Anda di halaman 1dari 16

Apa itu Dermatitis Atopik?

Ini adalah penyakit eksim yang terjadi bersamaan dengan serangan


asma maupun Hay fever (radang selaput lendir pada hidung) dan sering menimpa anak-anak
dibawah 5 tahun dengan persentase 10-20%, walau demikian orang dewasa juga berpotensi
mengalami hal yang sama. Penyakit ini memang digolongkan dalam jenis penyakit kronis,
artinya dapat berlangsung terus-menerus atau bertahan lama (sering kambuh dan seolah sembuh).

Penyebab Dermatitis Atopik


Ada beberapa faktor yang turut menimbulkan eksim, seperti:

Kondisi kulit kering dan iritasi, hal ini menyebabkan kulit tidak dapat maksimal dalam
memainkan peranannya sebagai pelindung tubuh terhadap bakteri ataupun zat yang dapat
memicu reaksi alergi (alergen). Selain itu, munculnya variasi gen tertentu yang memengaruhi
fungsi perlindungan kulit juga menjadi penyebab Dermatitis Atopik.

Juga, gangguan pada sistem imun (kekebalan tubuh). Belum lagi munculnya serangan bakteri
Staphylococcus aureus yang menghasilkan lapisan penghalang bagi kelenjar keringat, tentu
akibat dari kondisi lingkungan yang buruk.

Gejala Dermatitis Atopik

Bila Anda merasa gatalkhususnya pada malam hari. Muncul benjolan kecil berisi cairan yang
mudah pecah dan menimbulkan kerak atau bercak berwarna merah-keabuan, lalu membengkak
saat tergores. Kulit tampak tebal, kering, bersisik, dan kasar. Ini terjadi pada lipatan tubuh
seperti: kulit kepala, wajah, kelopak mata, leher, tangan, pergelangan tangan, siku lengan, dada
bagian atas, siku lutut, pergelangan kaki, dan kaki.

Segera bawa pasien ke dokter jika timbul rasa sakit tak tertahankan pada kulit yang terinfeksi
dan timbul koreng atau nanah. Kondisi lain yang juga mengharuskan pasien mendapatkan
perawatan lebih lanjut ialah saat penglihatan mulai terpengaruh dan mengalami demam.

Pengobatan Dermatitis Atopik

Untuk dapat mengatasinya dibutuhkan waktu berbulan-bulan hingga tahunan, mengingat


kondisinya sering kambuh-sembuh. Maka pengobatan hanya bersifat meringankan kondisi pasien
dan mengontrol perkembangan maupun jangka waktu kekambuhannya.

Hal ini dilakukan dengan salep atau krim kortikosteroid topikal yang harus diperoleh
berdasarkan resep dokter, karena dapat menyebabkan iritasi jika digunakan sembarangan.
Adapula obat yang disebut dengan inhibitor kalsineurin yang memengaruhi sistem kekebalan
tubuh dan hanya digunakan saat pengobatan lain tidak berhasil mengatasi penyakit ini, karena
dapat menimbulkan efek samping.

Antibiotik yang diminum untuk mengurangi infeksi bakteri pada kulitkhususnya pada luka
terbuka juga diberikan dokter. Obat antihistamin untuk diminum juga membantu mengatasi
gatal dimalam hari dan membuat Anda mengantuk sehingga dapat tidur nyenyak.
Phototherapy atau terapi cahaya juga dapat menjadi alternatif pengobatan.

Pada kasus yang parah seringkali dokter memberikan suntikan obat kortikosteroid, namun tidak
dapat digunakan dalam jangka panjang karena efek samping yang serius. Anda dapat
melanjutkannya dengan menggunakan pelembab obat yang dapat mencegah kekambuhan setelah
penggunaan obat kortikosteroid.

Perawatan bagi anak-anak dapat berupa pemberian salep, krim, lotion, atau pelumas kulit bayi.
Kemudian, hindari suhu yang ekstrim dan iritasi.

Pencegahan Dermatitis Atopik

Menjaga kebersihan adalah cara terbaik untuk mencegahnya, namun jika ini sudah terjadi Anda
hanya dapat mencegah terjadinya kekambuhan. Hal ini dilakukan dengan mengamati dan
menghindari pemicu Dermatitis Atopik. Mandi dengan air hangat dan sabun yang tidak
menyebabkan kulit kering (gunakan hanya pada lipatan tubuh) selama 10-15 menit. Keringkan
tubuh dengan menepuk-nepuk handuk pada kulit, lalu gunakan pelembab tubuh.
MAKALAH DERMATITIS

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis juga dapat
didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang
mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi.
Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-bahan kimia,
sering kali dermatitis terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung dengan perhiasan logam
biasanya emas dengan kadar rendah atau perhiasan perak dan kuningan. Jika Anda mengalami
kulit kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi pada dokter, apakah yang terjadi
pada kulit Anda teridentifikasi dermatitis.
Jika Anda teridentifikasi dermatitis, maka pertama kali yang harus Anda ketehui adalah
penyebab dari penyakit kulit tersebut. Pastikan Anda menghindari penyebab dari iritasi dan alergi.
Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan. Sebab menggaruk tidak akan
membuat hilang rasa gatal, melainkan akan memperparah ketidaknyamanan Anda. Sebab
menggaruk akan menyebabkan kulit lebih rentan terhadap infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya.
Biasanya rasa gatal timbul karena area kulit tersebut kering maka gunakan pelembab untuk
mengurangi rasa gatal. Gunakan obat kulit untuk dermatitis, juga akan membantu mengurangi rasa
gatal.
Dermatitis tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Tipe
dermatitis yang sering terjadi pada anak-anak yaitu dermatitis atopik yang meruapakan suatu
gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. GeJala ini biasanya timbul pada usia sekitar
2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan akut,
gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan sangat gatal. Kadang-
kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan nanah.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum mengenai Dermatitis meliputi konsep
dasar (anatomi fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, komplikasi,
pemeriksaan penunjang, serta penatalaksanaan medis), asuhan keperawatan secara teori
(pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi), tinjauan kasus dan
pembahasan kasus.
2. Tujuan Khusus
a Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Dermatitis pada gangguan
system integumen
b Mampu melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dengan kasus Dermatitis pada gangguan
system integumen
c Mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan kasus gangguan
sistem integumen dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah dengan kasus
gagguan system integumen
d Mampu melakukan fungsi advokasi pada kasus dengan kasus Dermatitis pada gangguan system
integumen
e Mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan kasus Dermatitis pada gangguan system
integumen

C. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana
melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system integumen ( Dermatitis )
pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi
kepustakaan untuk mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan dengan kasus gangguan system integumen.
Sistematika Penulisan digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan
jelas, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, maka penulis
menguraikan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah, Metode
Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, meliputi Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen, Konsep
Penyakit (LP Kasus), Konsep Askep ( Pengkajian Evaluasi), Identifikasi Masalah - Masalah
Penelitian yang b.d Kasus ( Telaah Jurnal ), Fungsi Advokasi sesuai dengan Kasus.
BAB III Pembahasan Kasus, meliputi Scenario dan Jawaban Scenario.
BAB IV Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen


Integumen (kulit) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, membungkus otot-otot
dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar
yang tidak berujung.Integumen menyusun 16 % dari total berat badan.
Komponen dalam sistem integumen :
1. Kulit
Terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan lemak subkutan (hypodermis).
2. Struktur assesoris
Terdiri dari rambut, kuku, dan kelenjar eksokrin multiselular.
Fungsi kulit :
1. Proteksi
Melindungi jaringan dan organ yang terbungkus dalam kulit dari bakteri, virus, jamur, abrasi,
bahan kimia, dan trauma
2. Ekskresi
Pengeluaran garam, air, dan sampah-sampah organic dari kelenjar integument
3. Keseimbangan
Mengatur agar suhu tubuh tetap seimbang (normal), dimana kehilangan panas dan penyimpanan
panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit, dan dapat terjadi evaporasi jika
dibutuhkan
4. Sintesa vitamin D
Diperlukan untuk metabolisme kalsium
5. Penyimpanan
Lemak disimpan di lapisan subkutan (hypodermis)
6. Deteksi
Dapat mendeteksi sentuhan, tekanan, nyeri, stimulus suhu, nikmat. Hal ini dapat terjadi karena
adanya jalinan ujung-ujung syaraf yang saling bertautan
Fungsi sruktur assosoris :
Sebagai nilai kosmetik

KULIT
1. Lapisan epidermis
Merupakan lapisan terluar yang terdiri epithel squamosa bertingkat. Adanya lapisan ini
dapat memberikan proteksi dari stimulus mekanik dan mikroorganisme dari luar tubuh.Lapisan
pada epidermis dari bagian dasar sampai bagian paling atas, terdiri dari :
a. Stratum germinativum
Merupakan lapisan epidermis yang terdalam, dapat juga disebut stratum basal. Pada
stratum germinativum sebagian besar terdiri dari sel sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang
terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis ,
salah satu sel anak akan tetap berada di lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan
sel yang lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum.
b. Stratum spinosum
Stratum spinosum dapat juga disebut lapisan spiny (lapisan berduri) yang terdiri dari 8
10 lapisan sel langerhans yang berperan dalam respon immune. Sel-sel ini sebagai mekanisme
pertahanan saat mikroorganisme akan memasuki lapisan superficial epidermis dan perlindungan
lapisan superficial dari kanker kulit.
c. Stratum granulosum
Stratum granulosum dapat juga disebut lapisan grainy (lapisan butir padi) yang terdiri dari
3 5 lapisan keratinosit. Keratinosit membuat protein keratin dan keratohyalin dalam jumlah yang
besar. Pada manusia, keratin merupakan komponen dasar dalam pembentukan rambut dan kuku.
d. Stratum lucidum
Stratum lucidum merupakan lapisan bersih yang menutupi stratum granulosum. Sel pada
stratum lucidum berbentuk datar, padat, dan penuh dengan keratin.
e. Stratum korneum
Merupakan lapisan tidak berinti tetapi bertanduk, yang terdiri dari 15 30 lapisan sel
keratin.
2. Lapisan dermis
Lapisan dermis terletak diantara lapisan epidermis dan subkutan (hypodermis). Dermis
terdiri dari serabut serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi
dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh pembuluh darah dan syaraf yang menyokong dan
memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh.
Lapisan dermis terdiri dari dua komponen utama yaitu :
a. Lapisan papilla
Terdiri dari jaringan areolar, dimana pada lapisan ini terdiri dari kapiler dan syaraf syaraf sensoris
yang mensupply permukaan kulit.
b. Lapisan reticular
Merupakan lapisan yang lebih dalam dari pada lapisan papilla. Terdiri dari serat kolagen, organ
accessories, pembuluh darah, kelenjar getah bening, dan serabut syaraf.
3. Lapisan subkutan (hypodermis)
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan areolar dan adipose. Pada lapisan ini mengandung
sedikit kapiler dan tidak mengandung organ vital. Selama manusia mengalami pertumbuhan,
distribusi lemak subkutan juga mengalami perubahan, terutama ketika memasuki masa pubertas.
Warna kulit
Warna kulit sebagai hasil interaksi antara :
1. Pigmen pada lapisan epidermis
Pada lapisan epidermis terdapat dua pigemen yaitu karotin dan melanin. Karotin merupakan
pigmen oranye kuning yang normalnya terakumulasi di sel epidermis. Melanin merupakan
pigmen coklat, kuning coklat, atau hitam yang diproduksi oleh melanosit. Melanosit terletak di
stratum germinativum.
2. Sirkulasi pada lapisan dermis
Darah terdiri dari sel darah merah yang berisi pigmen haemoglobin yang mentransportasikan
oksigen ke dalam pembuluh darah. Pada keadaan tertentu seperti adanya inflamasi, penurunan
maupun peningkatan sirkulasi, dapat menimbulkan adanya perubahan pada warna kulit seperti
kulit berwarna kemerahan, pucat, bahkan sianosis.

