Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH II

LAPORAN KASUS

REDUKSI TERTUTUP PADA FRAKTUR COLLES

OLEH :

dr. Glendy

PEMBIMBING :

dr. Jufri Latief Sp B, Sp OT

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I


BAGIAN BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan dan insidensi………………………………………………….. 1

BAB II Anatomi dan Fisiologi Kepala……….....................................................5

BAB III Mekanisme Cedera Kepala Dan Patofifiologi........................................14

BAB IV Tanda Dan Gejala…………………………………………………………16

BAB V Klasifikasi Cedera Kepala…………………………………………….……18

BAB VI Penanganan Cedera Kepala………………………………………………..23

BAB VII Teknik Burrhole Eksplorasi Pada Cedera Kepala…………………….…..28

BAB VIII Komplikasi Dan Prognosis………………………………………….……34

Daftar Pustaka……………………………………………………………….……….35
Laporan Kasus
Reduksi Tertutup Pada Fraktur Colles
Glendy, Jufri Latief
Divisi Bedah Ortopedi, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar

ABSTRAK

Fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas , fraktur metafisis distal radius dengan
jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus ulna.Fraktur colles
merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus radius. Prevalensi kejadian
fraktur colles,umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria (5:1), sedang umur
sebelum 50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian
rata-rata di India 6 kasus per 10000 penduduk per tahun Usia terbanyak yang terkena adalah
antara umur 50 – 59 tahun.

Dilaporkan kasus seorang wanita 59 tahun masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah
Sakit Ibnu Sina, dengan keluhan utama nyeri dan bengkak pada pergelangan tangan kiri dialami
sejak umur 1 jam sebelum masuk rumah sakit.Nyeri dirasakan terus menerus. Mekanisme Injuri
pasien terpeleset pada saat berjalan dan kemudian jatuh dengan tangan bertumpu pada sebelah
kiri.Keluhan penyerta lain tidak ada.Pasien dalam keadaan sadar saat terjatuh.Tidak ada riwayat
pingsan,mual dan muntah,Pasien ada riwayat DM dan HT.Riwayat Konsumsi Obat-Obatan
Hipertensi ada. Pada pemeriksaan fisik: status generalis sakit sedang/ gizi
cukup/composmentis.Status vitalis dalam batas normal. Status lokalis, terdapat deformitas pada
regio antebrahi sinistra.Nyeri tekan (+), suhu dalam batas normal.Pemeriksaan laboratorium
dalam batas normal .Dilakukan pemeriksaan radiologi Pada foto radiologi tampak fraktur pada
distal radius dengan displaced distal fragmen fraktur cranioposterior disertai avulsi fragmen
fraktur.Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, serta pemeriksaan radiologi didapatkan
diagnosis kerja Fraktur Colles Sinistra Dilakukan penatalaksanaan reduksi tertutup

Kata Kunci: Fraktur, Fraktur Colles, Reduksi Tertutup,


ABSTRACT

Colles Fracture is special antebrachii fracture. It is a fracture in metafisis distal radius


with distance around 2,5 cm from surface of distal radius joint. The dislocation of distal
fragment is to posterior/dorsal ,subluxation of distal radioulnar joint and avultion of processus
stiloideus ulna. Colles Fracture approximately around 8%-15% from all of fracture and 60%
from radius fracture.. The Incidence of Colles Fracture are In the age above 50 women more
than man .Right side more usually than left side. The mean rate in a year is 0,98 %

A women 59 years is reported admitted to unit emergency call in Ibnu Sina Hospital
Makasssar with chief complaint are pain and swelling in wrist joint left hand since 1 hours
before admitted to the hospital.The Pain is constantly. There is no another complaint.The
Mechanism of injury is pasien slipped when walking in mall and suddenly fell with the rests of
left hand there is bo more another complaint, pasien still conscious, there are no history of
unconsciounes.nausea and vomiting. Patien had DM and Hipertension. There is history consume
drugs for hypertension.In physical examination. General Status : Moderete Illnes / well
nourished/ composmentis.Vital sign are normal,Local status there is deformity in antebrachii
region, tenderness, body temperature is normal ,Laboratory finding within normal limit.In
Radiologic X-Ray there is fracture in distal radius with displaced fragmen fracture in
cranioposterior and accompany avulse fragmen fracture

