Anda di halaman 1dari 29

TUGAS MANAJEMEN PELAYANAN KEPERAWATAN

Dosen : RINI RAHCMAWATI,S.Kep.,Ns.,MN,.PhD

KOMUNIKASI EFEKTIF UNTUK PERAWAT MANAJER

Oleh :
KELOMPOK II

VERONIKA (R012201001)
JUMRANA (R012201006 )
WAHID HASYIM ALKANDA (R012201004)
MUHAMMAD SADDAD TANREWALI (R012201003)

PRODI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat karunia dan
hidaya-Nya kepada kita semua, sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya“komunikasi efektif untuk perawat manajer “ yang merupakan salah satu
syarat tugas mata kuliah“Manajemen Pelayanan Keperawatan” Tak lupa pula kita
kirimkan salam dan Salawat kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW,yang
telah membawa manusia kealam jahiliyah menuju alam yang terang benderang.
Penulis sangat menyadari bahwapembuatan makalah ini tidaklah
muda,sehinggamakalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sangat
terbuka untuk menerima masukan apapun itu yang sifatnya membangun demi untuk
kesempurnaan makalah yang kami buat ini,

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu,
atas masukan dan terselesainya makalah ini, besar harapan Penulis, semoga Makalah ini
berguna dalam proses pembelajaran terkait Komunikasi dalam Manajemen Keperawatan
dan Teori Keperawatan

Makassar, November 2020

Kelompok II

2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Tujuan..................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................6
A. Pengertian............................................................................................................................6
B. Bentuk Distorsi dan arah komunikasi, komunikasi lintas budaya................................7
C. Peran Komunikasi dalam Kepemimpinan.....................................................................13
D. Komunikasi dengan populasi yang berbeda..................................................................15
E. Komunikasi dengan pasien dan keluarga.......................................................................17
F. Komunikasi dengan profesi lain.....................................................................................18
G. Komunikasi dengan “Difficult people”.......................................................................18
H. Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi.................................................................22
BAB III.........................................................................................................................................26
PENUTUP....................................................................................................................................26
A. Kesimpulan........................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................28

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas yang paling sering terjadi dalam kehidupan kita.
Sejak bangun tidur di pagi hari hingga kembali berangkat tidur di malam hari, rata-rata
manusia menghabiskan sekitar 70% dari waktunya untuk berkomunikasi. Para ahli
komunikasi bahkan mensinyalir bahwa berkat komunikasi manusia mampu
mengembangkan kualitas kemanusiaannya. Seorang bayi dapat tumbuh dan berkembang
menjadi manusia dewasa yang mampu melahirkan ide-ide baru berkat proses komunikasi
yang berlangsung secara terus-menerus dengan orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya,
terasa sulit dibayangkan bahwa seorang bayi yang dibesarkan dalam lingkungan yang
sepi dan bisu menjadi manusia dewasa yang normal. . Berdasarkan hasil penelitian
Swansburg (1990) bahwa lebih dari 80% waktu digunakan manajer untuk berkomunikasi,
16 % untuk membaca, dan 9% untuk menulis. Pengembangan keterampilan dalam
komunikasi merupakan kiat sukses bagi seorang manajer keperawatan

Komunikasi adalah usaha menyalurkan pesan atau pengertian. Komunikasi


dikatakan sempurna apabila penerima (receiver ) dapat menangkap pesan atau pengertian
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh pengirim (sender ). Namun perlu dicatat bahwa
komunikasi tidak boleh dirancukan dengan kesepakatan-kesepakatan. Dalam komunikasi
seorang penerima pesan dapat saja menolak atau tidak sependapat dengan isi pesan yang
diterimanya. Jadi yang dipentingkan dalam komunikasi adalah penyampaian dan
pemahaman isi pesan yang disalurkan. Untuk manajer keperawatan adalah unsur penting
dalam berkomunikasi dan sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen
keperawatan bergantung pada posisi manajer dalam struktur organisasi.

Dari pengertian di atas, komunikasi tidaklah semata-mata menyangkut seorang


pembicara atau pendengar. Komunikasi memiliki kompleksitas yang dapat ditelusuri
berdasarkan jenis-jenisnya, yakni: verbal - nonverbal, lisan - tertulis, resmi – tidak resmi,

4
sadar – tak sadar, manusiawi - mesin. Komunikasi dapat dimaknai sebagai jalannya
proses dimana seseorang maupun sekelompok orang menciptakan serta menggunakan
sejumlah informasi agar saling terhubung dengan lingkungan sekitar. Secara umum
komunikasi dapat dilakukan secara verbal serta dapat dipahami oleh kedua belah pihak
berkaitan. Seorang manajer sangat di tuntut untuk memiliki ketrampilan dalam
melakukan komunikasi baik dengan atasan, rekan kerja, bawahan , terhadap profesi lain
dan juga kepada pasien dan keluarga pasien. Mengingat banyaknya waktu yang
digunakan oleh manajer keperawatan untuk berkomunikasi (mendegar dan berbicara),
sehingga jelas bahwa manajer harus mempunyai keterampilan komunikasi intrerpresonal
yang baik.manajer harus berkomunikasi dengan statf, pasien dan atas setiap hari. Praktik
keperawatan adalah praktik yang berorientasi pada kelompok/hubungan interpersonal
dalam mencapai suatu tujuan organisasi, olehsebag itu, untuk menciptakan komitmen dan
rasa kebersamaan,perlu ditunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mengetahui pengertian komunikasi

2. Mampu menjelas bentuk distorsi dan arah komunikasi, komunikasi lintas budaya

3. Mampu menjelaskan peran komunikasi dalam kepemimpinan


4. Mampu menjelaskan komunikasi dengan populasi yang berbeda
5. Mampu menjelaskan komunikasi dengan “Difficult people”
6. Mampu dalam peningkatan kemampuan berkomunikasi

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Komunikasi atau communicaton  berasal dari bahasa Latin communis yang
berarti “sama”. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat
sama (make to common). Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Komunikasi
dapat dimaknai sebagai jalannya proses dimana seseorang maupun sekelompok orang
menciptakan serta menggunakan sejumlah informasi agar saling terhubung dengan
lingkungan sekitar. Secara umum komunikasi dapat dilakukan secara verbal serta dapat
dipahami oleh kedua belah pihak berkaitan.

Komunikasi menurut Anwar Arifin. jenis proses sosial yang erat kaitannya
dengan aktivitas manusia serta sarat akan pesan maupun perilaku. Skinner turut beropini
tentang komunikasi sebagai suatu perilaku lisan maupun simbolik dimana pelaku
berusaha memperoleh efek yang diinginkan. Komunikasi melibatkan dua atau lebih
manusia karena ketika berkomunikasi terjadi proses pengiriman dan penerimaan pesan
dari komunikator kepada komunikan.

