Disusun Oleh:
Chairunnisa
Mustika riolita
Niken widyastuti
Pepi handayani
Fikri abdullah
Sulastri
Zainatun hasanah
UNIVERSITAS RIAU
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami bisa menyelesaikan makalah Etika dan Hukum dalam Keperawatan ini dengan
baik. Adapun judul makalah kami ³ .DVXV 'LOHPD (WLN GDODP .HSHUDZDWDQ ´.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam
SHPEXDWDQ PDNDODK LQL. 7HULPD NDVLK NHSDGD ³ ,EX 5HQL =XOILWL ´ selaku dosen pembimbing
mata kuliah Etika dan Hukum dalam Keperawatan. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih
belum sempurna dan perlu adanya perbaikan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Etika dan Hukum dalam
Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau A 2012 dan teman-teman
semua agar tugas ini layak untuk dibaca.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.Sebagai salah satu tenaga
profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan
dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan.Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi
praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain
upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan pasien (manusia unik)
yang beraneka ragam dengan status kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, kadang-kadang perawat juga perlu mengambil andil dalam pemberian alternatif
untuk pemecahan masalah. Kadangkala dalam sebuah permasalahan terdapat masalah yang
sangat membingungkan yang disebut masalah etika atau dilema etik dimana dalam
pembuatan keputusan tidak ada yang benar dan salah sehingga membuat perawat menjadi
bingung. Beberapa dilema etik yang sering dialami perawat ialah euthanasia, aborsi,
bersikap jujur dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang diatas kami membuat makalah tentang pemecahan
masalah etik agar para perawat bisa membuat keputusan yang paling baik untuk pasiennya.
Kata etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos, yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.
Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan
pasien,masyarakat,hubungan perawat dengan teman sejawat maupun dengan organisasi
profesi dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu sendiri (berger dan
williams,1999). Etika keperawatan merupakan suatu acuan dalam melaksanakan praktik
keperawatan. Etika keperawatan berguna untuk pengawasan terhadap kompetensi
profesional, tanggung jawab, tanggung gugat, dan untuk pengawasan umum dari nilai positif
profesi keperawatan (berger dan williams,1999)
Etik profesi keperawatan adalah kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai moral
di dalam melaksanak kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi
keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat. Etik keperawatan merupakan
kesadaran dan pedoman yang mengatur prinsip-psrinsip moral dan etik dalam melaksanakn
kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga
dengan cara yang terhormat.
Standar etik merupakan panduan untuk prilaku moral. Orang yang memberikan layanan
kesehatan bersedia secara sukarela untuk mengikuti standar ini.
Perilaku etik dapat dibagi menjadi dua kelompok yitu sebagai berikut:
Konsep kejujuran (veracity), merupakan prinsip etis yang mendasari berkata jujur. Seperti
juga tugas yang lain berkata jujur bersifat prima facie (tidak mutlak) sehingga desepsi pada
keadaan tertentu diperbolehkan. Berbagai alasan yang dikemukakan dan mendukung posisi
bahwa perawat harus berkata jujur yaitu : merupakan hal yang terpenting dalam hubungan
saling percaya perawat pasien; pasien mempunyai hak untuk mengetahui; merupakan
kewajiban moral; menghilangkan cemas dan penderitaan; meningkatkan kerjasama pasien
maupun keluarga; dan memenuhi kebutuhan perawat.
AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat gay di Amerika Serikat pada tahun 1980
atau 1981. AIDS juga pada mulanya ditemukan di Afrika. Saat ini, AIDS hamper ditemukan
disemua Negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak saja menimbulkan dampak pada
penatalaksanaan klinis tetapi juga dampak social, kekhawatiran masyarakat, serta
permasalahan hokum dan etika.
Perawat yang bertanggung jawab merawat pasien AIDS akan mengalami berbagai stress
pribadi, termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga, dan ledakan emosi bila
merawat pasien AIDS fase terminal usia muda dengan gaya hidup yang bertentangan dengan
gaya hidup perawat. Pernyataan professional bagi perawat yang mempunyai tugas merawat
pasien terinfeksi virus HIV membutuhkan klasifikasi nilai-nilai yang diyakini perawat
tentang hubungan homoseksual dan penggunaan atau penyalahgunaan obat.
Perawat sangat berperan dalam perawatan pasien, sepanjang virus HIV maih ada dengan
berbagai komplikasi sampai kematian tiba. Perawat terlibat dengan pembuatan keputusan
tentang tindakan atau terapi apa yang dapat dihentikan dan tetap menghargai martabat
manusia. Pada saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan pada pasien, perawat
tetap masih melakukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien seperti :
mengidentifikasi nilai-nilai, menggali makna hidup pasien, memberikan rasa nyaman,
memberikan dukungan manusiawi dan membantu meninggal dunia dengan tentram dan
damai.
