Anda di halaman 1dari 22

TEORI METODE KEPERAWATAN MENURUT H.E.

PEPLAU

Disusun Guna Memenuhi Syarat Untuk Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah


Falsafah dan Teori Keperawatan Progran Studi S1 Keperawatan Reguler B
STIKES Muhammadiyah Gombong

Disusun Oleh :

Siti Subekti Wiwin Hartini Aminah Atiatun

Indah Ziadatun NS Rianto Asih Nugrahani

Nursoliah Ani MZ

Priya Dwi Saputra Suminah Wahyu Widiana

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER B

STIKES MUHAMMADIYAH GOMBONG

2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang ‘TEORI METODE
KEPERAWATAN MENURUT H.E.PEPLAU’ meskipun masih banyak
kekurangannya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah
falsafah dan teori keperawatan. Dalam makalah ini lebih spesifik berisi tentang
metode keperawatan psikodinamik yang dikembangkan oleh H E Peplau dan
penulis berusaha menyusun dengan bahasa yang sederhana sehingga harapannya
bisa lebih mudah dimengerti oleh pembaca.

Dalam menyusun makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk menyempurnakannya.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan


yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua, amin.

Kebumen,
12 oktober 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan penulisan
C. Manfaat penulisan
D. Rumusan masalah
E. Metode penulisan
F. Sistematika penulisan

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Biografi
B. Pengertian
C. Deskripsi konsep sentral
D. Tujuan elemen utama
E. Kelebihan dan kekurangan teori peplau
F. Contoh Kasus

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya
dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang
keperawatan yang baik harus dilakukan oleh seseorang perawat dengan
sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.
Model keperawatan yang dijelaskan oleh Hildegard peplau mencakup
segala sesuatu tentang diri individu itu sendiri yang tepatnya didalam
dirinya, yaitu interpersonal, dan ini mengarah pada kejiwaan seseorang.ini
lah model konsep teori yang dijadikan acuan perawat untuk melakukan
tindakan keperawatan.
Kesehatan Jiwa adalah Perasaan Sehat dan Bahagia serta mampu
mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana
adanya serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain.
Mampu menghadapi kecemasan didalam diri individu.
Jika seseorang tidak sanggup untuk mengatasi permasalahn didalam hidup
mereka, terutama pada dalam diri mereka sendiri, akan timbul
permasalahan permasalahan yang akan berakibat fatal yang tentunya akan
mengganggu kehidupan orang yang mengalami permasalahan
interpersonal ini. untuk itu diperlukan peran perawat dalam mengatasi
masalah ini, untuk membantu pasien mengatasi masalah yang mungkin
tidak bisa diselesaikan sendiri oleh seseorang.
Perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan, untuk inilah
penulis mengangkat model konseputual jiwa interpersonal yang dimana
model konsep ini erat sekali dengan teori Hildegard E. Peplau. sehingga
perawat memiliki gambaran untuk melakukan tindakan keperawatan yang
tepat.
B. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui tentang pengertian metode keperawatan
psikodinamik
2) Untuk memahami perilaku individu, mengidentifikasi, dan membantu
individu yang bermasalah.
C. Manfaat Penulisan
Perawat mampu memahami tingkah laku guna membantu orang lain,
mengidentifikasi kesulitan yang dirasakan klien dan bisa menerapkan
prinsip hubungan manusia pada permasalahan yang timbul di semua level
pengalaman.
D. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian metode keperawatan psikodinamik
2) Komponen sentral dalam metode keperawatan psikodinamik
3) Apa peran perawat dalam metode keperawatan psikodinamik
4) Apa masalah atau sumber kesulitan
5) Fase-fase dalam hubungan interpersonal
6) Kelebihan dan kekurangan metode keperawatan psikodinamik
E. Metode Penulisan
Metode yang digunakan oleh penulis dalam membuat makalah metode
keperawatan menurut H E Peplau adalah dengan membaca melalui
internet.
F. Sistematika penulisan
Makalah ini disusun secara sistematis dalam 3 BAB, yaitu:
1) BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penuisan,
rumusam masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
2) BAB II : TINJAUAN TEORI
Terdri dari biografi H E Peplau, pengertian, deskripsi konsep sentral
dan tujuan elemen utama serta kelebihan dan kekurangan teori peplau.
3) BAB III : PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. BIOGRAFI