Komunikasi ada berbagai macam, dari skala terkecil yaitu komunikasi kepada
diri sendiri intrapersonal, komunikasi antarpribadi, hingga komunikasi organisasi.
Komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan melalui berbagai media.
Setelah pesan tersampaikan, feedback dari komunikan yang menerima pesan diperlukan.
Sebab melalui feedback yang diberikan komunikan, komunikator dapat mengetahui
apakan komunikasi berjalan dengan efektif atau tidak atau apakah pesan berhasil
tersampaikan dengan baik atau tidak. Jika tidak efektif, komunikasi yang terjadi dapat

6
menghaslkan miskomunikasi, yakni dapat diartikan sebagai proses komunikasi yang a
disampaikan tidak berjalaan sesuai dengan yang diharapkan.

Salah satu dampak dari komunikasi adalah miskomunikasi, kesalahpahaman


dalam menafsirkan apa yang di sampaikan Miskomunikasi ini biasa disebabkan beberapa
faktor, di antaranya, kesalah pahaman antara pemberi dan penerima pesan, oerbedaan
persepsi yang diterima penerima pesan dengan yang diberikan oleh pemberi pesan,
perbedaan pengetahuan, perbedaan pengalaman, dan perbedaan bahasa.

B. Bentuk Distorsi dan arah komunikasi, komunikasi lintas budaya


1. Bentuk Komunikasi
Ada 3 Bentuk Komunikasi :

a. Komunikasi Intrapersonal (intrapersonal communication)

Bentuk komunikasi dengan diri sendiri adalah proses komunikasi yang terjadi
dalam diri individu, atau dengan kata lain proses berkomunikasi dengan diri
sendiri. Terjadinya proses disini karena adanya seseorang yang memberi arti
terhadap suatu objek yang diamatinya atau terbesit dalam pikiranya. Objek dalam
hal ini bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta
yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun di dalam
diri seseorang. Mampu berdialog dengan diri sendiri berarti mampu mengenal
diri sendiri. Dengan berkomunikasi dengan diri sendiri sehingga dapat berfungsi
secara bebas di masyarakat. Belajar mengenal diri sendiri berarti belajar
bagaimana kita berfikir dan berasa dan bagaimana kita mengamati,
menginterprestasikan dan mereaksi lingkungan kita. Sebab itu untuk mengenal
diri pribadi, kita harus memahami komunikasi intrapribadi. Melalui komunikasi
intrapribadi kita berbicara dengan diri sendiri, mengenal diri sendiri,
mengevaluasi diri sendiri tentang ini dan itu, mempertimbangkan keputusan-
keputusan yang akan diambil dan menyiapakan pesan-pesan yang akan kita
sampaikan kepada orang lain.

b. Komunikasi Antarpribadi (interpersonal communication)

7
Secara umum komunikasi antar pribadi dapat diartikan sebagai prosespertukaran
makna orang-orang yang saling berkomunikasi.
 Komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Berbagai persepsi
komunikasi yang menyangkut pengamatan dan pemahaman berangkat dari diri
sendiri.
 Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, hal ini mengacu pada tindakan
pihak-pihak yang berkomunikasi secara serempak mengirim dan menerima
pesan.
 Komunikasi antarpribadi mencangkup isi pesan dan hubungan yang bersifat
pribadi (intimacy). Maksudnya, komunikasi antar pribadi tidak hanya sekedar
berkenaan dengan isi pesan, tapi juga menyangkut siapa partner kita dalam
berkomunikasi.
 Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik anatar pihak-
pihak yang berkomunikasi.
 Komunikasi antarpribadi partisipan dalam komunikasi antarpribadi terlibat
secara interdependent atau saling bergantung satu dengan lainnya.
 Komunikasi tidak dapat diubah atau diulang, jika kita sudah salah
mengucapkan sesuatu kepada lawan bicara kita, mungkin kita bisa minta maaf,
tetapi tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan.
c. Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai komunikasi
antar manusia (human communication) yang terjadi dalam konteks
organisasi.Dari pengertian tersbut, maka kita dapat memahami bahwasannya
komunikasi organisasi adalah proses komunikasi yangberlangsung secara formal
maupun non formal dalam sebuah system yang disebut organisasi. Yang
bentuknya bisa di identifikasikan dalam : Downward CommunicationUpward
Communication Horizontal Communication
d. Komunikasi Publik (public communication)
Komunikasi publik merupakan suatu proses komunikasi dimana pesan-pesan
disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang
lebih besar. Dalam bentuk komunikasi publik, penyampaian pesan berlangsung

8
secara kontinu. Dapat diidentifikasikan siapa yang berbicara (sumber) dan siapa
pendengarnya. Interaksi antara sumber dan penerima sangat terbatas, sehingga
tanggapan balik juga terbatas. Hal ini disebabkan karena waktu yang digunakan
sangat terbatas, dan jumlah khalayak relative besar. Sumber sering kali tidak
dapat mengidentifikasikan satu per satu pendengarannya.
Komunikasi Publik (Public Communication) “Jika satu orang yang ditunjuk
sebagai pembicaradan yang lainnya sebagai pendengar merupakan peranan
pelengkap, atau khalayak banyak.
e. Komunikasi Kelompok
 Secara umum komunikasi kelompok dapat diartikan sebagai interaksi tatap
muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud dan tujuan yang
dikehendaki. Seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri (self maintenance)
atau pemecahan masalah, sehingga menumbuhkan karakteristik pribadi
masing-masing anggotanya.
 Tatap muka, mengandung makna bahwa dalam komunikasi kelompok setiap
anggotanya harus dapat melihat dan mendengan anggota lainnya.
 Jumlah partisipan dalam komunikasi kelompok berkisar tiga orang atau lebih.
 Maksud dan tujuan dari komunikasi kelompok adalah untuk berbagi
informasi, dan pemeliharaan diri (self maintenance). Jika tujuan komunikasi
kelompok adalah berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan adalah
dimaksudkan untuk menanamkan pengetahuan. Jika tujuannya untuk
pemeliharaan diri biasanya komunikasinya ditujuan sebagai pemuasan
kebutuhan pribadi anggota-anggotanya.
 Kemampuan anggota untuk menumbuhkan karakteristik personal anggota
lainnya. Maksudnya adalah secara tidak langsung masing-masing anggota
berhubungan tidak saja dalam konteks kelompok, tetapi juga melibatkan
sentuan antar pribadi.
2. Distorsi Komunikasi

