Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN


AKIBAT PATOLOGIS SISTEM IMUN “DERMATITIS”

Dosen Mata Kuliah KMB II :

Dr. Ns. Andro Runtu, S.Kep.,M.Kep

Ns. Meilita Enggune, S.Kep.,M.Kep

Ns. Mario Katuuk, M.Kep,.Sp.Kep.MB

Disusun Oleh :

Kelompok 2 (IIA)

Putri Ligouw (2021131) Muthia Sumilat (2021081)

Euginia Karundeng (2021041) Priska Legi (2021092)

Carlo Jansen (2021017)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BETHESDA
TOMOHON

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan Anugerah-Nya,
kami kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman
Akibat Patologis Sistem Imun “Dermatitis”" dengan tepat waktu. Makalah disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami kelompok menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Tomohon, 12 Februari 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………...………………… i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI…………………………………………...……… ……………... iii

BAB I PENDAHULUAN…………………….………………………………... 1

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… 1
C. Tujuan………………………………………………………………….. 2
D. Manfaat……………………………………………...…………………. 2

BAB II PEMBAHASAN………………………...…………………………….. 3

A. Konsep Dasar Penyakit………………………………………………… 3


B. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………….. 11

BAB III PENUTUP………………………………………...………………….. 22

A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 22
B. Saran………………………………………………………...…………. 22

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekzema mempunyai banyak bentuk gambaran klinis, sehingga sulit
dibuat definisi untuk kata “ekzema”. Disarankan istilah tersebut tidak
dipakai lagi dan digantikan dengan istilah dermatitis. Sebenarnya istilah
dermatitis sudah banyak dipakai untuk ekzema karena kontak, ekzema pada
atopik, dan pada dermatitis seboroik.
Dermatitis adalah peradangan atau iritasi di kulit yang umumnya
ditandai dengan kulit gatal, kering, dan kemerahan. Penyakit kulit ini
umumnya terjadi akibat reaksi alergi. Dermatitis sendiri terbagi dalam
banyak jenis, di antaranya dermatitis atopik dan dermatitis kontak.
Dermatitis atau eksim merupakan penyakit kulit yang tidak menular.
Dermatitis bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi hingga lansia. Meski
tidak berbahaya, kondisi ini dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dermatitis merupakan penyakit peradangan kulit yang sangat umum.
Penyakit ini biasanya menyerang 15 – 20% anak-anak dan 1 – 3% dari orang
dewasa di seluruh dunia. Orang dengan riwayat alergi dan asma lebih rentan
mengalaminya.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Akibat Patologis Sistem Imun
“Dermatitis”?

1
C. Tujuan
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Akibat Patologis Sistem
Imun “Dermatitis”.

D. Manfaat
Memberikan informasi penting mengenai Asuhan Keperawatan Pada
Pasien Dengan Gangguan Kebutuhan Rasa Aman Dan Nyaman Akibat
Patologis Sistem Imun “Dermatitis”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Penyakit kulit dermatitis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
peradangan akibat kontak langsung dengan zat iritan (mudah
mengiritasi kulit) atau alergen (pemicu alergi) di lingkungan sekitar.
Masalah kulit ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai
respons terhadap pengaruh factor eksogen dan atau factor endogen,
menimbulkan kelainan klinis berupa eflorensi polimorfik (eritema,
edema, papul, vesikel, skuama, likenifikasi) dan keluhan gatal.
2. Etiologi
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misal nya zat kimia, bakteri
dan fungi selain itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.
Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Penyebab Dermatitis
secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a. Luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen, oli, semen, asam,
basa), fisik (sinar, matahari, suhu), mikroorganisme
(mikroorganisme, jamur).
b. Dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan
iritasi dapat menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim,
biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang
pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi.
Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin
mengalami selulit infeksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan
kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit yang terlihat
3
bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh
dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya
tidak bagus.
3. Manifestasi Klinik
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda
radang akut terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan,
edema misalnya pada muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan
fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau
bula, erosi dan eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat
mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul
dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu
dermatitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan
kulit stadium kronis.
4. Klasifikasi
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak (DK) adalah suatu dermatitis (peradangan kulit)
yang disertai dengan adanya spongiosis/edema interseluler pada
epidermis karena kulit berinteraksi dengan bahan-bahan kimia yang
berkontak atau terpajan pada kulit. Bahan-bahan tersebut dapat
bersifat toksik ataupun alergik.
b. Neuro Dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud
kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita
4
untuk menggaruk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang
dari leher.
c. Seboroik Dermatitis
Dermatitis seboroik adalah peradangan kulit yang sering terdapat
pada daerah tubuh berambut, terutama pada kulit kepala, alis mata
dan muka, kronik dan superfisial.
d. Dermatitis Stasis
Dermatitis stasis merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi
kronik vena (atau hipertensi vena) tungkai bawah yang muncul
dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang
kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan
gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah
jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga
menjadi penyebab.
e. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai
gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau
asma bronkial). Kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian
mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan
(fleksural).
5. Komplikasi
Jika tidak ditangani dapat menyebabkan komplikasi seperti :
a. Kurang tidur
b. Depresi
c. Kegelisahan
d. Konjungtivitis (mata merah)
e. Blefaritis (radang dan kemerahan pada kelopak mata)

5
6. Patofisiologi
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah
hipersenitivitas tipe lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase
induksi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi. Fase induksi ialah saat kontak
pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasi ialah saat
terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai
timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke
dalam kulit dan berikatan dengan protein barier membentuk anti gen
yang lengkap. Anti gen ini ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh
magkrofak dan sel Langerhans, kemudian memacu reaksi limfoisit T
yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi limposit T,
melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke
darah parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi
dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara
spesifik dan sel memori. Kemudian sel-sel tersebut masuk ke dalam
sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoid, tersebar di
seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di seluruh
kulit tubuh. Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang
sama atau serupa. Sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan
limfokin yang mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi
gejala klinis.

6
7. Patofisiologi & Penyimpangan KDM (Pathway)

Nyeri Sel efektor


mengeluarkan limfokin

Gejala klinis : gatal, panas,


kemerahan pada kulit

Gangguan
pola tidur

7
8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis yaitu :
a. Biopsi kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan dengan cara mengambil cintih
jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Biopsi kulit digunakan untuk
menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan
oleh bakteri dan jamur.
b. Uji kultur dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui adanya virus, bakteri, dan
jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah untuk mengetahui apakah
mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat tertentu. Cara
pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil
eksudat pada lesi kulit.
c. Pemeriksaan dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu mempersiapkam pencahayaan khusus
sesuai kasus. Faktor pencahayaan memegang peranan penting.
d. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi, untuk
mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan factor
imunologis, untuk mengidentifikasi respon alergi. Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya
dilihat bagaimana reaksi local yang ditimbulkan, apabila ditemukan
kelainan pada kulit, maka hasil nya positif.
9. Penatalaksanaan Medis
a. Dermatitis kontak
1) Hindari kontak lebih lanjut dengan zat atau benda penyebab
dermatitis kontak
2) Pada tipe iritan, basuhlah bagian yang terkena dengan air
mengalir sesegera mungkin intermiten

8
3) Jika sampai terjadi lecet, tanganilah seperti menangani luka
bakar.
4) Obat anti histamin oral untuk mengurangi rasa gatal dan perih
yang dirasakan.
5) Kortikosteroid dapat diberikan secara topikal, oral, atau
intravena sesuai dengan tingkat keparahannya.
b. Dermatitis atopik
1) Menghindar dari agen pencetus seperti makanan, udara
panas/dingin, bahan-bahan berbulu.
2) Hindari kulit dengan berbagai jenis pelembab antara lain krim
hidrofolik urea 10% atau pelembab yang mengandung asam
laktat dengan konsentrasi kurang dari 5%.
3) Kortikosteroid topikal potensi rendah diberi pada bayi, daerah
intertriginos dan daerah genitalia. Kortikosteroid potensi
menengah dapat diberi pada anak dan dewasa. Bila aktifitas
penyakit telah terkontrol. Kortikosteroid diaplikasikan
intermiten, umumnya dua kali seminggu. Kortikosteroid oral
hanya dipakai untuk mengendalikan DA eksaserbasi akut.
Digunakan dalam waktu singkat, dosis rendah, diberi selang-
seling. Dosis diturunkan secara tapering. Pemakaian jangka
panjang akan menimbulkan efek samping dan bila tiba-tiba
dihentikan akan timbul riebound phenomen.
4) Antihistamin topikal tidak dianjurkan pada DA karena
berpotensi kuat menimbulkan sensitisasi pada kulit. Pemakaian
krim doxepin 5% dalam jangka pendek (1 minggu) dapat
mengurangi gatal tanpa sinsitisasi, tapi pemakaian pada area luas
akan menimbulkan efek samping sedatif.
5) Pemberian antibiotika berkaitan dengan ditemukannya
peningkatan kolonis. Aureus pada kulit penderita DA. Dapat

