Anda di halaman 1dari 36

REFERAT FRAKTUR

TERBUKA
Pembimbing : dr. Wahyu Sp.OT
Anisa Saraswati Anita Damar Riyanti
Biondy Marhayudi Fyrnaz Kautharifa
PENDAHULUAN

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total


maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh trauma. Secara umum, keadaan
patah tulang secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka,
fraktur tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur terbuka adalah fraktur
yang mempunyai hubungan dengan lingkungan luar melalui kulit sehingga
terjadi kontaminasi bakteri yang dapat menimbulkan komplikasi berupa
infeksi. Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat. Dari 31,575
kejadian fraktur pertahun di Amerika didapatkan 1000 kejadian fraktur
terbuka dan tertinggi yakni fraktur ekstremitas bawah sekitar 3,7 %
pertahunnya atau 488 kejadian fraktur terbuka dari 13,096 fraktur ekstremitas
bawah.
ANATOMI
HISTOLOGI

Perbedaan tulang matur dan imatur terutama dalam


jumlah sel, jaringan kolagen, dan mukopolisakarida.
FISIOLOGI
BIOKIMIA
DEFINISI
Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang dan/atau
tulang rawan

Fraktur dimana terjadi


hubungan dengan
lingkungan luar

Fraktur dimana terjadi


hubungan dengan
lingkungan luar
EPIDEMIOLOGI
KLASIFIKASI
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson

Grade I
•Ukuran : panjang <1cm
•Ciri-ciri : luka tusukan dari fragmen
tulang yang menembus kulit.
•Kerusakan jaringan : sedikit
•Trauma jaringan lunak : tidak ada
•Fraktur yang terjadi biasanya bersifat
simple, transversal, oblik pendek atau
sedikit komunitif.
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson

Grade II
•Ukuran : panjang >1cm
•Ciri-ciri : luka tusukan dari fragmen
tulang yang menembus kulit.
•Kerusakan jaringan : sedang
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson

Grade III
•Kerusakan yang hebat dari jaringan
lunak termasuk otot, kulit dan struktur
neurovaskuler dengan kontaminasi
yang hebat.
2. Berdasarkan Lokasi Pada Tulang Fisis
Klasifikasi Menurut Salter-Haris
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
Proses Penyembuhan Fraktur pada Tulang Kortikal
Proses Penyembuhan
Fraktur pada Tulang
Kortikal
MANIFESTASI KLINIS

NYERI TERUS
DEFORMITAS EDEMA
MENERUS

TIDAK DAPAT
KREPITASI MEMAR
DIGERAKAN
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat cedera
• Manifestasi klinik yang dirasakan
• Menyingkirkan kemungkinan adanya cidera pada lokasi tertentu
• Ada tidaknya penurunan kesadaran

Pemeriksaan Fisik
• ABCs (Airway Breathing Circullation & Cervical Injury)
• Look :
• Feel
• Move
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Rontgen menggunakan prinsip rule of two, yaitu :
– dua posisi proyeksi (minimal AP dan lateral)
– 2 sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto,
dibawah dan diatas sendi yang mengalami fraktur
– 2 anggota gerak
– 2 trauma, pada trauma hebat sering menyebabkan fraktur
pada 2 daerah tulang
– 2 kali dilakukan foto
• CT Scan
• MRI
PENATALAKSANAAN
PRINSIP-PRINSIP
PENGOBATAN AWAL
FRAKTUR
•Primary Survey
– Airway
– Breathing
– Circulation
– Disability
– Exposure
•Penilaian Klinis
•Resusitasi
PENATALAKSANAAN
Resusitasi pada Syok Hipovolemik
Contoh:
Pada syok hipovolemik derajat III(30-40 % EBV) yang dilihat
dari gejala klinis seperti tekanan darah,nadi,frekuensi
nafas,kesadaran, dan urin output.