Based on History taking .physical examination,and radiologic finding. The working


diagnose is Colles Fracture.and the management is closed reduction

Key word : Fracture, Colles Fracture,Closed Reduction


FRAKTUR COLLES

PENDAHULUAN

Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi pada
pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan menumpu dan
biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang jatuh dengan tangan yang
menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan kemudian menyebabkan tangan memutar dan
menekan lengan bawah. Jenis luka yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita.
Pada anak-anak dan lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada dewasa. Abraham
Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan fraktur radius distalis pada tahun 1814
dan sekarang dikenal dengan nama fraktur Colles.Ini adalah fraktur yang paling sering
ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis
pasca menopause.

Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang
terentang.Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan dalam
posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis radius distal yang akan
menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah berjarak 2 cm dari permukaan
persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal,
radial dan supinasi. Gerakan ke arah radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus
styloideus ulna, sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial
menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distalMomok cedera tungkai atas adalah kekakuan,
terutama bahu tetapi kadang-kadang siku atau tangan. Dua hal yang harus terus menerus diingat :
(1) pada pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi berkonsentrasi pada
pengembalian gerakan; (2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara terapinya, jari harus
mendapatkan latihan sejak awal.

Fraktur Colles adalah Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur
metafisis distal radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit,
jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial
serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.
Fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas , fraktur metafisis distal radius dengan
jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus ulna.
ANATOMI

Radius adalah tulang di sisi lateral antebrachii. Radius bagian distal bersendi dengan
tulang karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian
distal ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar
dan dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain
terdapat ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus
artikularis, yang melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada
ligamen kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan
diskus artikularis bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya
menghubungkan radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC =
triangular fibro cartilage complex) Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi
pergelangan tangan serta gerakan deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat
mencapai 90 derajat oleh karena adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan
sendi lunatum-kapitatum dan sendi lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah
gerak rotasi.

Articulatio yang terdapat pada os radius :

v Articulatio humeroradialis yaitu articulation antara capitulum humeri os humerus dengan


fovea articularis os radii.

v Articulatio radioulnaris proximal yaitu articulation antara incisura radialis os ulna dengan
circumferential articularis caput radii os radii.. Diperkuat oleh ligamentum anulare radii.

v Articulatio radioulnaris distal yaitu antara incisura ulnaris os radii dengan caput ulna os ulna.
Diperkuat oleh ligamentum radioulnare.

v Articulatio radiocarpalis yaitu antara facies articularis carpalis os radii dengan facies
articularis os scaphoideum et os lunatum.

Os ulna dan os radius dihubungkan oleh articulatio radioulnar yang diperkuat oleh ligamentum
anulare yang melingkari kapitulum radius, dan di distal oleh sendi radioulnar yang diperkuat oleh
ligamen radioulnar, yang mengandung fibrokartilago triangularis. Membranes interosea
memperkuat hubungan ini sehingga radius dan ulna merupakan satu kesatuan yang kuat . Oleh
karena itu, patah yang hanya mengenai satu tulang agak jarang terjadi atau bila patahnya hanya
mengenai satu tulang, hampir selalu disertai dislokasi sendi radioulnar yang dekat dengan patah
tersebut.

Selain itu, radius dan ulna dihubungkan oleh otot antartulang, yaitu otot supinator, m.pronator
teres, m.pronator kuadratus yang membuat gerakan pronasi-supinasi. Ketiga otot itu bersama
dengan otot lain yang berinsersi pada radius dan ulna menyebabkan patah tulang lengan bawah
disertai dislokasi angulasi dan rotasi, terutama pada radius.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii ventral superficial: m. Pronator Teres , m. Flexor
Carpi Radialis, m. Palmaris Longus, m. Flexor Digitorum Superficil, m. Flexor Carpi Ulnaris.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii ventral profunda: m. Flexor Digitorum Profunda, m.
flexor Pollicis Longus, m. Pronator Quadratus.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii lateral: m. Brachioradialis, m. Extensor Carpi
Radialis Longus, m. Extensor Carpi Radialis Brevis.

