupun cara minta bantuan bawahan ikut berpartisifasi dalam pembuatan
keputusannya
4) Tipe lain antara lain:
a. Pseudo demokrasi, yaitu pemimpin yang selalu berpura pura menerima
pertisifasi bawahannya akan tetapi dalam pelaksanaannya lebih cendrung
kearah otoriter. Memang ada kebebasan berpendapat tetapi keputusan
akhir diambil oleh pemimpinya yang kadang membuat bawahannya
bingung karena seolah olah demokrasi,tetapi tiba-tiba keputusan diambil
sendiri tetapi lama kelamaan bawahan akan tahu dan maklum bahwa
atasan memiliki sifat seperti ini
b. Militeristik, yaitu ciri khas pemimpin yang berpusat pada keputusan
pemimpin daripada bawahanya. Bawahan boleh memberikan masukan
hanya pada saat tertentu seperti pada saat rapat bersama. Pendapat atau
masukan bawahan tidak akan bisa merubah pendirian pemimpinya.
Walaupun pada kesempatan rapat ada kesepakatan tetapi saat
pelaksanaan dilapangan tetapi tidak boleh member masukan/ ide
sekalipun kondisinya mendesak. Semua keputusan pada akhirnya
dipemimpin. Kebaikannya yaitu bila pemimpin memiliki pengalaman
yang baik maka bisa diturunkn kepada junior yang disenangi karena
loyalitasnya. Pemimpin militer cendrung minta penghormatan berlebihan
sehingga pemngambilan keputusan yang menguntungkan mengara pada
bawahan yang memiliki loyalitas dan hirarki yang baik. Pergantian
kepemimpinan biasanya banyak kearah rujukan atau rekomendasi dari
pada kemampuan individu.

8
c. Kharismatik, yaitu cirri khas pemimpin yang menonjolkan kewibawaan
individu karena factor bawaan lahir atau keturunan. Loyalitas bawahan
sangan tinggi secara otomatis tanpa banyak tahu siapa pemimpinya yang
sebenarnya. Kecendrungan pemimpin karismatik juga otoriter halus yang
tidak terasa oleh bawahannya. Kelebihan pemimpin ini bisa saja dari nilai
nilai spiritnya baik didasari agama, ideology maupun pendidikan ( pola
piker) yang melebihi orang lain. Pemimpin seperti ini tidak akan
tergantikan Sampai akhir hidunya karena orang lain/ bawahanya merasa
tidak mampu menggantikannya. Pengambilan keputusan bergantung
pemimpin ini walupun banyak masukan dari orang lain.

E. Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan yang dibahas berikut ini adalah penjelasan tentang


behavioural theory yaitu gaya kepemimpinan otoriter( authoritarian/directive
controlling/autocratic,demokrasi ( participative) dan laisez faire (
permissive/non directive). Menurut Huber ( 2000) mengutif dari Tannebaum
& Schmidt (1958), White & Lippit ( 1968) ada kontium ( continuum)antara
ketiga gaya kepemimpinan tersebut, sehingga bisa dikatakan bahwa
penerapan gaya kepemimpinan sepenuhnya tergantung kemampuan
pemimpin dan situasi atau kondisi yang sedang berjalan atau dialami.

Bawahan boleh bertanya tentangIde ide atasan

Orientasi hubungan Orientasi tugas

Kebebasan Kewenangan ada


Bagi bawahan diatasan

demokrasi
otoriter

Bawahan boleh

9
Kreatif tapi Bawahan melakukan
Terbatas Tugas atau keputusan
Atasan
Gambar 6. Kontium prilaku pemimpin

Sumber : Tannebaum & Schmidt, 1973 dikutip oleh Huber (2000).

