Anda di halaman 1dari 19

BAGIAN RADIOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Makassar, Juni 2015

LAPORAN KASUS DAN REFARAT


FRAKTUR COLLES

OLEH:
Ainil Maksura
1102110132
PEMBIMBING:
dr. Ahmad Dara, Sp. Rad
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama

: Ainil Maksura

Stambuk

:1102110132

Judul Laporan Kasus dan Refarat : Fraktur Colles


Telah menyelesaikan tugas dalam rangka Kepaniteraan Klinik pada bagian
Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
Makassar, Juni 2015
Mengetahui,
Pembimbing

dr. Achmad Dara, Sp. Rad

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Taala karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyusunan tulisan ini dapat terlaksana. Tak lupa pula penulis haturkan salawat
dan salam yang tercurah pada junjungan Nabi Muhammad Shallahu Alaihi
Wasallam yang telah membimbing manusia dari alam kegelapan menuju ke alam
yang terang benderang.
Tulisan ini berjudul LAPORAN KASUS DAN REFARAT FRAKTUR
COLLES yang dibuat dan disusun sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian
radiologi. Berbagai kesulitan dan hambatan penulis temui, namun atas bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya tulisan ini dapat terselesaikan.
Makassar, Juni 2015
Penulis

BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama Pasien

: Nn. NI

No. Rekam Medik

: 114006

Umur

: 19 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Jalan Romang Lompoa Bajeng Bar

Tempat/Tanggal lahir

: Ujung Pandang, 04 Juli 1995

Agama

: Islam

Kebangsaan

: Indonesia

Pemeriksaan

: 15 Juni 2015

Perawatan Bagian

: Instalasi Bedah Orthopedi Rumah Sakit Islam Faisal


Makassar

B. Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri pergelangan tangan kanan
Anamnesis terpimpin:
Dialami sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit akibat kecelakaan lalu
lintas.
Anamnesis Sistematis: Sakit kepala (-), pusing (-), demam (-), penglihatan kabur
(-), nyeri menelan (-), batuk (-), sesak (-), nyeri dada (-).
Riwayat penyakit sebelumnya: Riwayat trauma (-).
Riwayat pengobatan: IVFD RL 28 tpm, ranitidin 1 ampul / 8 jam / intravena,
ketorolac 1 ampul / 8 jam /intravena.
Riwayat keluarga: Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

C. Pemeriksaan Fisis
Status Generalis:
Keadaan umum: Keadaan sakit sedang
Kesadaran

: Compos mentis (GCS 15)

Status Gizi

: Gizi cukup (IMT 20,5 kg/m2)

Tanda Vital

: Tekanan darah: 130/90 mmHg


Pernapasan: 88 kali/ menit

Nadi: 24 kali/menit
Suhu: 36,5 oC

Mata:
Kelopak mata : Edema (-)
Konjungtiva

: Anemia (-)

Sclera

: Ikterus (-)

Kornea

: Jernih

Pupil

: Bulat, isokor

THT: Dalam batas normal


Mulut:
Bibir : Pucat (-), Kering (-)
Lidah : Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, Hiperemis (-)
Leher:
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Massa tumor (-)
Nyeri tekan (-)
Pembesaran thyroid (-/-)
Paru paru:
Inspeksi: simetris (ka=ki), tidak menggunakan otot-otot bantuan pernapasan,
hematom (-), luka (-), jaringan sikatrik (-).
Palpasi: massa tumor (-), nyeri tekan (-),vocal fremitus (ka=ki), krepitasi (-)

Perkusi: sonor, batas paru hepar ICS VI dextra, bunyi: pekak ke timpani.
Auskultasi: BP = bronchovesicular
BT = Wheezing (-/-)

Ronchi (-/-)

Jantung:
Inspeksi

: Iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: Iktus kordis tidak teraba

Perkusi

: Pekak

Auskultasi

: Bunyi jantung I/II murni regular, bunyi tambahan tidak ada

Abdomen:
Inspeksi: Ikut gerak nafas, distensi abdomen (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), hepar (tidak teraba), lien (tidak
teraba)
Perkusi: Timpani
Auskultasi: Peristaltik (+) kesan normal

Ekstremitas:
Deformitas (+) angulasi manus dextra ke posterior
Udem (+) pergelangan tangan kanan
Fraktur (+) pergelangan tangan kanan
Nyeri tekan (+) pergelangan tangan kanan

D. Pemeriksaan Radiologi
Foto AP / Lateral

Gambar 1.1 X-Ray Antebrachii AP / Lateral


Hasil Pemeriksaan:
Diskontinuitas dari distal radius dextra disertai displaced dari fragmen distal
ke dorsal dengan soft tissue swelling di sekitarnya.
Mineralisasi tulang baik

Celah sendi yang tervisualisasi kesan baik


Kesan: Fraktur Distal Os Radius Dextra (Colles Fracture)
E. Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan radiologi, maka diagnosis dari kasus ini adalah fraktur distal os
radius, Fraktur Colles.
F. Terapi
IVFD RL 28 tpm
Inj. Ketorolac 1amp/8 jam/IV
Inj. Ranitidin 1amp/8 jam/IV

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Pendahuluan
Fraktur radius distal adalah salah satu dari macam fraktur yang biasa terjadi
pada pergelangan tangan. Umumnya terjadi karena jatuh dalam keadaan tangan
menumpu dan biasanya terjadi pada anak-anak dan lanjut usia. Bila seseorang
jatuh dengan tangan yang menjulur, tangan akan tiba-tiba menjadi kaku, dan
kemudian menyebabkan tangan memutar dan menekan lengan bawah. Jenis luka
yang terjadi akibat keadaan ini tergantung usia penderita. Pada anak-anak dan
lanjut usia, akan menyebabkan fraktur tulang radius.
Fraktur radius distal merupakan 15 % dari seluruh kejadian fraktur pada
dewasa. Abraham Colles adalah orang yang pertama kali mendeskripsikan
fraktur radius distalis pada tahun 1814 dan sekarang dikenal dengan nama fraktur
Colles. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,
insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca
menopause. Karena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada
tangan yang terentang.
Biasanya penderita jatuh terpeleset sedang tangan berusaha menahan badan
dalam posisi terbuka dan pronasi. Gaya akan diteruskan ke daerah metafisis
radius distal yang akan menyebabkan patah radius 1/3 distal di mana garis patah
berjarak 2 cm dari permukaan persendian pergelangan tangan. Fragmen bagian
distal radius terjadi dislokasi ke arah dorsal, radial dan supinasi. Gerakan ke arah
radial sering menyebabkan fraktur avulsi dari prosesus styloideus ulna,
sedangkan dislokasi bagian distal ke dorsal dan gerakan ke arah radial
menyebabkan subluksasi sendi radioulnar distal.
Momok cedera tungkai atas adalah kekakuan, terutama bahu tetapi kadangkadang siku atau tangan. Dua hal yang harus terus menerus diingat : (1) pada
pasien manula, terbaik untuk tidak mempedulikan fraktur tetapi berkonsentrasi

pada pengembalian gerakan; (2) apapun jenis cedera itu, dan bagaimanapun cara
terapinya, jari harus mendapatkan latihan sejak awal.
Melihat masih cukup tingginya angka kejadian fraktur Colles maka perlu
diketahui insidensi fraktur Colles di RSUD Saras Husada Purworejo, agar dapat
dilakukan perawatan dan penanganan secara intensif pada tiap-tiap kasusnya.
2.2

Definisi
Menurut Abraham colles 1814, fraktur colles adalah fraktur metafisis distal
radius yang sudah mengalami osteoporosis, garis fraktur transversal, komplit,
jaraknya 2-2,5cm proximal garis sendi, bagian distal beranjak ke dorsal dan
angulasi ke radial serta fraktur avulsi dari processus styloideus ulna.
Menurut Mansjoer (2000), fraktur colles adalah fraktur antebrachii yang
khas , fraktur metafisis distal radius dengan jarak -/+ 2,5 cm dari permukaan
sendi

distal

radius,

dislokasi

fragmen

distalnya

ke

arah

posterior/dorsal, subluksasi sendi radioulnar distal, avulsi prosesus stiloideus


ulna.
2.3

Klasifikasi
Klasifikasi Menurut Frykman
Ada banyak sistem klasifikasi yang digunakan pada fraktur ekstensi dari
radius distal. Namun yang paling sering digunakan adalah sistem klasifikasi oleh
Frykman. Berdasarkan sistem ini maka fraktur Colles dibedakan menjadi 4 tipe
berikut:

