Anda di halaman 1dari 16

Satuan Acara Bermain

Terapi Bermain Menyusun Puzzle

Disusun Guna Melengkapi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga
Dosen pengampu : Ros Endah Happy Patriyani,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :
1. Kireina Aristya Ikhtiarini (P27220018142)
2. Lilis Anggraini (P27220018144)
3. Lilis Devy Anggraini (P27220018145)
4. Lorenza Asmara Devi (P27220018146)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM SARJANA TERAPAN
POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2021
SAB (Satuan Acara Bermain)
TERAPI BERMAIN MENYUSUN PUZZLE

Pokok Bahasan : Terapi Bermain


Sub Pokok Bahasan : Menyusun Puzzle
Hari/tanggal : 26 Februari 2021
Waktu : 20 menit
Tempat : Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu
Sasaran : Anak usia 3-6 tahun
Pelaksana : Kireina, Lilis Anggraini, Lilis Devy, Lorenza

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan terapi bermain selama 20 menit, anak
diharapkan bisa merasa tenang selama perawatan di Puskesmas dan tidak
takut lagi terhadap perawat sehingga anak bisa merasa nyaman selama
menjalani perawatan
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan Terapi Bermain puzzle selama 20 menit
diharapkan tingkat kecemasan anak usia 3-6 tahun dapat berkurang dengan
tanda-tannda:
1. Bisa merasa tenang selama dirawat
2. Anak bisa merasa senang dan tidak takut lagi dengan petugas
kesehatan (dokter dan perawat)
3. Anak menjadi kooperatif pada perawat dan tindakan keperawatan
4. Dapat mengekspresikan keinginan, keinginan, perasaan, dan fantasi
anak terhadap suatu permainan
5. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit
6. Menurukan tingkat kecemasan pada anak
B. Sarana dan Media
1. Sarana:
Tempat tidur pasien
2. Media:
Puzzle 4 kotak

C. Kegiatan
1. Setting tempat (gambar /
denah ruangan)

Keterangan :

: Observer

: Fasilitator

: Anak (Pasien)

: pemimpin permainan

2. Rencana Pelaksanaan :
No Terapis Waktu Subjek terapi
1 Persiapan 5 menit Ruangan, alat peraga,
a. Menyiapkan anak dan keluarga siap
ruangan
b. Menyiapkan alat-
alat
c. Menyiapkan anak
dan keluarga
2 Proses :
a. Pembukaa 5 menit Menjawab salam,
n Memperkenalkan diri,
1. mengucapkan salam Memperhatikan
2. memperkenalkan diri
3. kontrak waktu
4. menjelaskan tujuan
5. menjalaskan cara bermain 10 menit Anak mulai menyusun
b. Pelaksana puzzle dengan dampingan
an orangtua
1. mengatur posisi klien
2. membagikan puzzle
3. memotivasi klien (anak)
untuk menyusun puzzle
4. memulai menyusun
puzzle dengan didampingi
oleh peneliti dan orangtua
5. memberi semangat pada
anak selama proses 5 menit Menjawab pertanyaan dan
bermain. bersedia diukur tanda-
c. Evaluasi tanda vitalnya
1. menanyakan tentang
perasaan anak setelah
diberi terapi bermain
puzzle
2. menilai ekspresi wajah
3. mengukur tanda-tanda
vital anak
3 Penutup 1 menit Memperhatikan dan
Menyimpulkan, mengucapkan menjawab salam
salam
D. Pembagian tugas kelompok
1. Leader: Kireina
2. Co Leader/penyaji: Lilis A.
3. Fasilitator: Lilis Devy dan Lorenza
E. Evaluasi
1. Anak bisa menyelesaikan menyusun puzzle
2. Merasa senang, tenang terkait hospitalisasi
3. Terjadi perubaahan ekspersi wajah sebelum dan sesudah terapi bermain
dari sedang sampai tidak ada cemas
4. Terjadi penurunan tanda-tanda vital pada klien
Lampiran 1

LEMBAR OBSERVASI
Nama Responden :
Umur :
Jenis Kelamin :
Lampiran 2

MATERI SATUAN ACARA BERMAIN

A. Konsep Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan aspek yang penting dalam kehidupan anak dan
salah satucara yang efektif untuk mengurangi stress. Saat sakit dan
dirawat di rumah sakitmerupakan suatu krisis pada kehidupan anak
dan sering menyebabkan stress yangterbesar, dengan bermain
ketakutan dan kecemasan dapat diminimalkan (Hockenberry dan
Wilson, 2009)

2. Fungsi Bermain di Rumah Sakit


Menurut Journal of Music Therapy bahwa terapi aktivitas
bermain pada anak-anak didesain untuk membantu seorang anak
memverbalisasikan pengalaman dirumah sakit sehingga mereka
dapat mengatasi trauma saat di rumah sakit(Froehlich, 1984).
Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) bermain secara umum
berfungsi untuk menstimulus perkembangan pada diri anak,
diantaranya adalah perkembangan sensori dan motoric,
intelektual, meningkatkan kemampuan sosialisasi, meningkatkan
kreatifitas, membentuk kesadaran diri, sebagai terapi dan
untuk perkembangan moral (Hockenberry dan Wilson, 2009).
Kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit bukan alasan
bahwa anak harus dipisahkan dan aktivitas bermainnya.
Aktivitas bermain merupakan bagian yang terintegrasi dalam
kehidupan anak dan tidak dapat dipisahkan. Menurut Hockenberry
dan Wilson (2009) aktivitas bermain di rumah sakit sangat penting
bagi anak karena bermain mempunyai peranan yang sangat penting
yaitu sebagai upaya untuk:
a. Memfasilitasi penyesuain diri terhadap situasi yang tidak

dikenal

b. Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan

kontrol diri

c. Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang

bagian-bagian tubuh, fungsinya dan penyakit atau kecacatan


tubuhnya

d. Memperbaiki konsep yang salah tentang penggunaan dan

tujuan peralatandan prosedur medis

e. Membantu mengurangi stress akibat perpisahan

f. Memberi hiburan dan relaksasi

g. Membantu anak merasa lebih nyaman di lingkungan yang

aman

h. h. Memberi cara
untuk mengurangi
tekanan dan untuk
mengekspresikan
i.perasaan.
j.i. Untuk berinteraksi
dan mengembangkan
sikap-sikap positif
terhadap orang
k. lain.
l.j. Memberikan cara
untuk
mengekspresikan
ide kreatif dan
minat serta
m. memberi cara
untuk mencapai
tujuan-tujuan
terapeutik.
n. (Hockenberry dan
Wilson, 2009)
h. Memberi cara untuk mengurangi tekanan dan untuk

mengekspresikan perasaan.
i. Untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap positif
terhadap oranglain.
j. Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan
minat serta memberi cara untuk mencapai tujuan-tujuan
terapeutik. (Hockenberry dan Wilson, 2009)

3. Prinsip Bermain di Rumah Sakit


Tujuan utama terapi bermain adalah untuk memfasilitasi emosional
dan fisik anak saat di rumah sakit. Beberapa penelitian membuktikan
kefektifan terapi bermain dalam mengurangi stress fisiologis dan
stress psikologis anak-anak yang mendapatkan perawatan di
rumah sakit. Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) dalam
memberikan aktivitas bermain di rumah sakit ada beberapa prinsip
yang harus diperhatikan olehperawat anak diantaranya adalah
upayakan aktivitas bermain yang diberikan tidak membutuhkan
banyak energy, singkat, dan sederhana. Hal yang paling
penting dipertimbangkan perawat adalah keamanan dan infeksi silang.
Jika aktivitas bermain diselenggarakan dalam bentuk kelompok, maka
upayakan kelompok umur yang samaserta libatkan keluarga dan orang
tua untuk pendampingan anak selama proses bermain (Hockenberry
dan Wilson, 2009).

4. Jenis Permainan Anak Prasekolah


Jenis permainan pada anak usia prasekolah sesuai dengan
karakteristik aktivitas bermain yang imitative, imaginative dan
dramatic. Jenis permaianan yang sesuai adalah permainan pakaian
boneka, mainan rumah tangga, telepon, binatang dan peralatan
peternakan, kereta api, truk, pesawat terbang, boneka tangan, kit
dokter dan perawat,sangat membantu dalam mengekspresikan diri
pada anak (Hockenberry dan Wilson,2009)
B. Permainan Puzzle
Alat permainan edukatif (APE) adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya serta berguna untuk:

1. Pengembangan aspek fisik kegiatan yang dapat menunjang atau

merangsang pertumbuhan fisik anak terdiri dari motoric kasar dan


motoric halus.