Hildegard E Paplau,PhD,RN,FAAN yang dikenal sebagai “jiwa ibu


menyusui” meninggal pada 17 maret 1999 dalam usia 89 th. Beliau
sebagai satau-satunya perawat yang melayani ANA sebagai direktur
eksekutif dan kemudian sebagai presiden, ia menjabat dua istilah di dewan
internationalcouncilof nurses (ICN). Pada tahun 1997, ia menerima
kehormatan tertinggi keperawatan,yaitu christiane reimann prize pada
konggres ICN yang berlangsung empat tahun. Pada tahun 1996 American
academy of nursing peplau dihormati sebagai “Legenda Hidup” dan pada
tahun 1998 ANA melantiknya ke dalam Hall of Fame (Kutipan dari
“warisan dau peplau prestasi”)

Hildegard paplau mempunyai karir yang tak terlupakan pada profesi


keperawatan dan pada kehidupan para klien sakit jiwa di amerika serikat.
Dia sebagai pendiri keperawatan jiwa modern, inovatif pendidik, advokat
bagi penderita penyakit mental, pendukung pendidikan lanjutan untuk
perawat, direktur eksekutif dan kemudian presiden American Nurse
Association dan penulis produktif. Hidupnya sering ditandai dengan
kontroversi yang menghadapkan dia dengan keberanian dan tekad.

B. PERNGERTIAN
Teori Keperawatan Peplau dan Komponen Utama Keperawatan
1. Defenisi Keperawatan
Keperawatan didefinisikan oleh peplau sebagai sebuah proses yang
signifikan, bersifat terapeutik, dan interpersonal. Keperawatan
merupakan instrumen edukatif, kekuatan yang mendewasakan dan
mendorong kepribadian seseorang dalam arah yang kreatif, konstruktif,
produktif, personal, dan kehidupan komunitas. Profesi keperawatan
memiliki tanggung jawab legal didalam pemanfaatan keperawatan
secara efektif berikut segala konsekuensinya bagi klien. Perawat
merespons kebutuhan klien akan bantuan melalui proses interpersonal.
Proses interpersonal merupakan hubungan humanistik antara individu
yang sakit, atau memerlukan layanan kesehatan, dan perawat didalam
mengenali dan merespons kebutuhan klien. Konsep utama dalam proses
interpersonal ini adalah perawat, klien, hubungan terapautik, tujuan,
kebutuhan manusia, kecemasan, ketegangan, dan frustasi.

2. Defenisi individu
Individu menurut Peplau adalah organisme yang mempunyai
kemampuan untuk berusaha mengurangi ketegangan yang ditimbulkan
oleh kebutuhan. Berdesarkan penjelasan ini, peplau mendefinisikan
individu sebagai manusia sebab manusia adalah sebuah organisme yang
hidup dalam ekulibrium yang tidak stabil.

3. Defenisi kesehatan
Peplau mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah simbol yang
menyatakan secara tidak langsung perkembangan progresif dari
kepribadian dan proses kemanusian yang terus menerus mengarah pada
keadaan kreatif, konstruktif, produktif didalam kehudupan pribadi ataupun
komunitas.

4. Lingkungan
Meskipun peplau tidak secara langsung menyebutkan lingkungan
sebgai salah satu konsep utama dalam keperawatan, ia mendorong perawat
untuk memerhatikan kebudayaan dan adat istiadat klien saat klien harus
membiasakan diri dengan rutinitas rumah sakit. Menurut peplau,
lingkungan merupakan kekuatan yang berada di luar organisme dan berada
dalam konteks cultural peplau.

B. Konsep Model Keperawatan Jiwa


Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual,
sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide
global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau
kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. (Brockopp,
1999)
Konsep model keperawatan jiwa tentunya mengarah pada
kesehatan jiwa seseorang, yaitu perasaan sehat dan bahagia serta
mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif pada diri
sendiri, dan orang lain.
Kesehatan jiwa seseorang meliputi, perasaan terhadap diri
sendiri, terhadap orang lain, mengatasi persoalan hidup sehari hari.
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi
dalam lingkungan atau stresor yang mengakibatkan seseorang
individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara mandiri
maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa
merupakan upaya yang dilakukan baik oleh perawat untuk
menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor
yang dialaminya (Videbeck, 2008)
Model konsep keperawatan jiwa terbagi menjadi enam
bagian salah satunya adalah masalah
interpersonal.(Suliswati,2005).