EBV= 35 % x 60 x70ml = 1500 ml( kehilangan darah)

Dilakukan resusitasi cairan yaitu 1000 cc perdarahan diganti


3000 ml RL,guyur kira-kira 1 jam lalu dilanjutkan pengganti sisa
perdarahan dengan cairan koloid 500 ml diganti dengan 500 ml
HES 6%(1:1)
PENATALAKSANAAN
Tranfusi Darah

Jumlah ml WB = BB (kg) x 5x delta Hb (selisih


Hb target debgan Hb saat ini)
Target Hb 9%
PRC = ½ WB

Contoh :
BB 60 kg ,Hb 3g%,target 9g%
Maka kebutuhan WB = 60x 5x (9-3)= 1800ml
Bila PRC =900 ml
PENATALAKSANAAN
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan Fraktur Terbuka :
•Fraktur terbuka  kegawatan.

•Evaluasi awal dan diagnosis

•Berikan antibiotic

•Segera dilakukan debrideman dan irigasi yang baik

•Ulangi debrideman 24-72 jam berikutnya

•Stabilisasi fraktur

•Biarkan luka tebuka antara 5-7 hari

•Lakukan bone graft autogenous secepatnya

•Rehabilitasi anggota gerak yang terkena


PENATALAKSANAAN
Pengobatan Fraktur Terbuka Tindakan Pembedahan
KOMPLIKASI
Komplikasi Umum

1. Sindroma emboli lemak


2. Sindroma kompartemen
3. Nekrosis avaskular
4. Osteomyelitis
5. Gangren gas
6. Tetanus
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Prognosis pada fraktur terbuka tergantung dari derajat
fraktur, dan penanganan pada fraktur tersebut. Semakin berat
derajat fraktur, semakin lama dan buruknya penanganan maka
prognosis akan buruk.
KESIMPULAN
Fraktur terbuka adalah diskontinuitas atau terputusnya jaringan tulang
maupun jaringan skeletal akibat tekanan eksternal yang datang lebih besar dari
yang dapat diserap tulang yang terpapar oleh lingkungan luar. Fraktur terbuka
merupakan suatu keadaan darurat. Insiden fraktur terbuka sebesar 4% dan banyak
pada laki-laki. Klasifikasi fraktur terbuka yang dianut dewasa ini adalah menurut
Gustillo dan Anderson. Penyebabnya bisa berupa trauma langsung dan tidak
langsung. Diagnosis fraktur terbuka didapatkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan
fisik yang paling bermakna adalah look, feel dan move serta penunjang berupa
pemeriksaan radiologis, CT-Scan maupun MRI. Tujuan dari tata laksana fraktur
terbuka adalah untuk mengurangi resiko infeksi, terjadi penyembuhan fraktur dan
restorasi fungsi anggota gerak. Beberapa hal yang penting untuk dilakukan dalam
penanggulangan fraktur terbuka yaitu operasi yang dilakukan dengan segera, secara
hati-hati, debridemen yang berulang-ulang, stabilisasi fraktur, penutupan kulit dan
bone grafting yang dini serta pemberian antibiotik yang adekuat. Komplikasi
fraktur sendiri terdiri dari komplikasi fase dini maupun fase lambat. Prognosis
tergantung pada penolongan fraktur itu sendiri yang harus dilakukan sebelum 6 jam
(golden period).
DAFTAS PUSTAKA
1. Helmi Z. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. 2011.p.411-55
2. Kenneth JK, Joseph DZ. Handbook Of Fractures, 3 rd Edition. Pennsylvania. 2006
3. Sugiarso. Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka. Universitas Sumatera Utara. 2010.
Available at: Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/27630/6/Cover.Pdf.
Accessed on October 15, 2014.
4. Court Brown, Bugler , Clement. 2012. The Epidemilogy Of Open Fractures In Adults.
Injury. 43. (6):891-7
5. Price Dan Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke-6.Jakarta:
EGC.2006
6. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Struktur Dan Fungsi Tulang. Jakarta: PT. Yarsif
Watampone.2009.p.9-10.
7. Carlos J, Jose C, Robert K. 1998. Histologi Dasar. Jakarta : EGC.1998
8. Ott S. Bone Growth And Remodelling.
9. Available At:Depts.Washington.Edu/Bonebio/Asbmred/Growth.Html. Accessed On 30
Desember 2014.
10. Helmi Z. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. 2011. P411-55
11. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Trauma, Fraktur Terbuka, Edisi ke-3. Jakarta: PT
Yarsif Watampone. 2008; 317-478.

Anda mungkin juga menyukai