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii dorsal superficial : m. ektensor digitorum, m.
Extensor Digiti minimi, m. Ektensor Carpi Ulnaris

Otot – otot yang terdapat pada antebrachii dorsal profunda: m. supinator, m. Ektensor Pollicis
Longus, m. Ektensor Indicis, m. Abductor Pollicis Longus, m. Ektensor pollicis Brevis.

Dari semua otot di antebrachii, otot yang berorigo pada os radii : m. Flexor Digitorum
Superficial, m. Flexor Pollicis Longus, m. Abduktor Pollicis Longus, m. Extensor Pollicis
Brevis.

Dari semua otot di antebrachii, otot yang berinsersi pada os radii : m. Pronator Teres, m.
Pronator Quaratus, m. Brachioradialis, m. Supinator.Radius bagian distal bersendi dengan tulang
karpus yaitu tulang lunatum dan navikulare ke arah distal, dan dengan tulang ulna bagian distal
ke arah medial. Bagian distal sendi radiokarpal diperkuat dengan simpai di sebelah volar dan
dorsal, dan ligament radiokarpal kolateral ulnar dan radial. Antara radius dan ulna selain terdapat
ligament dan simpai yang memperkuat hubungan tersebut, terdapat pula diskus artikularis, yang
melekat dengan semacam meniskus yang berbentuk segitiga, yang melekat pada ligamen
kolateral ulna. Ligamen kolateral ulna bersama dengan meniskus homolognya dan diskus
artikularis bersama ligament radioulnar dorsal dan volar, yang kesemuanya menghubungkan
radius dan ulna, disebut kompleks rawan fibroid triangularis (TFCC = triangular fibro cartilage
complex)

Gerakan sendi radiokarpal adalah fleksi dan ekstensi pergelangan tangan serta gerakan
deviasi radius dan ulna. Gerakan fleksi dan ekstensi dapat mencapai 90 derajat oleh karena
adanya dua sendi yang bergerak yaitu sendi radiolunatum dan sendi lunatum-kapitatum dan sendi
lain di korpus. Gerakan pada sendi radioulnar distal adalah gerak rotasi. (Sjamsuhidayat & de
Jong,1998)

Gambar 1a. Sudut normal sendi radiokarpal di bagian ventral (tampak lateral)
Gambar 1b. Sudut normal yang dibentuk oleh ulna terhadap sendi radiokarpal

Sendi radiokarpal normalnya memiliki sudut 1 - 23 derajat pada bagian palmar (ventral) seperti
diperlihatkan pada gambar 1a. Fraktur yang melibatkan angulasi ventral umumnya berhasil baik
dalam fungsi, tidak seperti fraktur yang melibatkan angulasi dorsal sendi radiokarpal yang
pemulihan fungsinya tidak begitu baik bila reduksinya tidak sempurna. Gambar 1b
memperlihatkan sudut normal yang dibentuk tulang ulna terhadap sendi radiokarpal, yaitu 15 -
30 derajat. Evaluasi terhadap angulasi penting dalam perawatan fraktur lengan bawah bagian
distal, karena kegagalan atau reduksi inkomplit yang tidak memperhitungkan angulasi akan
menyebabkan hambatan pada gerakan tangan oleh ulna. (Simon & Koenigsknecht, 1987)

EPIDEMIOLOGI

Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus
radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria
(5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi
kiri. Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 –
59 tahun
ETIOLOGI

Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkadang dan
meyangga badan (Appley, 1995 ; Salter, 1981). Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka
dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang
terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebagian energi yang
timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian tangan, kemudian diteruskan ke distal radius,
hingga dapat menimbulkan patah tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang
kortikal dan tulang spongiosa.

PATOGENESIS

Trauma yang menyebabkan fraktur di daerah pergelangan tangan biasanya merupakan


trauma langsung, yaitu jatuh pada permukaan tangan sebelah volar atau dorsal. Jatuh pada
permukaan tangan sebelah volar menyebabkan dislokasi fragmen fraktur sebelah distal ke arah
dorsal. Dislokasi ini menyebabkan bentuk lengan bawah dan tangan bila dilihat dari samping
menyerupai garpu. (Sjamsuhidayat & deJong, 1998) Benturan mengena di sepanjang lengan
bawah dengan posisi pergelangan tangan berekstensi. Tulang mengalami fraktur pada
sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pergeseran dorsal.
(Apley & Solomon, 1995) Garis fraktur berada kira-kira 3 cm proksimal prosesus styloideus
radii. Posisi fragmen distal miring ke dorsal, overlapping dan bergeser ke radial, sehingga secara
klasik digambarkan seperti garpu terbalik (dinner fork deformity). .Apabila tulang hidup normal
mendapat tekanan yang berlebihan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kekuatan yang
tiba-tiba dan berlebihan tersebut mengakibatkan jaringan tidak mampu menahan kekuatan yang
mengenainya. Maka tulang menjadi patah sehingga tulang yang mengalami fraktur akan terjadi
perubahan posisi tulang, kerusakan hebat pada struktur jaringan lunak dan jaringan disekitarnya
yaitu ligament, otot, tendon, pembuluh darah dan persyarafan yang mengelilinginya . Periosteum
akan terkelupas dari tulang dan robek dari sisi yang berlawanan pada tempat terjadinya trauma.
Ruptur pembuluh darah didalam fraktur, maka akan timbul nyeri. Tulang pada permukaan
fraktur yang tidak mendapat persediaan darah akan mati sepanjang satu atau dua millimeter.

Setelah fraktur lengkap, fragmen-fragmen biasanya akan bergeser, sebagian oleh karena
kekuatan cidera dan bisa juga gaya berat dan tarikan otot yang melekat. Fraktur dapat tertarik
dan terpisah atau dapat tumpang tindih akibat spasme otot, sehingga terjadi pemendekkan tulang
dan akan menimbulkan derik atau krepitasi karena adanya gesekan antara fragmen tulang yang
patah

GAMBARAN KLINIS
Terdapat :
Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat karena terjadi extra vasasi darah
Nyeri pada pergerakan atau penekanan
Terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan
Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork deformity” (dimana bagian
distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol ke arah
volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)

KLASIFIKASI
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari radius distal.
Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh Frykman Klasifikasi ini
berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan antara intra dan ekstra artikular serta
ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada klasifikasi ini nomor yang lebih besar menunjukkan
fase penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek.. Berdasarkan sistem ini maka
fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe berikut : (Simon & Koenigsknecht, 1987),
Tipe IA: Fraktur radius ekstra artikuler
Tipe IB:Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
Tipe IIA :Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan sendi radioulnar
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges (2000), adalah :


1. Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi. Lihat kesegarisan
antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius. Contoh:
Pemeriksaan roentgen (Anterior Posterior & Lateral)
Arteriogram
Scan CT/MRI
2. Pemeriksaan laboratorium (jika fraktur terbuka dan memerlukan tindakan operasi) :
Hitung darah lengkap
golongan darah
CT
BT
Kreatinin
A.

C.

Gambar 4. (a) deformitas garpu makan malam, (b) fraktur tidak masuk dalam sendi pergelangan
tangan, (c) Pergeseran ke belakang dan ke radial
Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur, dapat dilihat karakteristik gambaran patahan fraktur
ini, yaitu:

 Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius


 Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi
 Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan tertentu dapat
terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif

Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :

 Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal


 Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan “crushing” dari tulang
cancellous

DIAGNOSIS
Diagnosis fraktur dengan fragmen terdislokasi tidak menimbulkan kesulitan. Secara klinis
dengan mudah dapat dibuat diagnosis patah tulang Colles. Bila fraktur terjadi tanpa dislokasi
fragmen patahannya, diagnosis klinis dibuat berdasarkan tanda klinis patah
tulang.(Sjamsuhidayat & de Jong, 1998) Pemeriksaan radiologik juga diperlukan untuk
mengetahui derajat remuknya fraktur kominutif dan mengetahui letak persis patahannya
(Sjamsuhidayat & de Jong, 1998). Pada gambaran radiologis dapat diklasifikasikan stabil dan
instabil. Stabil bila hanya terjadi satu garis patahan, sedangkan instabil bila patahnya kominutif.
Pada keadaan tipe tersebut periosteum bagian dorsal dari radius 1/3 distal tetap utuh.
(Reksoprodjo, 1995). Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan
prosesus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2)
bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami
peremukan dan kominutif yang hebat (Apley & Solomon, 1995)