2. b. Pengembangan
bahasa dengan melatih
berbicara, menggunkan
kalimat yang
3. benar. Contoh alat
permainan:
buku,bergambar, buku
cerita, majalah, radio,
4. tape, TV.
a. Pengembangan aspek
kognitif yaitu dengan
penjelasan suara, ukuran,
bentuk,
5. warna. Contoh alat
permainan yaitu buku
bergambar, buku cerita,
puzzle,
6. boneka, pensil warna,
radio.
a. Pengembangan aspek
sosial khususnya dalam
hubungan dengan
interaksi ibu
7. dan anak, keluarga,
dan masyarakat. Contoh
alat permainan: alat
permainan
8. yang dapat dipakai
bersama, misalkan kotak
pasir, bola, dan tali.
9. Puzzle sangat baik
diberikan pada anak
terutama pada usia 2-5
tahun. Hal ini untuk
10.melatih kecerdasan
dalam merangkai gambar
juga kecermatan dalam
memungut dan
11.menepatkan puzzle pada
tempatnya. Bermain
puzzle dapat melatih
motorik halus ana Pengembangan bahasa
dengan melatih berbicara, menggunkan kalimat yangbenar. Contoh
alat permainan: buku, bergambar, buku cerita, majalah, radio,
tape, TV.Pengembangan aspek kognitif yaitu dengan penjelasan suara,
ukuran, bentuk,warna. Contoh alat permainan yaitu buku
bergambar, buku cerita, puzzle,boneka, pensil warna, radio.
2. Pengembangan aspek sosial khususnya dalam hubungan dengan interaksi
ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat. Contoh alat permainan: alat
permainan yang dapat dipakai bersama, misalkan kotak pasir, bola, dan
tali.
3. Pengembangan bahasa dengan melatih berbicara, menggunakan
kalimat yang benar. Contoh alat permainan: buku, bergambar,
buku cerita, majalah, radio,tape, TV.
4. Pengembangan aspek kognitif yaitu dengan penjelasan suara, ukuran,
bentuk,warna. Contoh alat permainan yaitu buku bergambar,
buku cerita, puzzle, boneka, pensil warna, radio

Puzzle sangat baik diberikan pada anak terutama pada usia 2-5 tahun. Hal
ini untukmelatih kecerdasan dalam merangkai gambar juga kecermatan
dalam memungut danmenepatkan puzzle pada tempatnya. Bermain puzzle
dapat melatih motorik halus anak

i.h. Memberi cara


untuk mengurangi
tekanan dan untuk
mengekspresikan
j.perasaan.
k. i. Untuk
berinteraksi dan
mengembangkan
sikap-sikap positif
terhadap orang
l.lain.
m. j. Memberikan
cara untuk
mengekspresikan
ide kreatif dan
minat serta
n. memberi cara
untuk mencapai
tujuan-tujuan
terapeutik.
o. (Hockenberry dan
Wilson, 2009)

DAFTAR PUSTAKA

Rahayu, Farida Ayu. 2018. “Penerapan Terapi Bermain Puzzle Terhadap Tingkat
Kecemasan Pada Hospitalisasi Anak Usia Prasekolah Di Bangsal Dahlia
RSUD Wonosari”. https://www.google.com/search?
q=PENERAPAN+TERAPI+BERMAIN+PUZZLE+TERHADAP+TINGK
AT+KECEMASAN+PADA+HOSPITALISASI+ANAK+USIA+PRASEK
OLAH+DI+BANGSAL+DAHLIA+RSUD+WONOSARI&oq=PENERAP
AN+TERAPI+BERMAIN+PUZZLE+TERHADAP+TINGKAT+KECEMA
SAN+PADA+HOSPITALISASI+ANAK+USIA+PRASEKOLAH+DI+BA
NGSAL+DAHLIA+RSUD+WONOSARI&aqs=chrome..69i57.933j0j7&so
urceid=chrome&ie=UTF-8 Diakses pada 26, Februari 2021.
Hockenberry, M.E.,
Wilson,D., Winkelstein,
M.L., Schwartz,P. 2009.
Wong’s Essential of
Pediatric Nursing (8
th
Edition St.Louis: Mosby
Elsevier.
Hockenberry, M.E., Wilson,D., Winkelstein, M.L., Schwartz,P. 2009.
Wong’s Essential ofPediatric Nursing (8th Edition St.Louis: Mosby
Elsevier).http://repository.poltekkeskaltim.ac.id/638/1/Wong%E2%80%99s
%20Essentials%20of%20Pediatric%20Nursing%20by%20Marilyn%20J.
%20Hockenberry%20Cheryl%20C.%20Rodgers%20David%20M.
%20Wilson%20%28z-lib.org%29.pdf Diakses pada 26 Februari 2021.

Anda mungkin juga menyukai