Adapun penjelasan untuk gambar 6 sebagai berikut : semakin kearah kiri table
maka gaya kepemimpinan adalah demokrasi, tetapi semakin kearah kanan maka
table gaya kepemimpinan adalah otoriter. Pada gaya kepemimpinan demokrasi,
jenis orientasi pemimpin yang dipakai adalah/ hubungan manusia (relation
oriented), yaitu semua tugas dan tanggung jawab seorang pemimpin harus
berfokus pada penyelesaian tugas yang cepat dan sempurna. Bawahan diberikan
deadline artinya semua pekerjaan harus selesai pada waktunya. Bila mundur atau
telat akan dicari siapa penyebabnya dan harus diberikan hukuman/sanksi, minimal
teguran. Sedangkan pada gaya kepemimpinan otoriter adalah orientasi tugas ( task
oriented),yaitu penyelesaian tugas bisa terlaksana dengan tidak mengesampingkan
kebutuhan bio-psiko-sosial bawahannya. Bila ada kemunduran masih ada
toleransi untuk menyelesaikan.Kadang-kadang pimpinan berusaha menutupi
kekurangan bawahan didepan atasan yang lebih tinggi.

Gaya kepemimipinan demokrasi, kebebasan bawahan untuk berpartisipasi


memberikan masukan sebelum pemimpin dalam mengambil keputusan, tetapi
berada di pimpinan sedang pada demokrasi diijinkan sesuai kemampuan dan
kewenangannya, tetapi pada otoriter tidak ada bahkan semua ini dari
pimpinan.Gaya kepemimpinan demokrasi ada peran bawahan yang bisa diterima
atasan tetapi semakin menuju arah otoriter peran bawahan tidak ada. Walupun
dalam pelaksanaanya bisa dikatakan harus sesuai kondisi, dimana bisa memakai
gaya kepemimpinan demokrasi bila atasan merasa tidak ada
pengetahuan/kemampuan.tetapi bila ada kemampuan maka semua ide/keputrusan
dari atasan,tetapi bila kondisi normal maka bawahan bisa diberikan peran agar
bisa merasa juga memiliki organisasi dan mau bertanggung jawab .

10
Table dibawah ini akan menjelaskan perbedaan dari ketiga gaya kepemimpinan
diatsa yaitu otoriter, demokrasi dan laisez faire menurut White & Lippits ( 1960)
dalam Tappen, (1998).

Perbandingan gaya kepemimpinan Otoriter, Demokrasi, Laisez faire

Sifat kepemimpinan OTORITER DEMOKRASI LAISEZ-FAIRE


Derajat kepemimpinan Agar bebas Kebebasan sedang Sangat bebas
Derajat pengontrolan Tinggi Sedang Tidak ada
Membuat keputusan Karu Karu dan perawat Kelompok/tidak ada
Tingkat aktivitas Tingggi Tinggi Minimal
Pemimpin
Tanggung jawab Berbagi Berbagi Terserah/tidak ada
Output kelompok Karu nomor satu Kualitas tinggi, Bervariasi,kualitas buruk
kreatif
efisiensi Kuantitas Dibawah otoriter Tidak efisien
tinggi,kualitas sedikit
baik
Sumber: White & Lippit, (1960) dikutip oleh tappen (1998)

Penjelasan dari table 6 tentang perbandingan ketiga gaya kepemimpinan sebagai


berikut:

a. Kepemimpinan otoriter
Gaya kepemimpinan otokratik berpusat pada pemimpin/ manejer leader
(centered). Manejer/ pemimpin merasa lebih mengetahui dan lebih mampu dari
pada bawahannya/pimpinan merasa lebih mengetahui dan lebih mampu dari
pada bawahanmya/perawat/pelaksana.Manejer menyakinkan bahwa dari
pandangannya yang paling benar sedangkan terhadap pandangan individu
menekan/tidak setuju.Menejer ruangan mencegah agar perawat pelaksana tidak
banyak berhubungan dan terlalu banyak tahu kebijakannya.Manejer tidak
member penjelasan tujuan organisasi atau kelompok dan hubungan terhadap
kegiatan yang dilakukan dengan tujuannya.bahkan manejer menganggap
perawat adalah sekedar alat.

11
Mencapai tujuan. Akibat gaya otoriter ini menyebabkan perawat banyak yang
merasa tidak puas akan kiinerjanya dan ingin memberontak. Akan tetapi
pimpinan rumah skait menganggap keberadaan manajer keperawatan mulai
dari kepala ruangan sampai direktur keperawatan bisa menahan gejolak-gejolak
yang ada.