C. Penjelasan Teori peplau interpersonal jiwa


Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada
individu,perawat, dan proses interaktif (Peplau,1952) yang
menghasikan hubungan antara perawat dan klien ( Torres,1986
Marriner-Tomey,1994).
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa
muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami seseorang akibat
adanya konflik saat berhubungan dengan orang lain (interpersonal).
Menurut konsep ini perasaan takut seseorang didasari adnya
ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan
kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses interpersonal
dan terapeutik. Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien
dan keluarga dan untuk membantu klien mencapai kematangan
perkembangan kepribadian ( Chinn dan Jacobs,1995 ). Oleh sebab
itu perawat berupaya mengembangkan hubungan anatara perawat
dan klien dimana perawat bertugas sebagai sumber daya manusia,
narasumber, konseler atau konsultan, dan wali/wakil bagian klien.
Pada saat klien mencari bantuan, pertama perawat
mendiskusikan masalah dan menjelaskan jenis pelayanan yang
tersedia.sebagai contoh,ketika klien mencari pertolongan,langkah
pertama perawat dan klien membahas pokok masalah dan perawat
menjelaskan fasilitas yang ada. Dengan berkembangnya hubungan
antara perawat dan klien, perawat dan klien bersama-sama
mendefinisikan masalah dan kemungkinan penyelesaian
masalahnya. Dari hubungan ini klien mendapatkan keuntungan
dengan memanfaatkan pelayanan yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhannya dan perawat membantu klien dalam hal menurunkan
kecemasan yang berhubungan dengan masalah kesehatannya.
Teori peplau merupakan teori yang unik dimana hubungan
kolaborasi perawat-klien membentuk suatu “kekuatan
mendewasakan “ atau “dorongan pertumbuhan” melalui hubungan
interpersonal yang efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan
klien (Beeber, anderson dan sills,1990 ).
Ketika kebutuhan dasar telah diatasi kebutuhan yang baru
mungkin muncul. Hubungan interpersonal perawat-klien di
gambarkan sebagai fase-fase yang saling tumpang tindih seperti
berikut : orientasi, indentifikasi, penjelasan, dan resolusi (chin dan
Jacobs,1995).
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh
Peplau ini menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri
sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar
manusia yang mencakup proses interpersonal,perawat-klien,dan
masalah kecemasan yang terjadi akibat sakit.

D. Permasalahan Yang Mengakibatkan Gangguan Interpersonal


Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan mengintegrasikan
pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang sekarang ansietas
terjadi apabila komunikasi dengan orang lain mengancam keamanan
psikologik dan biologic individu. Teori dan gagasan peplau
dikembangkan untuk memberikan bentuk praktik keperawatan psikiatri.
Penelitian keperawatan tentang kecemasan, empati, instrumen perilaku,
dan instrumen untuk mengevaluasi respons verbal dihasilkan dari model
konseptual peplau ( Marriner-Tomey,1994). Dalam permasalahan
interpersonal, seorang individu akan menampakan perilaku, diantaranya
individu merasa terasingi, merasakan kecemasan yang berlebihan, senang
menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang
dialaminya.

