DI SUSUN OLEH
KELOMPOK IV
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas Rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini adalah “ Tuberkulosis Paru”.
Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kulia keperawatan Anak 1 yang telah memberikan tugas ini. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langka yang baik dari studi yang sesunguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khusunya pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1. Pengertian....................................................................................................................3
2. Anatomi Fisiologi........................................................................................................3
3. Etiologi / Penyebab......................................................................................................4
4. Gejala TB paru............................................................................................................4
5. Patofisiologi.................................................................................................................4
6. Cara penularan TB paru...............................................................................................5
7. Jenis Infeksi TB...........................................................................................................6
8. Klasifikasi Penyakit TB paru.......................................................................................6
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru..............................................7
10. Komplikasi...............................................................................................................8
11. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................8
12. Penatalaksanaan.......................................................................................................9
13. Pencegahan............................................................................................................10
14. Pemeliharaan..........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah
pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya (Kemenkes RI,
2014). Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang hampir semua
bagian tubuh, tetapi paling sering menyerang paru-paru, kondisi ini disebut ‘tuberkulosis
paru-paru’ (Queensland Health, 2017).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan global. WHO melaporkan bahwa estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC
tahun 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus
dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus TBC. Dari 10,6 juta kasus tersebut,
terdapat 6,4 juta (60,3%) orang yang telah dilaporkan dan menjalani pengobatan
dan 4,2 juta (39,7%) orang lainnya belum ditemukan/ didiagnosis dan dilaporkan.
TBC dapat diderita oleh siapa saja, dari total 10,6 juta kasus di tahun 2021,
setidaknya terdapat 6 juta kasus adalah pria dewasa, kemudian 3,4 juta kasus adalah
wanita dewasa dan kasus TBC lainnya adalah anak-anak, yakni sebanyak 1,2 juta
kasus.
Indonesia sendiri berada pada posisi KEDUA (ke-2) dengan jumlah penderita TBC
terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria,
Bangladesh dan Republik Demokratik Kongo secara berutan. Pada tahun 2020, Indonesia
berada pada posisi ketiga dengan beban jumlah kasus terbanyak, sehingga tahun 2021
jelas tidak lebih baik. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus
TBC (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak
824.000 kasus. Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk,
yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang
menderita TBC.
1
Dari total 969.000 estimasi kasus TBC yang ada di Indonesia, kasus yang ditemukan
hanya sebesar 443.235 (45,7%) kasus saja, sedangkan ada 525.765 (54,3%) kasus
lainnya belum ditemukan dan dilaporkan. Pada tahun 2020, jumlah kasus yang belum
ditemukan adalah sebanyak 430.667 kasus. Artinya terjadi peningkatan jumlah kasus
yang belum ditemukan secara signifikan. Sedangkan capaian penemuan kasus meningkat
dari tahun 2020 yang sebanyak 393.323 kasus.
Menurut Long (1996) untuk mencegah penularan infeksi TB Paru adalah dengan
mengobati klien – klien dengan obat Tuberkulosis dan mencegah kontaminasi udara oleh
bakteri. Cara yang paling efektif untuk mencapai keduanya adalah dengan melakukan
penyuluhan terhadap klien maupun keluarga mengenai bagaimana cara memutus rantai
penularan infeksi dengan menutup mulut ketika batuk, bersin atau ketawa secara benar
dan penggunaan masker yang baik. Menurut Sudoyo (2013) perawat diharapkan dapat
menginstruksikan kepada klien dan keluarganya tentang prosedur pencegahan penularan
infeksi dengan membuang tisu basah dengan baik dan mencuci tangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru
melalui udara dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari
ghon (Wijaya, 2013).
TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru – paru
khususnya bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui 7 udara. Namun tidak hanya paru –
paru, bagian tubuh lainnya juga dapat terserang penyakit ini seperti meninges, ginjal,
tulang dan lain sebagainya. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat
disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan teratur.
