Anda di halaman 1dari 3

MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KASUS SEMU KOLABORASI DAN NEGOSIASI”

Dosen Pengampu Mata Kuliah

Ns. Rahayu Niningasih, S.Kep., M.Kes

Disusun Oleh

Ega Salsabilla Arnasya (P17240201004)

Tingkat 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

PRODI D-III KEPERAWATAN KAMPUS V TRENGGALEK

Jl. Dr.Soetomo No.5 Trenggalek Telp (0355)791293

2022
1. Kasus Semu

Di sebuah bangsal RSUD Dr Soedomo Trenggalek ada seorang pasien mengalami


henti jantung. Lalu seorang perawat jaga mengaktifkan code blue atau kode isyarat
bahwa pasien mengalami henti jantung dan memanggil tim resusitasi. Sebelum tim
resusitasi hadir, perawat yang telah dibekali kemampuan bantuan hidup dasar dapat
memulai kompresi dada. Saat anggota tim pelayananan kesehatan di bangsal yang sama
masuk ke ruangan tersebut, perawat tersebut mengumumkan status henti jantung pada
pasien dan mengarahkan anggota tim untuk membantu kompresi dada dan mengambil
alat defibrilator. Perawat tersebut menjadi pemimpin dalam tata laksana pasien henti
jantung sampai tim resusitasi akut mengambil alih dan memberikan bantuan hidup lanjut
yang diperlukan. Dalam kondisi tersebut, tampak bahwa tim pelayanan kesehatan yang
kompeten bersifat responsif terhadap kondisi yang ada.
Pada Malam harinya perawat A yang bertugas untuk menjaga pasien henti jantung
tersebut dari pagi berganti sift dengan perawat lainnya . Lalu yang ditunjuk untuk
menggantikan sift adalah perawat B, Perawat B tersebut tidak tahu apa yang harus
dilakukan karena tidak pernah bertugas menjaga pasien dengan henti jantung, karena
perawat B sebelumnya bertugas dibagian anak, sehingga perawat B tersebut mengajukan
keberatan. Kepala ruangannya sendiri juga menilai bahwa perawat B adalah orang yang
kompeten terhadap tugas yang diberikan. Kemudian Kepala ruangan berdiskusi dengan
perawat B dan perawat lainnya untuk menyelesaikan masalah tersebut, dan pada akhirnya
tugas perawat B digantikan oleh perawat C yang sudah berpengalaman menangani pasien
henti jantung, dan perawat B bertugas di bagian anak. Mereka berdua sama-sama setuju
dan sepakat.

2. Aktivitas Kolaborasi dan Negosiasi

 Kolaborasi
Dari kasus diatas yang termasuk kolaborasi adalah saat perawat jaga
mengaktifkan code blue atau kode isyarat bahwa pasien mengalami henti jantung
dan memanggil tim resusitasi. Sebelum tim resusitasi hadir, perawat yang telah
dibekali kemampuan bantuan hidup dasar dapat memulai kompresi dada. Saat
anggota tim pelayananan kesehatan di bangsal yang sama masuk ke ruangan
tersebut, perawat tersebut mengumumkan status henti jantung pada pasien dan
mengarahkan anggota tim untuk membantu kompresi dada dan mengambil alat
defibrilator. Perawat tersebut menjadi pemimpin dalam tata laksana pasien henti
jantung sampai tim resusitasi akut mengambil alih dan memberikan bantuan hidup
lanjut yang diperlukan.

 Negosiasi
Dari kasus diatas yang termausk negosiasi adalah saat perawat A berganti
sift dengan perawat lainnya dan perawat B ditunjuk untuk mengantikan sift
tersebut, tetapi perawat B mengajukan keberatan karena dia tidak pernah
menangani dan menjaga pasien dengan masalah henti jantung , perawat B sendiri
biasanya ditempatkan di ruang anak, dan perawat B juga komperhensif dalam
melakukan tugasnya selama ini. Lalu Kepala ruangan berdiskusi dengan perawat
B dan perawat- perawat lainnya untuk menyelesaikan masalah ini, dan akhirnya
tugas perawat B digantikan oleh perawat C yang sudah berpengalaman menangani
pasien henti jantung, dan perawat B bertugas di bagian anak. Mereka berdua
sama-sama setuju dan sepakat.

Anda mungkin juga menyukai