Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TUBERKOLOSIS PARU (TB PARU)

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK I


DOSEN PENGAMPUH NUR INDAH SARI S.Kep., Ns. M.Kep

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK IV

MAFTUHATUL AINI : PK115021025


M EKO : PK115021029
MOH. DIRHAM : PK115021027
WINDA LESTARI MANTIMBO : PK115021045
FIRA PUTRI JULISTA MOKOGINTA : PK115021015
FRISCHA NATASYA SUROBO : PK115021016
YUNI YALISI : PK115021047

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2023/ 2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas Rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari
makalah ini adalah “ Tuberkulosis Paru”.

Pada kesempatan kali ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kulia keperawatan Anak 1 yang telah memberikan tugas ini. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langka yang baik dari studi yang sesunguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khusunya pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Palu, 13 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
1. Pengertian....................................................................................................................3
2. Anatomi Fisiologi........................................................................................................3
3. Etiologi / Penyebab......................................................................................................4
4. Gejala TB paru............................................................................................................4
5. Patofisiologi.................................................................................................................4
6. Cara penularan TB paru...............................................................................................5
7. Jenis Infeksi TB...........................................................................................................6
8. Klasifikasi Penyakit TB paru.......................................................................................6
9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru..............................................7
10. Komplikasi...............................................................................................................8
11. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................................8
12. Penatalaksanaan.......................................................................................................9
13. Pencegahan............................................................................................................10
14. Pemeliharaan..........................................................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman dari
kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah
pasien TB BTA positif melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya (Kemenkes RI,
2014). Tuberkulosis (TB) adalah infeksi bakteri yang dapat menyerang hampir semua
bagian tubuh, tetapi paling sering menyerang paru-paru, kondisi ini disebut ‘tuberkulosis
paru-paru’ (Queensland Health, 2017).
Tuberkulosis paru (TB paru) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosa). Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan global. WHO melaporkan bahwa estimasi jumlah orang terdiagnosis TBC
tahun 2021 secara global sebanyak 10,6 juta kasus atau naik sekitar 600.000 kasus
dari tahun 2020 yang diperkirakan 10 juta kasus TBC. Dari 10,6 juta kasus tersebut,
terdapat 6,4 juta (60,3%) orang yang telah dilaporkan dan menjalani pengobatan
dan 4,2 juta (39,7%) orang lainnya belum ditemukan/ didiagnosis dan dilaporkan.
TBC dapat diderita oleh siapa saja, dari total 10,6 juta kasus di tahun 2021,
setidaknya terdapat 6 juta kasus adalah pria dewasa, kemudian 3,4 juta kasus adalah
wanita dewasa dan kasus TBC lainnya adalah anak-anak, yakni sebanyak 1,2 juta
kasus.
Indonesia sendiri berada pada posisi KEDUA (ke-2) dengan jumlah penderita TBC
terbanyak di dunia setelah India, diikuti oleh China, Filipina, Pakistan, Nigeria,
Bangladesh dan Republik Demokratik Kongo secara berutan. Pada tahun 2020, Indonesia
berada pada posisi ketiga dengan beban jumlah kasus terbanyak, sehingga tahun 2021
jelas tidak lebih baik. Kasus TBC di Indonesia diperkirakan sebanyak 969.000 kasus
TBC (satu orang setiap 33 detik). Angka ini naik 17% dari tahun 2020, yaitu sebanyak
824.000 kasus. Insidensi kasus TBC di Indonesia adalah 354 per 100.000 penduduk,
yang artinya setiap 100.000 orang di Indonesia terdapat 354 orang di antaranya yang
menderita TBC.

1
Dari total 969.000 estimasi kasus TBC yang ada di Indonesia, kasus yang ditemukan
hanya sebesar 443.235 (45,7%) kasus saja, sedangkan ada 525.765 (54,3%) kasus
lainnya belum ditemukan dan dilaporkan. Pada tahun 2020, jumlah kasus yang belum
ditemukan adalah sebanyak 430.667 kasus. Artinya terjadi peningkatan jumlah kasus
yang belum ditemukan secara signifikan. Sedangkan capaian penemuan kasus meningkat
dari tahun 2020 yang sebanyak 393.323 kasus.
Menurut Long (1996) untuk mencegah penularan infeksi TB Paru adalah dengan
mengobati klien – klien dengan obat Tuberkulosis dan mencegah kontaminasi udara oleh
bakteri. Cara yang paling efektif untuk mencapai keduanya adalah dengan melakukan
penyuluhan terhadap klien maupun keluarga mengenai bagaimana cara memutus rantai
penularan infeksi dengan menutup mulut ketika batuk, bersin atau ketawa secara benar
dan penggunaan masker yang baik. Menurut Sudoyo (2013) perawat diharapkan dapat
menginstruksikan kepada klien dan keluarganya tentang prosedur pencegahan penularan
infeksi dengan membuang tisu basah dengan baik dan mencuci tangan.

B. Rumusan Masalah

Apa itu TB Paru.?

C. Tujuan

Untuk mengetahui tentang TB paru

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
microbacterium tuberkulosis yang merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan
bagian bawah yang sebagian besar bakteri tuberkulosis masuk kedalam jaringan paru
melalui udara dan selanjutnya mengalami proses yang dikenal sebagai fokus primer dari
ghon (Wijaya, 2013).
TB Paru merupakan penyakit infeksi yang biasanya menyerang paru – paru
khususnya bagian parenkim paru. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
Tuberkulosis yang terhirup oleh manusia melalui 7 udara. Namun tidak hanya paru –
paru, bagian tubuh lainnya juga dapat terserang penyakit ini seperti meninges, ginjal,
tulang dan lain sebagainya. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat
disembuhkan dengan pengobatan yang tepat dan teratur.

2. Anatomi Fisiologi

Pulmo atau paru adalah organ sistem pernaasan yang berada dalam kantong bentukan
pleura parietalis dan pleura viselaris. Paru-paru sangat lunak, elastis, dan berada pada
rongga torak. Paru-paru memiliki sifat ringan dan mampu terapung dalam air, berwarna
biru keabu-abuan dengan bintik. Paru-paru kanan terdiri dari tiga gelambir (lobus),
yaitu : lobus superior, lobus medius, dan lobus inferir. Paru – paru kiri terdiri dari dua
lobus, yaitu : lobus superior dan lobus inferior. Paru-paru diselimuti oleh suatu selaput
paru-paru yang disebut pleura. Pleura terdiri dari atas dua lapisan, yaitu: lapisan
permukaan (parietalis), yakni lapisan yang langsung berhubungan dengan paru-paru dan
memisahkan lobus dengan paru – paru. Lapisan daam pleura (viseralis), yakni pleura
yang berhubungan dengan fasia endotorasika, yaitu permukaan dalam dari dinding toraks
(Kirnanoro, 2017).

3
3. Etiologi / Penyebab

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium Tuberkulosis, sejenis kuman berbentuk


batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3- 0,6/um.
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA). Kuman dapat
tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-
tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari
sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis
menjadi aktif lagi.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberculosis (Setiati, 2014).

4. Gejala TB paru

Gejala yang muncul dapat berupa :


a. Batuk yag berlangsung lama (3 minggu atau lebih)
b. Batuk biasanya disertai dengan dahak atau batuk darah
c. Nyeri dada saat bernafas atau batuk
d. Berkeringat di malam hari
e. Hilang nafsu makan
f. Penurunan berat badan
g. Demam dan mengigil
h. Kelelahan

5. Patofisiologi

Patofisiologi tuberkulosis paru atau TBC paru disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis yang menular melalui aerosol dari membran mukosa paru-paru individu
yang telah terinfeksi. Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk, bersin, atau
meludah, droplet akan keluar ke udara bebas. Ketika terinhalasi oleh individu lain,
droplet infeksius akan terkumpul di paru-paru dan organisme akan berkembang dalam
waktu 2–12 minggu.

4
Kontak pertama bakteri Mycobacterium tuberculosis dengan host dapat menyebabkan
infeksi tuberkulosis primer yang umumnya membentuk lesi tipikal TB, yaitu kompleks
Ghon. Kompleks Ghon merupakan granuloma epiteloid dengan nekrosis kaseosa di
bagian tengahnya. Lesi ini paling umum ditemukan dalam makrofag alveolar dari bagian
subpleura paru-paru. Lesi inisial dapat sembuh dengan sendirinya dan infeksi menjadi
laten. Fibrosis terjadi bila enzim hidrolitik melarutkan tuberkel dan lesi dikelilingi oleh
kapsul fibrosis. Nodul fibrokaseosa ini sering kali mengandung mycobacteria dan
berpotensi reaktivasi.
Ketika host tidak dapat menekan infeksi inisial, infeksi primer TB dapat berkembang
lebih lanjut, terutama di lobus tengah dan bawah dari paru-paru. Eksudat yang purulen
dan mengandung basil tahan asam (BTA) dapat ditemukan di sputum dan jaringan paru.
Namun, bila infeksi tuberkulosis dapat ditekan atau dilawan oleh sistem imun, infeksi
tuberkulosis dapat menjadi infeksi laten. Individu dengan infeksi tuberkulosis laten tidak
dapat menularkan bakteri tetapi infeksi laten dapat teraktivasi bila host mengalami
imunosupresi. Setelah itu, infeksi akan menjadi infeksi tuberkulosis sekunder. Lesi
tuberkulosis sekunder umumnya berada di apeks paru-paru.

