Anda di halaman 1dari 24

TEORI KEPERAWATAN MENURUT CALLISTA ROY

TUGAS FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8

1.DEWANDA MALDHIYA RAHMANISA (2011312066)


2.HANAFAIZAHKALTSUM (2011312063)
3.MUTIA FAJARRA (2011312069)
4.NABILA RAHMADANI (2011312081)
5.NANDA SETIAWAN (2011312072)
6.RAHMAH FAUZIAH (2011312075)
7.RONA SHAUMI (2011312078)

KELAS :2A

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya

Makalah ini berisikan informasi tentang definisi keperawatan menurut Teori


Callista Roy atau yang lebih khususnya membahas model keperawatan Teori Callista
Roy ,serta konsep utama teori Teori Callista Roy. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan informasi kepada kita semua tentang definisi keperawatan menurut
Teori Callista Roy .

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin

Padang,22 Oktober 2020

Kelompok 8

25
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................................3

BAB I......................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4

1.2 Tujuan..........................................................................................................................................4

1.3. Manfaat......................................................................................................................................5

BAB II.....................................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6

2.1. Latar Belakang Teori / Sejarah Callista Roy.................................................................................6

2.2. Sumber teori untuk pengembangan teori..................................................................................6

2.3. Konsep umum dan definisi.........................................................................................................7

2.4. Penggunaan Bukti Empiris.......................................................................................................16

2.5. Paradigma Keperawatan menurut Sister Calista Roy (Adaption Model)...................................17

2.6. Aplikasi Teori Konseptual..........................................................................................................21

BAB III..................................................................................................................................................23

PENUTUP.............................................................................................................................................23

3.1. Kesimpulan...............................................................................................................................24

3.2. Saran.........................................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................25

BAB I

25
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang
kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh
karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar
dunia keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain.
Tugas ini akan terasa berat bila perawat perawat Indonesia tidak menyadari bahwa
eksistensi keperawatan hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri
untuk menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat. Salah satu cara
untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan salah satu
model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. model
keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia
pasti mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal
maupun eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan
usia.Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak
diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan
keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan perawat melaksanakan asuhan keperawatan
tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan pada klien adalah penerapan
konsep teori Roy

1.2 Tujuan
1. Latar belakang atau sejarah Teori Callista Roy
2. Sumber teori untuk pengembangan Teori Callista Roy .
3. Konsep umum atau definisi dari Teori Callista Roy.
4. Penggunaan temuan empiris dari Teori Callista Roy.
5. Hubungan Teori Callista Roy dengan paradigma keperawatan.
6. Sistem aplikasi Teori Callista Roy dalam proses keperawatan

25
1.3. Manfaat
Dapat meningkatkan pengetahuan tentang teori keperawatan menurut Teori Callista
Roy . Serta menambah bahwa pentingnya mempelajari teori ini untuk melaksanakan praktik
keperawatan.

25
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Latar Belakang Teori / Sejarah Callista Roy

Roy lahir pada tanggal 14 Oktober 1939 di Los Angeles, California. Roy
menyelesaikan pendidikan Diploma Keperawatan pada tahun 1963 di Mount Saint Mary’s
College, Los Angeles dan menyelesaikan Master Keperawatan di California University pada
tahun 1966. Roy menyelesaikan PhD Sosiologi pada tahun 1977 di Universitas yang sama.
Roy bersama Dorothy E. Johnson mengembangkan teori model konseptual keperawatan.
Ketika bekerja sebagai perawat anak, Roy melihat suatu perubahan besar pada anak dan
mereka berkemampuan untuk beradaptasi dalam respon yang lebih besar terhadap
perubahan fisik dan psikologis. Roy mengembangkan dasar konsep keperawatannya pada
tahun 1964- 1966 dan baru dioperasionalkan pada tahun 1968. Pada saat itu Mount Saint
Mary’s College mengadopsi teori adaptasi sebagai dasar filosofi kurukulum
keperawatannya. Roy menjabat sebagai asisten Professor pada Departemen Nursing di
Mount Saint Mary’s College pada tahun 1982.

2.2. Sumber teori untuk pengembangan teori

Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari
datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat
adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
Focal stimuli :Individu segera menghadap
Konsektual Stimuli :Semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
Residual stimuli :Faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

25
Teori Helson dikembangkan dari penyesuaian tingkat zona yang mana menentukan
stimulus akan mendatangkan respon hal yang positif maupun negatif. Sesuai dengan teori
Helson, adaptasi adalah proses yang berdampak positif terhadap perubahan lingkungan.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Dengan teori adaptif Helson Roy mengembangkan dan
memperluas model dengan konsep dan teori dari Dohrenwed,R.S. Latarus, N.Malaznik,
D.Mechanic dan H.Selye. Roy memberi kredit spesial ke Driever penulis, Subdivisi garis besar
dari kejujuran sendiri dan Martinez serta Sarto, identitas keduanya umum dan stimuli sangat
mempengaruhi mode. Teman sekerja lain konsepnya juga rumit yaitu M.Poush dan J.Van
Landingham dalam keadaan saling bergantung dan B. Randa untuk fungsi aturan mode.
Setelah mengembangkan teorinya Roy mengembangkan model sebagai suatu
kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Sejak itu lebih
dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklasifikasi,
menyaring dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan
penting untuk penyaringan model.
Perkembangan model keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan
profesionalismenya. Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan dan nilai kemanusiaan.
Pengalaman klinisnya membantu perkembangan kepercayaan dari tubuh manusia dan
spiritnya.

2.3. Konsep umum dan definisi


Sebelum mengenal konsep dasar keperawatan Callista Roy akan lebih baik jika
mengetahui filosofi, falsafah keperawatan. Filsafah keperawatan mengkaji penyebab dan
hukum-hukum yang mendasari realitas serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang
lebih berdasarkan pada alasan logis dan metode empiris.
Contoh dari falsafah keperawatan menurut Roy ( Mc Quiston, 1995 ) : Roy memiliki
delapan falsafah yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu empat berdasarkan falsafah
humanisme dan empat yang lainnya berdasarkan falsafah veritivity.
Falsafah humanisme / kemanusiaan berarti bahwa manusia itu memiliki rasa ingin
tahu dan menghargai, jadi seorang individu akan memiliki rasa saling berbagi dengan
sesama dalam kemampuannya memecahkan suatu persoalan atau untuk mencari solusi,

25
bertingkah laku untuk mencapai tujuan tertentu, memiliki holism intrinsik dan selalu
berjuang untuk mempertahankan integritas agar senantiasa bisa berhubungan dengan
orang lain.
Falsafah veritivity yaitu kebenaran , yang dimaksud adalah bahwa ada hal yang
bersifat absolut. Empat falsafah tersebut adalah :
a) Tujuan eksistensi manusia
b)  Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia
c)  Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d)  Nilai dan arti kehidupan.
Roy kemudian mengemukakan mengenai konsep mayor, berikut beberapa definisi dari
konsep mayor Callista Roy,
a. sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya input,
control, proses, output dan umpan balik.
b. derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konsektual dan residual.
c. problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
d. stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon adaptif.
e. stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi terhadap
perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui
neural, cemikal dan proses endokrin.
h. kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses
yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan belajar.
i. model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
j. respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia dalam
mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana
proses adaptasi dilakukan.
25
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di dalam
hubungannya di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai support
sistem.

Menurut Roy keperawatan di definisikan sebagai disiplin ilmu dan praktek.


Keperawatan sebagai disiplin ilmu mengobservasi, mengklasifikasikan, dan menghubungkan
proses yang berpengaruh terhadap kesehatan. Keperawatan menggunakan pendekatan
pengetahuan untuk menyediakan pelayanan bagi orang-orang. Keperawatan meningkatkan
adaptasi individu untuk meningkatkan kesehatan, jadi model adaptasi keperawatan
menggambarkan lebih khusus perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan.
Dalam model tersebut keperawatan terdiri dari tujuan perawat dan aktifitas perawat.
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungannya,
peningkatan adaptasi dilakukan melalui empat cara yaitu fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran dan interdependensi. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam
wilayah dengan tingkatan adaptasi manusia. Adaptasi membebaskan energi dari upaya
koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain,
kondisi seperti ini dapat meningkatkan penyembuhan dan kesehatan.
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy (1969).
Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi seperti diuraikan di
bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
1) Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-menerus
berinteraksi dengan lingkungan.
2)  Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan-
perubahan biopsikososial.
3) Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas kemampuan untuk
beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan respon terhadap semua
rangsangan baik positif maupun negatif.
4) Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, jika
seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia mempunyai
kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif maupun negatif.
25
5) Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai penerima asuhan
keperawatan adalah individu, keluarga, kelompok, masyarakat yang dipandang sebagai
“Holistic adaptif system”dalam segala aspek yang merupakan satu kesatuan.
System adalah Suatu kesatuan yang di hubungkan karena fungsinya sebagai kesatuan
untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap bagian-bagiannya.
System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan balik ( Roy, 1991 ), dengan
penjelasan sebagai berikut

1) Input
Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi,
bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi
dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual dan stimulus residual.
1) Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan seseorang, efeknya
segera, misalnya infeksi .
2) Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik internal
maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur dan
secara subyektif dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana dapat
menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti anemia, isolasi sosial.
3) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi yang
ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat individu
berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk
toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada
yang tidak.

2) Kontrol
Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping yang di
gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator yang merupakan
subsistem.

1) Subsistem regulator
25
Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses dan output.
Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter regulator sistem adalah kimia,
neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord
yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang
dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.
2) Subsistem kognator
Stimulus untuk subsistem kognator dapat eksternal maupun internal. Perilaku output
dari regulator subsistem dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi,
penilaian dan emosi. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses internal
dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses imitasi,
reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang mendalam). Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian
atau analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari keringanan, mempergunakan
penilaian dan kasih sayang.

3) Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau secara
subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar . Perilaku ini
merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon
yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon yang adaptif dapat meningkatkan
integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,
reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk menjelaskan proses kontrol
seseorang sebagai adaptif sistem. Beberapa mekanisme koping diwariskan atau diturunkan
secara genetik (misal sel darah putih) sebagai sistem pertahanan terhadap bakteri yang
menyerang tubuh. Mekanisme yang lain yang dapat dipelajari seperti penggunaan antiseptik
untuk membersihkan luka. Roy memperkenalkan konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu
mekanisme kontrol yang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme tersebut
merupakan bagian sub sistem adaptasi.
25
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy mengemukakan konsep keperawatan
dengan model adaptasi yang memiliki beberapa pandangan atau keyakinan serta nilai yang
dimilikinya diantaranya:
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social yang selalu berinteraksi
dengan lingkungannya.
b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi, seseorang harus beradaptasi
sesuaii dengan perubahan yang terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
1) Focal stimulasi yaitu stimulus yang langsung beradaptasi dengan seseorang dan
akan mempunyai pengaruh kuat terhadap seseorang individu.
2) Kontekstual stimulus, merupakan stimulus lain yang dialami seseorang, dan baik
stimulus internal maupun eksternal, yang dapat mempengaruhi, kemudian dapat
dilakukan observasi, diukur secara subjektif.
3) Residual stimulus, merupakan stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang
ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian dengan lingkungan
yang sukar dilakukan observasi.
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:
1) Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini yang adaptasi fisiologis
diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat, integritas kulit,
indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
2) 2. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal pola-
pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.
3) Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social dalam
berhubungan dengan orang lain.
4) Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang
kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok.
5) Dalam proses penyesuaian diri individu harus meningkatkan energi agar mampu
melaksanakan tujuan untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan, reproduksi

25
dan keunggulan sehingga proses ini memiliki tujuan meningkatkan respon
adaptasi.

Teori adaptasi suster Callista Roy memandang klien sebagai suatu system adaptasi.
Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk
beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
hubungan interdependensi selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994). Kebutuhan
asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak dapat beradaptasi terhadap kebutuhan
lingkungan internal dan eksternal. Seluruh individu harus beradaptasi terhadap kebutuhan
berikut :
 Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
 Pengembangan konsep diri positif
 Penampilan peran sosial
 Pencapaian keseimbangan antara kemandirian dan ketergantungan
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan timbulnya masalah bagi klien
dan mengkaji bagaimana klien beradaptasi terhadap hal tersebut. Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu klien beradaptasi. Menurut Roy
terdapat empat objek utama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan individu, keluarga,
kelompok, komunitas atau social. Masing-masing dilakukan oleh perawat sebagai system
adaptasi yang holistic dan terbuka. System terbuka tersebut berdampak terhadap
perubahan yang konstan terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan
lingkungan. Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh perubahan
internal dan eksternal. Dengan perubahan tersebut individu harus mempertahankan
intergritas dirinya, dimana setiap individu secara kontunyu beradaptasi.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistik sebagai satu kesatuan yang mempunyai
input, kontrol, out put dan proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia didefenisikan
sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk

25
mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep
diri, fungsi peran dan interdependensi. Dalam model adaptasi keperawatan, manusia
dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami
kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan
yang saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit
fungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah
dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu
sendiri. Input atau stimulus termasuk variabel standar yang berlawanan yang umpan
baliknya dapat dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai
tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan
usaha-usaha yang biasa dilakukan. Proses kontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi
adalah mekanisme koping. Dua mekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem
regulator dan subsistem kognator.

2. Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan kebutuhan
dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit yang mengalami gangguan
fisik, psikis dan social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah meningkatkan respon adaptasi
berhubungan dengan empat mode respon adaptasi. Perubahan internal dan eksternal dan
stimulus input tergantung dari kondisi koping individu. Kondisi koping seseorang atau
keadaan koping seseorang merupakan tingkat adaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal, kontekstual, dan residual. Fokal adalah suatu
respon yang diberikan secara langsung terhadap ancaman/input yang masuk. Penggunaan
fokal pada umumnya tergantung tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang.
Stimulus kontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal maupun eksternal
yang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi, diukur, dan secara subjektif disampaikan
oleh individu. Stimulus residual adalah karakteristik/riwayat dari seseorang yang ada dan
timbul releva dengan situasi yang dihadapi tetapi sulit diukur secara objektif.

25
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal sampai tingkatan
tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan suatu keadaan dan proses dalam
upaya dan menjadikan dirinya secara terintegrasisecara keseluruhan, fisik, mental dan
social. Integritas adaptasi individu dimanifestasikan oleh kemampuan individu untuk
memenuhi tujuan mempertahankan pertumbuhan dan reproduksi.
Sakit adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasi terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dan sakit sangat
individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang dalam beradaptasi (koping)
tergantung dari latar belakang individu tersebut dalam mengartikan dan mempersepsikan
sehat-sakit, misalnya tingkat pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.

4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang berasal dari internal dan
eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat terhadap perkembangan dari perilaku
seseorang dan kelompok. Lingkunan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun
psikologis yang diterima individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan
lingkungan internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian) dan proses stressor biologis (sel
maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu.manifestasi yang tampak akan
tercermin dari perilaku individu sebagai suatu respons. Dengan pemahaman yang baik
tentang lingkungan akan membantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah
dan mengurangi resiko akibat dari lingkungan sekitar.

2.4. Penggunaan Bukti Empiris

Dari awal ini, model adaptasi Callista Roy telah didukung melalui penelitian dalam
praktik dan pendidikan pada tahun 1999 (Roy & Andrews, 1999), sekelompok tujuh
cendekiawan yang bekerja dengan Roy melakukan meta-analisis, kritik, dan sintesis dari 163
studi berdasarkan Adaptasi Model Roy yang telah diterbitkan dalam 44 jurnal Bahasa Inggris
di lima benua dan disertai tesis dari Amerika Serikat. Dari 163 penelitian ini, 116 memenuhi
kriteria yang ditetapkan untuk menguji proposisi dari model. Dua belas proposisi generik

25
berdasarkan karya Roy sebelumnya diturunkan. Untuk mensintesis penelitian, temuan
masing-masing studi digunakan untuk menyatakan proposisi pendukung dan praktik, dan
dukungan untuk proposisi diperiksa. Dari 265 proposisi yang diuji, 216 (82%) didukung. Roy
(2011) mempresentasikan tinjauan komprehensif penelitian berdasarkan model adaptasi
selama 25 tahun terakhir di Nursing Science Quarterly, volume 24, nomor 4. Masalah
lengkap didedikasikan untuk menghormati Callista Roy dan pekerjaan hidupnya.
Ketika menggunakan proses keperawatan enam langkah Roy, perawat melakukan
enam fungsi berikut :
1. Menilai perilaku yang dimanifestasikan dari empat mode adaptif
2. Menilai rangsangan untuk perilaku tersebut dan mengkategorikannya sebagai
rangsangan fokal, kontekstual, atau residual
3. Membuat pernyataan atau diagnosis keperawatan tentang keadaan adaptif
seseorang
4. Menetapkan tujuan untuk mempromosikan adaptasi
5. Menerapkan intervensi yang ditujukan untuk mengelola rangsangan untuk
mempromosikan adaptasi
6. Mengevaluasi apakah tujuan adaptif telah terpenuhi Dengan memanipulasi
rangsangan dan bukan pasien, perawat meningkatkan “interaksi orang tersebut
dengan lingkungannya, sehingga meningkatkan kesehatan” (Andrews & Roy,
1986, hlm. 51). Proses keperawatan sangat cocok untuk digunakan dalam
pengaturan praktik. Penilaian dua tingkat adalah unik untuk model ini dan
mengarah pada identifikasi masalah

2.5. Paradigma Keperawatan menurut Sister Calista Roy (Adaption Model)

1. Manusia
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem
adaptif, manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai
input, control, output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping
yang dimanifestasikan dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai
sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan
25
adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang
hidup, terbuka dan adaptif yang dapat mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan
lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalam istilah karakteristik
sistem, Jadi manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang saling berhubungan antar unit
fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk beberapa tujuan.
Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input, proses control
dan umpan balik serta output.
Input pada manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah dengan menerima
masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variable satandar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulus internal yang mempunyai tingkat
adaptasi dan mewakili dari rentang stimulus manusia yang dapat ditoleransi dengan usaha-
usaha yang biasanya dilakukan.
Proses control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping
yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan
kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat efektor
cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi.

2. Lingkungan – Stimulus
Roy membedakan 3 jenis lingkungan, yaitu :
a. Fokal : mencakup lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi manusia
b. Kontekstual : adalah semua stimulus pada setiap situasi yang berkontribusi
memberikan pengaruh terhadap lingkungan fokal.
c. Residual : adalah faktor yang efeknya tidak jelas dalam suatu kondisi. Menurut Roy,
semua kondisi lingkungan tersebut akan mempengaruhi perkembangan dan perilaku
manusia
3. Kesehatan
Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia
menyatakan secara tidak langsung bahwa kesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu
25
kelengkapan atau kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia.
Jadi Integritas adalah sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat.
Definisi kesehatan ini lebih dari tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi
sehat sejahtera.
Dalam model adaptasi keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep
adaptasi. Adaptasi yang bebas energi dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia
berespon terhadap stimulus yang lain. Pembebasan energi ini dapat meningkatkan
penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini adalah pembebasan energi yang
menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah komponen pusat dalam model keperawatan. Didalamnya
menggambarkan manusia sebagai sistem adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses
koping terhadap stressor dan produk akhir dari koping. Proses adaptasi termasuk fungsi
holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif dan itu meningkatkan integritas.
Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan terdiri dari dua proses.
Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan dalam lingkungan internal dan
eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon. Perubahan – perubahan itu adalah stressor
atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian
stressor menghasilkan interaksi yang biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah
mekanisme koping yang merangsang untuk menghasilkan respon adaptif dan inefektif.
Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah
kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi : kelangsungan hidup,
pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi akhir ini adalah
kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan penurunan
respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga dinamik
equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari stimulus
dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan
adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau
sehat. Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan
tingkatan adaptasi.

4. Keperawatan

25
Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai
ilmu, keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang
secara positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan
menggunakan pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang.
Lebih spesifik dia mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan
adaptasi untuk meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan
secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi
yang berkaitan dengan kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih
spesifik perkembangan ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu
keperawatan tersebut. Dalam model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan
dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang
berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan
eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping
mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak
efektif, manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun
diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan
ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui, pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai
proses untuk mempertahankan keadaan baik dan tingkat fungsi yang lebih tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi
peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi fisiologis; (2) konsep
diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap peningkatan integritas
adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian
dengan damai.
Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu area dengan
tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area tersebut
dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi
membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu
untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan
penyembuhan dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada
konsep ini.
25
Tujuan dari adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang
digunakan pada proses keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan,
intervensi dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang
dikumpulkan, bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang
dipakai dan bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”.
Unit analisis dari pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan
lingkungan. Proses pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan.
Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian Tingkat pertama mengumpulkan
data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut
dikumpulkan dari data observasi penilaian respon dan komunikasi dengan individu. Dari
data tersebut perawat membuat keputusan sementara tentang apakah perilaku dapat
menyesuaikan diri atau tidak efektif. Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data
tentang fokal, konstektual dan residual stimuli. Selama tingkat pengkajian ini perawat
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada
pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting untuk menetapkan faktor-faktor utama
yang mempengaruhi perilaku.

2.6. Aplikasi Teori Konseptual


Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan berdasarkan pandangan ahli dalam bidang
keperawatan, salah satunya adalah model adaptasi Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat
macam elemen esensial dalam adaptasi keperawatan , yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan, dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu mampu meningkatkan
kesehatannya dengan cara memepertahankan perilaku secara adaptif karena menurut Roy, manusia
adalah makhluk holistic yang memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi.

Model Adaptasi Roy telah menggambarkan tahapan–tahapan dalam proses keperawatan yang
lengkap. Berdasarkan teori Roy, tahapan proses keperawatan dimulai dari :

1. Pengkajian tingkat pertama

Mengumpulkan data perilaku out put seseorang sebagai sistem adaptasi dihubungkan dengan 4
adaptive mode : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan interdependent. Pengkajian tahap
pertama ini berkenaan dengan pengkajian perilaku, yaitu pengkajian klien terhadap masing-masing
model adaptasi secara sistematika dan holistic. Pelaksanaan dan pengkajian dan pencatatan pada
empat model adaptif tersebut memberikan gambaran keadaan klien pada tim kesehatan lainnya.

2. Pengkajian tingkat kedua

25
Setelah pengkajian tahap pertama perawat dapat menganalisa data yang timbul dan pola-pola
perilaku pasien untuk mengidentifikasi respon tidak efektif atau respon adaptif yang diperlukan
untuk mendukung tindakan perawat. Bila perilaku tidak efektif atau respon adaptif ada, perawat
melakukan pengkajian tahap kedua

Pada fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, contekstual, dan
residual yang mempengaruhi pasien. Proses ini mengklarifikasi etiologi dari problem dan mengenai
faktor-faktor contekstual dan residual yang berarti.

3. Diagnosa keperawatan

keperawatan Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun diagnosa keperawatan:

a) Menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh Roy dan berhubungan dengan 4
mode adaptif .dalam mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada kasus Tn. Smith adalah
“hypoxia”.

b) Menggunakan diagnosa dengan pernyataan/mengobservasi dari perilaku yang tampak dan


berpengaruh tehadap stimulusnya. Dengan menggunakan metode diagnosa ini maka
diagnosanya adalah “nyeri dada disebabkan oleh kekurangan oksigen pada otot jantung
berhubungandengan cuaca lingkungan yang panas”

c) Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih adaptif mode berhubungan dengan stimulus
yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani mengalami nyeri dada, dimana
ia bekerja di luar padac uaca yang panas. Pada kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah
“kegagalan peran berhubungan dengan keterbatasan fisik (myocardial) untuk bekerja di
cuaca yang panas”

4. Tujuan

Tujuan adalah perubahan perilaku pasien yang diharapkan oleh perawat setelahtindakan
keperawatan dan penjelasan berhasil dilakukan.

5. Intervensi

Adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, mengatasimasalah-


masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosa keperawatan.

Suatu perencanaan dengan tujuan merubah atau memanipulasi local, kontekstual, residual.
Pelaksanaannya juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas,
supaya stimulasi secara keseluruhan dapat terjadi pada klien.

Tujuan intervensi keperawatan adalah mencapai kondisi yang optimal dengan menggunakan
koping yang konstruksif. Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian masalah
adaptif dan ketersediaan energy untuk memenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,
pertumbuhan, reproduksi).

Tujuan jangka pendek mengidentfikasi harapan perilaku klien setelah memanipulasi stimulus
fokal, kontekstual, dan residual.Pengembangan kriteria standars intervensi keperawatan menurut

25
adaptasi akan digunakan oleh peneliti sebagai instrumen untuk mengukur kinerja perawat dalam
menerapkan teori adaptasi pada asuhan keperawatan anak.

6. Evaluasi

Adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien (hasilyang diamati)
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap pelaksanaan.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal balik dan out come.
Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “
konsep artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan
kepada pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan
peralatan untuk praktik, pendidikan, dan penelitian.

Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan bahwa person bisa berarti individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy
memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup
secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan terjadi
pertukaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan
menyebabkan perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu
harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi ) dan proses kontribusi perawat terhadap
ilmu pengetahuan dan seni merawat

25
3.2. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan
model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik
yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma
dan budaya.

Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi
sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual
maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.
Perawat harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui
penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.

Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar tetap mampu
mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan
promotif perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.

Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon adaptifnya akibat adanya
perubahan lingkungan baik internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami
kecacatan akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien untuk
menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara adaptif terhadap perubahan yang
terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk
diterima. Jika perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan
melaksanakan fungsi perannya secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/31825321/Makalah_Roy_Adaptation_Model

https://www.academia.edu/7482426/Isi_APLIKASI_MODEL_KONSEPTUAL_ADAPTASI_CALLISTA_ROY
_2

25
25

Anda mungkin juga menyukai