2. Anatomi Fisiologi
Pulmo atau paru adalah organ sistem pernaasan yang berada dalam kantong bentukan
pleura parietalis dan pleura viselaris. Paru-paru sangat lunak, elastis, dan berada pada
rongga torak. Paru-paru memiliki sifat ringan dan mampu terapung dalam air, berwarna
biru keabu-abuan dengan bintik. Paru-paru kanan terdiri dari tiga gelambir (lobus),
yaitu : lobus superior, lobus medius, dan lobus inferir. Paru – paru kiri terdiri dari dua
lobus, yaitu : lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput
paru-paru yang disebut pleura. Pleura terdiri dari atas dua lapisan, yaitu: lapisan
permukaan (parietalis), yakni lapisan yang langsung berhubungan dengan paru-paru dan
memisahkan lobus dengan paru – paru. Lapisan daam pleura (viseralis), yakni pleura
yang berhubungan dengan fasia endotorasika, yaitu permukaan dalam dari dinding toraks
(Kirnanoro, 2017).
3
3. Etiologi / Penyebab
4. Gejala TB paru
5. Patofisiologi
Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu
yang telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau
meludah, droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain,
droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan berkembang dalam
waktu 2–12 minggu.
4
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks
Ghon. Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di
bagian tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru. Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi
laten. Fibrosis terjadi bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh
kapsul fibrosis. Nodul fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan
berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang
lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen
dan mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru.
Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi
tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten. Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak
dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten dapat teraktivasi bila host mengalami
imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi tuberkulosis sekunder. Lesi
tuberkulosis sekunder umumnya berada di apeks paru-paru.
Penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC aktif
memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar
melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk ke
tubuh orang lain melalui udara. Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat
menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita
TBC dapat mengeluarkan sekitar 3.000 percikan dahak. Bakteri TB yang berada di udara
bisa bertahan berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya
terhirup oleh orang lain. Umumnya, penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama.
5
7. Jenis Infeksi TB
6
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya menurut Depkes RI (2011) di
bagi menjadi beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 Minggu)
b. Kasus kambuh (Relaps)
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis
dan telah di nyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif
c. Kasus Setelah putus berobat (Default)
Pasien yang telah berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif
d. Kasus setelah gagal (Failure)
Pasien hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima aatau lebih selama pengobatan
e. Kasus pindahkan (Transfer In)
Pasien yang di pindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatanya
f. Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA (+)
setelah selesai pengobatan ulang.
a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Lingkungan
d. Ekonomi
e. Pekerjaan
f. Perilaku (Merokok)
7
10. Komplikasi
Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
1) Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung,
penderita TB diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu)
2) Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan
hasilnya BTA positif.
b. Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi mycbacterium tuberculosis.
c. Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
d. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Tes Mantoux/Tuberkulin
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
f. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya resistensi.
8
g. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC)
Deteksi Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh kuman TB.
h. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis TB paru
12. Penatalaksanaan
Untuk pengobatan menurut Kemenkes RI (2015), obat tuberkolosis di bagi menjadi dua
tahap yaitu :
a. Tahap awal : obat di berikan setiap hari, halini bertujuan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisirkan
kuman yang sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan awal iii pada semua pasien baru harus di berikan selama 2 bulan,
pada umumnya apabila dengan pengobatan teratur akan sangat menurunkan
resiko penularan setelah pengobatan 2 minggu.
b. Tahap lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan adalah tahap yang penting untuk
membunuh sisa-sisa kuman sehingga pasien dapat sembuh dan tidak terjadi
kekambuhan.
Sementara itu ada beberapa kategori untuk panduan obat tubekulosis, yaitu
sebagai berikut (Depkes RI,2014) :
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
3) Obat sisipan : (HRZE)
4) Kategori anak : 2HRZ/4HR
5) Obat untuk pasien TB resisten : OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,
Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT
lini-1 yaitu Pirazinamid dan etambutol
6) Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDRT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan dengan berat badan pasien. Panduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
9
13. Pencegahan
14. Pemeliharaan
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
11
DAFTAR PUSTAKA
12