Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN DAN PEMECAHANNYA

Tugas Mata Ajar : Hukum dan Etika Keperawatan

Dosen Pengampu: Reni zulfitri

Disusun Oleh:

Ayu norita putri

Chairunnisa

Dwi laila ranti

Mustika riolita

Niken widyastuti

Pepi handayani

Fikri abdullah

Silvia elki putri

Sulastri

Zainatun hasanah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS RIAU

2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-
Nya, kami bisa menyelesaikan makalah Etika dan Hukum dalam Keperawatan ini dengan
baik. Adapun judul makalah kami ³ .DVXV 'LOHPD (WLN GDODP .HSHUDZDWDQ ´.
Ucapan terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang sudah membantu dalam
SHPEXDWDQ PDNDODK LQL. 7HULPD NDVLK NHSDGD ³ ,EX 5HQL =XOILWL ´ selaku dosen pembimbing
mata kuliah Etika dan Hukum dalam Keperawatan. Penulis menyadari bahwa tugas ini masih
belum sempurna dan perlu adanya perbaikan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun terutama dari dosen pembimbing mata kuliah Etika dan Hukum dalam
Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau A 2012 dan teman-teman
semua agar tugas ini layak untuk dibaca.

Pekanbaru, 6 April 2013

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar belakang
Keperawatan merupakan salah satu profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan langsung baik kepada individu, keluarga dan masyarakat.Sebagai salah satu tenaga
profesional, keperawatan menjalankan dan melaksanakan kegiatan praktek keperawatan
dengan mengunakan ilmu pengetahuan dan teori keperawatan yang dapat dipertanggung
jawabkan.Dimana ciri sebagai profesi adalah mempunyai body of knowledge yang dapat diuji
kebenarannya serta ilmunya dapat diimplementasikan kepada masyarakat langsung.
Pelayanan kesehatan dan keperawatan yang dimaksud adalah bentuk implementasi
praktek keperawatan yang ditujukan kepada pasien/klien baik kepada individu, keluarga dan
masyarakat dengan tujuan upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan guna
mempertahankan dan memelihara kesehatan serta menyembuhkan dari sakit, dengan kata lain
upaya praktek keperawatan berupa promotif, preventif, kuratif dan rehabilitasi.
Dalam praktiknya sehari-hari perawat berhubungan dengan pasien (manusia unik)
yang beraneka ragam dengan status kesehatan dan permasalahan yang berbeda-beda. Oleh
karena itu, kadang-kadang perawat juga perlu mengambil andil dalam pemberian alternatif
untuk pemecahan masalah. Kadangkala dalam sebuah permasalahan terdapat masalah yang
sangat membingungkan yang disebut masalah etika atau dilema etik dimana dalam
pembuatan keputusan tidak ada yang benar dan salah sehingga membuat perawat menjadi
bingung. Beberapa dilema etik yang sering dialami perawat ialah euthanasia, aborsi,
bersikap jujur dan lain-lain.
Berdasarkan latar belakang diatas kami membuat makalah tentang pemecahan
masalah etik agar para perawat bisa membuat keputusan yang paling baik untuk pasiennya.

Tujuan : untuk mengetahui


 apa itu etika keperawatan?
 apa itu dilema etik?
 prinsip-prinsip moral dalam keperawatan?
 Apa saja masalah etika keperawatan?
 Konsep pemecahan dilema etik atau masalah etik
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Kata etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos, yang berhubungan dengan
pertimbangan pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.

Keperawatan adalah pelayanan vital terhadap manusia yang menggunakan manusia


juga, yaitu perawat. Perawat harus membiasakan diri untuk menerapkan kode etik yang
memberi Gambaran tanggung jawabnya dalam praktik keperawatan.

Keperawatan merupakan bentuk asuhan keperawatan kepada individu, keluarga dan


masyarakat berdasarkan ilmu dan seni dan mempunyai hubungan perawat dan pasien sebagai
hubungan professional (kozier,1991).

Etika keperawatan adalah nilai-nilai dan prinsip yang diyakini oleh profesi
keperawatan dalam melaksanakan tugasnya yang berhubungan dengan
pasien,masyarakat,hubungan perawat dengan teman sejawat maupun dengan organisasi
profesi dan juga dalam pengaturan praktik keperawatan itu sendiri (berger dan
williams,1999). Etika keperawatan merupakan suatu acuan dalam melaksanakan praktik
keperawatan. Etika keperawatan berguna untuk pengawasan terhadap kompetensi
profesional, tanggung jawab, tanggung gugat, dan untuk pengawasan umum dari nilai positif
profesi keperawatan (berger dan williams,1999)

Kadang-kadang perawat dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan untuk


mengambil tindakan. Perawat memberi asuhan kepada klien, keluarga, dan masyarakat;
menerima tanggung jawab untuk membuat keadaan lingkungan fisik, sosial dan spiritual yang
memungkinkan untuk penyembuhan; dan menekankan pencegahan penyakit;serta
meningkatkan kesehatan dengan penyuluhan kesehatan. Pelayanan kepada umat manusia
merupakan fungsi utam a perawat dan dasar adanya profesi keperawatan. Kebutuhan
pelayanan keperawatan adlah universal. Peyanan profesional berdasarkan kebutuhan manusia
tanpa membedakan kebangsaan,warna kulit, politik, status sosial, dan lain-lain.
Keperawatan sebagai suatu pelayanan profesional bertujuan untuk tercapainya
kesejahteraan manusia. Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan
tanggung jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan.

Etik profesi keperawatan adalah kesadaran dan pedoman yang mengatur nilai-nilai moral
di dalam melaksanak kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi
keperawatan tetap terjaga dengan cara yang terhormat. Etik keperawatan merupakan
kesadaran dan pedoman yang mengatur prinsip-psrinsip moral dan etik dalam melaksanakn
kegiatan profesi keperawatan, sehingga mutu dan kualitas profesi keperawatan tetap terjaga
dengan cara yang terhormat.

Menurut american ethics commision bureau on teaching, tujuan etika profesi


keperawatan adalah mampu:

1. Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik keperawatan


2. Membentuk strategi/cara dan menganalisis masalah moral yang terjadi dalam praktik
keperawatan
3. Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat dipertanggungjawabkan
pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada tuhan, sesuai dengan
kepercayaannya

Standar etik merupakan panduan untuk prilaku moral. Orang yang memberikan layanan
kesehatan bersedia secara sukarela untuk mengikuti standar ini.

Perilaku etik dapat dibagi menjadi dua kelompok yitu sebagai berikut:

 etik yang berorientasi kepada kewajiban


 etik yang berorientasi kepada larangan
Enam asas etik yang tidak akan berubah dalam etik profesi kedokteran atau keperawatan dan
asuhan keperawatan adalah sebagai berikut;

- Asas menghormati otonomi klien (autonomy)


- Asas manfaat (beneficence)
- Asas tidak merugikan (non-maleficence)
- Asas kejujuran (veracity)
- Asas kerahasiaan (confidentiality)
- Asas keadilan (justice)
Menurut Thompson dan Thompson (1985), dilema etik merupakan suatu masalah
yang sulit untuk diputuskan, dimana tidak ada alternative yang memuaskan atau suatu situasi
dimana alternative yang memuaskan dan tidak memuaskan sebanding. Dalam dilema etik
tidak ada yang benar atau salah. Dan untuk membuat keputusan etis, seseorang harus
bergantung pada pemikiran yang rasional dan bukan emosional. Kerangka pemecahan dilema
etik banyak diutarakan oleh beberapa ahli yang pada dasarnya menggunakan kerangka proses
keperawatan dengan pemecahan masalah secara ilmiah.(sigman, 1986; lih. Kozier, erb,
1991).
A. MASALAH ETIKA DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN
Berbagai permasalahan etis yang dihadapi perawat dalam praktik keperawatan telah
menimbulkan konflik antara kebutuhan pasien dengan harapan perawat dan falsafah
keperawatan. Masalah etika keperawatan pada dasarnya merupakan masalah etika kesehatan,
dalam kaitan ini dikenal dengan istilah masalah etika biomedis atau bioetis. Istilah bioetis
mengandung arti ilmu yang mempelajari masalah-masalah yang timbul akibat kemajuan ilmu
pengetahuan terutama di bidang biologi dan kedokteran.
Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara mempertahankan hidup dengan
kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan
dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan terapi yang tidak ilmiah dalam
mengatasi permasalah klien.
Untuk memecahkan berbagai permasalahan bioetis telah dibentuk suatu organisasi
internasional. Para ahli telah mengidentifikasi masalah bioetis yang dihadapi oleh para tenaga
kesehatan, termasuk juga perawat. Permasalahan etis yang akan dibahas secara singkat disini
adalah berkata jujur; AIDS; Abortus; menghentikan pengobatan; cairan dan makanan;
euthanasia; transplantasi organ; Inseminasi artificial dan beberapa permasalahn etis yang
langsung berkaitan dengan praktik keperawatan.
1. Berkata Jujur (Truth Telling)
Dalam konteks berkata jujur, ada suatu istilah yang disebut desepsi, yang
berasal dari kata deceive yang berarti membuat orang percaya terhadap sesuatu hal
yang tidak benar, menipu dan membohongi. Desepsi meliputi berkata bohong,
mengingkari atau menolak, tidak memberikan informasi dan memberikan jawaban
tidak sesuai dengan pertanyaan atau tidak memberikan penjelasan sewaktu informasi
dibutuhkan. Contoh tindakan desepsi adalah perawat memberikan obat dan tidak
membertahu pasien tentang obat apa yang sebenarnya diberikan.
Tindakan desepsi ini secara etika tidak dibenarkan. Para ahli etika menyatakan bahwa
tindakan desepsi membutuhkan keputusan yang jelas tentang siapa yang diharapkan
melakukan tindakan tersebut.

Konsep kejujuran (veracity), merupakan prinsip etis yang mendasari berkata jujur. Seperti
juga tugas yang lain berkata jujur bersifat prima facie (tidak mutlak) sehingga desepsi pada
keadaan tertentu diperbolehkan. Berbagai alasan yang dikemukakan dan mendukung posisi
bahwa perawat harus berkata jujur yaitu : merupakan hal yang terpenting dalam hubungan
saling percaya perawat pasien; pasien mempunyai hak untuk mengetahui; merupakan
kewajiban moral; menghilangkan cemas dan penderitaan; meningkatkan kerjasama pasien
maupun keluarga; dan memenuhi kebutuhan perawat.

Alasan-alasan yang mendukung tindakan desepsi, termasuk berkata bohong meliputi :


pasien tidak mungkin menerima kenyataan; pasien menghendaki untuk tidak diberitahu bila
hal tersebut menyakitkan, secara professional perawat mempunyai kewajiban tidak
melakukan yang merugikan pasien, dan desepsi mungkin mempunyai manfaat untuk
meningkatkan kerjasama pasien.

2. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

AIDS pada awalnya ditemukan pada masyarakat gay di Amerika Serikat pada tahun 1980
atau 1981. AIDS juga pada mulanya ditemukan di Afrika. Saat ini, AIDS hamper ditemukan
disemua Negara, termasuk Indonesia. AIDS tidak saja menimbulkan dampak pada
penatalaksanaan klinis tetapi juga dampak social, kekhawatiran masyarakat, serta
permasalahan hokum dan etika.

Perawat yang bertanggung jawab merawat pasien AIDS akan mengalami berbagai stress
pribadi, termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga, dan ledakan emosi bila
merawat pasien AIDS fase terminal usia muda dengan gaya hidup yang bertentangan dengan
gaya hidup perawat. Pernyataan professional bagi perawat yang mempunyai tugas merawat
pasien terinfeksi virus HIV membutuhkan klasifikasi nilai-nilai yang diyakini perawat
tentang hubungan homoseksual dan penggunaan atau penyalahgunaan obat.

Perawat sangat berperan dalam perawatan pasien, sepanjang virus HIV maih ada dengan
berbagai komplikasi sampai kematian tiba. Perawat terlibat dengan pembuatan keputusan
tentang tindakan atau terapi apa yang dapat dihentikan dan tetap menghargai martabat
manusia. Pada saat tidak ada terapi medis lagi yang dapat diberikan pada pasien, perawat
tetap masih melakukan tindakan yang dapat diberikan kepada pasien seperti :
mengidentifikasi nilai-nilai, menggali makna hidup pasien, memberikan rasa nyaman,
memberikan dukungan manusiawi dan membantu meninggal dunia dengan tentram dan
damai.

3. Fertilisasi Invitro, Inseminasi Artifisial, dan Pengaturan Reproduksi

Fertilisasi Invitro dan Inseminasi Artifisial merupakan dua dari berbagai metode baru
yang digunakan untuk mengontrol reproduksi. Kedua metode ini memberikan harapan bagi
orang-orang mandul untuk dapat memiliki anak.

Fertilisasi Invitro merupakan metode konsepsi yang dilakukan dengan cara mebuat by
pass pada tuba falopi wanita. Tindakan ini dilakukan dengan cara memberikan hiperstimulasi
ovarium untuk mendapatkan beberapa sel telur atau folikel yang siap dibuahi. Sel-sel telur ini
kemudian diambil melalui proses pembedahan. Proses pembuahan dilakukan dengan cara
menaruh sel telur dalam tabung dan mencampurnya dengan sperma dari pasangan wanita
yang bersangkutan atau dari donor. Sel telur yang telah dibuahi kemudian mengalami
serangkaian proses pembelahan sel sampai menjadi embrio dan kemudian embrio
dipindahkan ke dalam uterus wanita dengan harapan dapat terjadi kehamilan.

Inseminasi Artifisial merupakan prosedur untuk menimbulkan kehamilan dengan cara


mengumpulkan sperma dari seorang pria yang kemudia dimasukkan ke dalam vagina, serviks
atau uterus wanita saat terjadi ovulasi.

Berbagai masalah etika muncul berkaitan dengan teknologi tersebut. Masalah ini tidak
saja dimiliki oleh para pasangan mandul, tim kesehatan yang menangani, tetapi juga oleh
masyarakat.

Pendapat yang diajukan para ahli bervariasi. Pihak yang memberikan dukungan
menyatakan bahwa teknologi tersebut pada dasarnya bertujuan untuk member harapan atau
membantu pasangan mandul mempunyai ketururunan. Pihak yang menolak menyatakan
bahwa tindakan tidak dibenarkan terutama bila telur atau sperma berasal dari donor.
Beberapa pergerakan wanita menyatakan bahwa tindakan fertilisasi invitro dan inseminasi
artificial memperlakukan wanita secara tidak wajar dan hanya wanita kalangan atas wanita
kalangan atas yang mendapatkan teknologi tersebut karena biaya yang cukup tinggi. Dalam
praktik ini, sering pula hak-hak wanita untuk memilih dilanggar.
Penelitian keperawatan yang berkaitan dengan fertilisasi invitro dan inseminasi artificial
menurut Olshansky meliputi : aspek manusiawi dari penggunaan teknologi reproduksi,
respon manusia terhadap teknologi canggih, konsekuensi tidak menerima teknologi, dan
aspek terpeutik praktik keperawatan pada orang yang memilih untuk melakukan teknologi.

4. Abortus

Abortus secara umum dapat diartikan sebagai penghentian kehamilan secra spontan atau
rekayasa. Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandangan, yaitu moral
dan hokum.

Abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat, bila ia harus terlibat dalam
tindakan abortus. Di beberapa Negara, seperti AS, Australia, Inggris dikenal suatu tatanan
hokum Conscience Clauses yang memperbolehkan dokter, perawat, atau rumah sakit untuk
menolak membantu pelaksanaan abortus. Masalah abortus memang kompleks, namun
perawat professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada
pasien yang memiliki nilai berbeda termasuk pandangan terhadap abortus.

5. Euthanasia

Menurut Oxford English Dictionary, euthanasia berarti tindakan untuk mempermudah


mati dengan mudah dan tenang. Dilihat dari aspek bioetis, euthanasia terdiri dari : euthanasia
volunter, involunter, aktif dan pasif. Pada kasus euthanasia volunteer, pasien secara sukarela
dan bebas memilih untuk meninggal dunia. Pada euthanasia involunter, tindakan yang
menyebabkan kematian dilakukan bukan atas dasar persetujuan dari pasien dan sering kali
melanggar keinginan pasien. Euthanasia aktif, melibatkan sesuatu yang dilakukan sengaja
yang menyebabkan pasien maninggal, misalnya : menginjeksi obat dosis letal. Euthanasia
aktif merupakan tindakan melanggar hokum. Euthanasia pasif dilakukan dengan
menghentikan pengobatan atau perawatan suportif, yang mempertahankan hidup, misalnya
antibiotika, nutrisi, cairan, respirator yang tidak diperlukan lagi oleh pasien.

6. Penghentian Pemberian Makanan, Cairan, dan Pengobatan

Makanan dan cairan merupakan kebutuhan dasar manusia. Memberikan makanan dan
minuman adalah tugas perawat. Selama perawatan seringkali perawat menghentikan
pemberian makanan dan minuman, terutama bila pemberian tersebut justru membahayakan
pasien misalnya pada pre dan post operasi.
Masalah etika dapat muncul pada keadaan terjadi ketidakjelasan antara member atau
menghentikan makan atau minuman, serta ketidakpastian tentang mana yang lebih
menguntungkan pasien. Ikatan Perawat Amwrika (ANA), Menyatakan bahwa tindakan
penghentian dan pemberian makan kepada pasien oleh perawat secara hokum diperbolehkan
dengan pertimbangan tindakan ini menguntungkan pasien.

B. MODEL PENYELESAIAN DILEMA ETIK

Perawat berada di berbagai situasi sehari-hari yang mengharuskan untuk membuat


keputusan-keputusan profesional dan bertindak sesuai keputusan tersebut. Keputusan
biasanya dibuat dalam hubungannya dengan orang lain (klien, keluarga, dan profesi
kesehatan lain). Dalam membuat keputusan, bukan keputusan yang paling benar yang akan
diambil tapi keputusan mana yang paling baik karena dalam dilema etik tidak ada benar
maupun yang salah. Pada penyelesaian dilema etik dikenal prinsip DECIDE yaitu;

D = Define the problem(s)

E = Ethical review

C = Consider the options

I = Investigate outcomes

D = Decide on actin

E = Evaluate results

kerangka pemecahan dilema etik banyak diutarakan oleh para ahli dan pada dasarnya
menggunakan kerangka proses keperawatan / pemecahan masalah secara ilmiah, antara lain:

1. Model pemecahan masalah (megan,1989)


ada lima langkah-langkah dalam pemecahan masalah dalam dilema etik :

a. Mengkaji situasi
b. Mendiagnosa masalah etik moral
c. Membuat tujuan dan rencana pemecahan
d. Melaksanakan rencana
e. Mengevaluasi hasil
2. Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai berikut :
a. Mengembangkan data dasar
b. Mengidentifikasi konflik
c. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut
d. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
e. Mendefinisikan kewajiban perawat
f. Membuat keputusan

3. Model murphy dan murphy


a. Mengidentifikasi masalah kesehatan
b. Mengidentifikasi masalah etik
c. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
d. Mengidentifikasi peran perawat
e. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin dilaksanankan
f. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap alternatif keputusan
g. Memberi keputusan
h. Mempertmbangkan bagaimana keputusa tersebuut hingga sesuai dengan falsafah
umum perawatan klien
i. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