Disamping itu, perawat tidak ada yang berani mengambil prakarsa/ inisiatip
dan cenderung menghindari tanggung jawab. Akibat lain yaitu anggota
memiliki rasa kepekaan tinggi, mudah marah, apatis, dan saling mencari
kambing hitam baik didalam kelompok maupun diluar kelompok. Produktivitas
bisa tinggi bila diawasi terus menerus, tetapi bila kendor pengawasannya bisa
menurun lagi. Secara kelompok memiliki moral rendah dan tidak kobesif. Bagi
perawat baru mudah terjadinya turn over yang tinggi (Tappen,1998; Hubber,
2000).

b. Kepemimpinan dempkratik

gaya kepemimpinna demokrasi berpusat pada anggota (member-centered) atau


mengikuti teori Y.Mc Gregor yang menyatakan semua manusia adalah baik
dan menekankan kepada pemanfaatan berbagai sumber yang ada dalam
kelompok yang dapat dimanfaatkan (La Monica,1998). Tindakan pimpinan
antara lain membantu perawat mencapai tujuan kelompok, melibatkan dalam
semua kegiatan, memberi kesempatan anggota mengekspresikan kemampuan
dan bakatnya tanpa rasa takut, menekankan keputusan berdasarkan persetujuan
kelompok. Akibatnya situasi kerja yang akan berkembang adalah setiap
perawat akan memiliki rasa kohesif dan moral kelompok yang tinggi, memiliki
antusias atau motivasi dan rasa tanggung jawab yang tinggi dan belajar cara
memecahkan masalah serta menerapkan proses kepemimpinan. Hasil
kepemimpinan demokrasi adalah produktivitas kualitas tinggi dan kepuasan
perawat tinggi (Tappen, 1998)

12
c. Kepemimpinan Laisez Faire

gaya kepemimpinan Laisez faire tidak berpusat pada kepemimpinan pada


pimpinan atau anggota ( non centered style ) . Membiarkan segala sesuatu
berjalan sendiri sesuai kehendak maisng-masing. Tindakan pimpinan antara
lain membiarkan segala sesuatu megambang, menganggap semua akan berjalan
baik-baik saja, tidak pernah merumuskan tujuan dengan jelas, tidak pernah
mengambil keputusan, tidak ada evaluasi perkembangan kelompok, dan situasi
ke berkembang tanpa pengarahan (non-directiveness ). Akibat bagi setiap
perawat adalah cenderung menarik diri dari keterlibatan aktip, perawat
memiliki rasa kohesif dan moral kelompok rendah sehingga perhatian terhadap
tugas rendah, Anggota perawat memiliki rasa peka yang tinggi, bingung,
frustasi terhadap perkembangan kelompok dan tidak bisa tinggal landas (take
off ground ), dan merasa rendah, apatis dan bosan serta selalu mencari kambing
hitam. Akibat lain adalah produktivitas rendah, pekerjaan tidak efisien dan
tidak ada pendidikan kepemimpinan yang baik bagi perawat (Tappen, 1998;
Hersey, Blanchard & Johnson, 1996).

Gaya kepemimpinan lain yang bisa dikatakan merupakan teori baru adalah
kepemimpinan transformasional dan kepemimpinan transaksional.

a. Kepemimpinan Transformaisonal

Keller (1992) meyatakan bahwa tipe kepemimpinan tarnsformasional sesuai


dengan teori hirarki Maslow adalah kebutuhan yang tingkat tinggi (Satisfies
higher-order needs) yang terdiri dari harga diri (Esteem needs ) dan aktualisasi
diri (Self-actualization needs). Sehingga seseorang yang sudah berda ditingkat
Self Actualization tidak boleh memikirkan korupsi atau kolusi yang pada
hakekatnya masih memenuhi kebutuhan terendah yaitu fisiologis. Akan tetapi
yang dipikirkan bagaimana dirinya bermanfaat bagi kesejahteraan orang lain.

Dibandingkan dengan gaya transformasional masih menurut Burns, maka pada


gaya kepemimpinan transaksional mendasarkan kekuaaannya pada otoritas
birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Bahkan dalam pelaksanaannya, akan
terlihat bahwa gaya pemimpin transaksional yang menentukan apa yang perlu

13
dilakukan para bawahannya untuk mencapai tyjuan organisasi. Untuk itu gaya
transaksional ini cenderung menerapkan gaya kepemimpinan ototiter atau tipe
Blake Mouton yang berorientasi tugas sehingga bawahan hanya kumpulan orang
yang harus mengikuti perintahnya untuk memnuhi harapan dan tujuannya.

Menurut Tichy dan Devanna melakukan pembagian kepemimpinan


transformasional menjadi empat(4) dimensi , yaitu :

1) stimulasi intelektual (intelectual stimulation )

Dimensi ini akan menggambarkan perilaku seorang pemimpin yang selalu


memiliki ide-ide baru, memiliki solusi keratip terhadap masalah-masalah yang
dihadapi serta memberikan motivasi kepada bawahannya agar mencari alternatip-
alternatip pendekatan baru dalam melaksanakan tugasnya.

2) konsideransi individual ( individuaal consideration)

Dimensi ini menggambarkan seorang pemimpin yang mau mendengarkan


masukan-masukan bawahannya dan mau memperhatikan kebutuhan
pengembangan karir bawahannya. Hal ini membuktikan bahwa seorang pemimpin
transformasional menghargai pla pikir banyak orang akan lebih baik daripada
pemikiran seseorang.

3) motivasi inspirasional (inspirational motivation)

Dimensi digambarkan seorang pemimpin mampu mengartikulasikan pengharapan


yang jelas yaitu timbulnya inspirasi tinggi bawahannya untuk selalu berprestasi,
mempertahankan komitmennya yang tinggi sehingga memudahkan mencapai
seluruh tujuan organisasi. Untuk itu tugas pemimpin agar selalu bisa mengugah
spirit tim agar selalu memiliki sikap antusias dan optimisme.

4) pengaruh ideals (idealitized influence )

Dimensi ini digambarkan bahwa seorang pemimpin transformasional memiliki


idea atan konsistensi yang tinggi dengan tujuan organisasi sehingga bisa membuat
bawahannya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya.

14
1. Mendorong dan meningkatkan kesadaran tentang betapa pentingnya dan
bernilainya sasaran yang akan dicapi kelak menujukan cara untuk
mencapainya.
2. Mendorong bawah untuk mendahulukan kepentingan kelompok daripada
kepentingan pribadi .
3. Meningkatkan orde kebutuhan bawahan dan memperluas cakupan kebutuhan.

b. Kepemimpinan transaksional

Hubungsan antara pemimpin transakional dengan bawah terjadi jika :

1. Mengetahui apa yang diinginkan bawahan dan berusah menjelaskan bahwa


mereka akan memperoleh apa yang diinginkan apabilah kinerja mereka
memenuhi harapan.
2. Memberikan/menukar usaha-usah yang dilakukan bawahan dengan imbalan
atau janji memperoleh imbalan.
3. Responsif terhadap kepentingan pribadi bahwan selain kepentingan pribadi itu
sebada dengan nilai pekerjaan yang telah dilakukan oleh bawahan.
Kepemimpinan transaksional menekankan pada transaksi atau pertukaran
yang terjadi antara pemimpin,rekan kerja dan bawahannya.Pertukaran ini
didasarkan pada diskusi pemimpin dengan pihak-pihak terkait untuk menentuka
apa yang dibutuhkan dan bagaiman spesifikas kondisi dan upaya /hadia jika
bawahan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Karakteristik kepemimpinan transaksional ditunjukan dengan gambaran prilaku
atasan sebagai berikut :
1) Imbalan kontinjen ( contingensi reward)
Pemimpin melakuakan kesepakatan tentang hal-hal apa saja yang dilakukan oleh
bawah dan janjikan imbalan apa yang akan diperoleh bila hal tersebut dicapai.
2) Manajemen dengan eksepsi (manajemen byexception)
Pada mnajemen eksepsi pemimpin memanau deviasi dari standar yang telah
ditetapkan dan melakukan tindakan perbaikan.Selain secara aktif,manajemen
dengan eksepsi juga bisa dilakuakn secara pasif.