Trauma /Kelainan yang Berhubungan


Fraktur ekstensi radius distal sering terjadi berbarengan dengan trauma atau luka yang
berhubungan, antara lain : (Simon & Koenigsknecht, 1987)
1.Fraktur prosesus styloideus (60 %)
2. Fraktur collum ulna
3. Fraktur carpal
4. Subluksasi radioulnar distal
5. Ruptur tendon fleksor
6. Ruptur nervus medianus dan ulnari

DIAGNOSA BANDING
1. Fraktur pergelangan tangan : fraktur Smith, fraktur Geleazzi
2. Dislokasi sendi Wrist
PENATALAKSANAAN
Pada jenis fraktur yang undisplaced, atau hanya sedikit sekali bergeser dapat dilakukan
reduksi tertutup yaitu imobilisasi dengan menggunakan ”below-elbow cast” (pemasangan gips
sirkular di bawah siku) selama 4 minggu Pengawasan pasca pemasangan gips dan komplikasi
pemasangannya. Latihan isometrik segera dilakukan dan oposisi jari. Mengganti gips bila
pembengkakan pergelangan tangan telah mereda, biasanya setelah satu minggu, dan mengganti
dengan forearm splint bila telah clinical union.
Sedangkan Pada jenis fraktur yang displaced dilakukan reduksi terbuka
Reduksi Tertutup
Prinsip
Reposisi seanatomis mungkin, pertahankan hasil reposisi dan cegah komplikasi karena reposisi
yang anatomis akan memberikan fungsi yang baik. Reposisi dapat dilakukan dalam anestesi
lokal, regional blok atau anestesi umum.

Alur Penatalaksanaan Fraktur Colles


Teknik Reposisi

Segera dilakukan sebelum adanya edema. Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian
posisi tangan volar fleksi, deviasi ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah
pronasio (untuk mengoreksi supinasi). dilakukan selama 2-5 menit. Fungsi yang baik tercapai
jika post reposisi angulasi dorsal < 150pemendekan radius < 3mm. Kalau posisi memuaskan,
dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3
keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain
krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah. .
Gambar . Reduksi : (a) pelepasan impaksi, (b) pronasi dan pergeseran ke depan, (c) deviasi ulnar

Pembebatan : (d) penggunaan sarung tangan, (e) slab gips yang basah, (f) slab yang dibalutkan
dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras

Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera dimulai
setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada
keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar X yang
baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,
sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6
minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman
dan diganti dengan pembalut kain krep sementara.

Fraktur Colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap menyebabkan komplikasi
jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles tipe IA atau IB dan tipe IIA yang boleh
ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya harus dirujuk sebagai kasus darurat dan diserahkan pada
ahli orthopedik. Dalam perawatannya, ada 3 hal prinsip yang perlu diketahui, sebagai berikut :
• Tangan bagian ekstensor memiliki tendensi untuk menyebabkan tarikan dorsal sehingga
mengakibatkan terjadinya pergeseran fragmen

• Angulasi normal sendi radiokarpal bervariasi mulai dari 1 sampai 23 derajat di sebelah
palmar,sedangkan angulasi dorsal tidak

• Angulasi normal sendi radioulnar adalah 15 sampai 30 derajat. Sudut ini dapat dengan mudah
dicapai, tapi sulit dipertahankan untuk waktu yang lama sampai terjadi proses penyembuhan
kecuali difiksasi
Teknik lain yang dapat digunakan dalam closed reduksi pada fraktur colles sebagai berikut :

1.Lakukan tindakan di bawah anestesi regional

2.Reduksi dengan traksi manipulasi. Jari-jari ditempatkan pada Chinese finger traps dan siku
dielevasi sebanyak 90 derajat dalam keadaan fleksi. Beban seberat 8-10 pon digantungkan pada
siku selama 5-10 menit atau sampai fragmen disimpaksi.

3. Kemudian lakukan penekanan fragmen distal pada sisi volar dengan menggunakan ibu jari,
dan sisi dorsal tekanan pada segmen proksimal menggunakan jari-jari lainnya. Bila posisi yang
benar telah didapatkan, maka beban dapat diturunkan.

