Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA MASALAH FISIK

Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Komunikasi Keperawatan

Dosen pengampu : Rika Maya Sari, S.Kep.Ns.,M.Kes

KELOMPOK 3

Azizah Widya Puspa T. (19613340)

Malik Akbar Ihsan (19613338)

Nindear Orchid Raihan (19613328)

Ayu Gustiyowati (19613322)

Wulantika (19613318)

Eplin Febriana Putri (18613320)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat

menyelesaikan laporan tugas kelompok ini dengan sebatas pengetahuan dan

kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Rika Maya

Sari, S.Kep.Ns.,M.Kes selaku Dosen mata kuliah Komunikasi Keperawatan yang

telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai komunikasi keperawatan. Saya juga

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan

jauh dari apa yang diharapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan

usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu

yang sempurna tanpa sarana yang membangun. Semoga laporan sederhana ini

dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Ponorogo, Juni 2020

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Komunikasi adalah bagian yang penting dalam kehidupan dan


menyatu dengan kehidupan kita. Setiap saat, manusia selalu
berkomunikasi dan menggunakannya dalamberinteraksi dengan
manusia lain. Kata-kata yang diucapkan seseorang adalah komunikasi,
diamnya seseorang adalah komunikasi, tertawanya seseorang adalah
komunikasi, dan menangisnya seseorang adalah komunikasi. Dengan
berkomunikasi, kehidupan kita akan interaktif dan menjadi lebih
dinamis. Komunikasi dalam aktivitas keperawatan adalah hal yang
paling mendasar dan menjadi alat kerja utama bagi setiap perawat
untuk memberikan pelayanan/asuhan keperawatan karena perawat
secara terus- menerus selama 24 jam bersama pasien.
Dalam setiap aktivitasnya, perawat menggunakan komunikasi.
Pengetahuan tentang komunikasi dan komunikasi terapeutik sangat
penting terkait dengan tugas-tugas Anda dalam melakukan asuhan
keperawatan dan dalam melakukan hubungan profesional dengan tim
kesehatan lainnya. Sebagai calon perawat ahli madya, keterampilan
dasar yang penting harus Anda kuasai adalah komunikasi. Penguasaan
tentang komunikasi terapeutik dalam praktik keperawatan akan
memungkinkan Anda melaksanakan praktik keperawatan secara
berkualitas.

B. Rumusan masalah

1) Bagaimana Komunikasi Terapeutik Dengan Gangguan Fisik?


2) Bagaimana Komunikasi pada macam-macam Gangguan Fisik?

C. Tujuan
1. Pentingnya mengetahui pengertian komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
sangat bermanfaat bagi semua praktisi medis dan dapat membuat kita dapat
berkomunikasi lebih baik lagi dengan pasien kita.
2. Mengetahui pentingnya komunikasi terapeutik pada macam-macam pasien
gangguan fisik.

D. Manfaat
1. Dapat memberikan informasi tentang komunikasi secara umum dan
komunikasi terapeutik kepada pembaca atau sesama mahasiswa. Sehingga
dapat membuka wawasan kita semua terhadap pentingnya komunikasi
terapeutik terutama dalam menghadapi pasien yang mempunyai gangguan
fisik.
2. Dapat memberikan informasi yang jelas kepada sesama mahasiswa yang
sedang melakukan pembelajaran tentang materi Komunikasi Pada Pasien
Gangguan Fisik dalam mata kuliah Komunikasi Keperawatan .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1) Komunikasi Terapeutik Dengan Gangguan Fisik

Komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan


perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi
gangguan patologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang
lain. ( Northouse, 1998).
Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara
perawat klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien
yang mempengaruhi perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang
terapeutik adalah pengalaman belajar bersama dan pengalaman dengan
menggunakan berbagai tekhnik komunikasi agar perilaku klien berubah ke
arah positif seoptimal mungkin. Untuk melaksanakan komunikasi
terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan yang
cukup dan memahami tentang dirinya.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dengan
klien. Persoalan yang mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling
membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga dapat dikategorikan ke
dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat membantu
dan klien menerima bantuan (Lalongkoe, 2013:63).
Berdasarkan dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli
di atas dapat disimpulkan bahwa, komunikasi terapeutik merupakan
komunikasi yang dirancang dan direncanakan secara sadar oleh perawat
dengan maksud membangun hubungan kepercayaan demi kesembuhan
pasien. Melalui pengalaman bersama antara perawat- klien bertujuan
untuk menyelesaikan masalah klien.
Dalam konteks pelayanan kesehatan secara keseluruhan
komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjalin dengan baik
rehabilitasi dengan tujuan mengembalikan pasien ke kondisi semula atau
setidaknya mendekati kondisi normal.
Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
kekurangan pada anggota tubuh atau terganggunya sistem organ dalam tubuh,
sensorik, dan motorik pada tubuh. Gangguan fisik yang dari kekurangan anggota
tubuh sering kali membuat pergerakan terganggu. Gangguan dari sistem organ
membuat pasien berasa tidak enak badan dan harus mendapatkan pengobatan
medis.

Gangguan fisik ini bisa dialami oleh semua orang baik orang dewasa maupun
anak kecil. Untuk orang dewasa gangguan fisik ini dimungkinkan karena faktor
eksternal seperti : kecelakaan yang menyebabkan rusaknya anggota tubuh atau
organ tubuh, sehingga menimbulkan keterbatasan dalam beraktivitas. Sedangkan
gangguan fisik yang dialami oleh anak kecil dikarenakan oleh faktor bawaan

2) Komunikasi pada macam-macam gangguan fisik

a. Klien dengan gangguan pendengaran


Pada klien dengan gangguan pendengaran, media
komunikasi yang paling sering digunakan ialah media visual. Klien
menangkap pesan bukan dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi
dengan mempelajari gerak bibir lawan bicaranya. Kondisi visual
menjadi sangat penting bagi klien ini sehingga dalam melakukan
komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan anda dapat ditangkap
oleh indra visualnya. Teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan
klien dengan gangguan pendengaran antara lain :
a) Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau
memposisikan diri di depan klien
b) Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan
untuk memudahkan klien membaca gerak bibir anda
c) Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan
pertahankan sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim
d) Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah
sesuatu (permen karet)
e) Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan
sederhana dan wajar
f) Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan
diperlukan
g) Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan,
cobalah sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar
(simbol).

b. Klien dengan Gangguan Penglihatan.


Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan
organ, misal., kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun
kerusakan kornea, serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju
otak. Kerusakan di tingkat persepsi antara lain dialami klien dengan
kerusakan otak. Semua ini mengakibatkan penurunan visus hingga
dapat menyebabkan kebutaan, baik parsial maupun total. Akibat
kerusakan visual, kemampuan menangkap rangsang ketika
berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus
mengoptimalkan fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi
penglihatan sedapat mungkin harus digantikan oleh informasi yang
dapat ditransfer melalui indra yang lain.
 Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama
berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
penglihatan:
1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia
mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal
keberadaan / kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama (dan peran) anda
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien
tidak memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada
suara anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata-kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien.
5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya /
memutus komunikasi.
6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar
disekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke
lingkungan/ ruangan yang baru.

 Syarat-Syarat Komunikasi

Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan


gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi
komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif
antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan
adalah :
1. Adanya kesiapan, artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan, artinya apapun wujud dari pesan atau informasi tersebut
tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan, artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan
kepada individu lain, pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa
yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu
serta berguna untuk si pasien.
4. Kepercayaan diri, artinya jika pengobat mempunyai kepercayaan diri maka
hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya kepada pasien.
5. Ketenangan, artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka
informasi yang disampaikan akan lebih jelas, baik dan lancar.
6. Keramahan, artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari
kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa dibuat-
buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi pasien.
7. Kesederhanaan, artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya dibuat
sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya. Meskipun
informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan secara
sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan informasi
dengan baik.

c. Pasien dengan gangguan Wicara.


Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual, kerusakan pita
suara, ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi dengan pasien dengan
gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya pesan dapat dikirim dan
ditangkap dengan benar pasien yang mengalami gangguan wicara umumnya telah
belajar berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan
tulisan atau gambar.