15
Semua gaya kepemimpinan tersebut ada kekurangan dan ada kelebihan masing-
masing.Menurut tappen (1998) ,kepemimpinan efektif disamping harus
menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat juga harus memiliki pengetahuan
yang luas,sadar diri,berkomunikasi,mempunyai tujuan,mempunyaiai cukup
energi,dan dapat bertindak.Lutthans (dikutif oleh Robbins & Coulter
1999),manajer efektif yang sukses mempunyai empat kegiatan manajerial yaitu
manajemen tradisional yang meliputi kegiatan pengambialan
keputusan,merencanakan dan mengendalikan.Komunikasi yaitu mempertahankan
informasi rutin dan memproses dokumen.Manajemen sumberdaya manusia
meliputi motivasi,mendisiplikan,mengelolah komplik,penepatan staf dan
melatih.Memberi jaringan dan meliputi kegiatan bersosialisasi,berpolitik dan
berientrasi dengan orang-orang luar.

F. Faktor faktor yang mempegaruhi kepemimpinan

Menurut Hobert House,teori jalur-tujuan (path-goat theory)faktor-faktor yang


mempegaruhi gaya kepemimpinan para pekerja/karyawan (employeecharcteristic)
adalah lingkungan (environment).Dari sisi karakteristik karyawan yang bisa
mempegaruhi gaya kepemimpinan para pemimpin antara lain : (a)locus of control
;(b)task ablity;(c)task srucuture;(d)experince;(e)need for clarify.Sedangakan dari
sisi faktor lingkungan terdapat 2 faktor yang nisa mempegaruhinya yaitu (a)task
structur;(b)word group organization.

Podsakoff etal.,berpendapat bahwa pemimpin yang efektif mempunyai


dan menggunakan lebih dari satu gaya kepemimpinan,yang disesuaikan dengan
karakteristikkaryawannya,seperti kemampuan ,pengalam dan need for
independence.Adapun pengaruh dari faktor lingkungan yaitu task characteristic of
colquitt,lepine dan wesson ,ada 3 faktor yang mempengarui gaya kepemimpinan
yaitu :

a) Decesion making
b) Day to day behavion
c) Behavion that fall outside of a leaders typical duties

16
Ada beberapa hal yang perlu diketahui bahwa kebutuhan dan harapan
individu-individu bisa mempengaruhi gaya kepemimpinan yatu :

1. Peningkatan kompetensi bisnis dan penggunaan sumber daya manusia secara


berdaya guna.
2. Perubahan dalam sistem nilai masyarakat.
3. Batas stndar pendidikan dan pelatihan.
4. Kemajuan pengetahuan secara ilmia dan tehnical.
5. Perubahan dalam organisasi.
6. Pengaruh serikaat dagang.
7. Tekanan terganggu jawab sosial terbesat terhadap karyawan ,misalnya pola
partisipasi dalam mengambil keputusan dan kualiatas hidup karyawan.
8. Peraturan pemerinta.

G. Contingency leadership model

Teori fiddler menyatakan bahwa kinerja kelompok tergantung pada interaksi


antara gaya kepemimpinan seseorang dan situasi yang mendukung.Diagram
dibawah ini yang memberikan gambaran bagaimana sitasi akan mempengarauhi
penentuan gaya kepemimpinan seorang pemimpin.Saat situasi menyenangkan
makan dipilih task oriented,sedangakan bila situasi tengah-tengah antara senang
dan tidak senag maka dipilih relationship oriented.

Fiedlers contingency model diagram

Dibawah ini pengaruh situasi terhadap gaya kepemimpinana sebagai


wujud prilaku kepemimpinan yang akan dipilih agar mencapai kepemimpinan
yang efektif.

Tabel 9

Hubungan situasi dan model kepemimpinan fiedler contingency

Fiedlers contingency model

Situation favouraleness Most effective orientation


(style)

17
Higt = Task oriented leaer
intermediate = Relationship-oriented leader
Low = Task oriented leader

Situation faktor

Ada 3 faktor situation yang bisa mempegaruhi kepemimpinan seseorangan


yaitu hubungan atasan-bawahan (leader-member relation),jenis tugas (task
structure) dan posisi jabatan (position power).

a. Leader-member relation atau hubungan atas bawahan.Factor dalam teori


fiedlecontingency model yang menujukan adanya derajat keyakinan
(confindence),derajat kepercayaan (trust) dan derajat tanggung jawab (respect)
sehinga pemimpin mampu mempengaruhi bawahannya.Sebab gaya
kepemimpinan karismatik,keahlian seseorang (expertise) atau tanggung jawab
yang saling mendukung mengatarka seseorang pemimpin memiliki untuk
memilih prilaku yang bergay orientasi tugas (task-oriented behavior) dan
memaksa bawah mengikutinya.Akan tetapi bila seorang pemimpin tidak
dipercaya bawahnnya dan dipandang oleh bawahanya negatif maka situasi
menjadi tidak menentu sehingga hal ini juga menjadi resiko seorang
pemimpin yang memilih gaya kepemimpinan beperilaku orientasi tugas.
b. Task structure/jenis tugas.Salah satu faktor dalam teori fiedlercontingency
model yang menunjukan bagaimana jenis/struktur tugas/pekerjaan menjadi
suatu alternatip pemecah masalah dan memberi umpan balik yang bisa
membuat sukses sesuai dengan tugasnya.
Ciri-ciri jenis tugas antara lain:
1. Menjelaskan bagaiman tingkat pekerjaan dapat dibuat dengan jelas dan
dimengerti dengan jelas semua orang yang melaksanakan.
2. Menjelaskan bagaimana masalah yang ada bisa selesaikan dengan
bebagaimacam prosedur (sop) yang dibuat.
3. Menjelaskan bagaiman ada perbaikan terhadap pemecahan masalah atau
keputusan yang telah diambil yang dilakukan oleh orang yang telah
memiliki wewewnag secara logis,sop atau umpan balik.

18
4. Menjelaskan bagaiman adanya penjelasan yang dapat diterima secara
umum dari pada sekedar pemecah masalah yang tujuannya mengoreksi
bawahanya.

Postition power

Posisi jabatan adalah salah satu faktor dalam teori fiedler contingency model yang
menunjukan kepentingannya kekuasaan/ jabatan yang melekat pada jabatan
seorang pemimpin.Untuk itu posisi jabatabn akan menjawab pertanyaan tentang :

1. Dapatkan supervisor merekomendasikan bawahannya baik berupa hadia dan


hukuman (rewards and punishment) kepada atasan yang lebih tinggi?
2. Dapatkah supervisor memberi hukuman atau hadiah kepada bawahannya
sendiri?
3. Dapatkah kepalah seksi atau supervisor merekomendasikan untuk kenaikan
pangakt /promotion atau penurunan pangakat (demition) anak buahnya sendiri?

Dibawah ini akan dijelaskan entang variabel-variabel teori fiedlers


situational yang menliputi hubungan atasa-bawahan (ieader-member
relation),jenis tugas (task structure) dan posisi jabatan (position power),seperti
dalam tabel dibawah ini.

Tabel 10

Variabel teori situational fiedler

Gaya SITUASI VARIABEL


kepemimp I II III IV V VI VII VIII
inan
Hubungan GOOD GOOD GOOD GOOD POOR POOR POO POO
atasan- R R
bawahan
(leader-
member
relation)

19
Jenis tuga HIGH HIGH LOW LOW HIGH HIGH LOW LOW
(task
sructure)
Posisi STREG WEAK STREN WEAK STREG WEAK STRE WEA
jabatan TH GTH TH GTH K
(position
power)
Preffered Task-motivation (low PC) Relation-motivation (higt Task
leader LPC) motivation
style (low LPC)
Very Very un-
favorable favorable

Teori contigency model sudah banyak dilakukan enelitian di bidang


militer,pendidikan dan pemimpin perusahaan (industrial leader).Sebagai
gambaran untuk tabel 8 diatas dapat dijelasan sebagai berikut :

a) Manajer perusahaan ( office manager) untuk posisi situational varieabel


nomor 1.
Manajer ini memiliki bawahan 8 orang yang menyukainya .Dia membuat
karangka kerja dengan membuat tugas dan tujuan yang diperlukan untuk
mencapai outpu/hasil.Dia bertanggung jawab untuk meriview pekerjaan
bawahan dan bisa menjadi pembicara utama dan evaluator untuk mebawanya
dengan menggunakan waktu dengan baik.Situasi ini sperti telihat pada tabel
nomor (satu).Manajer ini melakasanankan kepemimipinan jenis tugas dan
memiliki kekuasan yang baik sehingga menerapkan gaya kepemimpinen
yang dipilih adalah task motivation.Manajer ini sukses.
b) Ahlii proyek mesin ( project engineer) untu posisi situatinal varibel nomor
VIII.
Manajer ini memiliki 5 bawahan sebagai anggota kelompok proyek
penelitian.Tidak ada satupun anggota kelompok ini menginginkan melayani
manajer ini.Mereka memilih pekerjan yang sama -sama ketat.Sebagai

20
pemimpin proyek mesin,manajer ini kenyataannya tidak memiliki
kekuasan.Tiap kali mengundang rapat ,tidak ad satupun anak buah yang
datang.Ketika anak buahnya diberi tuga ,selalu merasah bermusushan dan
berfikir negatif serta berlaku kasar.Contoh ahli proyek mesin ini posisi pada
tabel diatas adalah nomor VII (delapan ) yaitu hubungan antara atasan dan
bawahan buruk serta posisi jabatan juga buruk sehingga gaya kepemimpinan
yang diterapkan adalah Task Motivation. Manajer ini tidak sukses.
c) Perawat Supervisor (Registered nurse) untuk posisi situasional variable nomor
IV.
Perawat ini sangat disenangi oleh bawahannya tetapi dokter-dokter hampir
selalu mengontrol/ menguasai dalam pekerjaannya . Dokter- dokter tidak
mengijinkan perawat ini melaksanakan pekerjaan keperawatan yang
seharusnya dialakukan. Perawat terus berjuang agar dokter mengijinkan
melakukan pekerjaan keperawatan yang sebenarnya dan menghentkan
mengganggu pekerjaannya.

G. Perbedaan pemimpin dan Manager


Perbedaan Managemen (manager) dengan pemimpin (leader)
Karakteristik Tanggung Jawab
Manager Leadership
1. Melaksanakan tindakan sifatnya 1. Mengarah penciptaan visi dan
mulai strategis sampai taktis misi serta tujuan organisasi
2. Harus menguasai pengelolaan 2. Menentukan target penggunaan
anggaran keuangan organisasi
3. Mengukur dan menilai kinerja 3. Memutuskan ukuran apa yang
bawahannya digunakan untuk mengukur dan
4. Membuat dan menerapkan serta menilai kinerja bawahannya
menilai peratura dan kebijakan 4. Mengusulkan peraturan dan
yang berlaku kebijakan baru
5. Menerapkan peraturan disiplin 5. Mengusulkan peraturan disiplin
6. Mengorganisasi orang dan 6. Menentukan struktur, hirarki
pekerjaannya jabatan individu dan kelompok

21
7. Melakukan perencanaan dan 7. Menciptakan peran pekerjaan
recruitmen tenaga baru
8. Menilai pelaksanaan etika dan 8. Menentukan tingkatan etik dan
moral profesi dalam bekerja moral profesi/pekerjaan
9. Mengembangkan organisasi dan 9. Mengembangkan organisasi
sumber daya manusia 10. Melakukan antisipasi terhadap
10. Langkahnya selalu berprinsip adanya masalah
problem-solving 11. Melakukan tugas sosialisasi
11. Melakukan perencanaan sumber 12. Menyusun dan menemukan
daya organisasi peluang baru untuk kemajuan
12. Meningkatkan produktivitas dan organisasi
efisiensi 13. Menginspirasi dan
13. Memberikan motivasi dan memberdayakan orang lain
mendukung kemajuan 14. Merencanakan dan
bawahannya mengorganisasi bagaimana
14. Melakukan kegiatan delegasi dan menukseskan tujuan organisasi
pendidikan/pelatihan

Dari perbedaan diatas maka manajer Dari perbedaan diatas maka


banyak menyentuh pada proses pemimpin banyak berhubungan
perencanaan dan pengendalian semua langsung dengan pelaksanaan
kegiatan / pekerjaan atau banyak pekerjaan atau banyak berhubungan
berhubungan dengan efisiensi dengan efektifitas pekerjaan
pekerjaan