Proses komunikasi efektif  yang berlangsung melalui tahap-tahap


komunikasi tak jarang akan menemui berbagai distorsi atau gangguan yang
disebabkan oleh masalah yang terdapat pada salah satu atau lebih elemen

9
komunikasi. Yang dimaksud dengan distorsi atau gangguan dalam proses komunikasi
adalah segala sesuatu yang dapat mengganggu atau mendistorsi pesan komunikasi.
Keadaan ini dapat menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi  sehingga
mengurangi keefektifan komunikasi atau dengan kata lain tidak
tercapainya komunikasi yang efektif.
a. Hambatan Semantik
Gangguan semantik menjadi hambatan dalam proses penyampaian pengertian
atau idea secara secara efektif. Definisi semantik sebagai studi atas pengertian,
yang diungkapkan lewat bahasa. Kata-kata membantu proses pertukaran timbal
balik arti dan pengertian komunikator dan komunikan, tetapi seringkali proses
penafsirannya keliru. tidak adanya hubungan antara simbol (kata) dan yang
disimbolkan, dapat mengakibatkan kata yang dipakai ditafsirkan sangat berbeda
dari apa yang dimaksudkan sebenarnya.
b. Hambatan Manusiawi
Hambatan manusiawi terjadi karena faktor-faktor manusia atau pelaku
komunikasi organisasi. Faktor-faktor yang menyebabkannya seperti emosi dan
prasangka pribadi, kemampuan dan ketidakmampuan alat-alat pancaindera
seseorang, persepsi, kecakapan atau ketidakcakapan dan sebagianya. Menurut
para ahli Cruden dan Sherman, hambatan manusiawi dibagi menjadi 2 point,
yaitu: hambatan yang timbul karena iklim psikologis dalam organisasi. Suasana
iklim kerja dapat mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan/staf/anggota dan
efektifitas komunikasi organisasi dan hambatan yang berasal dari perbedaan
individu manusia. Perbedaan umur, persepsi, keterampilan mendengar, keadaan
emosi, status, pencarian dan penyaringan informasi.
c. Hambatan Ekologis
Faktor lingkungan sangat berpengaruh pada kelancaran proses komunikasi
organisasi. Ada banyak kasus proses komunikasi yang terhambat akibat
gangguan dari lingkungan tempat komunikasi berlangsung. Sebagai contoh,
lingkungan yang ramai atau bising, banyak orang yang berlalu lalang, suara petir
saat hujan, suara kendaraan yang berlalulintas.

10
Seorang komunikator yang handal akan memperhatikan hambatan ekologis ini
untuk memperlancar komunikasi organisasi. Misalnya seperti, saat meeting
divisi, hendaknya kamu pilih ruangan yang tenang dan terbebas dari suara yang
mengganggu. Jika saat melakukan komunikasi via telepon seperti conference
call haru dipilih tempat atau ruangan yang bebas dari kebisingan. Dengan
antisipasi ini, proses komunikasi organisasi bisa berjalan lancar dan efektif.
d. Hambatan Teknis
Hambatan teknis adalah jenis hambatan yang biasa terjadi karena media atau
platform yang digunakan dalam berkomunikasi. Ganggunan ini terjadi pada
media komunikasi, seperti gangguan radio, jaringan telepon dan alat komunikasi
lainnya yang menggangu proses komunikasi dan mengurangi efektifitas
komunikasi. Menurut  Cruden dan Sherman  dalam buku “Personel
Management”, hambatan teknis dijabarkan sebagai berikut:

Tidak ada penjelasan atau informasi yang jelas. tidak ada prosedur kerja ataupun
rencara kerja yang jelas, media yang dipilih tidak tepat, kemampuan membaca
yang kurang baik.Dalam proses komunikasi organisasi, sangat penting untuk
menggunakan media yang tepat yang dapat digunakan secara efektif oleh semua
anggota. Dengan perkembangan tekonologi yang pesat sudah dapat
meminimalisir hambatan komunikasi organisasi.

3. Arah Komunikasi
Menurut Nursalam (2014) Arah Komunikasikasi dibagi menjadi 4 jenis yaitu :
 Komunikasi Ke Bawah
Komunikasi ke bawah (downward communication) adalah penyampaian informasi
dari atasan ke bawahan sesuai dengan struktural di organisasi. Penggunaan
komunikasi ini sangat efektif untuk penyampaian instruksi, pengarahan,
pengontrolan kepada anak buah. Komunikasi dapat tertulis maupun lisan yang
dapat disesuaikan dengan konteks serta kontennya. Komunikasi ke bawah harus
Anda perbanyak porsinya terutama pada karyawan Anda yang baru bergabung.
 Komunikasi Ke Atas

11
Komunikasi ke atas (upward communication) adalah penyampaian informasi dari
bawahan ke atasan. Biasanya hal ini terjadi saat karyawan kita ingin
menyampaian usulan, ide, keluhan, pengaduan, laporan. Apa yang disampaikan
oleh anak buah kita ini bisa jadi sebuah informasi yang penting guna pengambilan
kita sebagai atasan. Namun kita tetap perlu mencermati dan memvalidasinya
kembali, tentunya pencatatan data bisa menjadi bahan pembandingnya. Arah
komunikasi demikian harus tetap hidup guna perputaran informasi khususnya bagi
Anda para atasan yang tidak terjun langsung ke ranah operasional.
 Komunikasi Horisontal
Komunikasi horisontal (horizontal communication) adalah komunikasi yang
melibatkan antar individu atau kelompok pada level yang sama. Contoh arah
komunikasi ini adalah diskusi antar staff akuntan, diskusi antar manajer, diskusi
direktur dengan kolega. Konteks dari komunikasi ini bersifat koordinasi sehingga
satu dengan yang lain saling memberikan informasi
 Komunikasi Diagonal
Komunikasi diagonal (diagonal communication) adalah komunikasi yang
dilakukan antar individu atau kelompok pada bagian berbeda dan tingkatan yang
berbeda pula. Komunikasi diagonal banyak terjadi pada organisasi berskala besar
dimana ketergantungan antar departemen yang berbeda sangat besar. Kelebihan
dari komunikasi ini dapat mempercepat penyebaran informasi. Namun ada
kelemahan dari komunikasi ini karena penyebaran informasi tidak sesuai dengan
jalur rutin dan struktur organisasi yang sudah ada.
4. Komunikasi Lintas Budaya
Komunikasi lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu
budaya yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar
dua kebudayaan yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu
sama lainnya,baik itu untuk sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk
menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi tahap awal dari proses akulturasi
(penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan kebudayaan baru).
komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya
(baik dalam arti ras,  etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio ekonomi). Kebudayaan