Pada saat berkomunikasi dengan pasien gangguan wicara, hal – hal berikut perlu
di perhatikan:

1. Pengobat benar – benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir


pasien.
2. Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang kembali
kata-kata yang diucapkan pasien.
 Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak topik,
komunikasi dengan pasien tidak menyimpang.
1. Mengendalikan pembicaraan sehingga pasien menjadi lebih rileks
dan komunikasi menjadi lebih pelan.
2. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat
diterima dengan baik.
3. Gunakan bahasa isyarat, tulisan, gambar atau simbol bila
diperlukan.
4. Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa
berkomunikasi lisan dengan pasien untuk menjadi mediator
komunikasi.

d. Pasien dengan keadaan tidak sadar


Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik pasien
mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima pasien dan pasien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Keadaaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan organik pada otak, trauma
otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun gangguan
berat yang terkait dengan penyakit tertentu.
Seringkali timbul pertanyaan tentang perlu tidaknya pengobat
berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan kesadaran ini.
Bagaimanapun, secara etika penghargaan terhadap nilai nilai kemanusiaan
mengharuskan penerapan komunikasi pada pasien dengan gangguan
kesadaran.Pada saat berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan
kesadaran, hal hal berikut perlu diperhatikan:
1. Berhati – hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat pasien karena
ada keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan dan penerimaan rangsang pada individu yang tidak
sadar dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka
perawat harus berhati – hati tidak mengatakan sesuatu pada pasien yang
tidak sadar atau pada dalam jarak pendengaran pasien. Jaga selalu untuk
tidak mengatakan hal – hal yang tidak akan mereka katakan pada pasien
yang sepenuhnya sadar.
2. Ambil asumsi bahwa pasien  dapat mendengar pembicaraan kita.
Usahakan mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang kita sampaikan di dekat klien.
3.  Ucapkan kata – kata sebelum menyentuh pasien . Sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada pasien
dengan penurunan kesadaran.
4. Upayakan untuk mempertahankan lingkungan sekitar pasien setenang
mungkin untuk membantu pasien pada komunikasi yang dilakukan.

e. Pasien dengan gangguan perkembangan kognitif

Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan perkembangan kognitif pada


pasien, antara lain akibat penyakit : retardasi mental, syndrome down, ataupun
situasi sosial, misal, pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif, dan
sebagainya. Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
kematangan kognitif, sebaiknya kita memperhatikan prinsip komunikasi bahwa
komunikasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi efektif, yaitu mengikuti
kaidah sesuai kemampuan audience (capability of audience) dengan demikian 
komunikasi dapat berlangsung lebih efektif.

Cara – cara berkomunikasi dengan pasien yang mengalami gangguan kematangan


kognitif / perkembangan kognitif :

1. Berbicaralah dengan menggunakan tema yang jelas dan terbatas.


2. Hindari menggunakan istilah yang membingungkan pasien, usahakan
menggunakan kata pengganti yang lebih mudah dimengerti dengan
menggunakan contoh atau gambar dan simbol yang mudah dimengerti
oleh pasien.
3. Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif datar dan Nada tinggi
seringkali di terima oleh pasien sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan.
4. Selalu lakukan pengulangan dan tanyakan kembali pesan yang diutarakan
untuk memastikan kembali maksud pesan sudah diterima dengan baik oleh
pasien.
5. Berhati – hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non verbal
karena dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda pada pasien dan
menimbulkam sesuatu yang tidak di inginkan.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan fisik adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
kekurangan pada anggota tubuh atau terganggunya sistem organ dalam tubuh,
sensorik, dan motorik pada tubuh. Gangguan fisik yang dari kekurangan anggota
tubuh sering kali membuat pergerakan terganggu. Gangguan dari sistem organ
membuat pasien berasa tidak enak badan dan harus mendapatkan pengobatan
medis. Macam-macam gangguan fisik yaitu gangguan pendengaran,gangguan
penglihatan,gangguan wicara,pasien tidak sadar,pasien dengan gangguan
perkembangan kognitif

B. Saran
Ketika berkomunikasi dengan klien yang mengalami gangguan
fisik seperti gangguan penglihatan, pendengaran dan wicara diperlukan
pemahaman dan kesabaran terhadap klien serta perlu strategi komunikasi
dan mempertimbangkan media yang digunakan yang disesuaikan dengan
kondisi klien, agar pesan tetap dapat diterima.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

http://isnaynihuda.blogspot.co.id.  2012. Komunikasi pada Klien dengan


Gangguan.Diakses pada tanggal 28 Juli 2020. Pukul 16.00 WIB.

http://pohoseng.com/komunikasi-pada-pasien-gangguan-fisik-dan-jiwa. Diakses
pada tanggal 29 Juli 2020. Pukul 14.00 WIB.

Https://flloraliwu.wordpress.com. 2015. Penerapan Komunikasi


Terapeutik pada Pasien dengan Gangguan Penglihatan.Diakses
pada tanggal 29 Juni 2020. Pukul 15.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai