KEPERAWATAN
KELOMPOK
1. Indra Hidayat, Amd.Kep
2. Saddam Pratama Y, Amd.Kep
3. Ginanjar R, Amd.Kep
4. Dian Nurahmat, Amd.Kep
5. Ramdhani, Amd.Kep
6. Gina Sugiarti, Amd.Kep
7. Kartika, Amd.Kep
8. Tatin Mulyatin, Amd.kep
9. Wulan Oktaviani N, Amd.Kep
10.Syifa Novia, Amd.Kep
Kasus Aspek Etik
KASUS 1
Fakta-fakta
• Perawat tidur pada saat shift malam
• Perawat mematikan lampu kamar perawat setiap jam 23.00
• Kepala perawat tidak menerima aduan dari keluarga pasien
• Keluarga pasien merasa tidak aman
Fakta-fakta
• Diagnosa medis stroke non hemoragic
• Keluarga meminta apabila terjadi sesuatu tdk perlu dilakukan tidnakan apapun
• Dokter menulis DNR dalam instruksi
Analisis Kasus
Evaluasi tindakan alternatif
Sebagai perawat bertanggung jawab untuk mencarikan dan memberikan informasi
yg lengkap tentang resiko dan keuntungan dari beberapa alternatif tindakan yg
ditawarkan serta membwrikan kebeasan untuk menetukan pilihan. Apabila masih
menolak semua alternatif yg ditawarkan, perawat tetap berupaya agar mentukan
pilihan yg mempunyai dampak paling kecil
Berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan pemeriksaan kembali secara teliti
dan menyeluruh untuk memastikan apakah pasien benar-benar sudah mengalami
brain death (kematian otak) sehingga harapan hidupnya sangat rendah.
• Keluarga di berikan informasi mengenai harapan hidup pasien, kelebihan dan
kekurangan dilakukan resusitasi dan diberikan kesempatan untuk memilih dan
membuat keputusan yang terbaik
Lanjutan..
Evaluasi tindakan alternatif
Memastikan keluarga sudah mengerti apa yang telah di informasikan kemudian
menandatangani lembar penolakan resusitasi sebagai bukti.
Memberikan dukungan/Support kepada keluarga serta menunjukan rasa empati.
Melakukan bimbingan spiritual pada pasien menjelang ajal
Kasus (2)
Tn. A, 68 tahun dirawat di RS M dengan diagnose Febris dengan Diareberat, sudah dirawat selama7hari,namun tenda dan
gejala tidak berkurang, pada hari ke 8 dokter penanggungjawab pasien dokter A dihubungi oleh petugas laboratorium rumah
sakit menyampaikan bahwa hasil pemeriksaan darah pasien bahwa klien menderita HIV-AIDS, kemudianini disampaikan ke
pasien oleh dokter A didampingi perawat B.
Kemudian pasien meminta kepada dokter A dan perawat B untuk merahasiakan hasil ini ke pada keluarga dan juga
ke pihak lain termasuk istri pasien. Bagaimana bila saudara ada pada posisi Perawat B ketika menjalankan tugas banyak
berjumpa dengan perawat lainnya dan juga keluarga pasien
Jawaban:
Perlindungan hukum atas kerahasian dan hak privasi pasien tentang informasi penyakitnya dalam pelayanan kesehatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hak hak pribadi pasien.Menyebarkan informasi tentang penyakit pasien
(kesehatan pasien) tanpa sepengetahuan pasien merupakan perbuatan melawan hukum, dalam hal ini pasien dapat
menggugat dan menuntut ganti rugi, bahkan yang menyebarkannya dapat dituntut hukum pidana. Membahas dan
mendiskusikan tentang penyakit pasien oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) haruslah melalui persetujuan dari pasien
( yaitu dari awal pasien masuk rumah sakit yang disebut dengan general consent- Informasi umum). Informasi penyakit pasien
yang ada dalam rekam medik isinya merupakan milik pasien oleh sebab itu pelepasan hak pasien dalam rekam medik harus
persetujuan pasien.Perawat harus benar-benar menjaga kerahasiaan yang dimiliki oleh pasien meskipun banyak orang
mendesak untuk membeberkan informasi mengenai kesehatan pasien.Seorang perawat harus berani menolak secara tegas
untuk memberikan informasi jika di luar wilayah pelayanan kesehatan.
Perawat melakukan prinsip etik kerahasiaan (Confidentiality) dengan merahasiakan semua informasi pasien. Pasien/klien
harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan tidak
disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat.Perawat B harus bisa menjaga kerahasiaan Pasien. Terhadap
keluarga pasien, perawat harus mengkomunikasikan masalah ini dengan pasien itu sendiri sebelum kepada anggota keluarga
lain, misal orangtua. Jika sudah diperbolehkan maka Perawat menghubungi dokter untuk menyampaikan/menjelaskan kondisi
pasien yang sebenarnya kepada orangtua.
Kasus (3)
Ny A, 35 thn, dirawat di RS Surga dengan diagnosa medis fracture femur dextra, dengan perdarahan hebat. H: 7 gr%.
Rencana dilakukan transfusi darah 500 cc. Sementara ada pasien Ny A, 36 thn yang dirawat dirumah sakit tersebut yang
mendapat tranfusi arah juga. Perawat A, dengan terburu-buru langsung meminta darah ke bank darah RS tanpa
memberikan identifikasi yang lengkap seperti No Med Rec, dll hanya menyebutkan nama pasien saja. Darah lansung
diberikan karena setelah di darah eek namanya sesuai dengan nama pasien. Namun setelah 50 cc darah tersebut masuk,
pasien mengalami reaksi anafilaktik. ldentifikasi masalah apa yang terjadi pada situasi diatas?
Jawaban:
Keselamatan di rumah sakit salah satunya dimulai dari ketepatan identifikasi pasien.Identifikasi pasien adalah suatu sistem
identifikasi kepada pasien untuk membedakan antara pasien satu dengan pasien yang lainnya sehingga memperlancar atau
mempermudah dalam pemberian pelayanan kepada pasien.Ketepatan identifikasi pasien menjadi hal yang penting, bahkan
berhubungan langsung dengan keselamatan pasien.Identifikasi pasien merupakan suatu hal yang sangat mendasar yang harus
dilakukan oleh petugas kesehatan untuk menghindari terjadinya kesalahan pemberian layanan kesehatan.
Jika terdapat pasien dengan nama yang sama, harus diinformasikan kepada perawat yang bertugas setiap kali pergantian
jaga (shift). Berikan label / penanda “pasien dengan nama yang sama” di lembar pencatatan, lembar obat-obatan, dan
lembar tindakan. Kartu penanda dipasang pada papan tempat tidur pasien agar petugas dapat memverifikasi identitas
pasien.Dan, perawat penanggung jawab pasien idealnya dibedakan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan.RS Surga juga
melakukan evaluasi dan monitor secara rutin pelaksanaan identifikasi pasien di rumah sakit untuk membudayakan kepada
petugas agar menerapkan identifikasi pasien.
Dalam kasus ini perawat B melakukan Legal Issue, sehingga melanggar prinsip Etik Non-Maleficence (tidak mencederai).
Perawat tidak melaksanakan prosedur sesuai SOP pemberian transfusi darah, sehingga terjadi kesalahan.Seharusnya
Perawat melakukan prinsip Non-maleficence yaitu kewajiban perawat untuk tidak dengan sengaja menimbulkan kerugian
atau cidera.Tindakan yang harus segera dilakukan pada kasus ini :
Segera menghentikan pemberian transfusi darah
Lapor dokter jaga/ dokter penanggungjawab (DPJP)
Laporkan kronologi kejadian
Laksanakan intruksi dari dokter
Membuat pelaporan terkait kejadian tersebut
THANK YOU !