4. Lengan bawah sebaiknya diimobilisasi dalam posisi supinasi atau midposisi terhadap
pergelangan tangan sebanyak 15 derajat fleksi dan 20 derajat deviasi ulna.

5. Lengan bawah sebaiknya dibalut dengan selapis Webril diikuti dengan pemasangan
anteroposterior long arms splint

6. Lakukan pemeriksaan radiologik pasca reduksi untuk memastikan bahwa telah tercapai posisi
yang benar, dan juga pemeriksaan pada saraf medianusnya

7. Setelah reduksi, tangan harus tetap dalam keadaan terangkat selama 72 jam untuk mengurangi
bengkak. Latihan gerak pada jari-jari dan bahu sebaiknya dilakukan sedini mungkin dan
pemeriksaan radiologik pada hari ketiga dan dua minggu pasca trauma. Immobilisasi fraktur
yang tak bergeser selama 4-6 minggu, sedangkan untuk fraktur yang bergeser membutuhkan
waktu 6-12 minggu.
Reduksi tertutup pada fraktur colles

Imobilisasi, dapat dengan cara :

 Plaster cast, selama 3 minggu


 Three quarter slab
 External fixation, yang dapat digunakan pada fraktur yang sangat tidak
stabil dan pada orang berusia lebih dari 60 tahun

Metode Imobilisasi

 Konservatif dengan gip atau lungtional brace.


 Operatif dengan fiksator
 Posisi pergelangan tangan
 Posisi palmar fleksl 15° dan ulnar deviasi 20′
 Posisi lengan bawah
 Posisi pronasi (klasik)
 Posisi supinasi

Lama imobilisasi
Lamanya pemasangan gip bervariasi 3-6 minggu. Setelah 28 hari fraktur sudah cukup stabil dan
boleh mobilisasi. Pada kasus yang minimal displacement imobilisasi cukup 3-4 minggu.

Fisioterapi
Dimaksudkan agar fungsi tangan kembali normal karena penderita diharapkan bekerja biasa
setelah 3-4 bulan fraktur.

Reduksi Terbuka

Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk keadaan
ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen
distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga.

Indikasi Operasi

 Kominusi dorsal > 50% dari dorsal ke palmar distance


 Kominusi metafiseal Palmar
 Initial dorsal tilt > 20°
 Pergeseran initial (fragment translation) > 1 cm
 Pemendekan Initial > 5 mm
 Disrupsi Intra-artikuler
 Disertai Fraktur ulna
 Osteoporosis massif

Prognosis

Bila fraktur colles menurut klasifikasi Frykman, nomor yang lebih besar menunjukkan fase
penyembuhan yang lebih rumit dan prognosa yang lebih jelek
Komplikasi
Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau
dilonggarkan Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada
saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligament karpal yang melintang harus
dibelah sehingga tekanan saluran dalam karpal berkurang.Distrofi refleks simpatetik mungkin
amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi
Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah
jangan sampai melalaikan latihan setiap hari. Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas
tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X
memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang.

Rangkuman komplikasi yang dapat timbul pada stadium dini sebagai berikut :

 Kompresi/trauma a. ulnaris dan medianus


 Kerusakan tendon
 Edema post reposisi
 Redislokasi

Lanjut
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran dalam
gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat
menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya
relatif lebih muda, 2,5 cm bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan
deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.Penyatuan lambat dan non-union pada radius
tidak terjadi, tetapi prosesus styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja
dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.Kekakuan pada bahu, karena
kelalaian, adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi
akibat pembebatan yang lama.