Fertilisasi Invitro dan Inseminasi Artifisial merupakan dua dari berbagai metode baru
yang digunakan untuk mengontrol reproduksi. Kedua metode ini memberikan harapan bagi
orang-orang mandul untuk dapat memiliki anak.
Fertilisasi Invitro merupakan metode konsepsi yang dilakukan dengan cara mebuat by
pass pada tuba falopi wanita. Tindakan ini dilakukan dengan cara memberikan hiperstimulasi
ovarium untuk mendapatkan beberapa sel telur atau folikel yang siap dibuahi. Sel-sel telur ini
kemudian diambil melalui proses pembedahan. Proses pembuahan dilakukan dengan cara
menaruh sel telur dalam tabung dan mencampurnya dengan sperma dari pasangan wanita
yang bersangkutan atau dari donor. Sel telur yang telah dibuahi kemudian mengalami
serangkaian proses pembelahan sel sampai menjadi embrio dan kemudian embrio
dipindahkan ke dalam uterus wanita dengan harapan dapat terjadi kehamilan.
Berbagai masalah etika muncul berkaitan dengan teknologi tersebut. Masalah ini tidak
saja dimiliki oleh para pasangan mandul, tim kesehatan yang menangani, tetapi juga oleh
masyarakat.
Pendapat yang diajukan para ahli bervariasi. Pihak yang memberikan dukungan
menyatakan bahwa teknologi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk member harapan atau
membantu pasangan mandul mempunyai ketururunan. Pihak yang menolak menyatakan
bahwa tindakan tidak dibenarkan terutama bila telur atau sperma berasal dari donor.
Beberapa pergerakan wanita menyatakan bahwa tindakan fertilisasi invitro dan inseminasi
artificial memperlakukan wanita secara tidak wajar dan hanya wanita kalangan atas wanita
kalangan atas yang mendapatkan teknologi tersebut karena biaya yang cukup tinggi. Dalam
praktik ini, sering pula hak-hak wanita untuk memilih dilanggar.
Penelitian keperawatan yang berkaitan dengan fertilisasi invitro dan inseminasi artificial
menurut Olshansky meliputi : aspek manusiawi dari penggunaan teknologi reproduksi,
respon manusia terhadap teknologi canggih, konsekuensi tidak menerima teknologi, dan
aspek terpeutik praktik keperawatan pada orang yang memilih untuk melakukan teknologi.
4. Abortus
Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian kehamilan secra spontan atau
rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandangan, yaitu moral
dan hokum.
Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat, bila ia harus terlibat dalam
tindakan abortus. Di beberapa Negara, seperti AS, Australia, Inggris dikenal suatu tatanan
hokum Conscience Clauses yang memperbolehkan dokter, perawat, atau rumah sakit untuk
menolak membantu pelaksanaan abortus. Masalah abortus memang kompleks, namun
perawat professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada
pasien yang memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap abortus.
5. Euthanasia
Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia. Memberikan makanan dan
minuman adalah tugas perawat. Selama perawatan seringkali perawat menghentikan
pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian tersebut justru membahayakan
pasien misalnya pada pre dan post operasi.
Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi ketidakjelasan antara member atau
menghentikan makan atau minuman, serta ketidakpastian tentang mana yang lebih
menguntungkan pasien. Ikatan Perawat Amwrika (ANA), Menyatakan bahwa tindakan
penghentian dan pemberian makan kepada pasien oleh perawat secara hokum diperbolehkan
dengan pertimbangan tindakan ini menguntungkan pasien.
E = Ethical review
I = Investigate outcomes
D = Decide on actin
E = Evaluate results
kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:
a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
f. Membuat keputusan
d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan
sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan
fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu
untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus
dipelihara.
BAB 3
PEMBAHASAN
KASUS 1 :
Suatu hari ada seorang bapak ± bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah
Sakit di kota Surabaya dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain
itu bapak tersebut ( Tn. A ) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan
berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan
terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang supir truk yang sering keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan
jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari Dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya Dokter yang menangani
Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin
tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil
pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh Dokternya. Hasilnya
mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut
memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dan
seizin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya.
Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat
untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarganya takut Tn. A akan
frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun disisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang
dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
PEMECAHAN MASALAH DILEMA ETIK
1. Mengembangkan Data Dasar : Identifikasi
a. Orang yang terlibat :
Tn.A Perawat
Dokter Keluarga
b. Tindakan diusulkan
D dan P => Dokter menyarankan perawat untuk melakukan pemeriksaan
darah pada Tn.A
Tn.A ke P => Tn.A Meminta perawat untuk membeitahukan penyakitnya
jika sudah didapatkan hasil pemeriksaan.
Keluarga ke D dan P => Keluarga meminta Dokter dan perawat untuk tidak
membertahukan penyakit kepada Tn.A.
c. Maksud dari tindakan
Dokter ke perawat : untuk mengetahui penyakit yang diderita Tn.A
Tn.A : agar Tn.AA mengetahui penyakit apa yang dideritanya
Keluarga : agar Tn.A tidak frustasi dan merasa dikucilkan dalam masyarakat.
d. Konsekuensi dari tindakan
Tn.A ke keluarga : apabila diberitahukan kepada klien hasil pemeriksaannya
kemungkinan klien akan depresi dan menarik diri. Apabila tidak diberitahukan
akan melanggar hak pasien untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya.
Keluarga ke dokter dan perawat : apabila perawat dan dokter mengikuti saran
keluarga,ini telah melanggar prinsip-prinsip etik keperawatan yaitukejujuran
dan tidak memenuhi hak klien. Apabila saran keluarga tidak dokter dan
perawat maka dikhawatirkan Tn.A mengalami frustasi.
2. Mengidentifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut : Kegiatan
a. Lakukan analisis terkait situasi atau kasus yang terjadi
Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit
yang dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut
memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya
Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya
berniat untuk menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan
tersebut dan meminta perawat untuk tidak memberitahukannya kepada
Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak
bisa menerima kondisinya sekarang
Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana
dia harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus
memenuhi haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil
pemeriksaan kondisinya
b. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi dari kasus atau situasi
tersebut
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka timbullah permasalahan
etik moral, jika perawat tidak memberitahukan informasi kepada Tn. A terkait
dengan penyakitnya, karena mendapatkan informasi tentang kondisi pasien
merupakan hak pasien.
3. Membuat Tindakan Alternatif : Kegiatan
a. Identifikasi berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut
Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga,
tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya
mendukung dan sudah didiskusikan kepada tim medis lain. Tujuannya
agar Tn. A tidak panik yang berlebihan ketika mendapatkan informasi
penyakitnya karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan
oleh perawat. Tetapi keluarga harus tetap menemani pasien.
Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seizin dokter. Tujuannya
supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai pasien serta
perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan
b. Identifikasi berbagai konsekuensi atau dampak dari masing-masing alternatif
tindakan tersebut
Dampak dari alternatif pertama : Tn.A bertanya-tanya tentang penyakit
yang sebenarnya saat perawat menemui pasien.
Dampak dari alternatif kedua : pasien akan sangat terkejut dan defresi
sehingga dapat memperparah kondisi kesehatan Tn.A. Selain itu keluarga
juga tidak akan menerima karena keluarga merasa kasihan bila Tn. A
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri Tn.A.
4. Menentukan Siapa Pengambil Keputusan yang Tepat : Kegiatan
Menentukan pengambil keputusan yang tepat sesuai dengan aspek etik dan
legalnya adalah tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik
keperawatn yang disertai dengan hadirnya keluarga dalam pengambilan
keputusan tersebut.
Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang
secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu
didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan
dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam
asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan
lain-lain.
KASUS 3 :
Kembar siam lahir di manchester 8 november 2000. Nama yang sebenarnya tidak di
umumkan, tetapi oleh pengadilan inggris untuk mudahnya diberi nama Mary dan Jodie. Dari
segi medis, kondisi mereka sangat berat. Tulang pinggulnya mereka menempel dan tulang
punggung beserta seliruh bagian bawah tubuh menyambung. Kaki-kaki ada pada tempatnya
dalam posisi silang menyilang. Keadaan itu tampak pada gambar yang dikeluarkan oleh RS
6W. MDU\¶V. JDQWXQJ GDQ SDUXJparu mary tidak berfungsi, lagi pula otaknya tidak berkembang
penuh. Jodie tampak dalam keadaan fisik normal, tetapi jantung dan paru-parunya mendapat
beban berat. Karena harus menyediakan darah beroksigen juga untuk saudaranya. Menurut
para dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga sampai enem bulan. Kalau keadaan ini
dibiarkan lebih lama, dua-duanya akan meninggal dunia.
Dengan demilian kasus kembar siam ini menimbulkan suatu dilema yang amat
memilukan. Orang tua, staf medis, dan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini
menghadapi suatu pilihan yang sangat sulit. Jika Mary dan Jodie tidak di pisahkan, mereka
dua-duanya meninggal. Jika mereka dipisahkan melalui operasi, mary pasti akan mati,
karena ia tidak bisa benafas sendiri, sedangkan jodie mempunyai peluang baik untuk hidup
dengan agak normal, walaupun dalam keadaan cacat dan harus menjalani banyak operasi
lagi untuk sedikit demi sedikit membetullkan kondisi fisiknya.
Orang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang saleh. Mereka
berpendapat, Mary dan Jodie sebaiknya tidak di pisahkan, karena cinta mereka untuk kedua
anak ini sama besarnya. Merka tidak bisa menerima jika yang paling lemah harus di
korbankan kepada yang kuat. Karena itu mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini
kepada kehendak Tuhan. 6WDI PHGLV GL 56 MDU\¶V WLGDN VHWXMX. 6HVXDL GHQJDQ QDOXUL
kedokteranyang umum, mereka beranggapan bahwa kehidupan yang mungkin tertolong,
harus di tolong juga.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
A.Identifikasi data dasar
1. Orang yang terlibat :
Bayi kembar siam : Mary dan Jodie
Dokter
Tenaga medis lainya : Perawat
Orang tua
2. Tindakan diusulkan :
Orang tua terhadap anaknya : Orang tua berpendapat mary dan Jodie
sebaiknya tidak dipisahkan, mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini
kepada kehendak tuhan.
Staf medis terhadap klien : Menginginkan untuk dilakukan operasi pemisahan
terhadap mary dan jodir karena mereka beranggapan bahwaa kehidupan yang
mungkin tertolong harus ditolong juga.
3. Maksud dari tindakan :
Orang tua kepada Klien : Karena kasih sayang orang tua kepada kedua
anaknya sehingga orang tua tidakmenginginkan salah satu dari anaknya
meninggal
Staf Medis terhadap Klien : Untuk menolong nyawa dari salah satu bayi
tersebut yang mungkin masih bisa diselamatkan hidupnya.
4. Konsekuensi dari tindakan :
Orang tua terhadap klien : Apabila keinginan orang tua untuk tidak dilakukan
pemisahan pada bayinya,Kemungkinan nyawa dari kedua bayi ini tidak bisa
diselamaatkan . Apabila keinginan orang tua tidak dilakukan maka hal itu
berarti kita telahmelanggar keputusan yang telah diambil oleh orang tua selaku
pangambil keputusan atas bayinya
Staff medis terhadap klien : apabila keputusan staf medis dilakukan untuk
dilakukan pemisahan salah satu nyawa dari bayi harus dikorbankan untuk
menyelamatkan salah satu darinya. Apabila keputusan tidak dilakukan maka
kemungkinan nyawa dari kedua bayi ini tidak akan bisa diselamatkan.
B. Identifikasi konflik
1. Analisis kasus
Staff medis menginginkan untuk dilakukan operasi pemisahan pada
kebdua bayi ini,karena salah satu dari bayi ini memiliki peluang
hidup yang lebih besar dari salah satu bayi tersebut.
Orang tua tidak menginginkan untuk dilakukan pemisahan pada
kedua bayinya,karena orang tua sangat menyayangi kedua bayinya
dan tidak ingin bila salah satu dari bayinya meninggal.
2. Identifikasi konflik atau masalaah yang akan terjadi pada kasus
Dari analisis kasus diatas didapatkan bahwa terjadi dilema etik
dalam pengambilan keputusan apa yang harus dilakukan antara
menyelamatkan salah satu dari nyawa bayi tersebut dengan
melakukan operasi pemisahan atau tidak dilakukan operasi sama
sekali karena tidak menginginkan salah satu dari bayi tersebut
meninggal namun di sisi lain kedua nyawa bayi tersebut tidak akan
tertolong bila tidak dilakukan operasi pemisahan.
Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan
terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.
Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang
dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak
ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan
dapat dipertahankan.
Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema
etik.
Daftar pustaka:
Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of Nursing Leadership and
Management. 3 rd Ed. Philadelphia : FA. Davis Company.
Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC
Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing Concepts
Process and Practice. (7 th ed). New Jerney: Pearson Education Line.
Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan Publishing Co. Inc., 1981,
diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam Priharjo, 1995
http://id.scribd.com/doc/20711284/Non-Malefisence
http://arifinjavisarqi.blogspot.com/2012/04/masalah-etika-keperawatan-di-tinjau.html
http://zaifbio.wordpress.com/2011/05/21/kasus-yang-berhubungan-dengan-pemecahan-
dilema-etik/
http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html