6. Cara penularan TB paru

Penularan TBC umumnya terjadi melalui udara. Ketika penderita TBC aktif
memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, bakteri TB akan ikut keluar
melalui lendir tersebut dan terbawa ke udara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk ke
tubuh orang lain melalui udara. Saat batuk atau bersin, penderita TBC dapat
menyebarkan kuman yang terdapat dalam dahak ke udara. Dalam sekali batuk, penderita
TBC dapat mengeluarkan sekitar 3.000 percikan dahak. Bakteri TB yang berada di udara
bisa bertahan berjam-jam, terutama jika ruangan gelap dan lembab, sebelum akhirnya
terhirup oleh orang lain. Umumnya, penularan terjadi dalam ruangan di mana percikan
dahak berada dalam waktu yang lama.

5
7. Jenis Infeksi TB

Ada dua jenis infeksi TB berdasarkan tingkat keparahanya berikut di antaranya :


a. TB Laten
Terjadi ketika penderitanya memiliki kuman di tubuh tetapi sistem imun berhasil
mencegahnya supaya tidak menyebar sehingga pengidapnya tidak mengalami
gejala dan tidak menular. Tetapi kondisinya perlu di obati agar tidak berkembang
menjadi TB aktif.
b. TB Aktif
TB aktif adalah saat kuman berkembang biak dan menimbulkan gejala dan sakit,
bahkan juga dapat menyebarkan penyakit kepada orang lain.

8. Klasifikasi Penyakit TB paru

Klasifikasi penyakit tuberkulosis paru berdasarkan pemeriksaan dahak menurut Depkes


RI (2014) di bagi menjadi :
a. Tuberkulosis Paru BTA positif
1) Sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak sewaktu pagi sewaktu (SPS)
hasilnya BTA positif
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toaks dada
menunjukan gambaran tuberkulosis
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman
tuberkulosis positif
4) 1atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksa sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotik
b. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada tuberkulosis paru BTA positif. Kriteria
diagnostik tuberkulosis paru BTA negatif harus meliputi :
1) Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya negatif
2) Foto toraks abnormal menunjukan gambaran tuberkulosis
3) Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT
4) Ditentukan oleh dokter untuk di beri pengobatan

6
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya menurut Depkes RI (2011) di
bagi menjadi beberapa tipe pasien yaitu :
a. Kasus baru
Pasien yang belum pernah di obati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT
kurang dari satu bulan (4 Minggu)
b. Kasus kambuh (Relaps)
Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis
dan telah di nyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali
dengan BTA positif
c. Kasus Setelah putus berobat (Default)
Pasien yang telah berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif
d. Kasus setelah gagal (Failure)
Pasien hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif
pada bulan kelima aatau lebih selama pengobatan
e. Kasus pindahkan (Transfer In)
Pasien yang di pindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk
melanjutkan pengobatanya
f. Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini
termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA (+)
setelah selesai pengobatan ulang.

9. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB Paru

a. Umur
b. Jenis Kelamin
c. Lingkungan
d. Ekonomi
e. Pekerjaan
f. Perilaku (Merokok)

7
10. Komplikasi

a. Hemomtisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat


mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.
c. Bronki ektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan
ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
d. Pneumothorak (adanya udara dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan
karena kerusakan jaringan paru
e. Penyebaran infeksi keorgan lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal, dan
sebagainya
f. Insufisiensi kardiopulmonar (Chardio Pulmonary Insuffciency).

11. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Kemenkes (2014) pemeriksaan pada penderita TB paru yang perlu diperhatikan
adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung
1) Untuk diagnosis dilakukan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung,
penderita TB diperiksa contoh uji dahak SPS (sewaktupagi-sewaktu)
2) Ditetapkan sebagai penderita TB apabila minimal satu dari pemeriksaan
hasilnya BTA positif.
b. Pemeriksaan biakan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi mycbacterium tuberculosis.
c. Laboratorium darah rutin
LED normal/meningkat, limfositosis
d. Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
e. Tes Mantoux/Tuberkulin
Yaitu uji serologi imunosperoksidase memakai alat histogen staining untuk
menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.
f. Teknik Polymerase Chain Reaction
Deteksi DNA kuman melalui amplifikasi dalam meskipun hanya satu
mikroorganisme dalam spesimen dapat mendeteksi adanya resistensi.

8
g. Becton Dikinson Diagnostic Instrument Sintem (BACTEC)
Deteksi Growth Indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme asam
lemak oleh kuman TB.
h. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran foto thorak yang menunjang didiagnostis TB paru

12. Penatalaksanaan

Untuk pengobatan menurut Kemenkes RI (2015), obat tuberkolosis di bagi menjadi dua
tahap yaitu :
a. Tahap awal : obat di berikan setiap hari, halini bertujuan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisirkan
kuman yang sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan pengobatan.
Pengobatan awal iii pada semua pasien baru harus di berikan selama 2 bulan,
pada umumnya apabila dengan pengobatan teratur akan sangat menurunkan
resiko penularan setelah pengobatan 2 minggu.
b. Tahap lanjutan: Pengobatan tahap lanjutan adalah tahap yang penting untuk
membunuh sisa-sisa kuman sehingga pasien dapat sembuh dan tidak terjadi
kekambuhan.
Sementara itu ada beberapa kategori untuk panduan obat tubekulosis, yaitu
sebagai berikut (Depkes RI,2014) :
1) Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
2) Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3
3) Obat sisipan : (HRZE)
4) Kategori anak : 2HRZ/4HR
5) Obat untuk pasien TB resisten : OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin,
Capreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT
lini-1 yaitu Pirazinamid dan etambutol
6) Panduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket
berupa obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDRT). Tablet OAT KDT ini
terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya
disesuaikan dengan berat badan dengan berat badan pasien. Panduan ini
dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.

9
13. Pencegahan

Mencegah penyebaran bakteri yang bersumber dari penderita TB Paru


a. Isolasi : upaya di lakukannya isolasi bertujuan untuk mencegah penyebaran
bakteri Tuberkulosis dan juga melindungi orang lain dari kemungkinan penularan
infeksi tersebut.
b. Pembuangan Sputum : kebiasaan meludah di sembarang tempat adalah perbuatan
yang dapat menularkan penyakit Tuberkulosis.
c. Batuk yang benar : saat batuk maupun bersin, kuman Tuberkulosis dapat
berhamburan keluar bersamaan dengan percikan dahak.
d. Penggunaan Masker : menurut Darmadi (2008) masker perlu digunakan untuk
menahan partikel yang tersebar saat batuk atau bersin maupun berbicara.
e. penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang cara berperilaku sehat seperti etika
saat batuk, meludah/membuang sputum dan penggunaan masker.

14. Pemeliharaan

Selain pencegahan yang dilakukan di atas perlu dilakukannya pemeliharan ketahanan


terhadap infeksi dengan cara :
a. Makan dengan diet yang seimbang, diit yang diperlukan adalah diet TKTP
(Tinggi Kalori Tinggi Protein), dikenal juga dengan diit ETPT (Energi Tinggi
Protein Tinggi) yaitu diit yang mengandung energi dan protein di atas kebutuhan
normal. Diit di berikan dalam bentuk makanan biasa ditambah dengan bahan
makanan sumber protein tinggi seperti susu, telur, dan daging.
b. Cukup tidur dan istirahat
c. Menghindari keramaian pada saat timbulnya gejala – gejala infeksi
d. Melakukan imunisasi yang telah di sediakan di pelayanan kesehatan

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh


Mycobacterium tuberculosis dan paling sering bermanifestasi di paru. Mikobakterium ini
ditransmisikan melalui droplet di udara, sehingga seorang penderita tuberkulosis paru
merupakan sumber penyebab penularan tuberkulosis paru pada populasi di sekitarnya.

B. Saran

Dengan mengetahuinya penularan TB paru ini di harakan seluruh komponen masyarakat


untuk memperhatikan hal-hal dalam pencegahan penularan Tuberkulosis ini agar
terhindar dari masalah kesehatan ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2015). Pengobatan Tuberkulosis. Yankes. kemkes.go.id.

Darmadi. (2008). Infeksi Nosokomial, problematika dan pengendalianya. Salemba Medika.

Wikurendra. (2010). Faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru Dan upaya


penangulanganya. Jurnal Ekologi Kesehatan.

Wijaya. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

12

Anda mungkin juga menyukai