Atrofi Sudeck , kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan
dengan perubahan trofik yang berat.Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya
terjadi beberapa minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya sepele dan
tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan kemungkinan itu dan diberitahu bahwa terapi
operasi dapat dilakukan. (Apley & Solomon, 1995)

Rangkuman Komplikasi lanjut yang dapat timbul pada fraktur colles

 Arthrodosis dan nyeri kronis


 Shoulder hand syndrome
 Defek kosmetik (penonjolan styloideus radii)
 Malunion/ non union
 Stiff hand
 Volksman ischemic contraktur
 Suddeck atropi
LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Ny Yuli Jamma

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 59 Tahun

Alamat : Palopo

No Register : 737390

Masuk Rumah Sakit : Rs Ibnu sina 29 Desember 2017

Rawat jalan : 31 desember 2016

Diagnosis kerja : Fraktur Colles Sinistra

Tindakan : Operasi Reduksi Tertutup dengan General Anestesi

Anamnesa :

*Keluhan utama : Nyeri dan bengkak pada tangan kiri

*Anamnesis Terpimpin : wanita 59 tahun masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Ibnu Sina, dengan keluhan utama nyeri dan bengkak pada pergelangan
tangan kiri dialami sejak 1 jam sebelum masuk rumah sakit.Nyeri
dirasakan terus menerus.disertai dengan sulit menggerakkan tangan kiri
Mekanisme Injuri pasien terpeleset pada saat berjalan dan kemudian jatuh
dengan tangan bertumpu pada sebelah kiri.Keluhan penyerta lain tidak
ada.Pasien dalam keadaan sadar saat terjatuh.Tidak ada riwayat
pingsan,mual dan muntah,Pasien ada riwayat DM dan HT.Riwayat
Konsumsi Obat-Obatan Hipertensi ada.
Pemeriksaan fisik
Status generalis : Sakit sedang dengan gizi baik dan sadar

Primary Survey :

Airway : Clear

Breathing : Respiratory Rate : 22 kali permenit ,simetris kiri dan kanan ,spontan ,tipe
thoraco abdominal

Circulasi : HR : 100 kali per menit, regular, kuat ,tekanan darah 120/ 80 MmHg

Disability : GCS 15 (E4M6V5),Refleks pupil +/+ pupil isokor dengan diameter 2,5
mm/ 2,5 mm

Environment : Suhu = 37o Celcius

Secondary Survey

Regio Distal Radius Kiri

Look : Deformitas(+), bengkak (+) luka (-),hematom (-)

Feel : Terdapat nyeri tekan

Pergerakan : -Pergerakan aktif dan pasif dari sendi siku terbatas disebabkan oleh nyeri

- Pergerakan aktif dan pasif dari sendi pergelangan tangan kiri terbatas
diakibatkan oleh nyeri

NVD : Sensibilitas dalam batas normal, Pulsasi dari arteri radialis dan ulnaris
teraba, CRT < 2 detik
( Gambaran Klinis )

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium: 29/12/2017

WBC 9,71 x 103 /uL CT 7’00


RBC 4,74 x 106 /uL BT 3’00
Hb 9,3 gr/dl GOT 28
PLT 438 x 103 /uL GPT 30
GDS 105
Ur/Cr 25/0,7
Pemeriksaan Roentgen AP/Lateral
Hasil ekspertise

- Tampak Allignment wirst joint kiri tidak intak

- Tampak fraktur pada distal os radius dengan fragmen distal yang displace ke dorsal

- Mineralisasi tulang baik

- Celah sendi baik

- Soft Tissue Swelling

Kesan

Fraktur Colles Sinistra

Diagnosis

Fraktur Colles Sinistra

Penatalaksanaan

Closed Reduksi

Laporan Operasi

1.pasien berbaring dalam posisi supine dibawah pengaruh anestesi GA

2.Desinfeksi daerah wrist joint sinistra

3.Dilakukan dorsofleksi fragmen distal, traksi kemudian posisi tangan volar fleksi, deviasi
ulna (untuk mengoreksi deviasi radial) dan diputar ke arah pronasio (untuk mengoreksi
supinasi). dilakukan selama 2-5 menit.

4.Dipasang slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal
dan 2/3 keliling dari pergelangan tangan itu.Tunggu sampai mengeras

5.Operasi Selesai
HASIL POST OPERASI
Foto Kontrol Post operasi 30/12/2017

Foto wrist joint sinistra post reduksi


Kesan :
- Tampak garis fraktur pada distal dengan fragmen distal yang kembali ke posisi normal.
(Dibanding foto sebelumnya perbaikan )
DISKUSI
Fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang khas , fraktur metafisis distal radius dengan
jarak _+ 2,5 cm dari permukaan sendi distal radius, dislokasi fragmen distalnya ke arah
posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus ,Menurut Abraham
colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis distal radius yang sudah mengalami
osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit, jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian
distal beranjak ke dorsal dan angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus
ulna.Namanya pun diabadikan sebagai nama penyakit yang kita kenal sebagai Colles Fraktur ..
Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari fraktus radius.
Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita lebih banyak dari pada pria (5:1),
sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri.
Angka kejadian rata-rata pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 – 59
tahun

Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi terkadang dan
meyangga badan Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan
berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar
(eksorotasi/supinasi). Pada saat terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak
dan persendian tangan, kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah
tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang spongiosa.