Struktur accessories

1. Folikel rambut dan rambut


Rambut hampir menutupi seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak tangan, sisi jari,
bibir, dll. Tubuh manusia memiliki sekitar 5 juta rambut, dan 98 % terletak pada tubuh dan bukan
di kepala. Rambut diproduksi oleh suatu organ, yang disebut folikel rambut, dimana folikel ini
memerlukan kerjasama yang kompleks antara epidermis dan dermis.
2. Kelenjar pada kulit
a. Kelenjar sebasea (kelenjar minyak)
Merupakan kelenjar holokrin yang mensekresikan minyak ke folikel rambut. Kelenjar
sebasea juga memproduksi lipid dalam jumlah besar, yang sekresinya disebut sebum (terdiri dari
trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit). Sebum dapat menghambat pertumbuhan bakteri,
lubrikasi dan proteksi keratin pada rambut dan sekitar kulit.
b. Kelenjar sudorifera (kelenjar keringat)
Pada kulit terdapat dua tipe kelenjar sudorifera (kelenjar keringat) :
1) Kelenjar keringat apokrin
Terletak di axilla, sekitar papilla mammae, dan femur. Kelenjar apokrin memulai sekresinya saat
usia pubertas. Sel yang mensekresikan keringat pada kelenjar apokrin ini adalah myoepithelial cell.
Aktivitas sekresi dan kontraksi sel myoepitheial dikontrol oleh system syaraf dan sirkulasi
hormone.
2) Kelenjar keringat merokrin
Kelenjar keringat merokrin dapat juga disebut kelenjar keringat ekrin. Kelenjar ini mempunyai
distribusi yang lebih lebar, dan struktur anatomis yang lebih kecil jika dibandingkan dengan
kelenjar apokrin.
Pada orang dewasa mempunyai sekitar 2 5 juta kelenjar merokrin (ekrin). Keringat 99 % terdiri
dari air, selain itu juga mengandung elektrolit, nutrisi organic, dan zat sampah produksi. Keringat
mempunyai PH 4 6,8 dan dengan adanya elektrolit memberikan suasana seperti garam

3. KUKU
Kuku melindungi ujung jari tangan dan kaki jika ada stress mekanik.Kuku dapat dijadikan
sebagai suatu data tentang keadaan seseorang, misalnya kuku yang berwarna kuning
mengindikasikan orang tersebut kemungkinan terkena gangguan respirasi kronik, gangguan pada
kelenjar tiroid, atau AIDS. Bagian bagian kuku :
B. Konsep Penyakit Dermatitis (LP Kasus)
1. Pengertian Dermatitis
Dermatitis berasal dari kata dermo- (kulit) -itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis
dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam
perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya
memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :1986)
Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan gejala subjektif
gatal dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (Junaidi Purnawan :
1982)
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal ( Djuanda,
Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis
adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis adalah epidermo yang berupa gejala subyektif pruritus dan obyektif tampak
imflamasi eritema. (Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta. Edisi 3. Jakarta : EGC)
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( umlamasi pada kulit ) yang disertai dengan
pengelupasan kulit ari.( Brunner dan Suddart dan pembentukkan sisik 2000 )
Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
( www.blogdokter,net2007)

