Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MODEL KONSEPTUAL ADAPTASI ROY

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

Dosen pengampu : Elok Yulidaningsih, ,S.Kep.,Ns.M.Kep

Disusun Oleh :

1. Fenti Trisviana (P17240201001)

2. Ega Salsabilla Arnasya (P17240201004)

3. Indra Kartika Arum (P17240201007)

4. Nisa Nurul Aisyah (P17240203022)

PROGAM STUDI D-III KEPERAWATAN TRENGGALEK


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha


Pengasih karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini berjudul ”Model Konseptual Adaptasi Roy ” yang disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik .
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari ada banyak hambatan
dan kesulitan. Hambatan dan kesulitan itu akhirnya dapat diatasi karena adanya
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada : Elok Yulidaningsih, ,S.Kep.,Ns.M.Kep dosen
mata kuliah Keperawatan Gerontik serta teman-teman yang telah mendukung
dalam proses pembuatan makalah ini. Semoga awal baik yang telah diberikan
kepada penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki keterbatasan. Oleh


karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dari pembaca pada umumnya.

Trenggalek, 26 Juli 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii

BAB I ............................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

A.Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................... 1

C.Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 2

BAB II ............................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ............................................................................................................. 3

A.Biografi Sister Callista Roy ..................................................................................... 3

B.Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy.................................................... 5

1. Mode Fungsi Fisiologi ..................................................................................... 7

2. Mode Konsep Diri ........................................................................................... 8

3. Mode fungsi peran ........................................................................................... 9

4. Mode Interdependensi ...................................................................................... 9

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Sister Callista Roy ............................................ 10

a. Kelebihan ...................................................................................................... 10

b. Kelemahan..................................................................................................... 10

D. Hubungan Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy................................ 11

1. Tugas Perkembangan Lanjut Usia .................................................................. 11

2. Tingkat Stress ................................................................................................ 11

3. Hubungan tugas perkembangan lanjut usia dengan tingkat stress berbasis teori
adaptasi Calista Roy .............................................................................................. 12

ii
BAB III ......................................................................................................................... 14

PENUTUP .................................................................................................................... 14

B. Kesimpulan ....................................................................................................... 14

C. Saran ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Model konseptual mengacu pada ide-ide global mengenai individu,
kelompok situasi atau kejadian tertentu yang berkaitan dengan disiplin yang
spesifik. Model konseptual keperawatan dikembangkan atas pengetahuan
para ahli keperawatan tentang keperawatan yang bertolak dari paradigma
keperawatan. Model konseptual dalam keperawatan dapat memungkinkan
perawat untuk menerapkan cara perawat bekerja dalam batas kewenangan
sebagai seorang perawat. Ada berbagai jenis model konseptual keperawatan
berdasarkan pandangan ahli dalam bidang keperawatan, salah satunya adalah
model Roy. Roy dalam teorinya menjelaskan empat macam elemen esensial
dalam adaptasi keperawatan, yaitu : Manusia, lingkungan , kesehatan dan
keperawatan. Model adaptasi Roy menguraikan bahwa bagaimana individu
mampu meningkatkan kesehatan dengan cara mempertahankan perilaku
secara adaptif karena menurut roy, manusia adalah makhluk holostic yang
memiliki sistem adaptif yang selalu beradaptasi.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Sister Callista Roy?
2. Bagaimana Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy?
3. Bagaimana Kelebihan dan Kelemahan dari Teori ini?
4. Bagaimana Hubungan Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy?

1
C.Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana Biografi Sister Callista Roy
2. Untuk mengetahui bagaimana Teori dan Model Keperawatan Sister
Callista Roy
3. Untuk mengetahui bagaimana Kelebihan dan Kelemahan dari Teori ini
4. Untuk mengetahui hubungan Teori dan Model Keperawatan Sister Callista
Roy

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Biografi Sister Callista Roy

Suster Calista Roy adalah seorang suster dari Saint Joseph of


Carondelet. Roy dilahirkan pada tanggal 14 oktober 1939 di Los Angeles
California. Roy menerima Bachelor of Art Nursing pada tahun 1963 dari
Mount Saint Marys College dan Magister Saint in Pediatric Nursing pada
tahun 1966 di University of California Los Angeles. Roy memulai
pekerjaa dengan teori adaptasi keperawatan pada tahun 1964 ketika dia
lulus dari University of California Los Angeles. Dalam Sebuah seminar
dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan
sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy
dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai
dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari
Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai
membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif
sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi
yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga
jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan
pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-
konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model
konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali
keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam
keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia
dapat meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai model yang berkembang,
Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain dari ahli-ahli lain di area
adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970)
dan Selye (1978). Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi
sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek
keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan

3
diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di
Mount Saint Mary’s College. Sejak saat it lebih dari 1500 staf pengajar
dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring,
dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang
peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun
1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model
adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh
latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy
mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan,
pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu
dalam keselarasan dari tubuh manausia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy
lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan

4
B.Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista
Roy (1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses
adaptasi seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy
adalah :
1. Manusia adalah keseluruhan dari biopsikologi dan sosial yang terus-
menerus berinteraksi dengan lingkungan.
2. Manusia menggunakan mekanisme pertahanan untuk mengatasi
perubahan-perubahan biopsikososial.
3. Setiap orang memahami bagaimana individu mempunyai batas
kemampuan untuk beradaptasi. Pada dasarnya manusia memberikan
respon terhadap semua rangsangan baik positif maupun negatif.
4. Kemampuan adaptasi manusia berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka
ia mempunyai kemampuan untuk menghadapi rangsangan baik positif
maupun negatif.
5. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan manusia.
Dimulai dengan pendekatan teori sistem Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Harry Helson ( 1964 ) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya
derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu :

1. Focal stimuli : Individu segera menghadap


2. Konsektual stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan efek
Dari focal stimuli.
3. Residual stimuli : faktor lingkungan mengakibatkan tercemarnya keadaan.

Empat Elemen utama dari teori Roy adalah :


1. Manusia sebagai penerima asuhan keperawatan

5
2. Konsep lingkungan
3. Konsep sehat dan
4. Keperawatan.
Dimana antara keempat elemen tersebut saling mempengaruhi satu
sama lain karena merupakan suatu sistem.
1. Manusia
Manusia merupakan fokus utama yang perlu diperhatikan karena
manusialah yang menjadi penerima asuhan keperawatan, baik itu
individu, keluarga, kelompok maupun masyarakat, yang dipandang
sebagai “Holistic Adaptif System”. Dimana “Holistic Adaptif System “
ini merupakan perpaduan antara konsep sistem dan konsep adaptasi.
2. Lingkungan
Stimulus yang berasal dari individu dan sekitar individu
merupakan elemen dari lingkungan, menurut Roy. Lingkungan
didefinisikan oleh Roy adalah“Semua kondisi, keadaan dan pengaruh-
pengaruh disekitar individu yang dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku individu dan kelompok”. Dalam hal ini Roy menekankan
agar lingkungan dapat didesign untuk meningkatkan kemampuan
adaptasi individu atau meminimalkan resiko yang akan terjadi pada
individu terhadap adanya perubahan.
3. Sehat
Roy mendefinisikan sehat adalah “A State and a process of being
and becoming an integrated and whole person”. Integritas individu dapat
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mempertahankan diri, tumbuh,
reproduksi dan “mastery”. Asuhan keperawatan berdasarkan model Roy
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan individu dengan cara
meningkatkan respon adaptifnya.
4. Keperawatan
Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa tujuan keperawatan
menurut Roy adalah meningkatkan respon adaptif individu dan
menurunkan respon inefektif individu, dalam kondisi sakit maupun sehat.
Selain meningkatkan kesehatan di semua proses kehidupan, keperawatan

6
juga bertujuan untuk mengantarkan individu meninggal dengan
damai.Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat harus dapat mengatur
stimulus fokal, kontekstual dan residual yang ada pada individu, dengan
lebih menitikberatkan pada stimulus fokal, yang merupakan stimulus
tertinggi.
Dalam teorinya sister Callista Roy memiliki dua model mekanisme
yaitu Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognator dan regulator.
Efektor, mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi, konsep diri,
fungsi peran dan Interpendensi. Regulator digambarkan sebagai aksi dalam
hubungannya terhadap empat efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis,
konsep diri, fungsi peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat
efektor yang telah disebutkan.

1. Mode Fungsi Fisiologi


Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan
fungsinya. Roy mengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis
yang harus dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi
menjadi dua bagian, mode fungsi fisiologis tingkat dasar yang terdiri dari
5 kebutuhan dan fungsi fisiologis dengan proses yang kompleks terdiri
dari 4 bagian yaitu :
a. Oksigenasi : Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas (Vairo,1984 dalam
Roy 1991).
b. Nutrisi : Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan mengganti
jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
c. Eliminasi : Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal dan
ginjal. ( Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
d. Aktivitas dan istirahat : Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik dan
istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi fisiologis
dalam memperbaiki dan memulihkan semua komponen-komponen
tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).

7
e. Proteksi/ perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen ( kulit, rambut dan kuku)
dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari infeksi, trauma
dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam Roy 1991).
f. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan, rasa
dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungan .
Sensasi nyeri penting dipertimbangkan dalam pengkajian perasaan.(
Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
g. Cairan dan elektrolit. : Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler, ekstrasel
dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi sistem fisiologis
dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit. (Parly, 1984,
dalam Roy 1991).
h. Fungsi syaraf / neurologis : Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan dan
mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses emosi
kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ tubuh
(Robertson, 1984 dalam Roy, 1991).
i. Fungsi endokrin : Aksi endokrin adalah pengeluaran horman sesuai
dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan mengkoordinasi
fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai peran yang signifikan
dalam respon stress dan merupakan dari regulator koping mekanisme
( Howard & Valentine dalam Roy,1991)

2. Mode Konsep Diri


Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekanan spesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diri ini berhubungan dengan integritas psikis
antara lain persepsi, aktivitas mental dan ekspresi perasaan. Konsep diri
menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu the physical self dan the
personal self.

8
a. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang dirinya
berhubungan dengan sensasi tubuhnya dan gambaran tubuhnya.
Kesulitan pada area ini sering terlihat pada saat merasa kehilangan,
seperti setelah operasi, amputasi atau hilang kemampuan seksualitas.
b. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal diri,
moral- etik dan spiritual diri orang tersebut. Perasaan cemas,
hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang berat dalam area
ini.

3. Mode fungsi peran


Mode fungsi peran mengenal pola – pola interaksi sosial
seseorang dalam hubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan
dalam peran primer, sekunder dan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai kedudukannya.

4. Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling memberi
dan menerima cinta/ kasih sayang, perhatian dan saling menghargai.
Interdependensi yaitu keseimbangan antara ketergantungan dan
kemandirian dalam menerima sesuatu untuk dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk afiliasi
dengan orang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh kemampuan
berinisiatif untuk melakukan tindakan bagi dirinya. Interdependensi
dapat dilihat dari keseimbangan antara dua nilai ekstrim, yaitu memberi
dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah respon
inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan atau
meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif atau
maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan balik
respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada manusia
sebagai suatu sisem.Subsistem regulator dan kognator adalah mekanisme
adaptasi atau koping dengan perubahan lingkungan, dan diperlihatkan

9
melalui perubahan biologis, psikologis, dan social. Subsistem regulator
adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem
saraf, kimia tubuh dan organ endokrin serta subsistem kognator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi,
termasuk didalamnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, dan
membuat alasan dan emosional, yang termasuk didalamnya
mempertahankan untuk mencari bantuan.

C. Kelebihan dan Kekurangan Teori Sister Callista Roy

a. Kelebihan
Kelebihan dari teori dan model konseptualnya adalah terletak
pada teori praktek. Dengan model adaptasi yang dikemukakan oleh Roy
perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien terhadap stimulus yaitu
mode fungsi fisiologis, konsep diri, mode fungsi peran dan mode
interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkaji stressor yang
dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual,
sehingga diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan
akurat.
Dengan penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami
individu, tentang hal-hal yang menyebabkan stress pada individu, proses
mekanisme koping dan effektor sebagai upaya individu untuk mengatasi
stress.

b. Kelemahan
Kelemahan dari model adaptasi Roy ini adalah terletak pada
sasarannya. Model adaptasi Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi
pasien dan bagaimana pemecahan masalah pasien dengan menggunakan
proses keperawatan dan tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku
cara merawat (caring) pada pasien. Sehingga seorang perawat yang tidak
mempunyai perilaku caring ini akan menjadi sterssor bagi para pasiennya

10
D. Hubungan Teori dan Model Keperawatan Sister Callista Roy

1. Tugas Perkembangan Lanjut Usia


Tugas perkembangan lanjut usia yang paling rendah yaitu persiapan
pensiun, ini dibuktikan dengan pernyataan dari kuesioner bahwa lansia
sering menjalankan hobinya daripada sebelumnya. Pekerjaan lansia
sebelumnya 72,1% buruh tani dan sekarang tidak bekerja hanya di rumah.
Peneliti berpendapat bahwa tugas perkembangan lanjut usia sebelumnya
berpengaruh terhadap perkembangan saat ini. Tugas perkembangan lanjut
usia dipengaruhi beberapa faktor, yaitu kesiapan individu dalam
menguasai ketrampilan baru yang bisa dibuat bekal masa tua. Saat ini
lansia hanya diam di rumah dan tidak memiliki ketrampilan pengganti dari
pekerjaan sebelumnya, sehingga hanya menerima uang dari anak-anaknya
(Hanas, 2014). Rata-rata pendapatan atau penghasilan lansia duda lebih
tinggi daripada janda. WHO menyebutkan bahwa lansia janda sering
mengalami penurunan penghasilan setelah kematian atau kehilangan
pasangannya, sehingga lansia janda sering terancam masalah kemiskinan

2. Tingkat Stress
Peneliti berpendapat bahwa tingkat stres seseorang atau lansia dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya yaitu keluarga dan kemampuan
beradaptasi setelah kehilangan pasangannya. Lansia yang tinggal dengan
keluarga tidak mengalami kesepian karena kemungkinan besar terhibur
oleh cucunya dan ada seseorang yang bisa diajak berinteraksi serta tidak
terlalu memikirkan hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatannya seperti
kebutuhan makan, merasa terlindungi dari ancaman bahaya dan lainnya
(Rahman, 2016, 2). Stres pada zaman modern seperti saar ini banyak
disebakan oleh berbagai perubahan yang harus dihadapi, sehingga
membutuhkan adaptasi serta penyesuaian yang baik. Lansia kadang
mengalami stres karena berbagai masalah dan peristiwa yang dihadapi
dalam kehidupannya, salah satunya adalah tempat tinggal. Lansia di
banyak yang tinggal bersama keluarga karena lansia merasa khawatir dan
takut jika terjadi hal buruk pada dirinya. Kehadiran orang lain juga

11
meningkatkan rasa aman bagi lansia ketika menghadapi berbagai ancaman
dari luar (Rahman, 2016, 1-2).

3. Hubungan tugas perkembangan lanjut usia dengan tingkat stress


berbasis teori adaptasi Calista Roy
Hasil uji statistik spearman rank dengan aplikasi komputer didapatkan p
value = 0,04 maka H1 diterima yang artinya ada hubungan tugas
perkembangan lanjut usia dengan tingkat stres berbasis teori adaptasi
Calista Roy. Hasil tabulasi silang menunjukkan 25 responden tugas
perkembangan lanjut usia kurang dengan tingkat stres normal 86,2 %.
Tugas perkembangan lanjut usia yang kurang adalah persiapan pensiun
atau berkurangnya penghasilan, ini dibuktikan dengan pernyataan
kuesioner bahwa lansia sering menjalankan hobi daripada sebelumnya.
Lansia setiap pagi melakukan olahraga dan setiap bulan pergi ziarah.
Lansia di tempat penelitian tinggal atau hidup bersama saat ini sebagian
besar bersama anak kandungnya 55,8 %. Peneliti berpendapat lansia yang
pensiun memiliki waktu luang lebih banyak untuk menjalankan hobi atau
aktivitas yang disukainya. Hobi termasuk kegiatan pola hidup sehat karena
bisa untuk menghibur diri. Ketika seseorang mendapat masalah atau bosan
dapat mengalihkan dengan menjalankan hobinya yang positif. Lansia yang
mampu menghadapi permasalahan dalam hidupnya akan berpengaruh
terhadap kesehatan. Lansia yang tinggal bersama anak kandung akan
merasa terhibur oleh cucu dan keluarga, serta tidak merasa kesepian lagi
Seseorang yang memiliki pandangan yang optimis dalam hidupnya
walaupun menghadapi berbagai masalah atau cobaan dapat membantu
menenangkan pikiran . Waktu senggang lansia dapat diisi dengan kegiatan
rekreatif dan tidak perlu biaya banyak. Hal ini seperti olahraga, traveling
dan lainnya yang bersifat menghibur atau menyenangkan . Teori yang
berkaitan dengan penelitian ini yaitu teori adaptasi Calista Roy. Teori
keperawatan Calista Roy memiliki fokus terhadap konsep adaptasi
manusia yaitu input, proses kontrol, efektor dan output. Input yaitu tingkat
adaptasi stimulus. Proses kontrol yaitu mekanisme koping terdiri dari
regulator dan kognator. Efektor yaitu behubungan dengan fungsi

12
fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan interdependensi. Ouput yaitu
respon individu. Peneliti berpendapat persiapan pensiun atau berkurangnya
penghasilan lansia merupakan stimulus yang berdampak tidak jelas pada
kehidupan lansia saat ini. Lansia saat ini menghadapi berbagai persoalan
dengan sabar dan berserah diri pada Tuhan YME. Hal ini ditunjukkan oleh
tugas perkembangan lansia tertinggi yaitu mempersiapkan kematian dan
kematian pasangannya. Respon stimulus fisiologis pada lansia yaitu
kebutuhan oksigen baik, nutrisi juga terpenuhi, eliminasinya baik, aktivitas
dan istirahatnya baik, serta perlindungan terhadap diri baik. Respon
stimulus konsep diri yaitu lansia antusias datang ke posyandu dan setiap
bulan rekreasi bersama para kader. Respon stimulus peran yaitu lansia
masih aktif ikut membantu jika ada tetangganya yang mempunyai hajatan.
Respon stimulus interdependensi yaitu lansia ikut merawat dan menemani
cucunya serta mudah marah jika tidak dilibatkan diskusi atau musyawarah
oleh keluarga. Lansia disana menjalankan sholat 5 waktu tanpa disuruh
oleh keluarga serta aktif mengikuti pengajian yang ada di Dusun.
Penyelesaian yang baik terhadap persoalan dapat memberikan dampak
pada tingkat stres seseorang. Penghayatan seperti selamat dari ancaman
bahaya karena berkat pertolongan Tuhan YME akan merasa tenang dalam
batinnya setelah sholat dan berdo’a. Keadaan yang seperti ini dapat
bersifat motivasional untuk seseorang dalam menghadapi berbagai
persoalan atau ancaman dalam kehidupannya.

13
BAB III

PENUTUP

B. Kesimpulan
Konsep-konsepnya tentang person Roy menjelaskan bahwa person
bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau masyarakat luas dan masing-
masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy memandang person secara
menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu kesatuan yang hidup secara
konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya. Antara sistem dan
lingkungan terjadi pertukaran informasi. Interaksi yang konstan antara orang
dan lingkungannya akan menyebabkan perubahan baik internal maupun
eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini individu harus memelihara
integritas dirinya dan selalu beradaptasi dan proses kontribusi perawat
terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat.

C. Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan
mempelajari setiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang
dan mampu membandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan
ilmu keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma
dan budaya. Juga mampu meningkatkan respon adaptif pasien pada situasi
sehat atau sakit . Perawat dapat mengambil tindakan untuk memanipulasi
stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan melakukan analisa
sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi.

14
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S., J. 2010. Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta: EGC

Potter, P, A,. Perry, A., G. 2010. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Jakarta:EGC

Picassa,salamun. 2013. Makalah Roy Adaptation Model.


https://www.academia.edu/31825321/Makalah_Roy_Adaptation_Model.diakses
pada 26 Juli 2021.

Pritama, dwi novia. 2012. Model Konsep dan Teori Keperawatan Sister Calissta
Roy. http://dwinoviapritama.blogspot.co.id/2012/06/model-konsep-dan-teori-
keperawatan.html.Diakses pada. 26 Juli 2021

Anonymous. 2016. Konsep dan Teori Calissta Roy.


http://makalahkdk.blogspot.co.id/2016/10/konsep-dan-teori-calista-
roy.html.diakses pada 27 Juli 2021

Ervina Dwi Astutik. 2018. Hubungan Tugas Perkembangan Lanjut Usia Dengan
Tingkat Stres Berbasis Teori Adaptasi Calista Roy.
http://repo.stikesicmejbg.ac.id/595/1/143210063_Ervina_Dwi_Astutik_skripsi.PD
F Diakses pada 23 Agustus 2021

15

Anda mungkin juga menyukai