9
diberi eritromesin, asitromisin atau kaltromisin. Bila ada infeksi
virus dapat diberi asiklovir 3 x 400 mg/hari selama 10 hari atau
4 x 200 mg/hari untuk 10 hari.
c. Neurodermatitis sirkumskripta
1) Pemberian kortikosteroid dan antihistamin oral bertujuan untuk
mengurangi reaksi inflamasi yang menimbulkan rasa gatal,
pemberian steroid topical juga membantu mengurangi
hyperkeratosis. Pemberian steroid topical mid-potent diberikan
pada reaksi radang yang akut, tidak direkomendasikan untuk
daerah kulit yang tipis (vulva, scrotum, axilla dan wajah), pada
pengobatan jangka panjang digunakan steroid yang lowpoten,
pemakaian high-potent steroid hanya dipakai kurang dari 3
minggu pada kulit.
2) Anti-depresan atau Anti-anxiety sangat membantu pada
sebagian orang dan perlu pertimbangan untuk pemberiannya.
3) Jika terdapat suatu infeksi sekunder dapat diberikan antibiotik
topikal ataupun oral.
d. Dermatitis numularis
1) Bila kulit kering diberi pelembab atau emolien
2) Secara topical lesi dapat diobati dengan obat antiinflamasi,
misalnya preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau
pimekrolimus.
3) Kalau ditemukan infeksi bakterial, diberikan antibiotik secara
sistemik.
4) Kortikosteroid sistemik hanya diberikan pada kasus yang berat
dan refrakter, dalam jangka pendek.

10
e. Dermatitis statis
1) Diuretik
2) Imunosupresan
3) Istirahat
4) Kortikosteroid
5) Pelembab
6) Terapi kompresi

B. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama, umur (Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua
orang di semua umur sering terjadi pada remaja dan dewasa muda
dapat terjadi pada pria dan wanita), alamat, tempat tanggal lahir,
pendidikan, suku, agama, diagnosa medis, jenis kelamin,
pendidikan, status pernikahan, dan identitas keluarga yang
bertanggung jawab.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama :
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan
gatal pada kuli, suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan,
kering, edema disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit.
Keluhan tersebut bisamuncul tergantung bagaimana respon
kulitdari masing-masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa
gatal-gatal pada kulit yang dapat menimbulkan lesi akibat
adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam,

11
kemerahan, edema disertai rasa nyeri, rasa terbakar/panas pada
kulit. Keluha-keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani
oleh penderita sehingga penderita harus datang ke pelayanan
kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu :
Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan
oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan tertentu,
kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang itu
sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga :
Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah ada penyakit
keluarga yang sama dengan yang dialami penderita, selain itu
pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu
yang mungkin diketahui oleh keluarganya.
c. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan
kondisi kesehatan terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia
yang dapat menimbulka dermatitis. Jika penderita merasakan
keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya
tidak sembuh pasien pergi ke pelayanan kesehatan
2) Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan
terganggu karena penyakit yang rasakan seperti rasa panas,
demam dan nyeri bagian kulit yang biasanya membuat nafsu
makan turun tetapi tergantung dari masing-masin idividu yang
mengalami.
3) Pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan
pada pola eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian
genital sehingga membuat penderita takut untuk BAK.
12
4) Pola aktivitas dan latihan
Biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat keparahan penyakit dan
rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat
Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi
gangguan pola tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal
ataupun rasa terbakar yang dialami
6) Pola hubungan dan peran
Biasanya hubungan dengan keluarga, teman dan tetangga
terganggu karena penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif
Biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan ganngguan
tetapi tergantung dari masing-masing individu yang mengalami
penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar, bicara
normal, masih mampu berinteraksi social.
9) Pola reproduksi dan seksual
Biasanya penderita dermaitis merasa terganggu dengan pola
seksual jika penyakit tersebut menyerang bagian genetalia
10) Pola penanggulangan stress
Biasanya pada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan
mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan
biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa khawatir klien
tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada penederita dermatitis menyebabkan malaise,
demam, rasa panas pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas
ibadah penderita terganggu.

13
d. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya
lesi atau kemerahan pada kulit, dan kekuatan daya tahan tubuh. TTV
biasanya penderita mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat
nyeri yang dirasakan bisa juga mengakibatkan peningkatan denyut
jantung, peningkatan pernapasan, serta peningkatan tekanan darah.
1) Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat),
Auskultasi (Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk)
mulai dari :
a) Kepala : biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
lukaataulesi.
b) Rambut : biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia
c) Wajah : kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan
tidakpucat, sianosis adanya kemerahan/tidak.
d) Mata : konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada
kelainan atau tidak, serta adanay bengkak kemrahan/tidak
e) Mulut dan gigi : bersih/tidak, warna bibir, ada
stomatitis/tidak, gigi tidak berlubang, gusi tidak berdarah.
Biasanya pada herpes terdapat lesi pada bagian bibir akibat
infeksi
f) Leher : ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak,
adanya kemerahan atau tidak karena dermatitis bias
menyerang bagian kulit manapun
g) Thorak : irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada
tidak bunyi tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan,ada
nyeri tekan atau tidak.
h) Abdomen : ada atau tidak luka bekas operasi, distensi abdoen
atau tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.

14
i) Genetalia : Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan
atau tidak, edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang
menyerang genital mengalami kelainan seperti warna
kemerahan serta adanya rasa nyeri
j) Rectum : bersih/tidak, tidak ada edema, adanya tanda- tanda
insfeksi/tidak).
k) Ekstrimitas : edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis,
CRT kembali normal/tidak
l) Integumen : biasanya pada dermatitis akan ditemukan
radang akut terutama priritus (sebagai pengganti
dolor), kemerahan (rubor), gangguan fungsi kulit (function
laisa), terdapat vesikel-veikel fungtiformis yang
berkelompok yang kemudian membesar, terdapat bula atau
pustule, hiperpigmentasi atau hipopigmentasi. Adanya nyeri
tekan, edema atau pembengkakan, serta kulit bersisik.
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap
pengalaman atau respon individu, keluarga, atau komunitas pada
masalah kesehatan, pada risiko masalah kesehatan atau pada proses
kehidupan. Diagnosis keperawatan merupakan bagian penting dalam
menetukan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu pasien
mencapai kesehatan yang optimal. Diagnosis keperawatan ini bertujuan
untuk mengetahui pendapat pasien dan keluarga mengenai situasi yang
berkaitan dengan kesehatan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
Perumusan diagnosis dilakukan sesuai dengan masalah yang telah
diidentifikasi dengan menggunakan pola PES, yaitu problem sebagai
masalah inti dari respon klien terhadap kondisi kesehatannya, etiologi
sebagai penyebab atau faktor yang mempengaruhi perubahan status
kesehatan, dan sign/symptom berupa tanda yang berupa data objektif
dan gejala yang berupa data subjektif. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2016).
15
Diagnosis keperawatan Dermatitis :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi.
(SDKI, D.0077)
b. Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan bahan
kimia iritatif. (SDKI, D.0129)
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur.
(SDKI, D.0055)
3. Perencanaan
No. Diagnosis Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan agen pencedera intervensi keperawatan Observasi
kimiawi dibuktikan selama 3 hari, maka - Identifikasi lokasi, karakteristik,
dengan mengeluh nyeri, tingkat nyeri menurun, durasi, frekuensi, kualitas,
tampak meringis, dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
bersikap protektif, • Keluhan nyeri - Identifikasi skala nyeri
gelisah, frekuensi nadi menurun - Identifikasi respons nyeri non
meningkat, sulit tidur, • Meringis menurun verbal
pola napas berubah, • Sikap protektif - Identifikasi faktor yang
proses berpikir menurun memperberat dan memperingan
terganggu. • Gelisah menurun nyeri

• Kesulitan tidur - Identifikasi pengetahuan dan

menurun keyakinan tentang nyeri

• Frekuensi nadi - Identifikasi pengaruh budaya

membaik terhadap respon nyeri


- Identifikasi pengaruh nyeri pada
• Pola napas
kualitas hidup
membaik
- Monitor keberhasilan terapi
• Proses berpikir
komplementer yang sudah
membaik
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapeutik

- Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri

Edukasi

- Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan integritas Setelah dilakukan Perawatan integritas kulit


kulit/jaringan intervensi keperawatan Observasi
berhubungan dengan selama 3 hari, maka - Identifikasi penyebab gangguan
bahan kimia iritatif integritas kulit dan integritas kulit (mis. perubahan
dibuktikan dengan jaringan meningkat sirkulasi, perubahan status
kerusakan jaringan dan dengan kriteria hasil : nutrisi, penurunan kelembaban,
atau lapisan kulit, nyeri, • Kerusakan suhu lingkungan ekstrem,
perdarahan, kemerahan. jaringan menurun penurunan mobilitas)
• Kerusakan lapisan
Terapeutik
kulit menurun
• Nyeri menurun - Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah

• Perdarahan baring

menurn - Lakukan pemijatan pada area

• Kemerahan penonjolan tulang, jika perlu

menurun - Bersihkan perineal dengan air


hangat, tertama selama periode
• Tekstur membaik
diare
- Gunakan produk berbahan
petrolium atau minyak pada
kulit kering
- Gunakan produk berbahan
ringan/alami dan hipoalergik
pada kulit sensitif
- Hindari produk berbahan dasar
alkohol pada kulit kering

Edukasi

- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. lotion, serum)
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada diluar rumah
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya

3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan Dukungan tidur


berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi
kurang kontrol tidur selama 3 hari, maka pola - Identifikasi pola aktivitas dan
dibuktikan dengan tidur membaik dengan tidur
mengeluh sulit tidur, kriteria hasil : - Identifikasi faktor pengganggu
mengeluh sering terjaga, • Keluhan sulit tidur (fisik dan atau psikologis)
mengeluh tidak puas tidur menurun - Identifikasi makanan dan
tidur, mengeluh pola • Keluhan sering minuman yang mengganggu
tidur berubah, mengeluh terjaga menurun tidur (mis. kopi, teh, alkohol,
istirahat tidak cukup. makan mendekati waktu tidur,
• Keluhan tidak minum banyak air sebelum
puas tidur tidur)
menurun - Identifikasi obat tidur yang
• Keluhan pola dikonsumsi
tidur berubah
Terapeutik
menurun
• Keluhan istirahat - Modifikasi lingkungan (mis.

tidak cukup pencahayaan, kebisingan, suhu,

menurun matras, dan tempat tidur) batasi


waktu tidur siang, jika perlu
- Fasilitasi menghilangkan stress
sebelum tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan
(mis. pijat, pengaturan posisi,
terapi akupresur)
- Sesuaikan jadwal pemberian
obat dan/ tindakan untuk
menunjang siklus tidur-terjaga

Edukasi

- Jelaskan pentingnya tidur cukup


selama sakit
- Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
- Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur
- Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.
psikologis, gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
- Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmakologi
lainnya

4. Pelaksanaan
Implementasi keperawatan adalah tahap pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan yang telah disusun oleh perawat untuk mengatasi
masalah pasien. Implementasi dilaksanakan sesuai rencana yang sudah
dilakukan, teknik dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan psikologis.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah tahap terakhir dari proses
keperawatan. Kegiatan evaluasi ini merupakan membandingkan hasil
yang telah dicapai setelah proses implementasi keperawatan dengan
tujuan yang diharapkan dalam perencanaan dan kriteria hasil evaluasi
yang telah diharapkan dapat terapai.

21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah
eflo-resensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh
: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya :
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik.
Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan
misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik,
menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.

B. Saran
Sebagai saran, kami hanya ingin menyampaikan agar kita semua menjaga kesehatan
diri kita masing-masing, dan menghindari faktor risiko dan penyebab dari penyakit ini
sendiri, serta mengetahui dengan benar cara mencegah penyakit ini.

22
DAFTAR PUSTAKA
Harapah, M. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta. Hipokrates.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Nopinah. (2018). Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem Imunitas
Pada Kasus Dermatitis. Diakses pada 12 februari 2023, dari
https://www.academia.edu/38178582/ASKEP_DERMATITIS_fix
Banowati, A. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dermatitis. Diakses pada 12
februari 2023, dari
https://www.academia.edu/10853371/Asuhan_Keperawatan_pada_Pasien_Dermatit
is
Hellosehat. Dermatitis. Diakses pada 12 februari 2023, dari
https://hellosehat.com/penyakit-kulit/dermatitis/pengertian-dermatitis/
Alodokter. Dermatitis. Diakses pada 12 februari 2023, dari
https://www.alodokter.com/dermatitis
Putri, H. (2021). Dermatitis. Diakses pada 12 februari 2023, dari
https://www.sehatq.com/penyakit/dermatitis

Anda mungkin juga menyukai