4. langkah-langkah menurut Thompson & Thompson (1981)


a. Meninjau situasi untuk menentukan masalah kesehatan, keputusan yang diperlukan,
komponen etis dan petunjuk individual.
b. Mengumpulkan informasi tambahan untuk mengklasifikasi situasi
c. Mengidentifikasi issue etik
d. Menentukan posisi moral pribadi dan profesional
e. Mengidentifikasi posisi moral dari petunjuk individual yang terkait
f. Mengidentifikasi konflik nilai yang ada
5. Langkah-langkah menurut Purtilo danCassel (1981)
Purtilo dan cassel menyarankan 4 langkah dalam membuat keputusan etik
a. Mengumpulkan data yang relevan
b. Mengidentifikasi dilema
c. Memutuskan apa yang harus dilakukan
d. Melengkapi tindakan

6. Langkah penyelesaian dilema etik menurut Tappen (2005) adalah :


a. Pengkajian
+DO SHUWDPD \DQJ SHUOX GLNHWDKXL SHUDZDW DGDODK ³DGDNDK VD\D WHUOLEDW
ODQJVXQJ
GDODP GLOHPD?´. 3HUDZDW SHUOX PHQGHQJDU NHGXD VLVL GHQJDQ PHQMDGL SHQGHQJDU \DQJ
berempati. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil
keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu :
1. Apa yang menjadi fakta medik ?
2. Apa yang menjadi fakta psikososial ?
3. Apa yang menjadi keinginan klien ?
4. Apa nilai yang menjadi konflik ?
b. Perencanaan
Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam
pengambilan keputusan harus masuk dalam proses. Thomson and Thomson (1985)
mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan,
yaitu:
1. Tentukan tujuan dari treatment.
2. Identifikasi pembuat keputusan
3. Daftarkan dan beri bobot seluruh opsi / pilihan.
c. Implementasi
Selama implementasi, klien/keluarganya yang menjadi pengambil keputusan beserta
anggota tim kesehatan terlibat mencari kesepakatan putusan yang dapat diterima dan
saling menguntungkan. Harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan
bernegosiasi. Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi
tak memburuk, karena dilema etis seringkali menimbulkan efek emosional seperti
rasa bersalah, sedih / berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan
ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan.
HUDZDW
3 KDUXV LQJDW ³6D\D GLVLQL XQWXN PHODNXNDQ \DQJ WHUEDLN EDJL NOLHQ´.
Perawat harus menyadari bahwa dalam dilema etik tak selalu ada 2 (dua) alternatif
yang menarik, tetapi kadang terdapat alternatif tak menarik, bahkan tak mengenakkan.
Sekali tercapai kesepakatan, pengambil keputusan harus menjalankannya. Kadangkala
kesepakatan tak tercapai karena semua pihak tak dapat didamaikan dari konflik sistem
dan nilai. Atau lain waktu, perawat tak dapat menangkap perhatian utama klien.
Seringkali klien / keluarga mengajukan permintaan yang sulit dipenuhi, dan di dalam
situasi lain permintaan klien dapat dihormati.

d. Evaluasi
Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya dilema etis seperti yang ditentukan
sebagai outcome-nya. Perubahan status klien, kemungkinan treatment medik, dan
fakta sosial dapat dipakai untuk mengevaluasi ulang situasi dan akibat treatment perlu
untuk dirubah. Komunikasi diantara para pengambil keputusan masih harus
dipelihara.
BAB 3
PEMBAHASAN
KASUS 1 :
Suatu hari ada seorang bapak ± bapak dibawa oleh keluarganya ke salah satu Rumah
Sakit di kota Surabaya dengan gejala demam dan diare kurang lebih selama 6 hari. Selain
itu bapak tersebut ( Tn. A ) menderita sariawan sudah 3 bulan tidak sembuh-sembuh, dan
berat badannya turun secara berangsur-angsur. Semula Tn. A badannya gemuk tapi 3 bulan
terakhir ini badannya kurus dan telah turun 10 kg dari berat badan semula. Tn. A ini
merupakan seorang supir truk yang sering keluar kota karena tuntutan kerjaan bahkan
jarang pulang, kadang-kadang 2 minggu sekali bahkan sebulan sekali.
Tn. A masuk UGD kemudian dari Dokter untuk diopname di ruang penyakit dalam
karena kondisi Tn. A yang sudah sangat lemas. Keesokan harinya Dokter yang menangani
Tn. A melakukan visit kepada Tn. A, dan memberikan advice kepada perawatnya untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengambil sampel darahnya. Tn. A yang ingin
tahu sekali tentang penyakitnya meminta perawat tersebut untuk segera memberi tahu
penyakitnya setelah didapatkan hasil pemeriksaan. Sore harinya pukul 16.00 WIB hasil
pemeriksaan telah diterima oleh perawat tersebut dan telah dibaca oleh Dokternya. Hasilnya
mengatakan bahwa Tn. A positif terjangkit penyakit HIV/AIDS. Kemudian perawat tersebut
memanggil keluarga Tn. A untuk menghadap dokter yang menangani Tn. A. Bersama dan
seizin dokter tersebut, perawat menjelaskan tentang kondisi pasien dan penyakitnya.
Keluarga terlihat kaget dan bingung. Keluarga meminta kepada dokter terutama perawat
untuk tidak memberitahukan penyakitnya ini kepada Tn. A. Keluarganya takut Tn. A akan
frustasi, tidak mau menerima kondisinya dan dikucilkan dari masyarakat.
Perawat tersebut mengalami dilema etik dimana satu sisi dia harus memenuhi
permintaan keluarga namun disisi lain perawat tersebut harus memberitahukan kondisi yang
dialami oleh Tn. A karena itu merupakan hak pasien untuk mendapatkan informasi.
PEMECAHAN MASALAH DILEMA ETIK
1. Mengembangkan Data Dasar : Identifikasi
a. Orang yang terlibat :
 Tn.A  Perawat
 Dokter  Keluarga
b. Tindakan diusulkan
 D dan P => Dokter menyarankan perawat untuk melakukan pemeriksaan
darah pada Tn.A
 Tn.A ke P => Tn.A Meminta perawat untuk membeitahukan penyakitnya
jika sudah didapatkan hasil pemeriksaan.
 Keluarga ke D dan P => Keluarga meminta Dokter dan perawat untuk tidak
membertahukan penyakit kepada Tn.A.
c. Maksud dari tindakan
 Dokter ke perawat : untuk mengetahui penyakit yang diderita Tn.A
 Tn.A : agar Tn.AA mengetahui penyakit apa yang dideritanya
 Keluarga : agar Tn.A tidak frustasi dan merasa dikucilkan dalam masyarakat.
d. Konsekuensi dari tindakan
 Tn.A ke keluarga : apabila diberitahukan kepada klien hasil pemeriksaannya
kemungkinan klien akan depresi dan menarik diri. Apabila tidak diberitahukan
akan melanggar hak pasien untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya.
 Keluarga ke dokter dan perawat : apabila perawat dan dokter mengikuti saran
keluarga,ini telah melanggar prinsip-prinsip etik keperawatan yaitukejujuran
dan tidak memenuhi hak klien. Apabila saran keluarga tidak dokter dan
perawat maka dikhawatirkan Tn.A mengalami frustasi.
2. Mengidentifikasi Konflik Akibat Situasi Tersebut : Kegiatan
a. Lakukan analisis terkait situasi atau kasus yang terjadi
 Tn. A menggunakan haknya sebagai pasien untuk mengetahui penyakit
yang dideritanya sekarang sehingga Tn. A meminta perawat tersebut
memberikan informasi tentang hasil pemeriksaan kepadanya
 Rasa kasih sayang keluarga Tn. A terhadap Tn. A membuat keluarganya
berniat untuk menyembunyikan informasi tentang hasil pemeriksaan
tersebut dan meminta perawat untuk tidak memberitahukannya kepada
Tn. A dengan pertimbangan keluarga takut jika Tn. A akan frustasi tidak
bisa menerima kondisinya sekarang
 Perawat merasa bingung dan dilema dihadapkan pada dua pilihan dimana
dia harus memenuhi permintaan keluarga, tapi disisi lain dia juga harus
memenuhi haknya pasien untuk memperoleh informasi tentang hasil
pemeriksaan kondisinya
b. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi dari kasus atau situasi
tersebut
Berdasarkan kasus dan analisa situasi diatas maka timbullah permasalahan
etik moral, jika perawat tidak memberitahukan informasi kepada Tn. A terkait
dengan penyakitnya, karena mendapatkan informasi tentang kondisi pasien
merupakan hak pasien.
3. Membuat Tindakan Alternatif : Kegiatan
a. Identifikasi berbagai alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk
menyelesaikan masalah tersebut
 Perawat akan melakukan kegiatan seperti biasa tanpa memberikan
informasi hasil pemeriksaan/penyakit Tn. A kepada Tn. A saat itu juga,
tetapi memilih waktu yang tepat ketika kondisi pasien dan situasinya
mendukung dan sudah didiskusikan kepada tim medis lain. Tujuannya
agar Tn. A tidak panik yang berlebihan ketika mendapatkan informasi
penyakitnya karena sebelumnya telah dilakukan pendekatan-pendekatan
oleh perawat. Tetapi keluarga harus tetap menemani pasien.
 Perawat akan melakukan tanggung jawabnya sebagai perawat dalam
memenuhi hak-hak pasien terutama hak Tn. A untuk mengetahui
penyakitnya, sehingga ketika hasil pemeriksaan sudah ada dan sudah
didiskusikan dengan tim medis maka perawat akan langsung
menginformasikan kondisi Tn. A tersebut atas seizin dokter. Tujuannya
supaya Tn. A merasa dihargai dan dihormati haknya sebagai pasien serta
perawat tetap tidak melanggar etika keperawatan
b. Identifikasi berbagai konsekuensi atau dampak dari masing-masing alternatif
tindakan tersebut
 Dampak dari alternatif pertama : Tn.A bertanya-tanya tentang penyakit
yang sebenarnya saat perawat menemui pasien.
 Dampak dari alternatif kedua : pasien akan sangat terkejut dan defresi
sehingga dapat memperparah kondisi kesehatan Tn.A. Selain itu keluarga
juga tidak akan menerima karena keluarga merasa kasihan bila Tn. A
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada diri Tn.A.
4. Menentukan Siapa Pengambil Keputusan yang Tepat : Kegiatan
Menentukan pengambil keputusan yang tepat sesuai dengan aspek etik dan
legalnya adalah tim medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik
keperawatn yang disertai dengan hadirnya keluarga dalam pengambilan
keputusan tersebut.

5. Mendefenisikan Kewajiban Perawat : Kegiatan


a. Memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai perawat profesional dalam
menyelesaikan masalah atau situasi tersebut
Sebagai perawat profesional, kita harus selalu menerapkan prinsip-prinsip moral
yaitu:
1. Otonomi
Sebagai perawat kita harus menghargai keputusan pasien dan keluarganya,
tapi ketika Tn.A menuntut haknya dan keluarga menentangnya maka perawat
harus mengutamakan Tn.A untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya.
2. Benefesiens
Sebagai perawat kita harus memberikan sesuatu yang baik dan tidak
merugikan pasien. Sehingga perawat bisa memilih dua alternatif diatas mana
yang paling baik dan tidak merugikan Tn.A
3. Justice
Sebagai perawat kita harus melaksanakan konsep adil pada pasien, maka
Tn.A seharusnya dapat mengetahui penyakitnya karena semua pasien
mengetahui penyakit mereka.
4. Nonmalefisien
Sebagai perawat keputusan yang dibuat seharusnya tidak membahayakan
kondisi fisik dan psikis pasien. Maka alternatif yang diambil seharusnya tidak
membahayakan untuk Tn.A.
5. Veracity
Sebagai perawat kita harus menerapkan sikap jujur dalam praktik
keperawatan. Untuk itu, perawat harus jujur dan tidak menutup-nutupi tentang
penyakitnya kepada Tn.A.
6. Fidelity
Sebagai perawat kita harus menepati janji dan komitmen pada pasien. Untuk
itu, perawat harus menepati kesepakatan dengan Tn.A sebelum pemeriksaan
bahwa Tn.A akan diberitahu tentang informasi penyakitnya jika pemeriksaan
sudah selesai, walaupun hasil pemeriksaannya tidak seperti yang diharapkan.
7. Confidentiality
Sebagai perawat kita harus menjaga kerahasiaan. Untuk itu perawat harus
menghargai apa yang di putuskan oleh Tn.A dan merahasiakannya.
b. Identifikasi berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang perawat
profesional dalam menyelesaikan masalah atau situasi tersebut
Dalam menyelesaikan masalah tersebut, perawat harus melaksanakan prinsip-
prinsip moral dan dalam menyampaikan informasi penyakit pada pasien harus
menggunakan pendekatan-pendekatan serta komunikasi terapeutik , agar pasien
bisa menerima dan memahami apa yang disampaikan perawat dengan baik.
6. Membuat Keputusan : Kegiatan
a. Mempertimbangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan dan
konsekuensinya masing-masing
Alternatif pertama : perawat akan memberi tahu pasien tentang penyakitnya
dengan seizin dokter tapi menunggu pada saat kondisi pasien memungkinkan dan
akan ditemani oleh keluarga.
Alternatif kedua : perawat akan langsung memberi tahu pasien tentang penyakit
sesaat setelah hasil pemeriksaan itu didapatkan dengan seizin dokter.
b. Membuat keputusan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah atau situasi
tersebut dengan memperhatikan prinsip moral
Berdasarkan prinsip-prinsip moral diatas alternatif yang dipilih adalah alternatif
pertama karena pasien tetap memperoleh haknya sebagai pasien untuk
memperoleh informasi tentang penyakitnya walaupun tidak dengan segera. Ini
memenuhi prinsip moral otonomi, fidelity, veracity, justice, benefesiens. Selain
itu juga alternatif kedua juga bersifat nomalefisiens yaitu tidak membahayakan
pasien baik fisik maupun psikis, karena memberitahu pasien saat kondisi tubuh
pasien sudah sedikit membaik dan saat memberitahukan informasi tersebut
perawat menggunakan komunikasi terapeutik dan ditemani oleh keluarga pasien.
KASUS 2 :
Seorang wanita berumur 50 tahun menderita penyakit kanker payudara terminal
dengan metastase yang telah resisten terhadap tindakan kemoterapi dan radiasi. Wanita
tersebut mengalami nyeri tulang yang hebat dimana sudah tidak dapat lagi diatasi dengan
pemberian dosis morphin intravena. Hal itu ditunjukkan dengan adanya rintihan ketika
istirahat dan nyeri bertambah hebat saat wanita itu mengubah posisinya. Walapun klien
tampak bisa tidur namun ia sering meminta diberikan obat analgesik, dan keluarganya pun
meminta untuk dilakukan penambahan dosis pemberian obat analgesik. Saat dilakukan
diskusi perawat disimpulkan bahwa penambahan obat analgesik dapat mempercepat
kematian klien.

PEMECAHAN KASUS DILEMA ETIK

1. Mengembangkan data dasar


a. Orang yang terlibat
 Pasien
 Keluarga
 Perawat
 Dokter
b. Tindakan yang diusulkan
 Pasien : meminta diberikan obat analgesik.
 Keluarga : meminta untuk dilakukan penambahan dosisi dalam
pemberian obat analgesik.
 Perawat : perawat memberitahukan bahwa pemberian obat analgesik
dapat mempercepat kematian pasien.
c. Maksud dari tindakan tersebut
 Pasien : agar dengan pemberian obat analgesik dapat mengurangi rasa
nyeri tulang yag dia derita.
 Keluarga : agar pasien merasa tenang dan mengurangi rasa nyeri yang
dialami pasien.
 Perawat : apabila dilakukan penambahan dosis, maka dapat
mempercepat kematian pasien dan ini juga melanggar hak azasi
manusia.
d. Konsekuensi tindakan yang diusulkan
 Pasien : dapat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.
 Keluarga : apabila dilakukan penambahan dosis obat, dapat
mempengaruhi kondisi fisik klien dan berujung kepada kematian.
 Perawat : apabila tidak dilakukan pemberian obat, pasien akan tetap
merasakan nyeri dibagian tulang.
2. Mengidentifikasi konflik akibat situasi tersebut
a. Lakukan analisis terkait situasi/kasus yang terjadi
Penderitaan klien dengan kanker payudara yang sudah mengalami
metastase mengeluh nyeri yang tidak berkurang dengan dosis morphin yang
telah ditetapkan. Klien meminta penambahan dosis pemberian morphin untuk
mengurangi keluhan nyerinya. Keluarga mendukung keinginan klien agar
terbebas dari keluhan nyeri. Sedangkan perawat ragu untuk melakukan
permintaan klien dann keluarga, karna perawat mengetahui bahwa tindakkan
tersebut dapat menyebabkan kematian.
b. Identifikasi berbagai masalah atau konflik yang terjadi dari kasus atau situasi
tersebut.
 Penambahan dosis obat analgesik dapat mempercepat kematian klien.
 Apabila tidak memenuhi keinginan klien dan keluarga akan membuat
keluarga pasien merasa kesal dan pasien akan tetap merasakan nyeri.
3. Membuat tindakan alternatif
a. Identifikasi alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan
masalah tersebut.
 Tidak menngikuti keinginan pasien dan keluarga tentang penambahan
dosis obat analgesik, tetapi memberikan cara lain untuk mengurangi
nyeri yang dirasakan pasien. Seperti menarik nafas dalam yang akan
menguranngi rasa nyeri yang dilami pasien.
 Mengikuti keinginan pasien tentang pemberian obat analgesik, setelah
dilakukan diskusi dengan tim medis lain terkait dosis yang akan
diberikan kepada pasien.
b. Identifikasi konsekuensi dari masing-masing alternattif tindakan tersebut.
 Konsekuensi dari tindakan alternatif pertama : Tidak mempercepat
kematian pasien, klien dibawa pada kondisi untuk beradaptasi pada
nyerinya, dan keinginan pasien untuk menentukan nasibnya sendiri
tidak terpenuhi.
 Konsekuensi dari tindakan alternatif kedua : Risiko mempercepat
kematian klien sedikit dapat dikurangi, Klien pada saat tertentu bisa
merasakan terbebas dari nyeri sehingga ia dapat cukup beristirahat Hak
klien sebagian dapat terpenuhi, dan Kecemasan pada klien dan
keluarganya dapat sedikit dikurangi.
4. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat

Pada kasus di atas dokter adalah pihak yang membuat keputusan, karena dokterlah yang
secara legal dapat memberikan ijin penambahan dosis morphin. Namun hal ini perlu
didiskusikan dengan klien dan keluarganya mengenai efek samping yang dapat ditimbulkan
dari penambahan dosis tersebut. Perawat membantu klien dan keluarga klien dalam membuat
keputusan bagi dirinya. Perawat selalu mendampingi pasien dan terlibat langsung dalam
asuhan keperawatan yang dapat mengobservasi mengenai respon nyeri, kontrol emosi dan
mekanisme koping klien, mengajarkan manajemen nyeri, sistem dukungan dari keluarga, dan
lain-lain.

5. Mendefenisikan kewajiban perawat

Adapun kewajiban perawat :

 Membuat klien merasa nyaman dengan memberikan dukungan emosional dengan


memeberikan support
 Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
 Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap masalah
yang sedang dihadapi
 Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai
dengan keyakinannya
 Tetap menerapkan prisip-prisip moral perawat
 Tetap memperhatikan hak-hak klien
6. Membuat keputusan
a. Mempertimbangkan dan menganalisis alternatif tindakan dan konsekuensinya
Dari alternatif tindakan yang ada
masing-masing alternatif tindakan tersebut memiliki manfaat dan konsekuensi
tertentu. Setelah dilakukan pertimbangan bahwa alternatif pertama lebih besar
manfaatnya karena dengan manajemen nyeri yang diberikan oleh perawat
dapat menegurangi rasa sakit pada klien dan kemungkinan kematian klien
dapat diminimalisir. Tetapi apabila dilakukan alternatif ke dua ini masih
menimbulkan kemungkinan mempercepat kematian pasien.
b. Membuat keputusan yang diambil untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan memperhatikan prinsip moral
berdasarkan pertimbangan dan memperhatikan prinsip-prinsip yang moral
diputuskan untuk melakukan alternatif pertama karena telah memenuhi prinsip
moral benefisiens, justice dan nonmalefisiens walaupun hak otonimynya tidak
terpenuhi.

KASUS 3 :
Kembar siam lahir di manchester 8 november 2000. Nama yang sebenarnya tidak di
umumkan, tetapi oleh pengadilan inggris untuk mudahnya diberi nama Mary dan Jodie. Dari
segi medis, kondisi mereka sangat berat. Tulang pinggulnya mereka menempel dan tulang
punggung beserta seliruh bagian bawah tubuh menyambung. Kaki-kaki ada pada tempatnya
dalam posisi silang menyilang. Keadaan itu tampak pada gambar yang dikeluarkan oleh RS
6W. MDU\¶V. JDQWXQJ GDQ SDUXJparu mary tidak berfungsi, lagi pula otaknya tidak berkembang
penuh. Jodie tampak dalam keadaan fisik normal, tetapi jantung dan paru-parunya mendapat
beban berat. Karena harus menyediakan darah beroksigen juga untuk saudaranya. Menurut
para dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga sampai enem bulan. Kalau keadaan ini
dibiarkan lebih lama, dua-duanya akan meninggal dunia.
Dengan demilian kasus kembar siam ini menimbulkan suatu dilema yang amat
memilukan. Orang tua, staf medis, dan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini
menghadapi suatu pilihan yang sangat sulit. Jika Mary dan Jodie tidak di pisahkan, mereka
dua-duanya meninggal. Jika mereka dipisahkan melalui operasi, mary pasti akan mati,
karena ia tidak bisa benafas sendiri, sedangkan jodie mempunyai peluang baik untuk hidup
dengan agak normal, walaupun dalam keadaan cacat dan harus menjalani banyak operasi
lagi untuk sedikit demi sedikit membetullkan kondisi fisiknya.
Orang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang saleh. Mereka
berpendapat, Mary dan Jodie sebaiknya tidak di pisahkan, karena cinta mereka untuk kedua
anak ini sama besarnya. Merka tidak bisa menerima jika yang paling lemah harus di
korbankan kepada yang kuat. Karena itu mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini
kepada kehendak Tuhan. 6WDI PHGLV GL 56 MDU\¶V WLGDN VHWXMX. 6HVXDL GHQJDQ QDOXUL
kedokteranyang umum, mereka beranggapan bahwa kehidupan yang mungkin tertolong,
harus di tolong juga.
KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
A.Identifikasi data dasar
1. Orang yang terlibat :
 Bayi kembar siam : Mary dan Jodie
 Dokter
 Tenaga medis lainya : Perawat
 Orang tua
2. Tindakan diusulkan :
 Orang tua terhadap anaknya : Orang tua berpendapat mary dan Jodie
sebaiknya tidak dipisahkan, mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini
kepada kehendak tuhan.
 Staf medis terhadap klien : Menginginkan untuk dilakukan operasi pemisahan
terhadap mary dan jodir karena mereka beranggapan bahwaa kehidupan yang
mungkin tertolong harus ditolong juga.
3. Maksud dari tindakan :
 Orang tua kepada Klien : Karena kasih sayang orang tua kepada kedua
anaknya sehingga orang tua tidakmenginginkan salah satu dari anaknya
meninggal
 Staf Medis terhadap Klien : Untuk menolong nyawa dari salah satu bayi
tersebut yang mungkin masih bisa diselamatkan hidupnya.
4. Konsekuensi dari tindakan :
 Orang tua terhadap klien : Apabila keinginan orang tua untuk tidak dilakukan
pemisahan pada bayinya,Kemungkinan nyawa dari kedua bayi ini tidak bisa
diselamaatkan . Apabila keinginan orang tua tidak dilakukan maka hal itu
berarti kita telahmelanggar keputusan yang telah diambil oleh orang tua selaku
pangambil keputusan atas bayinya
 Staff medis terhadap klien : apabila keputusan staf medis dilakukan untuk
dilakukan pemisahan salah satu nyawa dari bayi harus dikorbankan untuk
menyelamatkan salah satu darinya. Apabila keputusan tidak dilakukan maka
kemungkinan nyawa dari kedua bayi ini tidak akan bisa diselamatkan.

B. Identifikasi konflik
1. Analisis kasus
 Staff medis menginginkan untuk dilakukan operasi pemisahan pada
kebdua bayi ini,karena salah satu dari bayi ini memiliki peluang
hidup yang lebih besar dari salah satu bayi tersebut.
 Orang tua tidak menginginkan untuk dilakukan pemisahan pada
kedua bayinya,karena orang tua sangat menyayangi kedua bayinya
dan tidak ingin bila salah satu dari bayinya meninggal.
2. Identifikasi konflik atau masalaah yang akan terjadi pada kasus
Dari analisis kasus diatas didapatkan bahwa terjadi dilema etik
dalam pengambilan keputusan apa yang harus dilakukan antara
menyelamatkan salah satu dari nyawa bayi tersebut dengan
melakukan operasi pemisahan atau tidak dilakukan operasi sama
sekali karena tidak menginginkan salah satu dari bayi tersebut
meninggal namun di sisi lain kedua nyawa bayi tersebut tidak akan
tertolong bila tidak dilakukan operasi pemisahan.

C. Membuat tindakan alternative


1. Alternatif untuk menyelesaikan masalah
 Tetap dilakukan operasi pemisahan dengan Memberikan pengertian
pada orang tua bayi tersebut apa yang akan terjadi bila dilakukan
operasi pemisahan.
 Meyakinkan orang tua bahwa operasi ini dilakukan demi kebaikan bayi
tersebut. Karena bila tidak dilakukan akan terjadi penyesalan.
2. Konsekuensi
 Dampak dari alternative diatas adalah penolakan dari orang tua
terhadap keputusan staf medis untuk dilakukan operasi pemisahan
pada bayi kembar tersebut.
D. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan oleh staf medis dengan memberikan
pengertian kepada orang tua bayi sebagai wali dari pasien yang masih Bayi.
E. Mendefinisikan kewajiban perawat
1. Memahami tugas dan tanggung jawab kita sebagai perawat professional
Sebagai seorang perawat profesional kita haruslah selalu menerapkan prinsip
moral dalam menyelesaikan masalah etik,seperti:
- Prinsip otonomi,yaitu: perwat harus selalu menghargai keputusan
klien. Paada kasus ini staf medis harus tetap menhargai keputusan
dari orang tua bayi kembar tersebut.
- Prinsip benefisiensi,yaitu: perawat harus melakukan tindakan yang
bermanfaat untuk klien. Pada kasus ini perawat haruslah
melakukan tindakan yang bermanfaat demi kepentingan klien.
- Justice(Keadilan),yaitu: Perawat harus memberikan keadilan
terhadap hak-hak yang harus didapatkan klien.
- Nonmalefisisen : perawat harus tetap melakukan tindakan yang
tidak akan membahayakan klien baik fisik maupun dari segi
mental.
- Veracity : perawat harus bersikap jujur
- Fidelity : perawat harus menepati janji dan komitmen.
- Confidentiality : perawat harus bisa merahasiakan masalah klien.
2. Identifikasi kewajiban yang harus dilakukan oleh perawat professional
Adapun kewajiban perawat :
 Membuat klien merasa nyaman dengan memberikan dukungan emosional
dengan memeberikan support
 Membantu proses adaptasi klien terhadap nyeri / meningkatkan ambang nyeri
 Membantu klien untuk menemukan mekanisme koping yang adaptif terhadap
masalah yang sedang dihadapi
 Membantu klien untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan keyakinannya
 Tetap menerapkan prisip-prisip moral perawat
 Tetap memperhatikan hak-hak klien
F. Membuat keputusan
1. Mempertimbangkan dan menganalisis berbagai alternatif tindakan dan
konsekuensinya masing-masing
Dari alternatif diatas : tim medis tetap akan melakukan operasi pemisahan
dengan meyakinkan pihak keluarga walaupun terjadi penolakan dari keluarga
pasien.
2. Membuat keputusan yang akan diambil untuk menyelesaikan masalah atau
situasi tersebut dengan memperhatikan prinsip moral
Berdasarkan dengan alternatif-alternatif diatas serta mempertimbangkan
prinsip-prinsip moral di putuskan untuk mengoperasi bayi kembar tersebut
dengan menyelamatkan nyawa jodi karena alternatif dari tim medis telah
memenuhi prinsip moral yaitu:
 Otonomi (mendahulukan hak pasien) pasien disini mary dan jodi
karena jodi bisa bertahan hidup jika dilakukan operasi.
 Benefiensi (kemanfaatan) : dengan melakukan operasi pemisahan akan
menyelamatkan nyawa jodi.
 Justice (keadilan) : semua orang punya hak untuk hidup, begitu pun
jodi.
 Nonmalefisiens (tidak membahayakan) : walaupun dengan dilakukan
operasi akan membahayakan nyawa mary, tapi jika tidak dilakukan
operasi ini akan membahayakan nyawa kedua bayi tersebut. Jadi dalam
pilihan yang buruk diambil pilihan yang kurang
buruk(membahayakan).
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan :

Berbagai permasalahan etik dapat terjadi dalam tatanan klinis yang melibatkan
interaksi antara klien dan perawat. Permasalahan bisa menyangkut penentuan antara
mempertahankan hidup dengan kebebasan dalam menentukan kematian, upaya menjaga
keselamatan klien yang bertentangan dengan kebebasan menentukan nasibnya, dan penerapan
terapi yang tidak ilmiah dalam mengatasi permasalah klien.

Dalam membuat keputusan terhadap masalah dilema etik, perawat dituntut dapat
mengambil keputusan yang menguntungkan pasien dan diri perawat dan tidak bertentang
dengan nilai-nilai yang diyakini klien. Pengambilan keputusan yang tepat diharapkan tidak
ada pihak yang dirugikan sehingga semua merasa nyaman dan mutu asuhan keperawatan
dapat dipertahankan.

Perawat harus berusaha meningkatkan kemampuan profesional secara mandiri atau secara
bersama-sama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan untuk menyelesaikan suatu dilema
etik.
Daftar pustaka:

Tappen, M.R., Sally A. Weiss, Diane K.W. (2004). Essentials of Nursing Leadership and
Management. 3 rd Ed. Philadelphia : FA. Davis Company.

Suhaemi, M.E. (2004). Etika Keperawatan: aplikasi pada praktik. Jakarta: EGC

Kozier, B., Erb G., Berman, A., & Snyder S. J. (2004). Fundamentalsof Nursing Concepts
Process and Practice. (7 th ed). New Jerney: Pearson Education Line.

Basmanelly,dkk.(2006).dilema etik (makalah).jakarta.Pogram magister


keperawatan,kekhususan keperawatan jiwa,FIK UI

Efendi,ferry.,makhfudli.2009.keperawatan kesehatan komunitas ; teori dan praktik dalam


keperawatan.jakarta:salemba medika

Sudarma,momon.2008.sosiologi untuk kesehatan.jakarta:salemba medika

Hegner,barbara r.2003.nursing assistant : a nursing process approach,6/e.jakarta:EGC

Thompson and HO Thompson,Ethic ini Nursing, New York: MacMilan Publishing Co. Inc., 1981,
diadaptasikan oleh Kelly, 1987. dalam Priharjo, 1995

Priharjo,robert.2008.pengantar etika keperawatan.

http://id.scribd.com/doc/20711284/Non-Malefisence

http://arifinjavisarqi.blogspot.com/2012/04/masalah-etika-keperawatan-di-tinjau.html

http://zaifbio.wordpress.com/2011/05/21/kasus-yang-berhubungan-dengan-pemecahan-
dilema-etik/

http://nersdody.blogspot.com/2012/03/etik-dilema-etik-dan-contoh-kasus.html

Anda mungkin juga menyukai