Disusun Oleh :
1. Khafidhotul Fadlia (P27220018141)
2. Kireina Aristya Ikhtiarini (P27220018142)
3. Lilis Anggraini (P27220018144)
4. Lilis Devy Anggraini (P27220018145)
5. Lorenza Asmara Devi (P27220018146)
6. Lu’lu’ Azhari (P27220018147)
7. Mayka Abdilla (P27220018149)
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Keperawatan...................................................................3
B. Riwayat Teori Dan Model Keperawatan Adaptasi Roy.............................4
C. Konsep Dasar dan Model Keperawatan.....................................................5
D. Paradigma Keperawatan.............................................................................7
E. Teori Model Adaptasi Roy.........................................................................10
F. Kelebihan dan Kekurangan.........................................................................15
G. Pengkajian Keperawatan ...........................................................................16
H. Contoh Pelaksanaan (kasus) ......................................................................21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap
profesi yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan
dalam hal finansial. Oleh karena itu keperawatan harus berusaha keras untuk
menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia keperawatan bahwa keperawatan
3
juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila
perawatperawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi keperawatan
hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
menunjukkan profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pelayanan keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun
masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Teori keperawatan ?
2. Bagaimanakah Riwayat Teori Dan Model keperawatan Adaptasi Roy?
3. Baimanakah Konsep Dasar Dan Model keperawatan Adaptasi Roy?
4. Bagaimanakah Paradigma Model keperawatan Adaptasi Roy?
5. Bagaimanakah Paradigma Model keperawatan Adaptasi Roy?
6. Apasajakah Kelebihan Dan Kekurangan Teori Dan Model keperawatan
Adaptasi Roy?
4
7. Contoh Pelaksanaan (Kasus) Menggunakan Teori Adaptasi Roy?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori keperawatan
2. Untuk mengetahui Riwayat Teori Dan Model keperawatan Adaptasi
Roy
3. Untuk mengetahui Konsep Dasar Dan Model keperawatan Adaptasi
Roy
4. Untuk mengetahui Paradigma Model keperawatan Adaptasi Roy
5. Untuk mengetahui Paradigma Model keperawatan Adaptasi Roy
6. Untuk mengetahui Kelebihan Dan Kekurangan Teori Dan Model
keperawatan Adaptasi Roy
7. Untuk mengetahui Pelaksanaan (Kasus) Menggunakan Teori Adaptasi
Roy
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang
abstak dan dapat di organisir menjadi simbol-simbol yang nyata,
sedangkan konsep keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu
5
kerangka konseptual atau model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan
sekelompok konsep yang membentuk sebuah pola nyata atau suatu
pernyataan yang menjelaskan suatu proses, peristiwa atau kejadian yang
du dasari oleh fakta-fakta yang telah di obserfasi tapi kurang absolute atau
bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-
usaha untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai
keperawatan. Melalui teori keperawatan dapat di bedakan apakah
keperawatan termasuk disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti
aplikasi dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat
untuk menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai
seorang perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam
menentukan model praktek keperawatan, mengingat dalam model
keperawatan mengandung komponen dasar seperti adanya keyakinan dan
nilai yang di dasari sebuah model, adanya tujuan praktek yang ingin di
capai dalam memberikan pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta
adanya pengetahuan dan keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh
perawat dalam mengembangkan tujuannya.
6
Roy memulai pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada
tahun 1964 ketika dia lulus dari University of California Los Angeles.
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk
mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan
keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan
kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis.
Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya
derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan
residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-
konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam
keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia
dapat meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari
ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend
(1961), Lazarus (1966), Mechanic (1970) dan Selye (1978). Setelah
beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka
kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun
1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar
kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College.
Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa- mahasiswa
terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model.
Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk
klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
7
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian
pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari
model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi
oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu
dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy
lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
8
c) aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan umum.
d) nilai dan arti kehidupan.
9
k. fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar
dan bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan
m. penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam
hubungannya di dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain
sebagai support sistem.
D. Paradigma Keperawatan
1. Manusia
a. Sistem adaptasi dengan proses koping
b. Menggambarkan secara keseluruhan bagian – bagian
c. Terdiri dari individu atau dalam kelompok (keluarga,
organisasi, masyarakat, bangsa dan masyarakat secara
keseluruhan)
d. Sistem adaptasi dengan cognator dan regulator, subsistem
bertindak untuk memelihara adaptasi dalam 4 model adaptasi :
10
fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling
ketergantungan.
2. Lingkungan
a. Semua kondisi, keadaan dan pengaruh lingkungan sekitar,
pengaruh perkembangan dan tingkah laku individu dalam
kelompok dengan beberapa pertimbangan saling
menguntungkan individu dan sumber daya alam.
b. Tiga jenis stimulasi : fokal stimulasi, kontekstual stimulasi, dan
residual stimulasi.
c. Stimulasi bermakna dalam adaptasi semua manusia termasuk
perkembangan keluarga dan budaya.
3. Sehat-Sakit
a. Kesehatan merupakan pernyataan dan proses keutuhan dan
keseluruhan refleks individu dan lingkungan yang saling
menguntungkan.
b. Adaptasi : proses dan hasil dimana dengan berfikir dan
merasakan seperti individu dan kelompok, menggunakan
kesadaran dengan memilih untuk membuat kesatuan individu
dan lingkungan.
c. Respon adaptif : respon yang meningkatkan integritas dalam
masa antara tujuan dan sistem individu, yang bertahan, tumbuh,
reproduksi, penguasaan, personal dan perubahan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
d. Inefektif respon : respon tidak berkontribusi untuk keutuhan
pencapaian tujuan
e. Tujuan adaptasi menunjukkan kondisi proses kehidupan yang
menggambarkan tiga perbedaan level yaitu : integrasi,
kompensasi dan kompromi.
11
4. Keperawatan
a. Keperawatan adalah ilmu dan praktek yang memperluas
kemampuan adaptasi dan mempertinggi perubahan individu
dan lingkungan.
b. Tujuan adalah meningkatkan adaptasi untuk individu dan
kelompok dalam empat adaptasi model yang berkontribusi
untuk kesehatan, kualitas hidup dan kematian dengan
bermartabat.
c. Ini adalah pekerjaan pengkajian tingkah laku dan faktor-
faktor yang mempengaruhi adaptasi dan intervensi untuk
mempertinggi kemampuan dan memperluas interaksi
lingkungan.
12
a. Stimulus fokal yaitu stimulus yang langsung berhadapan dengan
seseorang, efeknya segera, misalnya infeksi .
b. Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami
seseorang baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diobservasi, diukur dan secara subyektif
dilaporkan. Rangsangan ini muncul secara bersamaan dimana
dapat menimbulkan respon negatif pada stimulus fokal seperti
anemia, isolasi sosial.
c. Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan
dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi
kepercayan, sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman
yang lalu, hal ini memberi proses belajar untuk toleransi. Misalnya
pengalaman nyeri pada pinggang ada yang toleransi tetapi ada yang
tidak. Level adaptasi dapat menjadi data masukan yang akan
mempengaruhi respon adaptasi seseorang. Menurut Roy level
adaptasi seseorang dibagi menjadi 3,yaitu : integrated ,
compensatory, compromised.
2. Proses
Mekanisme kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme
koping yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator
dan kognator yang merupakan subsistem.
a. Subsistem regulator. Input stimulus berupa internal atau eksternal.
Transmiter regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin.
Refleks otonom adalah respon neural dan brain sistem dan spinal
cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari regulator sistem.
Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
b. Subsistem kognator. Stimulus untuk subsistem kognator dapat
eksternal maupun internal. Perilaku output dari regulator subsistem
dapat menjadi stimulus umpan balik untuk kognator subsistem.
Kognator kontrol proses berhubungan dengan fungsi otak dalam
13
memproses informasi, penilaian dan emosi. Persepsi atau proses
informasi berhubungan dengan proses internal dalam memilih
atensi, mencatat dan mengingat. Belajar berkorelasi dengan proses
imitasi, reinforcement (penguatan) dan insight (pengertian yang
mendalam). Penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan
adalah proses internal yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk mencari
keringanan, mempergunakan penilaian dan kasih sayang. Dalam
memelihara integritas, kognator dan regulator saling bekerjasama
dan menguatkan. Selanjutnya Roy mengembangkan proses internal
seseorang sebagai sistem adaptasi dengan menetapkan sistem
efektor, yaitu 4 mode adaptasi meliputi fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan interdependensi.
a) Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar
fisiologis yang harus dipenuhi untuk mempertahankan
integritas, yang dibagi menjadi dua bagian, mode fungsi
fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan dan fungsi
fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri dari 4 bagian
yaitu :
1) Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan
prosesnya, yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
2) Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan
untuk mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan
dan mengganti jaringan yang injuri.
3) Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari
instestinal dan ginjal.
4) Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas
fisik dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan
14
fungsi fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan
semua komponen-komponen tubuh.
5) Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh
termasuk proses imunitas dan struktur integumen (kulit,
rambut dan kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi
proteksi dari infeksi, trauma dan perubahan suhu.
6) The sense/perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,
rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam
pengkajian perasaan.
7) Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit
di dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam
seluler, ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif
fungsi sistem fisiologis dapat menyebabkan
ketidakseimbangan elektrolit.
8) Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan
neurologis merupakan bagian integral dari regulator koping
mekanisme seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk
mengendalikan dan mengkoordinasi pergerakan tubuh,
kesadaran dan proses emosi kognitif yang baik untuk
mengatur aktivitas organ-organ tubuh
9) Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran
horman sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan
dan mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin
mempunyai peran yang signifikan dalam respon stress dan
merupakan dari regulator koping mekanisme.
b) Mode Konsep Diri Mode
konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan penekanan
spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi
15
perasaan. Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen
yaitu the physical self dan the personal self.
1) The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang
dirinya berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan
gambaran tubuhnya. Kesulitan pada area ini sering terlihat
pada saat merasa kehilangan, seperti setelah operasi,
amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
2) The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri,
ideal diri, moral- etik dan spiritual diri orang tersebut.
Perasaan cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan
hal yang berat dalam area ini.
c) Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola–pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang
dicerminkan dalam peran primer, sekunder dan tersier.
Fokusnya pada bagaimana seseorang dapat memerankan
dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya
d) Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling
memberi dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan
saling menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
untuk dirinya. Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan
untuk afiliasi dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh
kemampuan berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi
dirinya. Interdependensi dapat dilihat dari keseimbangan antara
dua nilai ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
3. Output
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atau secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam
16
maupun dari luar. Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem.
Roy mengkategorikan output sistem sebagai respon yang adaptif atau
respon yang tidak efektif/maladaptif. Respon yang adaptif dapat
meningkatkan integritas seseorang yang secara keseluruhan dapat
terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan tujuan yang
berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku yang tidak
mendukung tujuan ini. Tingkat adaptasi seseorang sebagai sistem
adaptasi dipengaruhi oleh perkembangan individu itu sendiri, dan
penggunaan mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping yang
maksimal mengembangkan tingkat adaptasi seseorang dan
meningkatkan rentang stimulus agar dapat berespon secara positif.
17
jangka panjang dalam mencegah terjadinya penyakit tersebut
berulang.
b. Teori adaptasi Roy efektif untuk diterapkan pada klien dengan
gangguan sistem perkemihan khususnya pada kasus klien gagal
ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. Hal ini dikarenakan
klien mengalami berbagai perubahan secara biologis, psikologis,
social, dan spiritual yang membutuhkan adaptasi.
c. Penerapan teori adaptasi menurut Roy sangat tepat pada pasien
dengan gangguan persyarafan karena merupakan salah satu teori
yang dinamis dan berfokus pada kemampuan adaptasi pasien
dan termasuk teori yang mudah diaplikasikan, dalam penerapan
asuhan Keperawatan. Roy menegaskan bahwa individu adalah
makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan utuh yang
memiliki mekanisme koping terhadap perubahan lingkungan
untuk mencapai kondisi adaptif. Teori adaptasi Roy memberikan
gambaran filosofi yang relevan dengan kesehatan dan kualitas
hidup dimana dapat mengintegrasikan antara individu dan
lingkungan.
2. Kelemahan
a. Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada
proses adaptasi pasien dan bagaimana pemecahan masalah
pasien dengan menggunakan proses keperawatan dan tidak
menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat
(caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi stressor bagi
pasiennya.
18
G. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian perilaku
Ini merupakan tahap proses keperawatan yang bertujuan
mengumpulkan data dan memutuskan klien adaptif atau maladaptif.
Termasuk dalam model ini adalah kebutuhan dasar manusia apakah
dapat dipengaruhi oleh kekurangan atau kelebihan, misalnya terlalu
sedikit oksigen , terlalu tinggi gula darah atau terlalu banyak
ketergantungan. Perawat menggunakan wawancara, observasi dan
pengukuran untuk mengkaji perilaku klien sekarang pada setiap
mode. Berdasarkan pengkajian ini perawat menganalisis apakah
perilaku ini adaptif, maladaptif atau potensial maladaptif. (Susianti,
2017)
2. Pengkajian faktor – faktor yang berpengaruh
Menurut Susianti (2017) Pada tahap ini termasuk
pengkajian stimuli yang signifikan terhadap perubahan perilaku
seseorang yaitu stimuli focal, kontekstual dan residual.
a. Identifikasi stimuli focal
Stimuli focal merupakan perubahan perilaku yang dapat
diobservasi. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan
menggunakan pengkajian perilaku yaitu: keterampilan
melakukan observasi, melakukan pengukuran dan interview.
b. Identifikasi stimuli kontekstual
Stimuli kontekstual ini berkontribusi terhadap penyebab
terjadinya perilaku atau presipitasi oleh stimulus focal. Sebagai
contoh anak yang di rawat dirumah sakit mempunyai peran
perilaku yang inefektif yaitu tidak belajar. Focal stimulus yang
dapat diidentifikasi adalah adanya fakta bahwa anak
kehilangan skedul sekolah. Stimulus kontekstual yang dapat
diidentifikasi adalah secara internal faktor anak menderita sakit
dan faktor eksternalnya adalah anak terisolasi. Stimulasi
kontekstual dapat diidentifikasi oleh perawat melalui
19
observasi, pengukuran, interview dan validasi. Menurut Roy
1989 dalam susianti 2017, faktor kontekstual yang
mempengaruhi mode adaptif adalah genetic, sex, tahap
perkembangan, obat, alkohol, tembakau, konsep diri, peran
fungsi, interdependensi, pola interaksi sosial, koping
mekanisme, stress emosi dan fisik religi, dan lingkungan fisik.
c. Identifikasi stimuli residual
Pada tahap ini yang mempengaruhi adalah pengalaman masa
lalu. Roy 1989 dalam Susianti 2017, menjelaskan bahwa
beberapa faktor dari pengalaman lalu relevan dalam
menjelaskan bagaimana keadaan saat ini. Sikap, budaya,
karakter adalah faktor residual yang sulit diukur dan
memberikan efek pada situasi sekarang.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan menurut teori adaptasi Roy dalam
Susianti (2017) didefinisikan sebagai suatu hasil dari proses
pengambilan keputusan berhubungan dengan kurang mampunya
adaptasi. Diagnosa keperawatan dirumuskan dengan
mengobservasi tingkah laku klien terhadap pengaruh lingkungan.
Menurut Roy (1991) ada 3 metode dalam membuat diagnosa
keperawatan : Menggunakan 4 (empat) model adaptif, yaitu
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependen
1) Physiological model
a. Oksigenasi: Hipoksia/shock, Kerusakan ventilasi,
Ketidakadequat pertukaran gas, Perubahan perfusi jaringan,
Ketidakmampuan dlm proses kompensasi pada perubahan dan
kebutuhan oksigen
b. Nutrisi: Nutrisi kurang / lebih dari kebutuhan tubuh,
Anoreksia, Nausea/Vomiting, Ketidak efektifan strategi koping
thd penurunan dan ingestik.
20
c. Eliminasi: Diare, Inkontinensia, Konstipasi, Retensi urine dan
Ketidakefektifan strategi koping terhadap penurunan fungsi
eliminasi.
d. Aktifitas dan istirahat: Ketidak adequate aktifitas & istirahat,
Keterbatasan mobilitas & Koordinasi, Intoleransi aktifitas,
Immobilisasi, Sleep deprivation, Resiko gangguan pola tidur
dan Kelelahan (Fatigue)
e. Proteksi
f. Sense
g. Cairan dan elektrolit
h. Fungsi neurologi
i. Fungsi endokrin
2) Self consep Mode
a. Physical Self : Gangguan body image, Disfungsi seksual,
Kehilangan dan Rape Trauma syndrome
b. Personal self: Ansietas, Ketidakberdayaan, Perasaan bersalah,
Harga diri rendah
3) Role Function Mode
a. Transisi Peran
b. Konflik Peran
c. Gangguan / Kehilangan Peran
I. Mengobservasi respon klien yang paling menonjol pada satu
mode adaptif, misalnya ; mode fisisiologis sub kebutuhan
cairan. Contoh kasus untuk diare intake : 1200 ml, out put :
3500 ml, keluhan haus (+), turgor tidak elastis, kelopak mata
tampak cekung. Dari respon pasien tersebut dapat disimpulkan
bahwa diagosa keperawatan pasien menurut Roy adalah defisit
volume cairan.
II. Menyimpulkan respon klien dari satu atau lebih dari mode
adaptif yang terkait dengan stimulus yang sama. Misalnya
mode yang terganggu adalah mode fisiologis, konsep diri dan
21
interdependensi. Contoh kasus ; klien mengeluh tidak mau
makan, makan hanya habis ¼ porsi, BB turun 2 Kg dari
normal. Dari data tersebut klien mengalami gangguan
kebutuhan nutrisi : nutrisi kurang dari kebutuhan (mode
fisiologis). Karena klien kekurangan nutrisi mengakibatkan
posturnya tampak kurus, hal ini membuat klien mengalami
gangguan Body Image (Mode Konsep diri), kondisi ini juga
mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi kebutuhannya
sehari-hari (Mode Interdependensi)
4. Intervensi
Intervensi keperawatan dilakukan dengan tujuan ,
mengubah atau memanipulasi stimulus fokal, kontekstual dan
residual, juga difokuskan pada koping individu atau zona adaptasi,
sehingga seluruh rangsang sesuai dengan kemampuan individu
untuk beradaptasi. Tindakan keperawatan berusaha membantu
stimulus menuju perilaku adaptif. Hal ini menekankan kembali
pentingnya mengidentifikasi penyebab selama pengkajian tahap II.
Tujuan jangka panjang harus dapat menggambarkan penyelesaian
masalah adaptif dan ketersediaan energi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut (mempertahankan, pertumbuhan, reproduksi).
Tujuan jangka pendek mengidentifikasi harapan perilaku klien
setelah manipulasi stimulus fokal, kontekstual dan residual.
5. Implementasi
Pada pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien seluruh
rencana tindakan dapat diaplikasikan dengan baik dan tidak ada
masalah. Adapun faktor yang mendukung implementasi ini adalah:
adanya keinginan pasien untuk sembuh sehingga pasien menerima
saran dan anjuran perawat, adanya keinginan pasien dan untuk
mengetahui penanganan penyakitnya. Implementasi keperawatan
22
direncanakan dengan tujuan merubah atau memanipulasi fokal,
kontekstual, dam residual stimuli dan juga memperluas
kemampuan koping seseorang pada zona adaptasi sehingga total
stimuli berkurang dan kemampuan adaptasi meningkat menurut
Asmadi, 2008 dalam Susianti, 2017 menggambarkan keperawatan
sebagai disiplin ilmu dan praktek.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap
intervensi keperawatan sehubungan dengan tingkah laku pasien.
Menurut Roy penilaian terakhir dari proses keperawatan
berdasarkan tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi pada individu (Asmadi, 2008).
a. Pengkajian
23
darah: 140/90 mmHg, konjunctiva anemis, klien sering merasa pusing,
terdapat pengeluaran darah pervaginam, bentuk abdomen asimetris,
terdapat benjolan di abdomen dekstra, klien mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah, nyeri dirasakan klien seperti melilit – lilit, panas pada
bokong selama ±4jam secara terus menerus dengan skala ±10 (sakit
sekali), klien mengatasinya dengan mengelus – elus bokongnya.
b. Diagnose Keperawatan
Masalah – masalah keperawatan yang muncul pada klien Ny. S
pada saat melakukan asuhan keperawatan antara lain: gangguan rasa
nyaman nyeri berhubungan dengan adanya masa di perut bawah, gangguan
volume cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya
perdarahan, gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake tidak adekuat.
Roy mendefenisikan untuk menyusun diagnosa keperawatan,
menggunakan tipologi diagnosa yang dikembangkan oleh roy dan
berhubungan dengan 4 mode adaptif. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap
4 cara menyesuaikan diri yaitu: fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran
dan interpendensi. Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan
berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian
yang bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus vokal berada
didalam suatu area tingkatan adaptasi manusia, dan ketika stimulus vokal
tersebut tidak ada dalam area, manusia dapat membuat suatu penyesuaian
diri atau respon efektif.
c. Intervensi
Intervensi dilakukan menggunakan prinsip Roy dan menggabungkan
dengan Nursing Intervention Clacification (NIC) dan Nursing Outcome
Clacification (NOC).
24
d. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi
e. Evaluasi
Proses keperawatan mengukur respon Ny. S terhadap tindakan
keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi
memuat rencana tindak lanjut atau rencana keperawatan selanjutnya pabila
Ny.S belum mencapai tujuan atau kriteria hasil.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan,
timbal balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan
dalam teori out come ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep
artikulasi yang baik dari seseorang sebagai pasien dan perawat dalam
mekanisme luar yang beraturan “ roy dalam mengaplikasikan
konsep-konsepnya yang berasal dari system dan disesuaikan kepada
pasien yang telah mempersembahkan artikulasinya untuk perawat
dalam menggunakan peralatan untuk praktik, pendidikan, dan
penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy menjelaskan
bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik.
Roy memandang person secara menyeluruh atau holistik yang
merupakan suatu kesatuan yang hidup secara konstan dan
25
berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan lingkungan
terjadi pertukaran informasi bahan dan energi. Interaksi yang konstan
antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik
internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi )
dan proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni
merawat
B. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan
mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah
berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik
yang sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak
bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon
adaptif pasien pada situasi sehat atau sakit . Perawat dapat
mengambil tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual
maupun residual stimuli dengan melakukan analisa sehingga stimuli
berada pada daerah adaptasi. Perawat harus mampu bertindak untuk
mempersiapkan pasien mengantisipasi perubahan melalui penguatan
regulator, cognator dan mekanisme koping yang lain.
Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien
agar tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga
integritasnya akan tetap terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif
perawat dapat mengajarkan bagaimana meningkatkan respon adaptif.
Pada situasi sakit, pasien diajarkan meningkatkan respon
adaptifnya akibat adanya perubahan lingkungan baik internal
26
maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan
akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan
pasien untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu
berespon secara adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam
dirinya. Kehilangan salah satu anggota badan bukanlah keadaan yang
mudah untuk diterima.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara. TINJAUAN TEORI “MODEL ADPTASI ROY”. Diakses pada 5
Februari 2021
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28493/Chapter
%20II.pdf?sequence=3&isAllowed=y
27
Roy S.C-Andrews H.A. The Roy Adaptation Model: The Definitive Statement,
California: Appleton & Large. 1991.
Susianti, Ita. 2017. Aplikasi Teori Model Calista Roy dalam Pemberian Asuhan
Keperawatan Pada Ny. S dengan Kista Ovarium di Sukamaju Kota
Bengkulu. Jurnal JNPH, 2(5), hal. 42-49. Diakses pada:
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/575
Susianti, Ita. 2017. Aplikasi Teori Model Calista Roy dalam Pemberian
Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Kista Ovarium di Sukamaju
Kota Bengkulu. Jurnal JNPH, 2(5), hal. 42-49. Diakses pada:
https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/575
28