22
H. Kepala Ruangan
Kepala ruangan adalah merupakan manajer tingkat pemula yang fokus utama
kegiatannya berada di unit-unit kerja (Rocchiccioli & Tilbury, 1998). Dalam
melakukan kegiatannya kepala ruangan dibantu oleh orang-orang yang bekerja di
tingkat manajer pemula antara lain wakil kepala ruangan dan ketua tim, serta
perawat pelaksana. Menurut Depkes (2000) , kepala ruangan adalah seorang
tenaga keperawatan yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengatur
dan mengendalikan kegiatan pelayanna keperawatan di ruang rawat.
Adapun Depkes RI (2000) menyatakan bahwa seorang kepala ruangan
memiliki tanggung jawab:
1) Merencanakan kebutuhan tenaga perawat
2) Merencanakan kebutuhan alat kesehatan dan penggunaannya
3) Mengembangkan pelayanan keperawatan
4) Melaksanakan penilaian kinerja perawat
5) Memberikan orientasi kepada pasien baru
6) Melaksanakan SAK (standar asuhan keperawatan dan Standard SOP /
Operational Procedur ) yang ditetapkan pimpinan bidang keperawatn
7) Melaksanakan pembimbingan mahasiswa keperawata
8) Memberikan laporan berkala tentang pelayanna keperawatan

23
BAB III

KASUS

A. Kasus
Seorang kepala ruangan rawat inap penyakit dalam mengadakan kinerja rapat
rutin dengan seluruh parawat. Dalam rapat rutin tersebut kepala ruangan
mengagendakan kinerja parawat yang tidak baik. Hal ini di picu oleh adanya
sikap kepala ruangan yang otoriter (menurut sebagian perawat), dan perawat
yang malas bekerja.

B. Analisis Kasus
1. Prinsip/gaya kepemimpinan
Berdasarkan kasus diatas, prinsip/gaya kepimpinan yang diemban oleh
kepala ruangannya yaitu kepimpinan oteriter (terlalu keras). Ini karena
pimpinan merasa lebih mengetahui dan mampu dari pada bawahan nya
/perawat sehingga membuat kepala ruangan nya seenak nya saja dalam
melakukan pekerjaan nya.
2. Perencanaan
a. Mengajak pemimpin/kepala ruangan serta seluruh staf untuk
melaksanakan rapat mengenai agenda yang akan dilakukan
diruangan dengan musyawarah san mencapai suatu tujuan dengan
cara mufakat bersamaa.
b. Mengagendakan pemberian reward dan pujian untuk perawwat
yang rajin dan disiplin dalam menjalankan tugasnya. Agar para
perawat ruangan lebih semangat lagi dalam bertugas.
c. Merencanakan penetapan atau membentuk pembagian kinerja para
perawat

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi orang lain dalam mencapai
tujuan (huber,2000). Menurut la monica (1998) menyimpulkan pendapat dari
fleisman (1973) dan hersey & Blanchard (1977), kepemimpinan adalah
pengguna proses atau kelompok ke arah pencapaian satu atau kelompok ke
arah pencapaian satu atau beberapa tujuan dalam situasi yang unik dan
tertentu. Definisi dari para ahli yang lain, kepemimpinan adalah suatu
kegiatan mempengaruhi individu atau sekelompok orang agar mau
melaksanakan tugas sesuai tujuan organisasi secara sukarela.

25
DAFTAR PUSTAKA

Kurniadi Anwar. 2013. Manajemen Keperawatan Dan Prospektifnya. Jakarta:


FKUI

26
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan pada kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami
berhasil menyelesaikan tugas makalah manajemen keperawatan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua
kalangan yang bersifat membangun guna kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami
berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Bengkulu, 23 agustus 2017

Kelompok 3

27
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG ........................................................................ 1

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................2

BAB III KASUS..................................................................................24

BAB IV PENUTUP.........................................................................25

28
MAKALAH

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KEPEMIMPINAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

1. DINDA DWIYANA N
2. RESKA AYU SANTRI
3. JAYADI
4. FUZITA FRANSISKA
5. ULFA RIZA

KELAS III A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN AJARAN 2017/2018

29
30

Anda mungkin juga menyukai