Pada gambaran klinis terdapat ,Pembengkakan pada pergelangan tangan jika fraktur berat
karena terjadi extra vasasi darah ,Nyeri pada pergerakan atau penekanan ,Terbatasnya gerakan
sendi pergelangan tangan,Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal sebagai “dinner fork
deformity” (dimana bagian distal fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian
distal ulna menonjol ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi)

Pada pasien kami, wanita 59 tahun masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
Ibnu Sina, dengan keluhan utama nyeri dan bengkak pada pergelangan tangan kiri dialami sejak
umur 1 jam sebelum masuk rumah sakit.Nyeri dirasakan terus menerus.disertai dengan sulit
menggerakkan tangan kiri Mekanisme Injuri pasien terpeleset pada saat berjalan dan kemudian
jatuh dengan tangan bertumpu pada sebelah kiri.Keluhan penyerta lain tidak ada.Pasien dalam
keadaan sadar saat terjatuh.Tidak ada riwayat pingsan,mual dan muntah,Pasien ada riwayat DM
dan HT.Riwayat Konsumsi Obat-Obatan Hipertensi ada.,dari pemeriksaan fisis ditemukan
terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan,Deformitas yang menyerupai garpu, dikenal
sebagai “dinner fork deformity”
Dilakukan closed reduksi dibawah pengaruh anestesi kemudian Dipasang slab gips dorsal,
membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari pergelangan
tangan.dilakukan foto control post reduksi Tampak garis fraktur pada distal dengan fragmen
distal yang kembali ke posisi normal sehingga menunjukkan perbaikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. American College of Surgeon, Advanced Taruma Life Support For Physicians 2014,USA
2. Apley AG, Solomon L, Charles Wekeley,Orthopaedic Diagnosis,System of Orthopaedics
and Fractures,9th Ed,2010 Hodder Arnold,Hachette UK Company
3. Bucholz RW, Heckman JD, Court –Brown C, Tornetta P Rockwood : Fracture in Adults.
7th ed.2008.Lippincott Williams and Wilkins .USA
4. Chaeruddin R, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ,2015 Yarsif Watampone ,Makassar
hal405-410
5. Dandy J,Method of Managing Trauma. Essential Orthopaedics and Trauma ,2nd Ed,
Churchill Livingstone ,1993,Tokyo ,pp 119-139
6. Duckworth T Fractures, Orthopaedics and Fractures ,3rd Ed,Alden Press Ltd.1995,Great
Britain,pp 46-54
7. Gustillo RB ,Merkow RL,Templeman D. Current Concepts Review. The Management of
Open Fractures.J Bone and Joint Surgery.72A.1990 ,NewYork,:pp 299-303
8. Huckstep RL .A Simple Guide to Trauma ,5th ed, Churchill Livingstone 1995.Tokyo
9. Jafar HM, Fracture and Dislocations, 2end ed,Sushre Printers,2008 Bangladesh
10. Mills J, Ho MT, Turenkey DD ,Current Emergency Diagnosis and Treatment Of
Fractures,2015, LangeMedicalPublished, San Fransisco,USA
11. Simon SR , Form and Function Of Bone .Orthopaedic Basic Science, American
Academy of Orthopaedic Surgeons ,2010 pp 127-184 USA
12. Stanley hoppenfeld.. Treatment and rehabilitation of Fracture. Lippincott Williams &
Wilkins 2000 USA
13. Salter R . Textbook of Disorder and Injuries Of The Muskuloskeletal System . Lippincott
Williams & Wilkins 2000 USA
14. Samsuhidajat, De Jong Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Ketiga. EGC Jakarta 2010

Anda mungkin juga menyukai