10

Gambar 2.1 Klasifikasi Frykmanns


Tipe IA : Fraktur radius ekstra artikuler
Tipe IB : Fraktur radius dan ulna ekstra artikuler
Tipe IIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal
Tipe IIIA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IIIB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radioulnar
Tipe IVA : Fraktur radius distal yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar
Tipe IVB : Fraktur radius distal dan ulna yang mengenai sendi radiokarpal dan
sendi radioulnar
Klasifikasi ini berdasarkan biomekanik serta uji klinik, juga memisahkan
antara intra dan ekstra artikular serta ada tidaknya fraktur pada ulna distal. Pada
klasifikasi ini nomor yang lebih besar menunjukkan fase penyembuhan yang lebih
rumit dan prognosa yang lebih jelek.
2.4

Epidemiologi
Fraktur colles merupakan kira-kira 8-15% dari seluruh fraktur dan 60% dari
fraktus radius. Prevalensi kejadian fraktur colles , umur atas 50 tahun wanita
lebih banyak dari pada pria (5:1), sedang umur sebelum 50 tahun wanita sama
dengan pria. Sisi kanan lebih sering dari sisi kiri. Angka kejadian rata-rata
pertahun 0,98%. Usia terbanyak dikenai adalah antara umur 50 59 tahun.

2.5

Etiologi
Fraktur Colles dapat timbul setelah penderita terjatuh dengan tangan posisi
terkadang dan meyangga badan. Pasien terjatuh dalam keadaan tangan terbuka
dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke ke dalam (endorotasi). Tangan
terbuka yang terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi/supinasi). Pada saat
terjatuh sebagian energi yang timbul diserap oleh jaringan lunak dan persendian
tangan, kemudian diteruskan ke distal radius, hingga dapat menimbulkan patah

11

tulang pada daerah yang lemah yaitu antara batas tulang kortikal dan tulang
spongiosa.

Gambar 2.2 Etiologi Fraktur Colles


2.6

Diagnosis
Kita dapat mengenali fraktur ini (seperti halnya Colles jauh sebelum
radiografi diciptakan) dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan
penonjolan punggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Pada pasien
dengan sedikit deformitas mungkin hanya terdapat nyeri tekan lokal dan nyeri
bila pergelangan tangan digerakkan. Selain itu juga didapatkan kekakuan,
gerakan yang bebas terbatas, dan pembengkakan di daerah yang terkena.
Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan pada pergelangan tangan
jika fraktur berat karena terjadi extravasasi darah, nyeri pada pergerakan atau
penekanan, terbatasnya gerakan sendi pergelangan tangan, deformitas yang
menyerupai garpu, dikenal sebagai dinner fork deformity (dimana bagian distal
fragmen fraktur beranjak ke arah dorsal dan radial, bagian distal ulna menonjol
ke arah volar, sementara tangan biasanya dalam posisi pronasi).

12

Gambar 2.3 Dinner Fork Deformity


Adapun beberapa pemeriksaan lain untuk menegakkan diagnosis adalah:
1.

Radioimaging: scan tulang, tomogram, magnetic resonance imaging


(MRI)

memperlihatkan

fraktur,

juga

dapat

digunakan

untuk

mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.

2.7

2.

Arteriogram, dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler

3.

Profil koagulasi

4.

Hitung darah lengkap


Gambaran Radiologi
Pemeriksaan radiologis dilakukan untuk menentukan ada/tidaknya dislokasi.

Lihat kesegarisan antara kondilus medialis, kaput radius, dan pertengahan radius.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah:
1. Pemeriksaan roentgen (Anterior Posterior & Lateral)
2. Arteriogram
3. CT-scan/MRI

13

Gambar 2.4 X-ray Distal Radius AP/ Lateral Fraktur Colles


Pada pemeriksaan foto polos daerah fraktur AP dan lateral, pemeriksa harus
mencatat arah dan tingkat keparahan perpindahan dan angulasi, tingkat kominusi,
keterlibatan intra-artikular (radiocarpal dan / atau distal radioulnar), dan panjang
radial atau varians dibandingkan dengan sisi yang normal. Berikut karakteristik
gambaran patahan fraktur ini, yaitu:
Garis patahan yang transversal, 2 cm distal dari radius
Prosesus styloid ulnaris biasanya avulsi
Biasanya hanya terdapat dua fragmen patahan tulang, tapi pada keadaan
tertentu dapat terjadi banyak patahan yang dinamakan kominutif
Dapat dilihat ada dua tipe fraktur ini, yaitu :
Stabil, yang ditandai dengan hanya terdapat 1 garis patahan transversal
Tidak stabil, terdapat banyak garis patahan (kominutif) dan crushing dari
tulang cancellous
2.8

Diagnosa Banding
1. Fraktur Smith: Fraktur dislokasi ke arah anterior (volar), karena itu sering
disebut reverse colles fracture. Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda.
Pasien jatuh dengan tangan menahan badan sedang posisi tangan dalam
keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.

14

Gambar 2.5 Fraktur Smith

2. Fraktur Galeazzi: Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius


radius ulna distal. Saat pasien jatuh dengan tangan terbuka yang
menahan badan, terjadi pula rotasi lengan bawah dalam posisi pronasi
waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi.

Gambar 2.6 Fraktur Galeazzi


2.9

Penatalaksanaan

1.

Kalau fraktur tak bergeser / Undisplaced (atau hanya sedikit sekali bergeser),
fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah
dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya. Fraktur yang
bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan erat dan
traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen); fragmen distal kemudian
15

didorong ke tempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil


memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi.
Posisi kemudian diperiksa dengan sinar-X. Kalau posisi memuaskan, dipasang
slab gips dorsal, membentang dari tepat di bawah siku sampai leher
metakarpal dan dua-pertiga keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini
dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi fleksi dan
deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat pada tiap arah.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami
sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran ulang
sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,
sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyatuan
secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut
kain krep sementara.
2.

Fraktur kominutif berat dan tak stabil

(displaced) tidak mungkin

dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi


luar, dengan pen proksimal yang mentransfiksi radius dan pen distal,
sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal kedua dan sepertiga. Suatu
alat misalnya fiksator Pennig mempunyai kelebihan dalam hal pergelangan
tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun metode fiksasi yang digunakan,
hal yang paling penting adalah pasien harus dilatih menggunakan sendi-sendi
yang bebas secara teratur.

16

Gambar 2.4 Penanganan Fraktur Colles Undisplaced


2.10 Komplikasi
1. Dini
Sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab
perlu dibuka atau dilonggarkan.
Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf
medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi,
ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan saluran
dalam karpal berkurang.
Distrofi refleks simpatetik mungkin amat sering ditemukan, tetapi
untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi
Sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendisendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan setiap hari.
Pada sekitar 5 % kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan

17

nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar X


memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada
scan tulang.
2. Lanjut
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau
karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk,
kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya
terapi tidak diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasiennya
relatif lebih muda, 2,5 cm bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk
memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non-union pada radius tidak terjadi, tetapi
prosesus styloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa
saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.
Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering
ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat
pembebatan yang lama.
Atrofi Sudeck, kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan
pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.
Ruptur tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa
minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya
sepele dan tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan kemungkinan
itu dan diberitahu bahwa terapi operasi dapat dilakukan.
2.11

Prognosis
Kekakuan sendi sering ditemukan dan dapat melibatkan siku dan sendi-sendi

radioulnaris. Kadang-kadang timbul miositis osifikans. Kekakuan dapat terjadi


baik kaput radius dieksisi atau tidak. Tetapi, mungkin prognosis fraktur kominutif
lebih baik bila dilakukan pembedahan.

18

DAFTAR PUSTAKA
1. Chairuddin Rasjad. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, Yarsif Watampone,
Jakarta.
2. John Ebnezar. Text Book of Orthopedics. 4th Editotion. Jaypee.
3. Mansjoer, A, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Media
Aeculapius : Jakarta
4. Price, Sylvia. 1990. Patofisiologi dan Konsep Dasar Penyakit. EGC : Jakarta
5. Stanley

hoppenfeld.

2000.

Treatment

and

rehabilitation

of

Fracture.

USA: Lippincott Williams & Wilkins


6. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00412
7. De Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta: EGC
8. Apley A, Graham & Solomon, Louis. 1995. Buku Ajar Ortopedi & Fraktur
Sistem Apley Edisi VII. Jakarta: Widya Medika.
9. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/9205.html.
10. http://www.trinoval.web.id/2010/04/fraktur-antebrachii.html
11. http://emedicine.medscape.com/article/398406-overview#showall
12. Sahala M Hutalagung. 2003. Perbandingan Hasil Penanganan Fraktur Colles
Tertutup dengan Metode Modifikasi Bohler, SDFDU dan FSPFDU. Fakultas
Kedokteran Bagian Ilmu Bedah Universitas Sumatera Utara
13. Delores C. Schoen. 2011. Adult Orthopaedic Nursing. USA: Lippincott
Williams & Wilkins
14. Long, B.C. 2000. Perawatan Medikal Bedah. Edisi 7. Yayasan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran: Bandung

19

Anda mungkin juga menyukai