12
adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta
berlangsung dari generasi ke generasi
Karakteristik Komunikasi Lintas Budaya yaitu :
1. Ada 2 tau lebih kebudayaan yang terlibat dalam komunikasi
2. Ada jalan atau tujuan yang sama yang akhirnya menciptakan komunikasi itu
3. Komunikasi lintas budaya menghasilkan keuntungan dan kerugian diantara 2 budaya atau lebih
4. Komunikasi lintas budaya di jalin baik secara individu anggota masyarakat maupun dijalin
secara berkelompok atau dewasa ini dapat dilakukan melalui media
5. Tidak semua komunitas lintas budaya menghasilkan feedback yang dimaksud. Hal ini
tergantung kepada penafsiran dan penerimaan dari sebuah kebudayaan yang terlibat mau atau
tidaknya dipengaruhi
6. Bila dua kebudayaan dilebur karena pengaruh komunikasi yang menghasilkan kebudayaan
baru(akulturasi)

Komunikasi antarbudaya adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem


simbolik yang membimbing perilaku manusia dan membatasi mereka dalam
menjalankan fungsinya sebagai kelompok. Selanjutnya komunikasi antarbudaya
itu dilakukan:
1. Dengan negosiasi untuk melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya
yang membahas satu tema (penyampaian tema melalui simbol) yang sedang
dipertentangkan. Simbol tidak sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat
berarti ke dalam satu konteks dan makna-makna itu dinegosiasikan atau
diperjuangkan;
2. Melalui pertukaran sistem simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek
yang terlibat dalam komunikasi, sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi
dalam proses pemberian makna yang sama;
3. Sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun bermanfaat
karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita;
4. Menunjukkan fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari
kelompok lain dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

13
C. Peran Komunikasi dalam Kepemimpinan
Di sebuah perusahaan atau orginasasi seorang pemimpin ialah sebagai
komunikator antar sesama rekan dan bawahan disuatu perusahaan, karena sebagai
pemimpin harus bisa berkomunikasi dengan baik dan benar kepada bawahannya. Seorang
pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya untuk membuat perubahan dalam
mewujudkan visi dan misi perusahaan serta mencapai tujuan perusahaan. Dalam
komunikasi diperlukan sedikitnya tiga unsur yaitu sumber (source), berita atau pesan
(message), dan sasaran (destination).

Fungsi komunikasi kepemimpinan terdiri dari empat bagian yaitu :


Fungsi Informatif:
Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi
(information-processing system), Maksudnya ialah informasi sangat dibutuhkan dalam
suatu organisasi dan perusahaan. informasi yang tepat, banyak sumber, akurat dan tepat
waktu sangat membantu dalam suatu organasisasi atau perusahaan menjalankan
tugasnya.  Sebagai contoh manager membutuhkan informasi tentang kebijakan informasi
dan aturan dari perusahaan guna mengatasi hal hal yang tidak diinginkan seperti konflik.
Sedangkan bawahan membutuhkan informasi informasi tentang job desk mereka, cara
mengerjakan job desk mereka, aturan dalam pekerjaan, jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti.
Fungsi Regulatif:
Fungsi regulatif dalam suatu organisasi atau perusahaan ialah terkait dengan
regulasi atau peraturan-peraturan yang dibuat oleh suatu organisasi. Dan peraturan ini
harus dipatuhi oleh seluruh anggota dan pemimpin dalam suatu organisasi demi menjaga
sikap kedisplinan dalam organisasi.
Fungsi Persuatif:
Komunikasi persuasif adalah komunikasi yang bertujuan untuk mengubah atau
mempengaruhi kepercayaan, sikap, dan perilaku seseorang sehingga bertindak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.  Dalam mengatur suatu organisasi
pemimpin tidak selalu berhasil mengandalkan kekuasaan dan wewenangnya sebagai

14
pemimpin. Terkadang pemimpin harus lebih mempersuasif bawahannya ketimbang
menyuruh atau memerintah bawahannya.
Fungsi Integratif:
Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan
karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Maka dari itu fungsi
integratif sangat diperlukan dalam mewujudkan hal tersebut, setidaknya ada 2 saluran
komunikasi yang dapat mewujudkan fungsi integratif yaitu saluran informasi formal dan
saluran komunikasi informal.

Empat elemen itu penting sekali untuk dapat menjalankan fungsi kepemimpinan dalam
berkomunikasi jika pemimpin menguasai empat elemen tersebut pemimpin bisa mebuat
organisasi yang ia pimpin maju.  Pemimpin juga harus memiliki sifat humble, friendly
dalam berkomunikasi kepada sesama petinggi atau bawahannya agar tercipta organisasi
yang harmonis karna dengan empat elemen tersebut serta sifat humble dan friendly cukup
untuk pemimpin menjalin komunikasi yang baik kepada sesama petinggi dan
bawahannya

D. Komunikasi dengan populasi yang berbeda


Komunikasi terbuka antara anggota organisasi atasan dan bawahan merupakan
cara efektif untuk membangun kepercayaan di dalam perusahaan. Cara paling efektif
untuk menerapkan komunikasi terbuka adalah agar manajemen terlibat dalam percakapan
tatap muka secara teratur dengan karyawan untuk mengungkapkan tingkat kepedulian
mereka terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan. Penting bagi manajemen untuk
memastikan bahwa setiap karyawan dipuji atas kontribusi individualnya kepada
organisasi dan untuk memberikan umpan balik yang cukup tentang hal-hal yang dia
lakukan dengan baik dan hal-hal yang dapat dia tingkatkan.
Jalur komunikasi terbuka ini membuat karyawan merasa lebih nyaman
mengungkapkan masalah pribadi yang mereka alami dalam organisasi. Karyawan yang
memiliki komunikasi terbuka dengan atasan ternyata lebih puas dengan pekerjaannya
daripada mereka yang tidak melakukannya. Keterbukaan dalam komunikasi
membutuhkan baik keterbukaan dalam pengiriman pesan maupun keterbukaan dalam
penerimaan pesan antara atasan dan bawahan. Untuk mencapai keterbukaan dalam

15
pengiriman pesan, dibutuhkan kejujuran penuh apakah berita itu baik atau buruk. Jenis
pesan tertentu memfasilitasi komunikasi terbuka dengan lebih baik. Pesan pengawas
lebih disukai baik untuk atasan dan bawahan ketika mereka mendorong atau membalas,
daripada tanggapan yang netral atau negatif.
Keterbukaan dalam penerimaan pesan membutuhkan kemauan untuk
mendengarkan pesan tanpa melompat ke kesimpulan meskipun pesan tersebut bukan
yang ingin Anda dengar. Hubungan komunikasi terbuka berbeda dengan hubungan
tertutup oleh reaksi dan jenis umpan balik yang diberikan, bukan pesan itu sendiri.
Bawahan dalam hubungan komunikasi tertutup dengan atasan mereka lebih cenderung
menanggapi umpan balik atasan secara negatif daripada mereka yang memiliki
komunikasi lebih terbuka dengan atasan mereka dengan melalukan :
a. Memeliharaan Hubungan
Menjaga hubungan antara atasan dan bawahan akan sangat berbeda,
tergantung harapan masing-masing pihak. Beberapa akan puas dengan persahabatan
yang erat dengan atasan mereka. Orang lain mungkin terutama berfokus pada
mempertahankan hubungan profesional. Mereka yang mungkin tidak cocok dengan
atasan mereka mungkin hanya berfokus pada menjaga hubungan sipil. Hubungan
yang tidak biasa antara atasan dan bawahan memerlukan strategi pemeliharaan
khusus karena beberapa strategi khusus, seperti penghindaran, tidak dapat diterima.
Ada beberapa strategi : interaksi informal, seperti bercanda dan percakapan
non-pekerjaan yang menekankan pada menjalin persahabatan. Ada juga interaksi
formal, seperti kesopanan dan rasa hormat terhadap otoritas atasan, yang membantu
menciptakan hubungan atasan-bawahan yang profesional. Ada pula taktik yang
memungkinkan bawahan tampil mengesankan di hadapan atasan, seperti ragu-ragu
menyampaikan kabar buruk atau menunjukkan antusiasme. Strategi pemeliharaan
hubungan terakhir mencakup diskusi terbuka tentang hubungan dengan atasan,
termasuk secara eksplisit memberi tahu mereka bagaimana mereka ingin
pemeliharaan hubungan untuk variasi hubungan ini. diperlakukan di tempat kerja
b. Melakukan Umpan Balik
Umpan balik memungkinkan untuk pertumbuhan di berbagai bidang baik
untuk atasan dan bawahan . Menggunakan Umpan Balik sebagai alat relasional

16
Subordinates atau bawahan mereka lebih rendah baik berdasarkan usia,
pengalaman, pengetahuan atau hubungan. Komunikasi nya antara lain , promosi /
pangkat, pengembangan keterampilan, komunikasi yang lebih baik dengan atasan,
lebih banyak motivasi untuk tampil baik dan berkembang, identifikasi diri dengan
organisasi. Melakukan komunikasi dengan atasan sangat diperluhkan ketrampilan
yang memadai Superior atau atasan mereka adalah orang-orang yang lebih tinggi
dari kita sejauh pengetahuan atau pengalaman atau kecerdasan intelektual atau
hubungan berjalan. Mereka mengharapkan perlakuan hormat tertentu dari kita, ketika
kita berurusan dengan mereka. Misalnya paman, bibi, atasan, atasan dari atasan,
pembimbing, konsultan , jabatan senior .Komunikasinya antara lain meninjau proses
seleksi, pelatihan, persyaratan promosi, Potensi keuntungan karyawan bagi
organisasi, mempengaruhi kebiasaan kerja karyawan yang positif
Rekan atau rekan kerja mereka biasanya berada pada level yang sama dengan
kita baik dalam kecerdasan cerdas atau status atau struktur keluarga atau dalam cara
lain yang setara dengan kita. Biasanya kita cenderung merasa nyaman dengan
mereka dalam hal berbicara dan berinteraksi. Satu lagi alasan seseorang merasa
nyaman dengan teman sebaya adalah mereka memiliki masalah yang sama dan
mereka berempati dengan baik satu sama lain. Misalnya rekan kerja di kantor, teman,
sepupu, kenalan, pergaulan, dll

E. Komunikasi dengan pasien dan keluarga


Cara yang penting untuk menghindari miscommunication dan medication . Ada
beberapa hal yang dapat dilakukan dengan pasien :
1. Perkenalkan diri
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga apa yang akan terjadi selama interaksi komunikasi
3. Tunjukkan empati
4. Dengarkan dengan aktif . Fokus pada pasien, kontak mata , bahasa tubuh
5. Mengenali dan menginterpretasi petunjuk non verbal pasien
6. Menyadari akan adanya halangan yang mencegah interaksi untuk memastikan
adanya pemahaman pasien
7. Pastikan tersedia waktu yang memadai buat pasien dan keluarga
Dalam komunikasi efektif dikenal pula hukum komunikasi : REACH

17
Respech (sikap menghargai, Empaty kemampuan menempatkan diri pada situasi atau
kondisi yang di hadapi, Audible dapat dimengerti atau di dengarkan, care and clarity
jelas , memeberi perhatian pada apa yang telah disampaikanh Hamble rendah
hati , membangun rasa menghargai

F. Komunikasi dengan profesi lain


Sistem komunikasi SBAR digunakan untuk mengkomunikasikan pasien dan
pengelolaannya, terutama komunikasi verbal baik langsung maupun melalui sambungan
telepon antar tenaga kesehatan yaitu antara:
1. Perawat dengan dokter
2. Konsultasi antar dokter
3. Antarbagian layanan kesehatan
4. Pergantian petugas jaga (shift)
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah
komunikasi SBAR (Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode
komunikasi ini digunakan pada saat perawat melakukan handover ke pasien.
Komunikasi SBAR adalah kerangka teknik komunikasi yang disediakan untuk
petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi pasien.
SBAR adalah metode terstruktur untuk mengkomunikasikan informasi penting yang
membutuhkan perhatian segera dan tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang
efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara
efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis
yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk
memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi.
SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim
kesehatan lainnya.

G. Komunikasi dengan “Difficult people”


a. Lansia
Hal yang menjadi hambatan saat menyampaikan pesan terhadap lansia adalah fisik
dan mental lansia yang menurun yang menyebabkan gangguan untuk berkomunikasi.
Keterampilan komunikasi Interpersonal sebagai proses membangun kedekatan,

18
tercapainya hubungan yang intim tidak lepas dari proses komunikasi yang dilakukan
yang biasanya disebut penetrasi sosial. Ada 4 tahap penetrasi social
1) Orientasi : Membuka sedikit demi sedikit
Dalam tahap ini hanya sedikit mengenai diri kita yang terbuka untuk orang lain,
hanya sebatas apa yang bisa kita perlihatkan kepada orang lain bersifat
pertanyaanumum seperti nama, alamat, umur, asal daerah, pekerjaan, dan lain
sebagainya. Dalam tahapan ini pembicaraan yang terjadi mengalir apa adanya dan
bisaanya orang cenderung bertindak sopan, tidak mengevaluasi atau mengkritik
pada tahapan orientasi (Khisholi, 2016).
Yurizal (2016) dalam penelitiannya menyampaikan memahami karakter
merupakan bagian dari tahapan awal atau orientasi. Selain menanyakan nama,
alamat tahap ini sekaligus untuk mulai memahami karakter-karakter lansia yang
berbeda-beda ada yang lama ada yang sebentar, tergantung pada kondisi fisik
lansia tersebut contoh pasien lansia yang terganggu pendengarannya maka harus
dengan nada bicara yang keras saat melakukan komunikasi. Memahami karakter
dari awal akan memperlancar proses komunikasi selanjutnya.
2) Pertukaran penjajakan afektif : Munculnya diri
Tahap pertukaran penjajakan afektif (exploratif affective exchange
stage)merupakan perluasan area publik dari diri dan terjadi ketika aspek-aspek
dari kepribadian seorang individu mulai muncul. Dalam penelitian Khisoli (2016),
menyebutkan dalam tahap pertukaran penjajakan afektif seseorang sudah mulai
merasa nyaman dengan suasana dan kegiatan-kegiatan yang ada disekitar mereka.
Jadi dibutuhkan kepiawaian dan kebaikan perawat. Tahap pertukaran penjajakan
afektif ditandai dengan pelaku komunikasi sudah mulai terbiasa dengan kondisi
sekitar, maka komunikan (perawat) mulai mengetahui karakteristik setiap lawan
komunikasinya sehingga perawat tahu apa yang harus dilakukan untuk melakukan
pendekatan yang lebih lanjut.
3) Pertukaran Afektif : Komitmen dan Kenyamanan
tahap pertukaran afektif ditandai oleh persahabatan yang dekat dan hubungan
yang intim. Dalam tahap ini termasuk ke dalam interaksi yang lebih tanpa ada
beban. Komunikasi sering kali berjalan spontan dan individu membuat keputusan

19
yang cepat. Tahap afektif memberi gambaran komitmen lebih lanjut kepada
individu lainnya, para interaktan merasa nyaman dengan satu dan yang lainnya.
jadi lansia yang sudah merasa nyaman dengan perawat akan menyampaikan
persoalan apa saja kepada perawat
4) Pertukaran Stabil : Kejujuran Total dan Keintiman Pertukaran stabil merupakan
tahap keempat dan terakhir dalam tahapan-tahapan penetrasi sosial. Pertukaran
stabil (stable excgange stage) berhubungan dengan pemikiran, perasaan dan
perilaku secara terbuka yang kemudian mengakibatkan munculnya spontanitas
dan keunikan hubungan yang tinggi contoh perawat sudah hafal bagaimana
perubahan sifat dan kondisi lansia, serta masing-masing perawat sudah
mengetahui bagaimana tindakan yang harus dilakukan ketika pasien lansia ada
perubahan emosi, biasanya perawat yang sudah senior yang benar-benar paham
dan bisa langsung tanggap bagaimana karakter dari berbagai pasien lansia
Kesimpulan dalam membangun komunikasi perawat melakukan pendekatan
secara personal dan perlahan agar dapat membangun hubungan yang baik.
Membentuk rasa nyaman menjadi kunci dalam proses menumbuhkan kedekatan
serta rasa percaya terhadap perawat, komunikasi yang baik dan efektif dapat
mempengaruhi bagaimana hubungan interpersonal antara perawat dengan lansia.
Maka dari itu kedekatan menjadi poin penting dalam menjalin hubungan
komunikasi interpersonal. Kedekatan yang intim ditandai dengan masing-masing
komunikan saling terbuka dalam berinteraksi Keterbukaan merupakan perilaku
seseorang yang dengan mudah menyampaikan isi hati dan pendapatnya saat
berkomunikasi.

a. Anak Berkebutuhan Khusus


1) Tuna rungu
Tanggapan dan opini umum berpendapat bahwasannya komunikasi secara lisan
adalah media utama dan cara termudah untuk mempelajari dan menguasai bahasa.
Berkomunikasi melalui berbicara adalah cara yang terbaik. Namun bagi anak-
anak yang memiliki masalah pendengaran (karena kerusakan pendengaran), cara
komunikasi lain dapat menggantikan fungsi berbicara tersebut, terdapat berbagai

20
cara untuk anak-anak yang memiliki masalah pendengaran, yaitu metode
Auditory oral, membaca bibir, bahas isyarat dan komunikasi universal
 Metode Auditory oral:
Metode ini menekankan pada proses mendengar serta bertutur kata dengan
menggunakan alat bantu yang lebih baik, seperti alat bantu pendengaran,
penglihatan dan sentuhan. Metode ini, menggunakan bantuan bunyi untuk
mengembangkan kemampuan mendengar dan bertutur kata
 Metode membaca bibir: Komunikasi dengan metode ini baik untuk mereka
yang mampu berkonsentrasi tinggi pada bibir penutur bahasa. Metode ini
mengharuskan anak-anak untuk selalu melihat gerakan bibir penutur bahasa
dengan tepat dan dalam situasi ini, penutur bahasa harus berada di tempat
yang terang dan dapat terlihat dengan jelas.
 Metode bahasa isyarat: Pada umumnya, bahasa isyarat digunakan secara
mudah dengan menggabungkan perkataan dengan makna dasar. Bahasa
isyarat yang digunakan pada umumnya adalah isyarat abjad satu jari
 Metode Komunikasi universal
Metode komunikasi adalah salah satu metode yang menggabungkan antara
gerakan jari isyarat, pembacaan bibir dan penuturan atau auditory oral.
Elemen penting dalam metode ini adalah penggunaan isyarat dan penuturan
secara bersamaan
2) Autisme Anak ASD (Autism Spektrum Disorder)
mengalami kesulitan dalam menggunakan bahasa dan berbicara, sehingga
mereka sulit melakukan komunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Oleh
karena itu diperlukan alternative berkomunikasi selain dengan verbal bagi mereka
sehingga kesempatan anak autis untuk melakukan interaksi dapat dilakukan dan
secara tidak langsung pula mereka dapat bereksplorasi terhadap lingkungan secara
timbal balik meskipun tidak menggunakan verbal atau yang disebut bicara.
Komunikasi alternatif adalah teknik-teknik yang menggantikan komunikasi lisan
bagi individu yang mengalami hambatan dalam bicara atau tidak mampu
berkomunikasi melalui bahasa lisan. Augmentative and Alternative
Communication (AAC) merupakan alat yang digunakan dalam melakukan

21
komunikasi pada anak dengan berkebutuhan khusus seperti pada anak dengan
autism. Komunikasi dapat diberikan berupa gambar atau kata-kata dengan
memperhatikan komponen Teknik komunikasi; Sistem symbol; Kemampuan
berkomunikasi.
Pada anak dengan autism sering mengalami kesulitan dalam berbicara mereka
cenderung sangat visual.
3) Tuna Grahita
Komunikasi sangat penting bagi setiap manusia, bahkan bagi anak-anak
retardasi mental sekalipun. Namun pelbagai halangan fisik dan mental membuat
anak-anak ini menghadapi kesulitan untuk mempelajari keterampilan
berkomunikasi, sehingga mereka pun kesulitan untuk berkomunikasi dengan
lingkungan sekitarnya. Pada anak-anak tersebut memiliki kemampuan di bawah
rata-rata dengan kemampuan intelegensi yang amat rendah, bahkan jika diukur tes
intelegensi hanya berada di bawah 80 sehingga besar kemungkinan anak-anak
tersebut sangat rendah kemampuan berbahasa karena dipengaruhi kemampuan
intelegensi dalam menangkap dan merekam informasi yang berkaitan bahasa, baik
kosa kata maupun kemampuan dalam mengucapkannya. Kondisi semakin sulit
ketika lingkungan sosial pun tidak berusaha untuk memberikan keterampilan
berkomunikasi yang fungsional bagi anak-anak retardasi mental. Kemampuan
Berkomunikasi pada Anak Retardasi Mental dengan Gangguan
Komunikasi,memerlukan medium komunikasi yang dianggap paling sederhana,
yaitu menggunakan gambar sebagai alat pertukaran pesan.

H. Peningkatan Kemampuan Berkomunikasi


Prinsip-Prinsip Komunikasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang
kemungkinan timbul baik akibat hubungan antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien.
a. Keterbukaan, artinya membuka diri bagi orang lain, bereaksi pada orang lain secara
spontan dengan didasari ketulusan. Keterbukaan, pada awal komunikasi yang pertama
di lihat oleh pasien adalah, apakan dokter atau tenaga kesehatan membuka diri untuk
kehadiran pasien secara tulus? Keterbukaan secara fisik dan psikologis sangat
diperlukan untuk memasuki hubungan lebih lanjut

22
b. Respect atau peduli kepada orang lain, dengan memberikan rasa hormat dan saling
menghargai. Rasa peduli kepada orang lain, dengan didasari rasa hormat dan saling
menghargai merupakan kunci berkomunikasi dengan oang lain. Pada prinsipnya
semua manusia ingin dihargai dan diakui keberadaannya. Demikian juga dengan
pasien, apabila dokter atau perawat respect kepada pasien, dengan sendirinya pasien
akan merasa dihormati dan dihargai.
c. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang
dihadapi oleh orang lain atau merasakan perasaan orang lain. Perasaan empati sangat
diperlukan dalam jasa pelayanan kesehatan, bagaimana seorang dokter atau perawat
dapat merasakan penderitaan pasien tanpa harus hanyut dalam permasalahan pasien.
Rasa empati dapat dikembangkan, apabila tenaga kesehatan baik dokter maupun
perawat memiliki ketrampilan mendengarkan, merasakan (feeling), dan berbicara.
Empati ini harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus, hal tersebut penting untuk
melatih kepekaan terhadap permasalahan.
d. Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk memberikan perhatian pada orang lain.
Seseorang akan merasa senang apabila dirinya diperhatikan, dengan diperhatikan maka
harga diri individu akan meningkat. Pasien akan merasa seorang diri, disisihkan, dan
tersinggung, apabila tidak diperhatikan oleh petugas kesehatan. Secara psikologis
pasien sudah merasa asing dengan lingkungan baru rumah sakit, kondisi ini akan
diperparah apabila petugas kesehatan tidak care terhadap kebutuhan pasien. Semua
pasien akan merasa senang apabila petugas kesehatan baik dokter maupun perawat,
memberikan perhatian denga tulus. Sapaan sederhana kepada pasien “bagaimana
perasaan anda hari ini?” merupaka bagian dari terapi yang mujarap bagi pasien, pasien
akan merasa diperhatikan.
e. Sikap positif (positiveness), dokter atau perawat diharapkan menunjukkan sikap positif
atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien, diri sendiri, dan lingkungan. Apapun yang
dilakukan oleh pasien, dan dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal,
dokter atau perawat harus tetap memberikan penilaian yang positif. Karakter atau
kepribadian pasien masing-masing berbeda, ada yang temperamen suka marah, ada
yang cuek atau acuh tak acuh, dan ada juga yang kooperatif atau mudah diajak
bekerjasama. Petugas kesehatan harus tetap profesional apabila ada pasien yang

23
berbicara keras/kasar, petugas kesehatan tidak boleh membalasnya. Tetapi menerima
kondisi pasien apa adanya, mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan tetap
memegang konsep, bahwa pasien adalah individu yang sedang sakit. Kondisi sakit
dapat didefinisikan situasi yang tidak seimbang baik fisik, psikologis, sosial maupun
spiritual.
f. Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif apabila kedua belah
pihak saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Dokter atau
perawat akan memberikan dukungan kepada pasien guna menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi, sebaliknya pasien memberikan dukungan kepada dokter
dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara jelas, dan
kooperatif dalam setiap tindakan medis. Sikap saling mendukung ini akan memberikan
perasaan nyaman bagi kedua belah pihak, selama proses hubungan berlangsung.
g. Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya atau miskin,
berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu harus dilayani dengan rendah
hati dan kasih sayang. Terkadang karena kondisi penyakitnya, pasien akan mengalami
kecemasan atau gangguan psikologis. Mudah sekali marah, cerewet, minta perhatian,
dan merasa sudah membayar jasa pelayanan, sehingga pasien harus dilayani. Kalau
tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat tidak memahami kondisi pasien, maka
akan timbul situasi yang tidak kondusif atau efektif lagi. Dokter atau perawat bisa
jengkel karena ulah dari si pasien, kondisi ini tidak boleh terjadi, karena dapat
mempengaruhi kualitas pelayanan yang profesional. Oleh karena itu mengembangkan
rasa rendah hati perlu terus dilakukan oleh tenaga kesehatan, agar timbul rasa kasih
sayang terhadap pasien. Apapun keadaan pasien, saat ini dia sedang sakit, dan harus
ditolong. Dengan melakukan komunikasi efektif antara petugas kesehatan dengan
pasien, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan/kepuasan kedua belah pihak. Masalah-
masalah yang bisa terjadi dalam proses pelayanan kesehatan, dapat diminimalkan
apabila petugas kesehatan mempunyai ketrampilan komunikasi efektif. Opini yang
mengatakan komunikasi tidak penting dan menghambat pekerjaan perlu untuk
diluruskan. Justru dengan membangun komunikasi efektif dengan pasien, maka
banyak pekerjaan dokter atau perawat yang lebih diuntungkan. Dokter atau perawat
lebih mengetahui bagaimana kondisi dan keinginan pasien. Dan pasien merasa percaya

24
dan lebih nyaman ditangani oleh dokter dan perawat, karena mereka yakin bahwa
semua yang dilakukan demi untuk kebaikan dan mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi. Dokter atau perawat akan lebih efektif dan efisien dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien, karena pasien memberikan dukungan penuh
kepada petugas kesehatan untuk menjalankan tugas dan kewajibannya.
h. Dalam komunikasi ada 3 ketrampilan yang harus di miliki yaitu bertanya, dalam
bertanya ada menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup, ini di gunakan untuk
mengarahkan pembicaraan dan memungkinkan kita untuk mengambil keputusan
Ketrampilan berbicara sebaiknya saat berbicara dengan pasien dan keluarga pasien
sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti di sesuaikan dengan
latarbelakang, usia, mitra kita berbicara , penjelasan ringkas dan jelas , pilih kata yang
mudah di fahami. Ketrampilan mendengar tehnik mendengar secara aktif melibatkan
fisik dan mental , dan juga memahami emosi dan perasaan yang berkaitan dengan
pasien perhatikan bahasa tubuh, ekspresi , melakukan paraphrase memastikan apa
yang di pahami , sudah sesuai dengan yang di sampaikan kepada pasien dan keluarga

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Untuk manajer keperawatan adalah unsur penting dalam berkomunikasi dan


sebagai bagian yang selalu ada dalam proses manajemen keperawatan bergantung pada
posisi manajer dalam struktur organisasi. Mengingat banyaknya waktu yang digunakan
oleh manajer keperawatan untuk berkomunikasi (mendegar dan berbicara), sehingga jelas
bahwa manajer harus mempunyai keterampilan komunikasi intrerpresonal yang
baik.manajer harus berkomunikasi dengan statf, pasien dan atas setiap hari. Praktik
keperawatan adalah praktik yang berorientasi pada kelompok/hubungan interpersonal
dalam mencapai suatu tujuan organisasi, olehsebag itu, untuk menciptakan komitmen dan
rasa kebersamaan,perlu ditunjang keterampilan manajer dalam berkomunikasi.

Salah satu dampak dari komunikasi adalah miskomunikasi, kesalahpahaman


dalam menafsirkan apa yang di sampaikan Miskomunikasi ini biasa disebabkan beberapa
faktor, di antaranya, kesalah pahaman antara pemberi dan penerima pesan, oerbedaan
persepsi yang diterima penerima pesan dengan yang diberikan oleh pemberi pesan,
perbedaan pengetahuan, perbedaan pengalaman, dan perbedaan bahasa.

Prinsip-Prinsip Komunikasi diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang


kemungkinan timbul ada beberapa hal yang harus di miliki keterbukaan, artinya
membuka diri bagi orang lain, Respect atau peduli kepada orang lain, dengan
memberikan rasa hormat dan saling menghargai. Empati adalah kemampuan untuk
menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain atau merasakan
perasaan orang lain. Perasaan empati sangat diperlukan dalam jasa pelayanan kesehatan,
bagaimana seorang dokter atau perawat dapat merasakan penderitaan pasien tanpa harus

26
hanyut dalam permasalahan pasien. Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk
memberikan perhatian pada orang lain. Sikap positif (positiveness), dokter atau perawat
diharapkan menunjukkan sikap positif atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien, diri
sendiri, dan lingkungan. Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif
apabila kedua belah pihak saling memberikan dukungan terhadap pesan yang
disampaikan. Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya atau
miskin, berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu harus dilayani dengan
rendah hati dan kasih sayang.
Dalam komunikasi ada 3 ketrampilan yang harus di miliki yaitu bertanya, dalam
bertanya ada menggunakan pertanyaan terbuka dan tertutup, ini di gunakan untuk
mengarahkan pembicaraan dan memungkinkan kita untuk mengambil keputusan
Ketrampilan berbicara sebaiknya saat berbicara dengan pasien dan keluarga pasien
sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah di mengerti di sesuaikan dengan
latarbelakang, usia, mitra kita berbicara , penjelasan ringkas dan jelas , pilih kata yang
mudah di fahami. Ketrampilan mendengar tehnik mendengar secara aktif melibatkan fisik
dan mental , dan juga memahami emosi dan perasaan yang berkaitan dengan pasien
perhatikan bahasa tubuh, ekspresi , melakukan paraphrase memastikan apa yang di
pahami , sudah sesuai dengan yang di sampaikan kepada pasien dan keluarga

27
DAFTAR PUSTAKA

Harriman, Bruce. "Naik dan Turun Tangga Komunikasi" . HBR.org . Bisnis Harvard.

Abbott, Robert. "Komunikasi ke Bawah" . Komunikasi Karyawan . Diakses 1 November 2011 .

Bessi L dkk.2012.Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi EGC.Jakarta

Deni Purnama.2012.komunikasi,informasi dan edukasi efektif, Betha Grafika.Yogyakarta

Kata, Meldasari. “Perbedaan Persepsi Karyawan tentang Komunikasi Ke Bawah dan Ke Atas” .
ResearchGate.org . Akademi untuk Kemajuan Bisnis Global.

McPhee, R. (2011). Pengetahuan komunikasi dan organisasi: masalah kontemporer untuk teori
dan praktik. London: Routledge."Komunikasi ke Atas- Apa Tujuannya" . Komunikasi Atas
. Diakses 1 November 2011 .

Housel, Thomas; Davis, Warren (1977). "Pengurangan Distorsi Komunikasi ke Atas". Jurnal
Komunikasi Bisnis . 14 (4): 49–65. doi : 10.1177 / 002194367701400405 .

Harbour, S. (nd). Bagaimana Meningkatkan Keterbukaan di Tempat Kerja. Diakses tanggal 20


Oktober 2017.

Nursalam.2014. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam praktek keperawatan


professional,Salemba Medika,.akarta

Waldron, Vincent (September 1991). "Mencapai Tujuan Komunikasi dalam Hubungan Atasan-
Bawahan". Monograf Komunikasi . 58 (3): 289–306. doi : 10.1080 / 03637759109376231 .

28
McPhee, R. (2011). Pengetahuan komunikasi dan organisasi: masalah kontemporer untuk teori
dan praktik. London: Routledge.

Indonesian Healt Promotiing Hospital.2015Modul Pelatihan training of


Trainer,Komunikasi,informasi,edukasi efektif di rumah sakit

Yurizal, O. N. (2016). Komunikasi Antar Pribadi dalam Membangun Relasi antara Pengasuh
dengan Anak Yatim Dhuafa.

29

Anda mungkin juga menyukai