Suster Callista Roy adalah suster dari Saint Joseph of Carondet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing
pada tahun 1963 dari Mount Saint Marys College di Los Angeles dan Magister Saint in
nurshing pada tahun 1966 di Universitas California Los Angeles. Setelah mendapat gelar
perawat Roy memulai pendidikannya di sosiologi dan menerima gelar M.A tahun 1973 dan
ph.D tahun 1977 di universitas California.
Regulator digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor cara
adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut
penjelasan dari empat efektor yang telah disebutkan
1. Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya. Roy mengidentifikasi
sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas,
yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5
kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian yaitu
1. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran
gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk mempertahankan fungsi,
meningkatkan pertumbuhan dan mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam
Roy 1991).
3. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan ginjal. ( Servonsky,
1984 dalam Roy 1991)
4. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan istirahat yang digunakan
untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk proses imunitas dan struktur
integumen ( kulit, rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa dan bau memungkinkan
seseorang berinteraksi dengan lingkungan . Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalamnya termasuk air,
elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy
1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis merupakan bagian integral dari
regulator koping mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh (Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai dengan fungsi
neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping
mekanisme ( Howard & Valentine dalam Roy,1991)
4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang dijabarkan oleh Roy.
Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian
dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian dalam
menerima sesuatu untuk dirinya.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang bersifat
absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling berhubungan
sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input, control, proses, output dan
umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konsektual dan
residual.
c. Droblem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi perubahan tingkah
laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap perubaha
tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran, interdependensi dan
konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam mencapai tujuan
manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam
hubungannya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support sistem.
1) Keperawatan
Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan
menghubungkan proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan
meningkatkan adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi
keperawatan menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek
keperawatan. Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas
perawat. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya,
peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam
wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya
koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain,
kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
2) Manusia.
Menurut Roy manusia adalah sebuah sistem adaptif, sebagai sistem yang adaptif
manusia digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang memiliki input, control,
output dan proses umpan balik. Lebih khusus manusia didefinisikan sebagai sistem adaptif
dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi, empat cara
adaptasinya yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Sebagai
sistem yang adaptif mausia digambarkan dalam istilah karakteristik, jadi manusia dilihat
sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit secara keseluruhan atau beberapa
unit untuk beberapa tujuan.
3) Kesehatan
Kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia secara utuh dan
terintegrasi secara keseluruhan. Dalam model keperawatan konsep sehat dihubungkan dengan
konsep adaptasi. Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan, dalam hal ini
manusia digambarkan sebagai suatu sistem yang adaptif. Proses adaptasi termasuk semua
interaksi manusia dengan lingkungan ysng terdiri dari dua proses, proses yang pertama
dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal dan proses yang kedua
adalah mekanisme koping yang menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
4) Lingkungan
Lingkungan digambarkan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam dan di luar
manusia. Lingkungan merupakan input bagi manusia sebagai suatu sistem yang adaptif.
b) Sistim pendidikan
Pada mulanya keperawatan belum punya sistim pendidikan yang jelas tetapi sekarang
sudah memiliki sistim pendidikan dan kurikulum akurat. Sistem pendidikan perawat saat ini
sudah bisa mengikuti perkembangan ilmu profesi lainnya dibidang kesehatan. Pada saat ini
keperawatan telah memiliki jenjang pendidikan sampai tingkat S2. Ini menandakan ilmu
keperawatan dapat bersaing dengan disiplin ilmu lain di bidang kesehatan.
Florence Nightingale lahir pada tanggal 12 Mei 1820 di Florence Italia dan meninggal dunia pada tanggal 13 Agustus
1910 di London Inggris pada usianya yang ke-90 tahun. Florence Nightingale dibesarkan dalam keluarga yang berada,
namanya diambil dari kota tempat ia lahir. Semasa kecilnya ia tinggal diLea Hurst sebuah rumah besar dan mewah
milik ayahnya yang bernama William Nightingale yang merupakan seorang tuan tanah terkaya di Derbishire dan ibunya
adalah keturunan ningrat dan terpandang. Florence Nightingale memiliki seorang saudara perempuan yang bernama
Parthenope.
Model konsep Florence Nightingale memposisikan lingkungan adalah sebagai focus asuhan
keperawatan, dan perawat tidak perlu memahami seluruh proses penyakit model konsep ini dalam upaya
memisahkan antara profesi keperawatan dan kedokteran. Orientasi pemberian asuhan keperawatan/tindakan
keperawatan lebih diorientasikan pada pemberian udara, lampu, kenyamanan lingkungan, kebersihan,
ketenangan dan nutrisi yang adekuate (jumlah vitamin atau mineral yang cukup), dengan dimulai dari
pengumpulan data dibandingkan dengan tindakan pengobatan semata, upaya teori tersebut dalam rangka
perawat mampu menjalankan praktik keperawatan mandiri tanpa tergantung dengan profesi lain.
Model konsep ini memberikan inspirasi dalam perkembangan praktik keperawatan,
sehingga akhirnya dikembangkan secara luas, paradigma perawat dalam tindakan keperawatan hanya
memberikan kebersihan lingkungan adalah kurang benar, akan tetapi lingkungan dapat mempengarui proses
perawatan pada pasien, sehingga perlu diperhatikan. Inti konsep Florence Nightingale, pasien dipandang
dalam konteks lingkungan secara keseluruhan, terdiri dari lingkungan fisik, lingkungan psiklologis dan
lingkungan sosial.
Input
Sistem adaptasi mempunyai input yang berasal dari internal individu. Roy mengidentifikasikan input
sebagai suatu stimulus (unit informasi, kejadian atau energi dari lingkungan). Sejalan dengan adanya stimulus,
tingkat adaptasi individu direspons sebagai suatu input dalam sistem adaptasi. Tingkat adaptasi tersebut
bergantung pada stimulus yang didapat berdasarkan kemampuan individu. Tingkat respons antara individu
sangat unik dan bervariasi bergantung pada pengalaman yang didapatkan sebelumnya, status kesehatan,
individu, dan stressor yang diberikan.
Proses
Roy menggunakan istilah mekanisme koping untuk menjelaskan proses kendali dari individu sebagai
suatu sistem adaptasi. Beberapa mekanisme koping bersifat genetis, seperti sel-sel darah putih dalam melawan
bakteri yang masuk kedalam tubuh. Sementara mekanisme lainnya dipelajari, seperti penggunaan antiseptik
untuk mengobati luka. Roy menekankan ilmu keperawatan yang unik untuk mengendalikan mekanisme.
Mekanisme tersebut dinamakan regulator dan cognator.
Subsistem regulator terdiri dari sistem komponen input, proses internal dan output. Stimulus input berasal
dari dalam atau dari luar individu. Perantara sistem regulator dinamakan kimiawi, saraf, atau endokrin. Refleks
otonomik sebagai respon neural yang berasal dari batang otak dan spinal cord diartikan sebagai suatu perilaku
output dari sistem regulasi. Organ target (endokrin) dan jaringan dibawah kendali endokrin juga memproduksi
perilaku output regulator, yaitu terjadinya peningkatan ACTH yang kemudian diikuti dengan peningkatan kadar
kortisol dalam darah. Banyak proses fisiologis dapat diartikan sebagai perilaku subsistem regulator. Contohnya
adalah regulator dari respirasi. Pada sistem ini akan terjadi peningkatan oksigen dan hasil akhir produksi adalah
metabolisme yang akan merangsang kemoreseptor pada medulla untuk meningkatkan laju pernapasan. Stimulasi
yang kuat pada pusat tersebut akan meningkatkan ventilasi.
Contoh proses regulator tersebut terjadi ketika stimuli eksternal divisualisasikan dan ditransfer melalui
saraf mata menuju pusat saraf otak dan bagian bawah pusat saraf otonomik. Saraf simpatik dari bagian ini
mempunyai dampak yang bervariasi pada visceral, termasuk peningkatan tekanan darah dan detak jantung.
Sistem cognator. Stimulasi terhadap subsistem cognator juga berasal dari faktor internal dan eksternal.
Perilaku output subsistem regulator dapat menjadi ump[an balik bagi stimulus subsistem regulator. Proses
kendali cognator berhubungan dengan fungsi otak yang tinggi terhadap persepsi atau proses informasi,
pengambilan keputusan, dan emosi. Persepsi proses informasi juga berhubungan dengan seleksi perhatian, kode
dan ingatan. Belajar berhubungan dengan proses imitasi/meniru dan penguatan. Penyelesaian masalah dan
pengambilan keputusan merupakan proses internal yang berhubungan dengan keputusan, dan khususnya emosi
untuk mencari kesembuhan, dukungan yang efektif dan kebersamaan.
Dalam mempertahankan integritas seseorang, regulator dan cognator bekerja secara bersamaan. Tingkat
adaptasi seseorang sebagai suatu sistem adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu dan penggunaan
mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan berdampak baik terhadap tingkat
adaptasi individu dan meningkatkan tingkat rangsangan dimana individu dapat berespons secara positif.
Efektor
Proses internal yang terjadi pada individu sebagai sistem adaptasi didefinisikan oleh Roy sebagai sistem
efektor. Empat efektor atau gaya adaptasi tersebut meliputi : Fisiologis, konsep diri/Psikologik, fungsi
sosial/fungsi peran dan saling ketergantungan/Interdependen.
Mekanisme regulator dan cognator bekerja pada cara tersebut. Perilaku yang berhubungan terhadap cara
tersebut merupakan manifestasi dari tingkat adaptasi individu dan mengakibatkan penggunaan mekanisme
koping. Dengan melakukan observasi atas perilaku seseorang berkaitan dengan cara adaptasinya, perawat dapat
mengidentifikasikan adaptivitas atau ketidakefektifan respons sehat dan sakit.
1. Fisik
a. Oksigen : menggambarkan pola penggunaan oksigen sehubungan dengan respirasi dan sirkulasi
b. Nutrisi : menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondisi tubuh dan perkembangan
c. Rasa : menggambarkan fungsi sensori perseptual berhubungan dengan panca indra
d. Fungsi endokrin : menggambarkan pola kendali dan pengaturan termasuk respons stres dan sistem reproduksi.
2. Konsep diri (psikis)
Cara konsep diri mengidentifikasikan pola nilai, kepercayaan, dan emosi yang berhubungan dengan ide
mengenai diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan dari keadaan diri sendiri dalam hal fisik, individual
dan moral etik.
3. Fungsi peran (Sosial)
Fungsi peran mengidentifikasikan pola interaksi sosial seseorang berkaitan dengan orang lain sebagai
akibat dari peran ganda.
4. Saling ketergantungan
Saling ketergantungan mengidentifikasikan pola nilai-nilai manusia, kehangatan, cinta, dan rasa
memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interpersonal dengan individu maupun kelompok.
Output
Perilaku seseorang berkaitan dengan cara adaptasi, dimana perawat mampu mengidentifikasikan
adaptifitas atau inefektifitas dari respon (sakit). Koping yang tidak konstruktif berdampak terhadap distres
hospitalisasi, yang ditunjukkan dengan cara menolak untuk diobati, merasa takut dan ingin pulang. Kondisi
tersebut akan memperburuk status imunitas pasien anak, yang akhirnya memperlambat proses penyembuhan dan
jumlah hari perawatan.
Stimulus/intervensi keperawatan
Stimulus yang diberikan oleh perawat adalah meningkatkan respon adaptasi berkaitan dengan 4 jenis
respon adaptasi. Kondisi atau keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi orang tersebut. Tingkat
adaptasi seseorang akan ditentukan oleh stimulus vocal, kontekstual, residual. Focal adalah suatu respons yang
diberikan secara langsung terhadap ancaman atau input yang masuk. Kontekstual adalah semua stimulus lain
bagi seseorang baik yang bersifat internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan disampaikan secara subyektif oleh individu tersebut. Residual adalah karakteristik atau riwayat dari
seseorang yang ada dan timbul sesuai dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.
Kinerja perawat pada tahap ini adalah memberikan stimulus atau memfasilitasi koping pasien agar
menjadi konstruktif. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : membentu mengatasi gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan fisik, memfasilitasi koping yang konstruktif dan mendukung secara emosional
Model Konsep dan Teori Keperawatan Dorothea Orem
Keperawatan memiliki perhatian khusus pada kebutuhan manusia untuk tindakan keperawatan didrinya
(self care). Syarat-syarat dan pelaksanannya dalam suatu rangkaian tindakan yang berkesinambungan untuk
mempertahankan hidup, status kesehatan, mengembalikan dari penyakit dan trauma dan mengatasi dengan
pengaruh-pengaruhnya.
Self care seharusnya dimiliki oleh setiap orang. Ketika seseorang tidak dapat mempertahankan self care
maka akan timbul kelemahan, penyakit dan dapat berakhir dengan kematian. Asuhan keperawatan diperlukan
ketika klien tidak dapat memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan kebutuhan sosial secara
penuh.
Teori umum keperawatan menurut Orem
Orem mengembangkan self care didalam tiga komponen yang saling berhubungan yaitu:
A. Self Care Theory (teori perawatan diri)
1. Self Care adalah aktivitas dimana individu memulai dan membentuk tindakan-tindakan untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan, dan kondisinya untuk dirinya sendiri.
2. Self Care Agency adalah kemampuan seseorang untuk ikut serta dalam self care. Kemampuan
seseorang untuk ikut melakukan self care dipengaruhi oleh usia, status tumbuh kembang,
pengalaman hidup, orientasi sosiokultural, kesehatan dan sumberdaya yang tersedia.
3. Therapeutic Self Care Demand (permintaan self care terapeutik) adalah keseluruhan tindakan
self care yang diharapkan dengan metoda yang valid dan berhubungan dengan tindakan dan
kumpulan tindakan dan operasional.
4. Self Care Requisites (keperluan self care) didefinisikan sebagai tindakan yang langsung
berada dalam self care yang diinginkan. Self care requisites dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a. Universal Self Care Requisites berhubungan dengan proses kehidupan dan
memperahankan integritas fungsi dan struktur tubuh manusia. Terdiri dari:
· Mempertahankan kecukupan oksigen
· Mempertahankan kecukupan air
· Mempertahankan kecukupan makanan
· Menyediakan perawatan yang berhubungan dengan proses eliminasi
· Mempertahankan keseimbangan aktivitas dan istirahat
· Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan kesendirian dan interaksi sosial
· Mencegah bahaya/risiko pada kehidupan manusia, fungsional dan kesehatan manusia
· Mendukung fungsi perkembangan manusia dalam kelompok sosial sesuai dengan kemampuan manusia dan
hasrat manusia kearah normal
b. Developmental self care requisites adalah perwujudan khusus yang lain dari universal
self care yang lebih diutamakan pada proses pertumbuhan dan perkembangan atau kondisi-
kondisi yang baru yang berhubungan dengan kejadian dalam kehidupan. Contoh :
penyesuaian untuk kehilangan orang yang berarti, pekerjaan yang baru, dsbnya.
c. Health deviation self care requisites berhubungan dengan kondisi sakit, luka,
penyakit atau akibat dari tindakan medis yang berhubungan dengan diagnosis dan terapi
serta peningkatan kondisi pasien. Misalnya sakit perut akibat makan makanan basi, belajar
berjalan dengan kruk karena kakinya di gips akibat mengalami fraktur femur.
Health deviation self care requisites meliputi:
· Mencari bantuan kesehatan yang tepat
· Menyadari dan merawat efek dan akibat dari kondisi patologis dan status kesehatannya
· Mencari jalan keluar pengobatan dan tindakan yang efektif
· Menyadari dan menjaga ketidaknyamanan yang muncul dari efek yang tidak menyenangkan dalam pengobatan
yang diberikan
· Memodifikasi konsep diri dan gambaran diri untuk menerima seseorang sebagai bagian dari status kesehatannya
sendiri dan dalam kebutuhan bentuk khusus dari pelayanan kesehatan
· Belajar hidup dengan pengaruh dari kondisi patologis dan efek diagnostik medik dan pengobatan dalam gaya
hidupnya yang menunjang kelangsungan perkembangan personalnya.
B. Self Care Deficit Theory (teori kurang perawatan diri)
Teori ini merupakan inti dari teori keperawatan karena menggambarkan bagaimana keperawatan itu
diperlukan. Keperawatan diperlukan ketika seseorang tidak mampu atau mempunyai keterbatasan untuk
memenuhi self care secara efektif.
Orem mengidentifikasi lima metoda untuk membantu klien yaitu:
1. Melakukan tindakan
2. Membimbing dan mengajar
3. Memberi dukungan fisik dan psikologis
4. Menyediakan lingkungan yang meningkatkan perkembangan personal
Orem mengidentifikasi lima area praktek keperawatan yang meliputi:
1. Memasuki dan mempertahankan hubungan perawat-klien pada individu, keluarga, kelompok sampai pasien
dapat dihentikan dari bantuan perawtan
2. Menentukan jika dan bagaimana pasien dapat dibantu melalui keperawatan
3. Memenuhi permintaan pasien dan kebutuhan untuk kontak dan bantuan dari perawat.
4. Memberi dan mengatur bantuan langsung pada pasien dan hal-hal penting lainnya dalam konteks keperawatan
5. Koordinasi dan menyatukan keperawatan dengan kebutuhan sehari-hari pasien, kebutuhan perawatan kesehatan
yang lain.
C. Nursing Sistem Theory
System keperawatan disusun oleh perawat berdasarkan kebutuhan self care dan kemampuan pasien untuk
membentuk aktivitas self care.
Pola dan elemen system keperawatan diartikan sebagai berikut:
1. Bidang tanggungjawab keperawatan dalam situasi pelayanan kesehatan
2. Alasan untuk membuat hubungan perawat-klien
3. Peran spesifik dan umum perawat dan pasien
4. Macam-macam tindakan yang dibentuk dan pola penampilan dan tindakan perawat-klien dalam mengatur
kemampuan self care pasien dan menemukan terapeutic self care demand
Orem telah mengidentifikasi tiga klasifikasi system keperawatan yaitu:
1. Whooly Compensatory System (Sistem pengganti keseluruhan)
System ini dilakukan ketika individu tidak dapat menggunakan self care secara langsung dan
pergerakannya dibatasi karena manipulasi gerakan atas indikasi medis untuk mengurangi aktivitasnya. Orang
yang berada dalam tahap ini memiliki ketergantungan pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan
kesehatannya. Contohnya : pasien coma, pasien fraktur, pasien retardasi mental.
2. Partly Compensatory System (Sistem pengganti sebagian)
Perawat dan pasien membentuk tindakan keperawatan atau tindakan lain yang meliputi manipulasi tugas
yang sulit. Contohnya : pada pasien post operasi abdomen. Pasien mampu untuk mencuci muka dan sikat gigi
namun membutuhkan bantuan untuk perawatan lukanya.
3. Supportive-educatited System (System dukungan pendidikan)
Pasien harus belajar untuk melakukan kebutuhan tindakan self care yang berorientasi eksternal/internal
tetapi pasien tidak dapat berbuat banyak tanpa bimbingan dari perawat. Contohnya : seorang pasien menanyakan
informasi cara mengontrol kelahiran.
Hubungan antara teori Orem dan proses keperawatan
Tahap proses keperawatan menurut Orem adalah:
1. Tahap I : Tahap pengkajian
2. Tahap II : Merancang sistem keperawatan dan perencanaan untuk mengantar pada perawatan.
Perawat merenvanakan sistem keperawatan (keseluruhan, sebagian atau dukungan pendidikan).
3. Tahap III : Proses keperawatan dan evaluasi. Tindakan bantuan untuk memenuhi keterbatasan
self care pasien, mengatasi/menanggulangi kemungkinan keterbatasan pasien dan membantu
perkembangan serta melindungi kemampuan self care.