E. Terapi Interpersonal
Kontribusi Peplau dalam bidang keperawatan, khususnya
keperawatan Psikiatri, sangat banyak. Tahun 1952, ia meluncurkan
bukunya yang berjudul Interpersonal Relations In Nursing. Dalam
ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan sebagai proses
interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling pengaruh-
mempengaruhi satu dengan lainnya, biasanya dengan tujuan untuk
membina suatu hubungan.
Pada awalnya, Peplau mengembangkan teorinya sebagai
bentuk keprihatinannya terhadap praktik keperawatan “Custodial
Care”, sehingga sebagai perawat jiwa, melalui tulisannya ia kemudian
mempublikasikan teorinya mengenai hubungan interpersonal dalam
keperawatan. Dimana dalam memberikan asuhan keperawatan
ditekankan pada perawatan yang bersifat terapeutik.
Aplikasi yang dapat kita lihat secara nyata yaitu pada saat klien
mencari bantuan, pertama perawat mendiskusikan masalah dan
menjelaskan jenis pelayanan yang tersedia. Dengan berkembangnya
hubungan antara perawat dan klien bersama-sama mendefinisikan
masalah dan kemungkinan penyelesaian masalahnya. Dari hubungan
ini klien mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan pelayanan
yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya dan perawat membantu
klien dalam hal menurunkan kecemasan yang berhubungan dengan
masalah kesehatannya.
Beberapa asumsi dasar teori yang dikembangkan Hildegard E
Peplau adalah keperawatan psikodinamik (Psychodynamyc Nursing).
Teori ini dipengaruhi oleh model hubungan interpersonal yang bersifat
terapeutik (significant therapeutic interpersonal process).
Hildegard E. Peplau mendefenisikan teori keperawatan
psikodinamika sebagai berikut: “Psychodynamic nursing is being able
to understand one’s own behavior to help others identify felt
difficulties, and to apply priciples of human relations to the problems
that arise at all levels of experience”
Menurut Peplau, perawatan psikodinamik adalah kemampuan
untuk memahami perilaku seseorang untuk membantu
mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang dirasakan dan untuk
mengaplikasikan prinsip-prinsip kemanusiaan yang berhubungan
dengan masalah-masalah yang muncul dari semua hal atau kejadian
yang telah dialami.
Model konsep dan teori keperawatan yang dijelaskan oleh Peplau
menjelaskan tentang kemampuan dalam memahami diri sendiri dan
orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia yang
mencakup empat komponen sentral yaitu klien, perawat, masalah
kecemasan yang terjadi akibat sakit (sumber kesulitan), dan proses
interpersonal. Berikut ini adalah penjabarannya:

a. Klien
Klien adalah sistem yang berkembang terdiri dari karakteristik
biokimia, fisiologis, interpersonal dan kebutuhan serta selalu
berupaya memenuhi kebutuhannya dan mengintegrasikan antara
belajar dan pengalaman.

b. Perawat
Perawat berperan mengatur tujuan dan proses interaksi interpersonal
dengan pasien yang bersifat pertisipatif, sedangkan pasien
mengendalikan isi yang menjadi tujuan.

c. Sumber Kesulitan
Peplau menjelaskan empat pengalaman psikobiologikal yang
menjadi sumber kesulitan klien, antara lain:
1) Kebutuhan (need)
2) Frustrasi (frustration)
3) Konflik (conflict)
4) Kegelisahan/ ansietas (anxiety)
Ansietas berat yang disebabkan oleh kesulitan
mengintegrasikan pengalaman interpersonal yang lalu dengan yang
sekarang. Ansietas terjadi apabila komunikasi dengan orang lain
mengancam keamanan psikologik (sakit jiwa) dan biologi individu.
Berdasarkan model Peplau, ansietas merupakan konsep yang berperan
penting karena berkaitan langsung dengan kondisi sakit. Seseorang
yang dalam keadaan sakit biasanya memiliki tingkat ansietas yang
meningkat. Oleh karena itu perawat pada saat ini harus mengkaji
tingkat ansietas klien. Berkurangnya ansietas menunjukkan bahwa
kondisi klien semakin membaik.

d. Hubungan Interpersonal
Berdasarkan ilmu komunikasi, proses interpersonal didefinisikan
sebagai proses interaksi secara simultan dengan orang lain dan saling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya, biasanya dengan tujuan
untuk membina suatu hubungan.
Hubungan interpersonal yang merupakan faktor utama model
keperawatan menurut Peplau mempunyai asumsi terhadap empat
konsep utama yaitu:
1) Manusia
Individu dipandang sebagai suatu organisme yang berjuang dengan
caranya sendiri untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh
kebutuhan. Setiap individu merupakan makhluk yang unik,
mempunyai persepsi yang dipelajari dan ide yang telah terbentuk dan
penting untuk proses interpersonal.
2) Masyarakat/ lingkungan
Masyarakat, budaya dan adat istiadat merupakan faktor yang perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi kehidupan.
3) Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai perkembangan kepribadian dan
proses kemanusiaan yang berkesinambungan kearah kehidupan yang
kreatif, konstruktif dan produktif.
4) Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai proses interpersonal yang bermakna.
Proses interpersonal merupakan alat edukatif yang baik bagi perawat
maupun klien. Pengetahuan diri dalam konteks interaksi interpersonal
merupakan hal yang penting untuk memahami klien dan mencapai
resolusi masalah.

Peplau mengembangkan modelnya dengan memerinci konsep


struktural dari proses antar-personal-disinilah letak fase hubungan
perawat-klien (nurse-patient relationship). Keempat fase tersebut
saling berkaitan. Di setap fase diperlukan peran yang berbeda sesuai
dengan kebutuhan klien. fase antara lain:

1. Fase Orientasi
Fase ini, perawat dan klien bertindak sebagai 2 individu yang belum
saling mengenal. Selama fase orientasi, klien merupakan seseorang
yang memerlukan bantuan profesional dan perawat berperan
membantu klien mengenali dan memahami masalahnya serta
menentukan apa yang klien perlukan saat itu. Jadi, fase orientasi ini
merupakan fase untuk menentukan adanya masalah,dimana perawat
dan klien melakukan kontrak awal untuk membangun kepercayaan
dan terjadi proses pengumpulan data.
Fase orientasi dipengaruhi langsung oleh sikap perawat dan klien
dalam memberi atau menerima pertolongan. Selain itu fase ini juga
dipengaruhi oleh ras, budaya, agama, pengalaman, latar belakang, dan
harapan klien maupun perawat. Akhir dari fase ini adalah perawat dan
klien bersama-sama mengidentifikasi adanya masalah serta
menumbuhkan rasa saling percaya sehingga keduanya siap untuk
melangkah ke fase berikutnya
2. Fase Identifikasi
Pada fase ini klien memberikan respon atau mengidentifikasi
persoalan yang ia hadap bersama orang yang dianggap memahami
masalahnya. Respon setiap klien berbeda satu sama lain. Disini
perawat melakukan eksplorasi perasaan dan membantu klien
menghadapi penyakit yang ia rasakan sebagai sebuah pengalaman
yang mengorientasi ulang perasaannya dan menguatkan kekuatan
positif pada pribadi kklien serta memberi kepuasan yang diperlukan.
Fase identifikasi peran perawat apakah sudah melakukan atau
tindakan sebagai fasiliatator yang memfasitaskan ekspresi perasaan
klien serta melaksanakan asujhan keperawatan. Selama fase
identifikasi klien diharapkan mulai memiliki perasaan terlibat dan
mulai memiliki kemampuan untuk mengatasi masalahnya dengan
mengurangi perasaan tidak berdaya dan putus asa. Upaya ini akan
menumbuhkan sikap positif pada diri klien guna melaju ke fase
selanjutnya. Jadi, fase identifikasi merupakan fase penentu bantuan
apa yang diperlukan oleh klien. Fase ini, perawat juga memberi
beberapa alternatif untuk mengatasi masalah klien.
3. Fase Eksploitasi
Pada fase ini, perawat memberi layanan keperawatan berdasarkan
kebutuhan klien. Disini, masing-masing pihak mulai merasa menjadi
bagian integral dari proses interpersonal. Selama fase eksploitasi,
klien mengambil secara penuh nilai yang ditawarkan kepadanya
melalui sebuah hubungan.
Prinsip tindakan pada fase ini adalah eksplorasi atau menggali,
memahami keadaan klien dan mencegah meluasnya masalah. Perawat
mendorong klien untuk menggali dan mengungkapkan, perasaan,
emosi, pikiran, serta sikapnya tanpa paksaan dan mempertahankan
suasana terapeutik yang mendukung.
Fase eksploitasi dimana perawat telah membantu kalien dalam
membereikan gambaran kondisi klien. Pada fase ini perawat juga
dituntut untuk menguasai keterampilan berkomunikasi secara
terapeutik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa fase eksplorasi
merupakan fase pemberian bantuan pada klien sebagai langkah
pemecahan masalh. Jika fase ini berhasil, proses interpersonal akan
berlanjut ke fase akhir, yaitu fase resolusi.

4. Fase Resolusi/Terminasi
Pada fase resolusi, tujuan bersama antara perawat dan klien sudah
sampai pada tahap akhir dan keduanya siap mengakhiri hubungan
terapeutik yang selama ini terjalin. Fase resolusi terkadang menjadi
fase yang sulit bagi kedua belah pihak sebab disini dapat terjadi
peningkatan kecemasan dan ketegangan jika ada hal-hal yang belum
terselesaikan pada masin-masing fase. Indikator keberhasilan untuk
fase ini adalah jika klien sudah mampu mandiri dan lepas dari
bantuan perawat. Selanjutnya, baik perawat maupan klien akan
menjadoi individu yang matang dan lebih berpengalaman.
Dalam hubungan perawat-klien, ada enam peran perawat yang harus
dilakukan. Peran tersebut berbeda pada stiap fasenya. Keenam peran
tersebut adalah peran sebagai orang asing (role of the stranger), peran
sebagai narasumber (role of resource person), peran sebagai pengajar
(teaching role), peran sebagai kepemimpinan (leadership role), peran
sebagai wali (surrogate role), dan peran sebagai penasihat (counseling
role).
Role of the stranger merupakan peran awal dalam hubungan perawat-
klien. Di sini,kedua belah pihak merupakan orang asing bagi pihak
lain. Sebgai orang asing, perawat harus memperlakukan klien secara
sopan, tidak boleh memberi penilaian sepihak, menerima klien apa
adanya, serta memperlakukan klien dengan penuh perasaan. Dalam
perannya sebagai narasumber (role of resource person), perawat
memberi jawaban yang spesifik dari setiap pertanyaan klien, terutama
mengenai informasi kesehatan. Selain itu, perawat juga
menginterpretasiakan kepada klien rencana perawatan dan rencana
medis untuk hal tersebut.
Teaching role merupakan kombinasi dari seluruh peran dalam
menggunakan informasi. Teaching role menurut peplau terdiri atas
dua kategori yaitu intruksional, dan eksperimental. Penyuluhan
intruksional adalah pemberian informasi secara luas dan merupakan
bentuk yang di pakai dalam literatur pendidikan. Menyuluhan
eksperimental adalah penyeluhan dengan menggunakan pengalaman
dalam pengembangan pengajaran.
Leadership role merupakan peran yang berkaitan dengan
kepemimpinan, terutama mengenai proses demokratis dalam asuahan
keperawatan. Perawat membantu klien dalam mengerjakan tugas-
tugasnya melalui hubungan yang sifatnya kooperatif dan melibatkan
partisipasi aktif klien. Dalam surrogate role, klien menggap perawat
sebagai walinya. Oleh sebab itu, sikap perawat dan perilakunya harus
menciptakan perasaan tertentu dalam diri klien yang bersifat reaktif
yang muncul dari hubungan sebelumnya. Funsi perawat disini adalah
membimbing klien mengenali dirinya sendiri dan sosok yang ia
bayangkan lalu membantunya melihat perbedaan antara dirinya dan
sosok yang ia bayangkan tersebut.
Fase resolusi dimana perawat berusaha untuk secara bertahan klien
untuk membebaskan diridari kertegantungan kepada tenaga kesehatan
dan menggunakan kemampuan yang dimliki agar mampu
menjalankan secara sendiri.
Peplau mempercayai bahwa counseling role memiliki peranan yang
besar dalam keperawatan psikiatri. Dalam hubungan perawat-klien
peran ini sangant penting sebab tujuan dari teknik hubungan antar-
personal adalah membantu klien mengingat dan memahami
sepenuhnya peristiwa yang terjadi pada dirinya saat ini. Dengan
demikian, satu pengalaman dapat diintegrasikan dengan pengalaman
lainnya dalam hidupnya, bukannya justru dipisahkann
.

CONTOH KASUS
Fenomena kasus keperawatan dan analisanya dengan Teori
Interpersonal Peplau.
Dalam Kasus:
Ibu T, umur 45 th, yang dirawat dirumah Sakit Umum Daerah
Bukittinggi sejak 2 minggu yang lalu, didiagnosis mengalami Ca stadium
lanjut (stadium IV). Kondisi ibu T seorang wanita karier yang bekerja
sebagai karyawan disebuah perusahaan terkemuka, mempunyai 3 orang
anak yang masih menjalani pendidikan. Setelah Ibu T mendapat informasi
dari tim medis tentang penyakitnya (Ca servix stadium IV) setelah itu
kondisi ibu T mulai menurun. tidak mau makan, mengurung diri, tidak
mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak dan suaminya, kadang
marah tanpa sebab, eksprssi wajah terlihat sedih, kadang terilahat
menangis, ibu T menolak pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh
perawat. Ibu T mengatakan dia tidak perlu lagi diperhatikan karena
umurnya tidak akan lama lagi.
3. Tahap Exploitasi
Setelah perawat mengidentifikasi masalah klien yaitu klien
berperilaku seperti itu karena dia merasa malu dengan kondisinya dan
merasa tidak berguna dan tidak siap untuk meninggalkan semuanya ( pek
erjaan, suami dan terutama anak-anaknya yang masih sangat
membutuhkan dia). Perawat berusaha untuk menjelaskan tentang
penyakitnya, memotivasi klien untuk mengikuti pengobatan dan perawatan
yang diberikan dan meningkatkan spiritual dan kepada keluarga untuk bisa
menerima dan ikut mensuport klien. Pada fase ini perawat menjalankan
perannya sebagai narasumber, (role of resourc e person), peran
pengajaran (teaching role), peran kepemimpinan dan peran konseling.

4. Tahap Resolusi
Pada tahap ini perawat bersama ibu T, menyimpulkan apa yang sudah
dicapai selama interaksi dilakukan dan bagaimana interaksi dapat
dilanjutkan terhadap masalah lain yang mungkin terjadi pada ibu T. dalam
fase ini peran perawat sebagai peran kepemimpinan (leadership role).

C. Analisa Empat Konsep Sentral Keperawatan Dengan


Menggunakan Model Hubungan Interpersonal Peplau :
1. Manusia
Manusia dalam kasus ini adalah Ibu T yang pada saat ini mengalami
ketidak stabilan pada kondisi psikologisnya dimana ibu T kadang marah
tanpa sebab, ibu T menolak pengobatan dan perawatan yang
diberikan dengan oleh perawat, ketidakstabilan pada fisik dimana ibu T
menderita Ca servik dan ketidakstabilan social dimana menolak
berinteraksi dengan orang lain termasuk dengan keluarganya. Oleh karena
itu dipandang perlu untuk mencapai kestabilan Ibu T tersebut melalui
hubungan interpersonal antara perawat dan Ibu T
.
2. Lingkungan
Lingkungan dalam kasus ini adalah orang – orang yang dekat dengan
Ibu T yatu terutama adalah keluarga ( suami dan anak-anaknya ) yang
sangat diperlukan dalam mensupport ibu T dengan melakukan hubungan
interpersonal yang adekuat.

3. Sehat dan sakit


Tejadinya kondisi sebagai berikut pada Ibu T yaitu : Tidak mau makan,
mengurung diri, tidak mau berinteraksi dengan orang lain termasuk anak
dan suaminya, kadang marah tanpa sebab, ibu T menolak
pengobatan dan perawatan yang diberikan oleh perawat. Ibu T
mengatakan dia tidak perlu lagi diperhatikan karena umurnya tidak akan
lama lagi. Semua data tersebut menunjukan adanya kondisi sakit
khususnya terjadinya depressi pada Ibu T akibat dari penyakit fisik yang
dialaminya ( akibat Ca cervik yang terjadi ).

4. Keperawatan
Pada kasus ibu T ini maka sangat penting adanya hunungan interpersonal
yang terapeutik antara perawat dan Ibu T. Klien Ibu T dalam kondisi
depressi sangat memerlukan adanya orang lain yang dapat
memahaminya, menerimanya, memperhatikan dan membantunya dalam
mengatasi masalah yang terjadi. Perawat melalui hubungan
interperosonal terapeutik yang dibina dapat melakukan perannya (
sebagai narasumber, wali, guru, pemimpin, konselor ) dan
mengguanakan seni dan ilmunya dalam meberikan dorongan pada
pertumbuhan dan perkembangan Ibu T sehingga Ibu T dapat kembali
dalam kondisi yang lebih baik pada psikholgis maupun fisiologisnya.

D. Terapi Penyelesaian Masalah Kejiwaan Interpersonal


Ada beberapa proses terapi menurut konsep teori ini diantaranya adalah :
1. Feeling Security
Feeling security yaitu, terapi yang berupa membangun rasa aman pada
klien, perawat sebisa mungkin dalam terapi ini membuat klien merasa
aman, sebagai contoh perawat mengatakan bahwa klien tidak perlu takut
terhadap kondisinya, bahwasanya setiap penyakit pasti ada obatnya dan
seluruh pengobatan adalah usaha yang mesti kita lakukan sedangkan
berkaitan dengan kematian adalah suatu hal yang ditentukan oleh Tuhan.
2. Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction
Trusting Relationship and interpersonal Satisfaction yaitu terapi yang
menjalin hubungan yang saling percaya dan membina kepuasan dalam
bergaul dengan orang lain sehingga klien merasa berharga dan dihormati.
Sehingga mampu berinteraksi dengan perawat, keluarga dan orang lain.

E. Peran Perawat Dalam Melakukan Terapi


Peran perawat dalam terapi adalah
1. Share anxieties (berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa
yang dirasakan klien, apa yang biasa dicemaskan oleh klien saat
berhubungan dengan orang lain).
2. Therapist use empathy and relationship ( perawat berupaya
bersikap empati dan turut merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien).
3. Perawat memberiakan respon verbal yang mendorong rasa aman
klien dalam berhubungan dengan orang lain.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI PEPLAU


1. Kelebihan
Dapat meningkatkan kejiwaan klien untuk lebih baik.
Dapat menurunkan kecemasan klien.
Dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik.
Dapat mendorong klien untuk lebih mandiri.
2. Kekurangan
Hanya berfokus pada kejiwaan klien dalam penyembuhannya.
BAB III :

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori hildegard peplau berfokus pada individu, perawat dan proses
interaksi yang menghasilkan hubungan antara klien dan perawat.
Berdasarkan teori ini klien adalah individu dengan kebutuhan perasaan
sedangkan keperawatan adalah proses interper
sonal dan terapeutik.
Teori Hildegard Peplau (1952) berfokus pada individu, perawat, dan
proses interaktif (Peplau, 1952) yang menghasilkan hubungan antara
perawat dan klien (Torres, 1986). Berdasarkan teori ini klien adalah
individu dengan kebutuhan perasaan, dan keperawatan adalah proses
interpersonal dan terapeutik.
Menurut konsep model ini, masalah gangguan kejiwaan seseorang
bisa muncul akibat adanya faktor pencetus terhadap dirinya. Ancaman
tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety). Ansietas timbul dan alami
seseorang dapat menyebabkan gangguan dalam hubungan interpersonal
seperti munculnya depresi, menarik diri dan harga diri rendah. Menurut
konsep ini perasaan harga diri rendah seseorang didasari adanya ketakutan
ditolak atau tidak diterima oleh orang sekitarnya. Dalam permasalahan
interpersonal, seorang individu akan menampakan perilaku, diantaranya
individu merasa tidak berharga, merasakan kecemasan yang berlebihan,
senang menyendiri dan enggan utuk membicarakan permasalahan yang
dialaminya.
Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan
untuk membantu klien mencapai kemantapan pengembangan kepribadian
(Chinn dan Jacobs, 1995). Teori dan gagasan Peplau dikembangkan untuk
memberikan bentuk praktik keperawatan jiwa. Oleh sebab itu perawat
berupaya mengembangkan hubungan antara perawat dan klien dimana
perawat bertugas sebagai nara sumber, konselor, dan wali.
Tujuan keperawatan adalah untuk mendidik klien dan keluarga dan untuk
membantu klien mencapai kemantapan pengembangan kepribadian. Teori
dan gagasan peplau juga dikembangkan untuk memberikan bentuk praktek
keperawatan jiwa.

B. SARAN
Dalam melaksanakan praktek keperawatan jiwa, seorang perawat harus
menguasai prinsip-prinsip keperawatan jiwa terlebih dahulu sehingga
bisa menciptakan proses interaksi yang baik dengan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz hidayat 2009. Pengantar konsep dasar keperawatan. Jakarta :


Salemba Media
https://www.academia.edu/17272216/Teori_Hildegard_E_Peplau ,di akses
tanggal 09 oktober 2018 pukul 03.15

Anda mungkin juga menyukai