2. Patogenesis / Etiologi
Berdasarkan etiologinya dermatitis dibagi dalam type :
a. Dermatits kontak
1) Dermatitis kontak toksis akut. Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat / absolut.
Contok : H2SO4 , KOH, racun serangga.
2) Dermatitis Kontak Toksis Kronik. Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer lemah /
relatif. Contoh : sabun , detergen.
3) Dermatitis Kontak Alergi. Suatu dermatitis yang disebabkan oleh alergen . Contoh : logam (Ag,
Hg), karet, plastik, popok atau diaper pada anak-anak, dll.
b. Dermatitis Atopik. Suatu peradangan menahun pada lapisan epidermis yang disebabkan zat-zat
yang bersifat alergen. Contoh : inhalan (debu, bulu).
c. Dermatitis Perioral. Suatu penyakit kulit yang ditandai adanya beruntus-beruntus merah disekitar
mulut. Penyebabnya tidak diketahui dan bisa muncul pemakaian salep kortikosteroid diwajah
untuk mengobati suatu penyakit.
d. Dermatitis Statis. Suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering meninggalkan
bekas, yang disebabkan penimbunan darah dan cairan dibawah kulit, sehingga cenderung terjadi
varises dan edema.

3. Gejala klinis / manifestasi klinis


Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tandatanda
radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu
(kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).
Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang
dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
a. Dermatitis Kontak.
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat dan menebal.
b. Dermatitis Atopik.
Gatal-gatal , muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir, yang mengenai wajah, daerah
yang tertutup popok, tangan, lengan dan kaki.
c. Dermatitis Perioral.
Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus-beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis.
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu / bulan , warna menjadi coklat.

4. Patofisiologi
a. Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan
oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam
beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran
untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya
membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik
akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah
dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil
dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator-
mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu
dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
1) Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang.
2) Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil
pada terjadinya kerusakan tersebut.
b. Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang
menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1) Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap
individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka.
Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan
pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan
kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein
ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human
Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan
terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan
molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan
molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal
antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor
antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen
(antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1
(interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan
mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan
bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila
kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari,
dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti
mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
2) Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel
yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan
merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit
memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit
T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag
untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat.
Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan
tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses
skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta
pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-
1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit.
Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi
setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang
bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen
spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis
yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit
yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen
adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan
iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak
sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan,
tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya
penyakit kulit lain.

5. Klasifikasi
a. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
1) Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
2) Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No. Dermatitis kontak Dermatitis kontak alergik
iritan
1. Penyebab Iritan primer Alergen kontak S.sensitizer
2. Permulaan Pada kontak pertama Pada kontak ulang
3. Penderita Semua orang Hanya orang yang alergik
4. Lesi Batas lebih jelas Batas tidak begitu jelas
Eritema sangat jelas Eritema kurang jelas
5. Uji Tempel Sesudah ditempel 24 Bila sesudah 24 jam bahan
jam, bila iritan di allergen di angkat, reaksi
angkat reaksi akan menetap atau meluas berhenti.
segera
b. Dermatitis atopic
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan
kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya
dilipatan atau fleksural.
c. Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan
umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d. Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan
buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di
sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.

6. Komplikasi
a. Infeksi saluran nafas atas
b. Bronkitis
c. Infeksi kulit
d. Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut, gangguan
ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus,
jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
7. Pemeriksaan Penunjang / Evaluasi Diagnostik
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo dapat dilakukan
dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes tempel yaitu :
a. Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah
tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji
tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
b. Tes Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian
tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan
dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
c. Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-
bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan
bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo.
Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah
satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya.
Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan
secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang
penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel
merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam
keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya
juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan
kortikosteroid
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan oleh
International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah
dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari
penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita
sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif
maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan menghindari
ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam
neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang
sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu.
Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran
dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara
klinis belum bernilai diagnosis.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a. Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin,
antiserotonin, antigraditinin, arit SRS A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid.
b. Terapi topical Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila
kronik diberi saleb.
c. Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan,
jeruk, pisang, dan lain-lain.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan
muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area
yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan
pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c. Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup
kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.

Anda mungkin juga menyukai