Anda di halaman 1dari 26

METODE

PENUGASAN DALAM
PELAYANAN
KEPERAWATAN
Rokhma mista febrianah/P17240203025
Pendahuluan
●Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat
diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
tersebut adalah pengembangan model penugasan praktek keperawatan yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan
keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. Pengorganisasian kegiatan dilakukan untuk memudahkan
pembagian tugas pada perawat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki serta kebutuhan klien. Pengorganisasian tugas perawat
disebut metode penugasan. Beberapa rumah sakit mengelompokkan klien berdasarkan kombinasi kategori tersebut. selanjutnya,kepala ruangan
bertanggung jawab menetapkan metode penyusunan kegiatan perawatan yang tepat untuk digunakan di unit kerjanya untuk mencapai tujuan.
●Keperawatan diberikan karena ketidaktahuan, dan ketidakmampuan klien dalam melakukan aktivitas untuk dirinya dalam upaya
mencapai derajat kesehatan yang optimal. Setiap kegiatan keperawatan diarahkan kepada pencapaian tujuan dan merupakan tugas manajer
keperawatan untuk selalu mengkoordinasi, mengarahkan, dan mengendalikan proses pencapaian tujuan melalui interaksi, komunikasi, integrasi
pekerjaan diantara staf keperawatan yang terlibat. Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, manajer keperawatan dalam hal ini kepala ruangan
bertanggung jawab mengorganisasi tenaga keperawatan yang ada dan kegiatan pelayanan keperawatan yang akan dilakukan sesuai dengan
kebutuhan klien, sehingga kepala ruangan perlu mengkatagorikan klien yang ada di unit kerjanya.
●Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini, yang meliputi keperawatan fungsional,
keperawatan tim, keperawatan primer, praktik bersama, dan manajemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk menyeleksi
model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Dalam kelompok
keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga keperawatan agar dapat dilaksanakan secara
teratur, efesien tenaga, waktu dan ruang, serta meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja. Menurut Tappen (1995), model pemberian asuhan
keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus, model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model
perawatan berfokus pada pasien.
01 PENUGASAN FUNGSIONAL

PENUGASAN ALOKASI PASIEN ATAU


02 KEPERAWATAN TOTAL

Macam Model Penugasan 03 PENUGASAN TIM

Pada Pemberian

Asuhan Keperawatan 04 PENUGASAN PRIMER

05 MANAJEMEN KASUS

PENUGASAN PRAKTIK KEPERAWATAN


06 PROFESIONAL (MODIFIKASI)
PENUGASAN FUNGSIONAL

Model pemberian asuhan keperawatan ini berorientasi pada penyelesaian tugas


dan prosedur keperawatan. Perawat ditugaskan untuk melakukan tugas tertentu untuk
dilaksanakan kepada semua pasien yang dirawat di suatu ruangan. Metode fungsional
dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan
utama pada saat perang dunia II.
Model ini digambarkan sebagai keperawatan yang berorientasi pada tugas dimana

fungsi keperawatan tertentu ditugaskan pada setiap anggota staff. Setiap staff
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi keperawatan pada semua pasien
dibangsal. Misalnya seorang perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan,
seorang yang lain untuk tindakan perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian
intravena, seorang lagi ditugaskan pada penerimaan dan pemulangan, yang lain
memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang bertanggung jawab penuh untuk
perawatan seorang pasien
Kelebihan dan
kekurangan

Kelebihan
• Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas
yang jelas dan pengawasan yang baik
• Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam
waktu singkat dengan pembagian tugas yang jelas dan
pengawasan yang baik
•Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

Kekurangan
• Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga
kesulitan dalam penerapan keperawatan.
• Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas
pekerjaan.
• Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
ketrampilan saja
Bagan 1: Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
(Marquis & Huston, 1998)
Model Penugasan Alokasi Pasien atau Keperawatan Total

02 Pengorganisasian layanan asuhan keperawatan dengan model


penugasan alokasi pasien atau keperawatan total merupakan
pengorganisasian pelayanan asuhan keperawatan untuk satu atau
beberapa pasien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau
jaga selama periode tertentu atau sampai pasien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima
semua laporan tentang pelayanan keperawatan pasien.
Kelebihan dan Kekurangan

01 02

Kelebihan Kekurangan

• Bahwa fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan • Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak
pasien; sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan;
• Memberi kesempatan untuk melakukan keperawatan • Peserta didik sulit melatih keterampilan dalam
yang komprehensif; perawatan besar, misalnya menyuntik, mengukur suhu;
• Memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien • Pendelegasian perawatan klien hanya sebagian selama
selama bertugas; perawat penanggung jawab pasien bertugas.
Gambar 2
Model penugasan alokasi pasien dalam
pemberian asuhan keperawatan

Pesien
A

Perawat

Pesien Pesien
B C
Model Penugasan TIM

Metode tim adalah pengorganisasian terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini
dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya
(Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group
dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim.

Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani
kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan /
asuhan keperawatan terhadap klien.

Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan
memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan katagori perawat pelaksana dan
sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada
model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah
arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000).
Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan:
• Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi anggota tim dan
mengarahkan pekerjaan timnya.
• Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau
partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim.
• Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien.
Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi:
penu!isan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin
tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara
anggota tim.
Kelebihan
• Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara
komprehensif.
• Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
• Memberi kepuasan anggota tim dalam
berhubungan interpersonal.
Kelebihan dan
Kekurangan Kekurangan
• Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk
koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus
mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai
perawat pemimpin maupun perawat klinik
• Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi
keperawatan bila konsepnya tidak diimplementasikan
dengan total
Gambar 3 : Sistem pemberian asuhan keperawatan tim
(Marquis & Huston, 1998)
Penugasan Primer

Model primer dikembangkan pada awal tahun 1970-an, menggunakan beberapa konsep
dan perawatan total pasien. Keperawatan primer merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan di mana perawat primer bertanggung jawab selama 24 jam terhadap perencanaan
pelaksanaan pengevaIuasi satu atau beberapa klien dan sejak klien masuk rumah sakit sampai
pasien dinyatakan pulang. Selama jam kerja, perawat primer memberikan perawatan langsung
secara total untuk klien. Ketika perawat primer tidak sedang bertugas, perawatan
diberikan/didelegasikan kepada perawat asosiet yang mengikuti rencana keperawatan yang
telah disusuni oleh perawat primer.
Pada model ini, klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan mengetahui bahwa
pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat primer tertentu. Setiap perawat
primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang perawat primer mempunyai kewenangan untuk
melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat
jadual perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya. Dengan
diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang tinggi terhadap hasil
pelayanan yang diberikan
Karakteristik & Ketenagaan
Karakteristik
• Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan pasien
selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan
• Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,
kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
• Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat primer
perawat sekunder selama shift lain.
• Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia. Autoritas,
tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer

Ketenagaan
• Setiap perawat primer adalah perawat “bedside”
• Beban kasus pasien 4-6 orang untuk satu perawat primer
• Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal
• Perawat primer dibantu oleh perawat professional lain maupun non
profesional sebagai perawat asisten
Kelebihan dan kekurangan
Kelebihan
• Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi
terhadap hasil dan memungkinkan untuk pengembangan diri.
• Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran
manajer operasional dan administrasi
• Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan
asuhan keperawatan secara holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh
perawat primer adalah memungkinkan pengembangan diri melalui
penerapan ilmu pengetahuan.

Kekurangan
• Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional
• Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas
dan kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
• Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama. Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
Gambar 4 : Diagram system asuhan keperawatan primer
(Marquis & Huston, 1998)
Model Manajemen Kasus
Metode kasus adalah metode dimana perawat bertanggung jawab terhadap pasien tertentu yang didasarkan

05
pada rasio satu perawat untuk satu pasien dengan pemberian perawatan konstan untuk periode tertentu. Pasien
dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh
perawat yang sama pada hari berikutnya pada hari berikutnya.. Pasien dirawat oleh perawat yang berbeda untuk
setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh perawat yang sama. Pada model ini, perawat
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien secara menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang
harus dilakukan terhadap pasien dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman karena
mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya. Dengan model ini, seluruh tenaga keperawatan
dituntut mempunyai kualitas profesional dan membutuhkan jumlah tenaga keperawatan yang banyak. Model ini
sangat sesuai digunakan di ruangan rawat khusus seperti ruang perawatan intensif, misalnya ruang ICCU, ICU
HCU, hemodialisis, dan lain-lain.
Tujuan dari manajemen kasus adalah menetapkan pencapaian tujuan asuhan keperawatan yang diharapkan sesuai
dengan standar, memfasilitasi ketergantungan pasien sesingkat mungkin,menggunakan sumber daya seefisien
mungkin, memfasilitasi secara berkesinambungan asuhan keperawatan melalui kolaborasi dengan tim kesehatan
lainnya, pengembangan profesionalisme dan kepuasan kerja, memfasilitasi alih ilmu pengetahuan.
Kelebihan dan Kekurangan

01 02

Kelebihan Kekurangan

• Perawat lebih memahami kasus per kasus (keperawatan • Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
yang komprehensif) • Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai
• Sistem evaluasi dari manajerial menjadi mudah kemampuan dasar yang sama
• Memotivasi perawat untuk selalu bersama pasien selama • Beban kerja tinggi terutama jika jumlah klien banyak
bertugas;
• kepuasan tugas secara keseluruhan dapat dicapai sehingga tugas rutin yang sederhana terlewatkan
Praktik Keperawatan Profesional (modifikasi)

Model praktik keperawatan profesional (MPKP) adalah suatu sistem


(struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan yang dapat mendukung asuhan keperawatan. Pada aspek
struktur ditetapkan jumlah tenaga keperawatan berdasarkan jumlah klien
sesuai dengan derajad ketergantungan klien. Jenis tenaga di suatu ruang
rawat yaitu kepala ruang , clinical care manager (CCM), perawat primer
(primary nurse) dan perawat pelaksana (assosiet) serta standart rencana
perawatan.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), bahwa penetapan sistem model MAKP diasarkan pada beberapa alasan,
yaitu :

• Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan SI
keperawatan atau setara
• Keperawatan tim tidak digunakan secara murni , karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien
terfragmentasi pada berbagai tim
• Melalui kombinasi kedua model ini diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akountabilitasnya
terdapat pada primer.
01 02
Model Praktek Keperawatan
Model Praktek Keperawatan Profesional I Profesional Pemula

Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKP)
keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model
diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ini mampu memberikan asuhan keperawatan
ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3
keperawatan yang digunakan. Pada model ini adalah komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan,
kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim metode pemberian asuhan keperawatan dan
disebut tim primer. dokumentasi asuhan keperawatan
Gambar 5
Struktur Organisasi
Ruangan A
RINGKASAN
Pengorganisasian pada dasarnya merupakan proses pengalokasian sumber daya yang dimiliki
oleh organisasi berdasarkan suatu desain organisasi tertentu. Desain organisasi
menggambarkan suatu struktur organisasi tertentu. Ada empat pilar utama dalam
melakukan proses pengorganisasian yaitu pembagian kerja, pengelompokan pekerjaan,
penentuan relasi antar bagian dalam organisasi, serta penentuan mekanisme untuk
mengintegrasikan aktivitas antar bagian dalam organisasi atau koordinasi. Ada tiga faktor
yang memengaruhi struktur organisasi, yaitu strategi organisasi skala organisasi, dan pilihan
teknologi. model pemberian asuhan keperawatan ada enam macam, yaitu: model kasus,
model fungsional, model tim, model primer, model manajemen perawatan, dan model
perawatan berfokus pada pasien.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai