Anda di halaman 1dari 13

Makalah Falsafah Keperawatan

Teori Keperawatan Menurut Calista Roy

Dosen Pengampu : Dr. Rika Sabri, S. Kp, M. Kes, Sp. Kom

Oleh :
Kelompok 6
Andi Pramayoza 2111316033
Bagus Christiawan Jodhy 2111316030
Dora Maria Linda 2111316035
Feranita 2111316029
Siska Yulianti 2111316019

INTAKE DIII KHUSUS KELAS KERJASAMA RSUP DR. M. DJAMIL


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan

karunia-Nya kepada tim penulis dari kelompok 6, dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teori

keperawatan menurut Sister Calista Roy”

Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan, berkat bantuan

dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak maka makalah ini dapat

diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada semua

pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik

materi maupun cara penulisannya. Namun, tim penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik dan oleh karenanya, tim penulis dengan rendah

hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan,saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Padang, 6 November 2021

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………...............................................................................................................1

B. Tujuan Penulisan........................................................................................................................................................1

BAB II KERANGKA TEORI

A. Riwayat Calista Roy......................................................................................................................................3

B. Model dan KonsepCalista Roy......................................................................................................................3

C. Konsep Utama Teori dan Model Keperawatan Calista Roy.........................................................................5

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................................................................................12

B. Saran………………................................................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

HASIL DISKUSI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi yang kurang
eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal finansial. Oleh karena itu
keperawatan harus berusaha keras untuk menunjukkan pada dunia luar, di luar dunia
keperawatan bahwa keperawatan juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan
terasa berat bila perawat-perawat Indonesia tidak menyadari bahwa eksistensi. keperawatan
hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk menunjukkan
profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kesehatan terutama pelayanan
keperawatan baik kepada individu, keluarga maupun masyarakat.
Salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi keperawatan adalah dengan mengembangkan.
Salah satu model pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia. model
keperawatan Roy, dikenal dengan model adaptasi dimana Roy memandang setiap manusia pasti
mempunyai potensi untuk dapat beradaptasi terhadap stimulus baik stimulus internal maupun
eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan usia.Aplikasi proses
keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah banyak diterapkan namun sedikit sekali
perawat yang mengetahui dan memahami bahwa tindakan keperawatan tersebut telah sesuai. Bahkan
perawat melaksanakan asuhan keperawatan tanpa menyadari sebagian tindakan yang telah dilakukan
pada klien adalah penerapan konsep teori Roy.

B.   Tujuan

Tujuan dari makalah untuk memahami konsep model keperawatan menurut Roy dalam
manajemen asuhan keperawatan. Dan mampu menghubungkan model konsep Roy dengan proses
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Riwayat Calista Roy


Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of Carondelet. Roy dilahirkan pada
tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada
tahun 1963 dari Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada tahun 1966
di University of California Los Angeles.
Roy memulai pekerjaan dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia lulus dari
University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy
tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi
mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan
pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helse (1964) seorang ahli
fisiologis  –  psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang
di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal
stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap
manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai
“Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.  H. Maslow untuk menggali keyakinan
dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan. Roy mengkombinasikan teori
adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif.
Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “Humanisme” dalam model konseptualnya
berasal dari konsep A.  H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy
humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli
lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja  pendidikan
keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s
College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa - mahasiswa terbantu untuk
mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah
membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.
B. Konsep dan Teori Keperawatan Sister calista roy.

Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939,
Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan tindakan
sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit. Teori adaptasi Suster
Calista Roy (Roy dan Obloy 1979,roy,1980,1984,1989) memandang klien sebagai suatu sistem
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang
untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan
interdependensi selama sehat dan sakit (mariner Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya
yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis  –  psikologis. Untuk memulai membangun
pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus
sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia
sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “
Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan
nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap
kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan.Sebagai model yang
berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend
(1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini
berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan
dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum
sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf
pengajar dan mahasiswa- mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977
menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi
keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan,, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah
membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit.
Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

C. Konsep adaptasi Roy.

Definisi dan Konsep Mayor yang membangun kerangka konseptual model adaptasi roy adalah:
1. Sistem adalah kesatuan dari beberapa unit yang saling berhubungan dan membentuk satu
kesatuan yang utuh dengan ditandai adanya input, control, proses, output, dan umpan balik.
2. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal, konstektual dan
residual dengan standar individual, sehingga manusia dapat berespon adaptif sendiri.
3. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak adekuat terhadap penurunan atau
peningkatan kebutuhan.
4. Stimulus fokal adalah derajat perubahan atau stimulus yang secara langsung mengharuskan
manusia berespon adaptif. Stimulus fokal adalah presipitasi perubahan tingkah laku.
5. Stimulus konstektual adalah seluruh stimulus lain yang menyertai dan memberikan konstribusi
terhadap perubahan tingkah laku yang disebabkan atau dirangsang oleh stimulus fokal.
6. Stimulus residual adalah seluruh factor yang mungkin memberikan konstribusi terhadap
perubahan tingkah laku, akan tetapi belum dapat di validasi.
7. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon otomatik melalui neural,
cemikal, dan proses endokrin.
8. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui proses yang
kompleks dari persepsi informasi, mengambil, keputusan dan belajar.
9. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu ; Fisiologikal, fungsi pean, interdependensi
dan konsep diri.
10. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan intergritas manusia dalam mencapai
tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan reproduksi.
11. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan bagaimana proses
adaptasi dilakukan untuk pengaturan cairan dan elektrolit, aktivits dan istirahat, eliminasi,
nutrisi, sirkulasi dan pengaturan terhadap suhu, sensasi, dan proses endokrin.
12. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan yang dianut individu dalam satu waktu
berbentuk : persepsi, partisipasi, terhadap reaksi orang lain dan tingkah laku langsung.
Termasuk pandangan terhadap fisiknya (body image dan sensasi diri) Kepribadian yang
menghasilkan konsistensi diri, ideal diri, atau harapan diri, moral dan etika pribadi.
13. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran yang berhubungan dengan tugasnya di
lingkungan social.
14. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain yang penting dan sebagai
support sistem. Di dalam model ini termasuk bagaimana cara memelihara integritas fisik
dengan pemeliharaan dan pengaruh belajar.
Konsep Adaptasi Roy

Model Konseptual Adaptasi Roy 

Pendekatan Roy menegaskan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan
yang memiliki mekanisme koping unu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan

Empat elemen penting yang termasuk dalam model adaptasi keperawatan adalah : (1) manusia; (2)
Lingkungan; (3) kesehatan; (4) keperawatan. Unsur keperawatan terdiri dari dua bagian yaitu tujua
keperawatan dan aktivitas keperawatan, juga termasuk dalam elemen penting pada konsep
adaptasi.

1. Manusia 
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu kesatuan yang mempunyai input, control,
output, dan proses umpan balik. Proses control adalah mekanisme koping yang dimanifestasikan
dengan cara adaptasi. Lebih spesifik manusia di definisikan sabagai sebuah sistem adaptif dengan
aktivitas kognator dan regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara adaptasi yaitu :
fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Dalam model adaptasi
keperawatan, manusia dijelaskan sebagai suatu sistem yang hidup, terbuka, dan adaptif yang dapat
mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan. Sebagai sistem adaptif manusia dapat
digambarkan dalam istilah karakteristik system. Jadi, manusia dilihat sebagai satu kesatuan yang
saling berhubungan antar unit fungsional secara keseluruhan atau beberapa unit fungsional untuk
beberapa tujuan. Sebagai suatu sistem manusia juga dapat digambarkan dengan istilah input,
proses control, dan umpan balik serta output. Roy mengidentifikasi input sebagai stimulus yang
dapat menimbulkan respons. Input pada manusia merupakan suatu sistem adaptasi adalah dengan
menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri. Input atau
stimulus termasuk variable standar yang berlawanan yang umpan baliknya dapat dibandingkan. Ada
tiga komponen pada input, yaitu stimulus fokal, stimulus kontekstual, dan stimulus residual.
Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan individu (stimulus internal),
seperti perubahan fisiologis, perubahan konsep diri, perubahan fungsi peran atau  perubahan
dalam mempertahankan keseimbangan atra kemandirian dan ketergan-tungan. Stimulus kontekstual
adalah semua stimulus yang diterima oleh individu, baik internal (karakteristik diri) maupun
eksternal (lingkungan, keluarga, teman, masyarakat, petugas kesehatan) yang memengaruhi situasi
atau stimulus fokal dan dapat diobservasi, diukur, serta dilaporkan secara subyektif. Stimulus
residual adalah ciri-ciri tambahan dan relevan dengan situasi yang ada, namun sukar untuk
diobservasi. Contohnya adalah keyakinan, sikap, dan sifat individu yang berkembang sesuai
dengan pengalaman yang lalu. Konsep sehat yang dikembangkan oleh Roy adalah bagaimana
individu mampu beradaptasi dan berperilaku adaptif terhadap perubahan yang terjadi guna
memenuhi kebutuhannya, seperti kebutuhan fisiologis, konsep diri yang positif, kebutuhan
untuk menampilakn fungsi peran sosial, dan mempertahankan keseimbangan antara kemandirian
dan ketergantungan. Konsep sakit yang dikembangkan Roy adalah ketika individu tidak mampu
beradapasi dengan perubahan yang dialaminya. Selanjutnya, ia akan menampilkan respons atau
perilaku mal adaptif yang menyebabkan keempat kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi. Proses
control manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme koping yang telah diidentifikasi
yaitu : subsistem regulator dan subsistem kognator. Regulator dan kognator adalah digambarkan
sebagai aksi dalam hubunganya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu : fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme
adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan
perubahan pada sistem saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnya
persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
didalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan.

2. Lingkungan 
Lingkungan digambarkan sebagai dunia di dalam dan di luar manusia. Lingkungan
merupakan masukan (input) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif sama halnya lingkungan
sebagai stimulus eksternal dan internal. Lebih lanjut stimulus itu dikoelompokkan menjadi tiga
jenis stimulus yaitu : fokal, konstektual, dan residual. Lebih luas lagi lingkungan didefinisikan
sebagai segala kondisi, keadaan disekitar dan mempengaruhi keadaan, perkembangan dan
perilaku manusia sebagai individu ata kelompok.

3. Kesehatan 

Menurut Roy, kesehatan didefinisikan sebagai keadaan dan proses menjadi manusia
secara utuh dan terintegrasi secara keseluruhan. Integritas atau keutuhan manusia menyatakan
secara tidak langsung bahwa kkesehatan atau kondisi tidak terganggu mengacu kelengkapan atau
kesatuan dan kemungkinan tertinggi dari pemenuhan potensi manusia. Jadi Integritas adalah
sehat, sebaliknya kondisi yang tidak ada integritas kurang sehat. Definisi kesehatan ini lebih dari
tidak adanya sakit tapi termasuk penekanan pada kondisi sehat sejahtera. Dalam model adaptasi
keperawatan, konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi yang bebas energi
dari koping yang inefektif dan mengizinkan manusia berespon terhadap stimulus yang lain.
Pembebasan energi ini dapat meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan. Hal ini
adalah pembebasan energi yang menghubungkan konsep adaptasi dan kesehatan adalah
komponen pusat dalm model keperawatan. Didalamnya menggambarkan manusia sebagai sistem
adaptif. Adaptasi dipertimbangkan baik proses koping terhadap stressor dan produk akhir dari
koping. Proses adaptasi termasuk fungsi holistic untuk mempengaruhi kesehatan secara positif
dan itu meningkatkan integritas. Proses adaptasi termasuk semua interaksi manusia dan
lingkungan terdiri dari dua proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan pperubahan
dalam lingkungan internal dan eksternal yan gmembutuhkan sebuah respon.
Perubahan – perubahan itu adalah stressor atau stimulus fokal dan ditengahi oleh factor-
faktor konstektual dan residual. Bagian-bagian stressor menghasilkan interaksi yang
biasanya disebut stress. Bagian kedua adalah mekanisme koping yang merangsang untuk
menghasilkan respon adaptif dan inefektif. Produk adaptasi adalah hasil dari proses adaptasi dan
digambarkan dalam istilah kondisi yang meningkatkan tujuan-tujuan manusia yang meliputi :
kelangsungan hidup, pertumbuhan, reproduksi dan penguasaan yang disebut integritas. Kondisi
akhir ini adalah kondisi keseimbangan dinamik equilibrium yang meliputi peningkatan dan
penurunan respon-respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh adaptasi, sehingga
dinamik equilibrium manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi. Jarak yang besar dari
stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai sistem adaptif. Jadi peningkatan
adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yang lebih tinggi pada keadaan sejahtera atau sehat.
Adaptasi kemudian disebut sebagai suatu fungsi dari stimuli yang masuk dan tingkatan adaptasi.

4. Keperawatan 

Roy (1983) menggambarkan keperawatan sebagai disiplin ilmu dan praktek. Sebagai ilmu,
keperawatan mengobservasi, mengklasifikasikan dan menghubungkan proses yang secara
positif berpengaruh pada status kesehatan. Sebagai disiplin, praktek, keperawatan menggunakan
pendekatan pengetahuan untukmenyediakan pelayanan pada orang-orang. Lebih spesifik dia
mendefinisikan keperawatan sebagai ilmu da praktek dari peningkatan adaptasi untuk
meningkatkan kesehatan sebagai tujuan untuk mempengaruhi kesehatan secara positif.
Keperawatan meningkatkan adaptasi individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan dengan
kesehatan, Jadi model adaptasi keperawatan menggambarkan lebih spesifik perkembangan
ilmu keperawatan dan praktek keperawatan yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam
model tersebut, keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan.
Keperawatan adalah berhubungan dengan manusia sebagai satu kesatuan yang berinteraksi
dengan perubahan lingkungan dan tanggapan terhadap stimulus internal dan eksternal yang
mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa atau koping mekanisme yang lemah
membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif, manusia memerlukan
seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasikan umtuk memberi arti bahwa
aktivitas keperawatan tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui,
pendekatan holistic keperawatan dilihat sebagai proses untuk mempertahankan keadaan baik dan
tingkat fungsi yang lebih tinggi. Keperawatan terdiri dari dua yaitu : tujuan keperawatan dan
aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah mempertinggi interaksi manusia dengan
lingkungan. Jadi peningkatan adaptasi dalam tiap empat cara adaptasi yaitu : (1) fungsi
fisiologis; (2) konsep diri; (3) fungsi peran dan (4) interdependensi. Dorongan terhadap
peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan
kematian dengan damai. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada dalam suatu
area dengan tingkatan adaptasi manusia. Ketika stimulus fokal tersebut berada pada area
tersebut dimana manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi
membebaskan energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memnugkinkan individu untuk
merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut dapat mencapai peningkatan  penyembuhan
dan kesehatan. Jadi peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini. Tujuan dari
adaptasi adalah membantu perkembangan aktivitas keperawatan yang digunakan pada proses
keperawatan meliputi : pengkajian, diagnosa keperawatan , tujuan, intervensi dan evaluas. tujuan,
intervensi dan evaluas. Adaptasi model keperawatan menetapkan “data apa yang dikumpulkan,
bagaimana mengidentifikasi masalah dan tujuan utama. Pendekatan apa yang dipakai dan
bagaiman mengevaluasi efektifitas proses keperawatan”. 
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Roy menyampaikan bahwa secara umum tujuan pada intervensi keperawatan adalah untuk
mempertahankan dan mempertinggi perilaku adaptif dan mengubah perilaku inefektif menjadi
adaptif. Penentuan tujuan dibagi atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
 pendek. Tujuan jangka panjang yang akan dicapai meliputi : Hidup, tumbuh, reproduksi
dankekeuasaan. Tujuan jangka pendek meliputi tercapainya tingkah laku yang diharapkan setelah
dilakukan manipulasi terhadap stimulus focal, konteksual dan residual.

B. SARAN

Secara umum, mahasiswa diharapkan mampu menelaah dan mempelajari setiap konsep dan
model keperawatan yang sudah berkembang dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang
sesuai dengan ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan budaya.
Secara khusus, mahasiswa harus mampu untuk meningkatkan respon adaptif pada pasie, dapat mengambil
tindakan untuk memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan anali
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Azis. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto

Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC

Hidayat, AA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Kozier, B., Erb, G., Berman,

A., & Snyder, S., J. 2010. Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Nursalam. 2010. Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperwatan Profesional. Jakarta : EGC

Patricia A. Potter. 2013. fundamental of nursing. Jakarta : EGC

Potter, P, A,. Perry, A., G. 2010. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta:EGC

https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/2274

https://jurnal.untan.ac.id/index.php/KNJ/article/view/35014/75676582616
HASIL DISKUSI :
PERTANYAAN DARI YUNILA SARI :
“ Ada tingkatan adaptif pada manusia, yakni Focal stimulus, Kontekstual stimulus dan Residual stimulus.
Tolong di jelaskan kembali 3 tingkatan adaptasi tersebut beserta contohnya.”

Hasil jawaban dari Kelompok 6 ( Andi Pramayoza) :

Calista Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan informasi, bahan- bahan atau
energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus
fokal, kontekstual dan stimulus residual.
a. Stimulus Fokal
Merupakan stimulus yang langsung berhadapan dengan sesorang, yang efeknya segera dan mempunyai
pengaruh kuat terhadap seorang individu.
Contohnya : Kuman penyebab terjadinya Infeksi
b. Kontekstual Stimulus
Merupakan stimulus lain yang dialami oleh seseorang, baik stimulus internal maupun eksternal yang dapat
mempengaruhi, kemudian dapat dilakukan observasi dan di ukur secara objektif
Contohnya : Daya tahan tubuh yang menurun, lingkungan yang dapat tidak sehat
c. Residual stimulus
Yakni stimulus lain yang merupakan ciri tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses
penyesuaian denganlingkungan yang sukar dilakukan observasi
Contoh : Sikap atau keyakinan dan pemahaman klienterhadap penyakit, persepsi klien tentang penyakit dan
gaya hidup.

Anda mungkin juga menyukai