Anda di halaman 1dari 13

LATAR BELAKANG

Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing
pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister Saint in
nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar
perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan
ph.D tahun 1977 di universitas California.

A.TEORI PENEGASAN CALISTA ROY


Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu:
 Fungsi atau proses control yang terdiri dari :
1. Kognator
2. Regulator
 Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu
1. Fisiologi
2. Konsep diri
3. Fungsi peran
4. Interpendensi

Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut
penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan
1. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991)
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)

2. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan spesifik pada aspek
psikososial dan spiritual manusia. Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan
integritas psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya berhubungan dengan
sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri, moral- etik dan spiritual
diri orang tersebut. Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat
dalam area ini.

3. Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya
dengan orang lain, yang dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya
pada bagaimana seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya .

4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.

B. MODEL KEPERAWATAN CALLISTA ROY


Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika
mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah
humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin
tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan sesama
dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi, bertingkah
laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu berjuang untuk
mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan orang lain.

Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat
absolut. Empat falsafah tersebut adalah :

1. Tujuan eksistensi manusia


2. Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
3. Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum
4. Nilai dan arti kehidupan.

Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan
umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.
c. Droblem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha
tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam
hubungannya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.

2.5 Model Konseptual Callista Roy


Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkain ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Roy dengan fokus adaptasinya
pada manusia terdapat 4 elemen esensial yaitu keperawatan, manusia, kesehatan dan
lingkungan.
Berikut akan kami jelaskan definisi dari keempat elemen esensial menurut Roy :

1) Keperawatan
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan
meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek
keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas
perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya,
peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam
wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya
koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain,
kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.

2) Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control,
output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara
adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat
sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa
unit untuk beberapa tujuan.

3) Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini
manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua
adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.

4) Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.

B. KONSEP MODEL KEPERAWATAN


1. Pengetian Teori Keperawatan
Teori merupakan sekelompok konsep yang mementuk sebuah pola yang nyata suatu
pernyataan yang menjeaskan suatu proses atau peristiwa. Sedangkan teori keperawatan
merupakan usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Teori Model Keperawatan


Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan teori model
keperawatan, diataranya adalah:
a) Kebudayaan
Sebagai contoh pada zaman dahulu perawat adalah wanita dan perawat adalah anak buah
dokter, tetapi sekarang yang jadi perawat bukan hanya wanita tetapi ada juga pria, serta
sekarang perawat bukan lagi anak buah dokter tetapi mitra kerja dokter dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

b) Sistim pendidikan
Pada mulanya keperawatan belum punya sistim pendidikan yang jelas tetapi sekarang
sudah memiliki sistim pendidikan dan kurikulum akurat. Sistem pendidikan perawat saat ini
sudah bisa mengikuti perkembangan ilmu profesi lainnya dibidang kesehatan. Pada saat ini
keperawatan telah memiliki jenjang pendidikan sampai tingkat S2. Ini menandakan ilmu
keperawatan dapat bersaing dengan disiplin ilmu lain di bidang kesehatan.

c) Pengembangan ilmu keperawatan


Adanya pengelompokan ilmu keperawatan keperawatan klinik, keperawatan komunitas
dan ilmu keperawatan lainnya.

d) Karakteristik Teori Model Keperawatan


Secara umum ada 5 karakteristik teori model keperawatan, diantaranya adalah:
1) Teori keperawatan mengidentifikasi dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan
dengan hal yang nyata dalam keperawatan.
2) Teori keperawatan digunakan berdasarkan alasan yang sesuai dengan kenyataan yang ada.
3) Harus konsisten sebagai dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan.
4) Dalam menunjang aplikasi teori harus sederhana dan bersifat umum agar dapat digunakan
dalam kondisi apapun.
5) Dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan agar dapat digunakan sebagai
pedoman praktek keperawatan.

e) Tujuan Teori Model Keperawatan


Secara umum ada beberapa tujuan teori model keperawatan, diantaranya adalah:
Memberikan alasan tentang kenyataan yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan, baik
bentuk tindakan maupun model praktek keperawatan Membantu anggota profesi perawat
untuk memahami berbagai pengetahuan dalam membrerikan asuhan keperawatan Membentu
proses penyelesaian masalah dalam keperawatan Memberkan dasar dan asumsi keperawatan
sehingga pengetahuan dan pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus bertambah
dan berkembang.
.
LATAR BELAKANG

Florence Nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Florence Italia dan meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus
1910 di London Inggris pada usianya yang ke-90 tahun. Florence Nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada,
namanya diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa kecilnya ia tinggal diLea Hurst sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya yang bernama William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan ibunya
adalah keturunan ningrat dan terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan yang bernama
Parthenope.

1. KONSEP MODEL KEPERAWATAN TEORI FLORENCE NIGHTINGALE

Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya
memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan
keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka
perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses
perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan
lingkungan sosial.

a) Lingkungan fisik (Physical environment)


Merupakan lingkungan dasar/alami yang berhubungan dengan ventilasi dan udara. Faktor tersebut
mempunyai efek terhadap lingkungan fisik yang bersih yang selalu akan mempengaruhi pasien dimanapun
dia berada didalam ruangan harus bebas dari debu, asap, bau-bauan. Tempat tidur pasien harus bersih, ruangan
hangat, udara bersih, tidak lembab, bebas dari bau-bauan. Lingkungan dibuat sedemikian rupa sehingga
memudahkan perawatan baik bagi oranglain maupun dirinya sendiri. Luas, tinggi penempatan tempat tidur
harus memberikan keleluasaan pasien untuk beraktivitas. Tempat tidur harus mendapatkanpenerangan yang
cukup, jauh dari kebisingan dan bau limbah. Posisi pasien ditempat tidur harus diatur sedemikian rupa supaya
mendapat ventilasi.

b) Lingkungan psikologi (Psychology environment)


Florence Nightingale melihat bahwa kondisi lingkungan yang negatif dapat menyebabkan stress fisik
dan berpengaruh buruk terhadap emosi pasien. Oleh karena itu, ditekankan kepada pasien menjaga
rangsangan fisiknya. Mendapatkan sinar matahari, makanan yang cukup dan aktivitas manual dapat
merangsang semua faktor untuk dapat mempertahankan emosinya. Komunikasi dengan pasien dipandang
dalam suatu konteks lingkungan secara menyeluruh, komunikasi jangan dilakukan secara terburu-buru atau
terputus-putus.
Komunikasi tentang pasien yang dilakukan dokter dan keluarganya sebaiknya dilakukan dilingkungan
pasien dan kurang baik bila dilakukan diluar lingkungan pasien atau jauh dari pendengaran pasien. Tidak
boleh memberikan harapan yang terlalu muluk muluk, menasehati yang berlebihan tentang kondisi
penyakitnya. Selain itu, membicarakan kondisi-kondisi lingkungan dimana dia berada atau cerita hal-hal yang
menyenangkan dan para pengunjung yang baik dapat memberikan rasa nyaman.

c) Lingkungan Sosial (Social environment)


Observasi (pengamatan) dari lingkungan sosial terutama hubungan spesifik (khusus), kumpulan data-
data yang spesifik dihubungkan dengan keadaan penyakit, sangat penting untuk pencegahan penyakit.
Dengan demikian setiap perawat harus menggunakan kemampuan observasi (pengamatan) dalam
hubungan dengan kasus-kasus secara spesifik lebih sekadar data-data yang ditunjukan pasien pada umumnya.
Seperti juga hubungan komunitas dengan lingkungan sosial dugaannya selalu dibicarakan dalam
hubungan individu pasien yaitu lingkungan pasien secara menyeluruh tidak hanya meliputi lingkungan rumah
atau lingkungan rumah sakit tetapi juga keseluruhan komunitas yang berpengaruh terhadap lingkungan secara
Khusus.

B. Teori Florence Nightingale Dalam Proses Keperawatan


Florence Nightingale memfokuskan beberapa komponen dalam merawat pasien yang diterapkan
dalam keperawatan saat ini, dalam hal ini ventilasi menjadi pokok utama dalam menentukan penyembuhan
pasien.
a.) Udara segar
Florence berkeyakinan bahwa ketersediaan udara segar secara terus-menerus merupakan prinsip utama dalam
perawatan. Oleh sebab itu, setiap perawat harus menjaga udara yang harus dihirup klien tetap bersih, sebersih
udara luar tanpa harus membuatnya kedinginan.
b.) Air bersih
Ketersediaan air bersih sangat diperlukan dalam pemulihan suatu penyakit pada pasien. Oleh karena itu,
perawat harus berusaha dengan baik agar air tetap terjaga kebersihannya.
c.) Saluran pembuangan yang efesien
Dalam hal perawat harus mengetahui semua saluran pengeluaran dan keadaan normalnya, jarak waktu
pengeluaran, dan frekuensi pengeluaran sehingga terpenuhinya kebutuhan pasien secara efisien.
d.) Kebersihan
Kebersihan merupakan hal yang terpenting dalam merawat pasien. Perawat memerlukan
kebersihan yang optimal agar mempercepat proses penyembuhan. Focus perawatan klien menurut
Nightingale adalah pada kebersihan. Ia berpendapat, kondisi kesehatan klien sangat dipengaruhi oleh tingkat
kebersihan, baik kebersihan klien, perawat maupun lingkungan.
e.) Cahaya
Komponen lain yang tidak kalah penting dalam perawatan klien adalah cahaya matahari. Nightingale yakin
sinar matahari dapat memberi rmanfaat yang besar bagi kesehatan klien. Karenanya, perawat juga perlu
membawa klien berjalan-jalan keluar untuk merasakan sinar matahari selama tidak
terdapat Kontraindikasi (suatu hal yang tidak boleh dilakukan).
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN
KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan abstrak yang dapat di organisir menjadi
simbol-simbol yang nyata nyata. Sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu
kerangka konseptual atau model keperawatan.
Teori merupakan sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola yang nyata atau suatu pernyataan
yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang disadari oleh fakta-fakta yang telah di observasi.
Teori keoperawatan (Barnum, 1990) merupakan usaha-usaha untuk menguraikan atau menjelaskan
fenomena mengenai keperawatan.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep dalam keperawatan sehingga model
keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas
kewenangan sebagai perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model praktek
keperawatan.
Karakteristik teori keperawatan
1. Mengidentifikasikan dan menjabarkan konsep khusus yang berhubungan dengan hal-hal nyata
dalam keperawatan sehingga teori keperawatan didasarkan pada kenyataan-kenyataan yang ada
dialam.
2. Teori keperawatan digunakan berdasarkan alasan-alasan yang sesuai dengan kenyataan yang
ada.
3. Teori harus konsisten sebagai dasar-dasar dalam mengembangkan model konsep keperawatan.
4. Dalam menunjang aplikasi teori harus sederhana dan sifatnya umum sehingga dapat
digunakan pada kondisi apapun dalam praktek keperawatan.
5. Teori dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian keperawatan sehingga dapat digunakan
dalam pedoman praktek keperawatan.
Tujuan teori keperawatan
Teori keperawatan sebagai salah satu bagian kunci perkembangan ilmu keperawatan tindakan
keperawatan.
sehingga dapat digunakan dalam pedoman praktek keperawatan.
1. Adanya teori keperawatan diharapkan dapat memberikan alasan-alasan tentang kenyataan-kenyataan
yang dihadapi dalam pelayanan keperawatan baik bentuk tindakan atau bentuk model praktek keperawatan
sehingga berbagai permasalahan dapat teratasi.
2. Membantu para anggota profesi perawat untuk memahami berbagai pengetahuan dalam
pemberian askep kemudian dapat menyelesaikan masalah keperawatan.
3. Membantu proses penyelesaian masalah dengan memberikan arah yang jelas bagi tujuan
tindakan keperawatan.
4. Dapat memberikan dasar dari asumsi dan filosofi keperawatan sehingga pengetahuan dan
pemahaman dalam tindakan keperawatan dapat terus berkembang
Faktor pengaruh teori keperawatan
Dalam pengembangan teori keperawatan saat ini terdapat beberapa pandangan yang dapat mempengaruhi
teori keperawatan itu sendiri diantaranya:
1. Filosofi Florence Nightingale
Florence Nightingale merupakan salah satu pendiri yang meletakkan dasar-dasar teori keperawatan yang
melalui filosofi keperawatan yaitu : dengan mengidentifikasi peran perawat dalam menemukan kebutuhan dasar
manusia pada klien serta pentingnya pengaruh lingkungan didalam perawatan orang sakit yang dikenal teori
lingkungannya. Selain itu Florence juga membuat standar pelaksanaan asuhan keperawatan yang efisien.
2. Kebudayaan
Kebudayaan juga mempunyai pengaruh dalam perkembangan teori-teori keperawatan diantaranya:
a. Dahulu keperawatan dikerjakan oleh wanita sekarang dengan perkembangan
kebudayaan pekerjaan keperawatan juga dikerjakan oleh pria.
b. Dahulu perawat dibawah pengawasan langsung dokter, sekarang dengan diakuinya
profesi perawat sebagai profesi perawat sebagai profesi mandiri maka perawat merupakan
mitra kerja dari dokter.
3. Sistem Pendidikan
Pada sistem pendidikan telah terjadi perubahan besar dalam perkembangan teori keperawatan. Dahulu
pendidikan keperawatan belum mempunyai sistem dan kurikulum keperawatan yang jelas. Akan tetapi sekarang
keperawatan telah memiliki sistem pendidikan yang terarah sesuai dengan kebutuhan RS, sehingga teori
keperawatan juga berkembang.
4. Pengembangan Ilmu Keperawatan
Pengembangan ilmu keperawatan ditandai dengan adanya pengelompokan ilmu keperawatan dasar menjadi ilmu
keperawatan klinik dan ilmu keperawatan komunitas yang merupakan cabang ilmu keperawatan yang terus
berkembang.
PANDANGAN BEBERAPA AHLI TENTANG MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN
Konsep Model Keperawatan menurut Teori Calista Roy (Teori Adaptasi)
Roy mengembangkan model adaptasi dalam keperawatan pada tahun 1970. model ini banyak digunbakan
sebagai falsafah dasar dan model konsep dalam pendidikan keperawatan.
Asumsi dasar model ini adalah:
1. Individu adalah mahluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang utuh. Seseorang dikatakan
sehat jika mampu berfungsi untuk memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial.
2. Setiap orang selalu menggunakan koping baik yang bersifat positif maupun negatif. Untuk
dapat menerapkan kemampuan beradaptasi seseorang dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu:
penyebab utama terjadinya perubahan, kondisi dan situasi utama terjadinya perubahan, pengalaman
dalam beradaptasi.
3. Setiap individu berespon terhadap kebutuhan fisiologios, kebutuhan akan konsep diri yang
positif, kemampuan untuk hidup mandiri atau kemandirian serta kebutuhan akan kemampuan
melakukan peran dan fungsi secara optimal untuk memelihara integritas diri.
4. Individu selalu berada pada rentang sehat sakit, yang berhubungan erat dengan keefektifan
koping, respon yang menyebabkan penurunan integritas meninmbulkan adanya suatu kebutuhan dan
menyebabkan individu berespon terhadap kebutuhan tersebut melalui upaya atau pwerilaku tertentu.
Menurutnya kebutuhan fisiologis meliputi oksigenasi dan sirkulasi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
makanan, tidur dan istirahat, pengaturan suhu, hormon dan fungsi sensoris. Kebutuhan akan konsep diri yang
positif berfokus pada persepsi diri yang meliputi kepribadian, nama, etika dan keyakinan seseorang.
Kemandirian lebih difokuskan pada kebutuhan dan kemampuan melakukan interaksi sosial termasuk
kebutuhan akan dukungan orang lain. Peran dan fungsi optimal lebih difokuskan pada perilaku individu dalam
menjalankan peran dan fungsi yang diembannya.
Roy menegaskan bahwa individu adalah mahluk biopsikologisosial sebagai satu kesatuan utuh yang
memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Individu selalu berinteraksi
secara konstan atau selalu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai
semua yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh terhadap pengembangan manusia. Sehat adalah suatu
keadaan atau proses dalam menjadikan integritas diri. Mernurutnya, peran perawat adalah membantu pasien
beradaptasi terhadap perubahan yang ada.
Tinjauan Konsep/ Teori Adaptasi dari S.C.Roy

Input
Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Roy mengidentifikasikan input
sebagai suatu stimulus (unit informasi, kejadian atau energi dari lingkungan). Sejalan dengan adanya stimulus,
tingkat adaptasi individu direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat adaptasi tersebut
bergantung pada stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan individu. Tingkat respons antara individu
sangat unik dan bervariasi bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status kesehatan,
individu, dan stressor yang diberikan.
Proses
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses kendali dari individu sebagai
suatu sistem adaptasi. Beberapa mekanisme koping bersifat genetis, seperti sel-sel darah putih dalam melawan
bakteri yang masuk kedalam tubuh. Sementara mekanisme lainnya dipelajari, seperti penggunaan antiseptik
untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang unik untuk mengendalikan mekanisme.
Mekanisme tersebut dinamakan regulator dan cognator.
Subsistem regulator terdiri dari sistem komponen input, proses internal dan output. Stimulus input berasal
dari dalam atau dari luar individu. Perantara sistem regulator dinamakan kimiawi, saraf, atau endokrin. Refleks
otonomik sebagai respon neural yang berasal dari batang otak dan spinal cord diartikan sebagai suatu perilaku
output dari sistem regulasi. Organ target (endokrin) dan jaringan dibawah kendali endokrin juga memproduksi
perilaku output regulator, yaitu terjadinya peningkatan ACTH yang kemudian diikuti dengan peningkatan kadar
kortisol dalam darah. Banyak proses fisiologis dapat diartikan sebagai perilaku subsistem regulator. Contohnya
adalah regulator dari respirasi. Pada sistem ini akan terjadi peningkatan oksigen dan hasil akhir produksi adalah
metabolisme yang akan merangsang kemoreseptor pada medulla untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi
yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi.
Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimuli eksternal divisualisasikan dan ditransfer melalui
saraf mata menuju pusat saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomik. Saraf simpatik dari bagian ini
mempunyai dampak yang bervariasi pada visceral, termasuk peningkatan tekanan darah dan detak jantung.
Sistem cognator. Stimulasi terhadap subsistem cognator juga berasal dari faktor internal dan eksternal.
Perilaku output subsistem regulator dapat menjadi ump[an balik bagi stimulus subsistem regulator. Proses
kendali cognator berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi terhadap persepsi atau proses informasi,
pengambilan keputusan, dan emosi. Persepsi proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode
dan ingatan. Belajar berhubungan dengan proses imitasi/meniru dan penguatan. Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan keputusan, dan khususnya emosi
untuk mencari kesembuhan, dukungan yang efektif dan kebersamaan.
Dalam mempertahankan integritas seseorang, regulator dan cognator bekerja secara bersamaan. Tingkat
adaptasi seseorang sebagai suatu sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu dan penggunaan
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak baik terhadap tingkat
adaptasi individu dan meningkatkan tingkat rangsangan dimana individu dapat berespons secara positif.
Efektor
Proses internal yang terjadi pada individu sebagai sistem adaptasi didefinisikan oleh Roy sebagai sistem
efektor. Empat efektor atau gaya adaptasi tersebut meliputi : Fisiologis, konsep diri/Psikologik, fungsi
sosial/fungsi peran dan saling ketergantungan/Interdependen.
Mekanisme regulator dan cognator bekerja pada cara tersebut. Perilaku yang berhubungan terhadap cara
tersebut merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan mengakibatkan penggunaan mekanisme
koping. Dengan melakukan observasi atas perilaku seseorang berkaitan dengan cara adaptasinya, perawat dapat
mengidentifikasikan adaptivitas atau ketidakefektifan respons sehat dan sakit.
1. Fisik
a. Oksigen : menggambarkan pola penggunaan oksigen sehubungan dengan respirasi dan sirkulasi
b. Nutrisi : menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan
c. Rasa : menggambarkan fungsi sensori perseptual berhubungan dengan panca indra
d. Fungsi endokrin : menggambarkan pola kendali dan pengaturan termasuk respons stres dan sistem reproduksi.
2. Konsep diri (psikis)
Cara konsep diri mengidentifikasikan pola nilai, kepercayaan, dan emosi yang berhubungan dengan ide
mengenai diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan dari keadaan diri sendiri dalam hal fisik, individual
dan moral etik.
3. Fungsi peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasikan pola interaksi sosial seseorang berkaitan dengan orang lain sebagai
akibat dari peran ganda.
4. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan mengidentifikasikan pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta, dan rasa
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal dengan individu maupun kelompok.
Output
Perilaku seseorang berkaitan dengan cara adaptasi, dimana perawat mampu mengidentifikasikan
adaptifitas atau inefektifitas dari respon (sakit). Koping yang tidak konstruktif berdampak terhadap distres
hospitalisasi, yang ditunjukkan dengan cara menolak untuk diobati, merasa takut dan ingin pulang. Kondisi
tersebut akan memperburuk status imunitas pasien anak, yang akhirnya memperlambat proses penyembuhan dan
jumlah hari perawatan.
Stimulus/intervensi keperawatan
Stimulus yang diberikan oleh perawat adalah meningkatkan respon adaptasi berkaitan dengan 4 jenis
respon adaptasi. Kondisi atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi orang tersebut. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus vocal, kontekstual, residual. Focal adalah suatu respons yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman atau input yang masuk. Kontekstual adalah semua stimulus lain
bagi seseorang baik yang bersifat internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan disampaikan secara subyektif oleh individu tersebut. Residual adalah karakteristik atau riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
Kinerja perawat pada tahap ini adalah memberikan stimulus atau memfasilitasi koping pasien agar
menjadi konstruktif. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : membentu mengatasi gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan fisik, memfasilitasi koping yang konstruktif dan mendukung secara emosional
Model Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem
Keperawatan memiliki perhatian khusus pada kebutuhan manusia untuk tindakan keperawatan didrinya
(self care). Syarat-syarat dan pelaksanannya dalam suatu rangkaian tindakan yang berkesinambungan untuk
mempertahankan hidup, status kesehatan, mengembalikan dari penyakit dan trauma dan mengatasi dengan
pengaruh-pengaruhnya.
Self care seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Ketika seseorang tidak dapat mempertahankan self care
maka akan timbul kelemahan, penyakit dan dapat berakhir dengan kematian. Asuhan keperawatan diperlukan
ketika klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan kebutuhan sosial secara
penuh.
Teori umum keperawatan menurut Orem
Orem mengembangkan self care didalam tiga komponen yang saling berhubungan yaitu:
A. Self Care Theory (teori perawatan diri)
1. Self Care adalah aktivitas dimana individu memulai dan membentuk tindakan-tindakan untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kondisinya untuk dirinya sendiri.
2. Self Care Agency adalah kemampuan seseorang untuk ikut serta dalam self care. Kemampuan
seseorang untuk ikut melakukan self care dipengaruhi oleh usia, status tumbuh kembang,
pengalaman hidup, orientasi sosiokultural, kesehatan dan sumberdaya yang tersedia.
3. Therapeutic Self Care Demand (permintaan self care terapeutik) adalah keseluruhan tindakan
self care yang diharapkan dengan metoda yang valid dan berhubungan dengan tindakan dan
kumpulan tindakan dan operasional.
4. Self Care Requisites (keperluan self care) didefinisikan sebagai tindakan yang langsung
berada dalam self care yang diinginkan. Self care requisites dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Universal Self Care Requisites berhubungan dengan proses kehidupan dan
memperahankan integritas fungsi dan struktur tubuh manusia. Terdiri dari:
· Mempertahankan kecukupan oksigen
· Mempertahankan kecukupan air
· Mempertahankan kecukupan makanan
· Menyediakan perawatan yang berhubungan dengan proses eliminasi
· Mempertahankan keseimbangan aktivitas dan istirahat
· Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan kesendirian dan interaksi sosial
· Mencegah bahaya/risiko pada kehidupan manusia, fungsional dan kesehatan manusia
· Mendukung fungsi perkembangan manusia dalam kelompok sosial sesuai dengan kemampuan manusia dan
hasrat manusia kearah normal
b. Developmental self care requisites adalah perwujudan khusus yang lain dari universal
self care yang lebih diutamakan pada proses pertumbuhan dan perkembangan atau kondisi-
kondisi yang baru yang berhubungan dengan kejadian dalam kehidupan. Contoh :
penyesuaian untuk kehilangan orang yang berarti, pekerjaan yang baru, dsbnya.
c. Health deviation self care requisites berhubungan dengan kondisi sakit, luka,
penyakit atau akibat dari tindakan medis yang berhubungan dengan diagnosis dan terapi
serta peningkatan kondisi pasien. Misalnya sakit perut akibat makan makanan basi, belajar
berjalan dengan kruk karena kakinya di gips akibat mengalami fraktur femur.
Health deviation self care requisites meliputi:
· Mencari bantuan kesehatan yang tepat
· Menyadari dan merawat efek dan akibat dari kondisi patologis dan status kesehatannya
· Mencari jalan keluar pengobatan dan tindakan yang efektif
· Menyadari dan menjaga ketidaknyamanan yang muncul dari efek yang tidak menyenangkan dalam pengobatan
yang diberikan
· Memodifikasi konsep diri dan gambaran diri untuk menerima seseorang sebagai bagian dari status kesehatannya
sendiri dan dalam kebutuhan bentuk khusus dari pelayanan kesehatan
· Belajar hidup dengan pengaruh dari kondisi patologis dan efek diagnostik medik dan pengobatan dalam gaya
hidupnya yang menunjang kelangsungan perkembangan personalnya.
B. Self Care Deficit Theory (teori kurang perawatan diri)
Teori ini merupakan inti dari teori keperawatan karena menggambarkan bagaimana keperawatan itu
diperlukan. Keperawatan diperlukan ketika seseorang tidak mampu atau mempunyai keterbatasan untuk
memenuhi self care secara efektif.
Orem mengidentifikasi lima metoda untuk membantu klien yaitu:
1. Melakukan tindakan
2. Membimbing dan mengajar
3. Memberi dukungan fisik dan psikologis
4. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan perkembangan personal
Orem mengidentifikasi lima area praktek keperawatan yang meliputi:
1. Memasuki dan mempertahankan hubungan perawat-klien pada individu, keluarga, kelompok sampai pasien
dapat dihentikan dari bantuan perawtan
2. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan
3. Memenuhi permintaan pasien dan kebutuhan untuk kontak dan bantuan dari perawat.
4. Memberi dan mengatur bantuan langsung pada pasien dan hal-hal penting lainnya dalam konteks keperawatan
5. Koordinasi dan menyatukan keperawatan dengan kebutuhan sehari-hari pasien, kebutuhan perawatan kesehatan
yang lain.
C. Nursing Sistem Theory
System keperawatan disusun oleh perawat berdasarkan kebutuhan self care dan kemampuan pasien untuk
membentuk aktivitas self care.
Pola dan elemen system keperawatan diartikan sebagai berikut:
1. Bidang tanggungjawab keperawatan dalam situasi pelayanan kesehatan
2. Alasan untuk membuat hubungan perawat-klien
3. Peran spesifik dan umum perawat dan pasien
4. Macam-macam tindakan yang dibentuk dan pola penampilan dan tindakan perawat-klien dalam mengatur
kemampuan self care pasien dan menemukan terapeutic self care demand
Orem telah mengidentifikasi tiga klasifikasi system keperawatan yaitu:
1. Whooly Compensatory System (Sistem pengganti keseluruhan)
System ini dilakukan ketika individu tidak dapat menggunakan self care secara langsung dan
pergerakannya dibatasi karena manipulasi gerakan atas indikasi medis untuk mengurangi aktivitasnya. Orang
yang berada dalam tahap ini memiliki ketergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
kesehatannya. Contohnya : pasien coma, pasien fraktur, pasien retardasi mental.
2. Partly Compensatory System (Sistem pengganti sebagian)
Perawat dan pasien membentuk tindakan keperawatan atau tindakan lain yang meliputi manipulasi tugas
yang sulit. Contohnya : pada pasien post operasi abdomen. Pasien mampu untuk mencuci muka dan sikat gigi
namun membutuhkan bantuan untuk perawatan lukanya.
3. Supportive-educatited System (System dukungan pendidikan)
Pasien harus belajar untuk melakukan kebutuhan tindakan self care yang berorientasi eksternal/internal
tetapi pasien tidak dapat berbuat banyak tanpa bimbingan dari perawat. Contohnya : seorang pasien menanyakan
informasi cara mengontrol kelahiran.
Hubungan antara teori Orem dan proses keperawatan
Tahap proses keperawatan menurut Orem adalah:
1. Tahap I : Tahap pengkajian
2. Tahap II : Merancang sistem keperawatan dan perencanaan untuk mengantar pada perawatan.
Perawat merenvanakan sistem keperawatan (keseluruhan, sebagian atau dukungan pendidikan).
3. Tahap III : Proses keperawatan dan evaluasi. Tindakan bantuan untuk memenuhi keterbatasan
self care pasien, mengatasi/menanggulangi kemungkinan keterbatasan pasien dan membantu
perkembangan serta melindungi kemampuan self care.

Anda mungkin juga menyukai