PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keperawatan sebagai suatu profesi yang sampai saat ini masih dianggap profesi
yang kurang eksis, kurang profesional, bahkan kurang menjanjikan dalam hal
juga bisa sejajar dengan profesi – profesi lain. Tugas ini akan terasa berat bila
hanya akan dapat dicapai dengan kerja keras perawat itu sendiri untuk
masyarakat.
eksternal dan kemampuan adaptasi ini dapat dilihat dari berbagai tingkatan
usia.
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan
Oleh karena itu, kelompok memandang perlu untuk mengetahui dan mengkaji
lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori
Sister Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
keperawatan
ISI
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi
seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
yang lainnya, jika seseorang dapat menyesuaikan diri dengan perubahan maka ia
negatif. Sehat dan sakit merupakan adalah suatu hal yang tidak dapat dihindari
dari kehidupan manusia. Dalam asuhan keperawatan, menurut Roy (1984) sebagai
kesatuan untuk beberapa tujuan dan adanya saling ketergantungan dari setiap
bagian-bagiannya. System terdiri dari proses input, autput, kontrol dan umpan
1. Input
respon, dimana dibagi dalam tiga tingkatan yaitu stimulus fokal, kontekstual
Stimulus kontekstual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang baik
Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan situasi
yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan, sikap, sifat
individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini memberi proses
belajar untuk toleransi. Misalnya pengalaman nyeri pada pinggang ada yang
yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator
a) Subsistem regulator.
sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom adalah respon
neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku
output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai
b) Subsistem kognator.
Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau
secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .
output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.
diwariskan atau diturunkan secara genetik (misal sel darah putih) sebagai
Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang dikemukakan oleh roy,
diantaranya:
individu.
tambahan yang ada atau sesuai dengan situasi dalam proses penyesuaian
integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi
endokrin.
lain.
- Ketiga, fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan
Teori adaptasi suster Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system
berikut:
1. Fisiologis.
sirkulasi.
perkembangan.
kulit.
system reproduksi.
Model konsep ini mengidentifikasi pola nilai, kepercayaan dan emosi yang
berhubungan dengan ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada kenyataan keadaan
Interdependent
2) Keperawatan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit
yang mengalami gangguan fisik, psikis dan social agar dapat mencapai
3) Konsep sehat;
terhadap rangsangan yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi
sehat dan sakit sangat individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan
4) Konsep lingkungan;
dapat berupa fisik, kimiawi, ataupun psikologis yang diterima individu dan
Fungsi Peran
Mengenai pola interaksi sosial seseorang dalam hubungannya dengan orang lain
yang dicerminkan oleh peran primer, sekunder dan tersier.
Interdependence
beradaptasi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi, dan evaluasi,
1. Pengkajian
dan holistik
interaksi social; mekanisme koping dan gaya, strea fisik dan emosi;
yang panas”
dengan stimulus yang sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang petani
mengalami nyeri dada, dimana ia bekerja di luar pada cuaca yang panas. Pada
kasus ini, diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran berhubungan dengan
juga ditujukan kepada kemampuan klien dalam koping secara luas, supaya
stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien, sehinga total stimuli
4. Implementasi
5. Evaluasi
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan, yaitu
A. Kasus
Klien keluarga dwi atas nama rina dengan gangguan system kardiovaskuler
akan merasakan berbagai gejala klinis, gejala atau tanda klinis yang sering
keluhan sakit kepala dan adanya keluhan sesak nafas. Semua gejala tersebut
dapat diketahui dari keluhan pasien dan dibuktikan dengan data akurat melalui
Disamping gejala diatas terdapat gejala yang sangat sering dirasakan pasien
adanya nyeri dada (angina). Nyeri dada (angina) timbul karena ketidak
iskemik sampai pada infark, dan dalam kondisi ini dapat dibuktikan dari
beberapa alat dan tes darah sebagai monitor dan menunjukkan tempat daerah
Angina adalah nyeri dada atau rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh aliran
darah dan oksigen tidak sesuai yang dibutuhkan, hal ini dimungkinkan adanya
sumbatan dari aliran darah utama jantung yaitu coronary. Nyeri angina biasa
terjadi beberapa menit dan pasien merasakan: nyeri dada berat, dada terasa
ditekan, seperti ada yang menekan, rasa gelisan atau tidak nyaman yang
menyebar ke lengan tangan, punggung, leher, rahang, atau perut. Dan juga
rasa kebal/baal pada bahu, lengan atau pergelangan tangan. Disertai rasa
terengah-engah (atau susah untuk bernafas) dan kadang disertai sakit pada
perut . Angina dapat terjadi pada saat naik tangga, akivitas/latihan, saat
panas atau udara dingin, beberapa hal ini akan menyebabkan timbulnya
angina.
B. Analisa Kasus
1. Mengkaji Behaviors
b. Konsep diri
d. Saling ketergantungan
dan nilai. Hal yang spesifik dalam mode ini adalah significant others
a. Stimulus Fokal
Sesak nafas
Palpitasi
Kelemahan ( aktivitas ), pasien mengeluhkan sangat lelah sekali untuk
Sianosis.
Edema, pasien mengeluhkan edema menjadi parah pada sore hari dan
b. Stimulus Contextual
Data Identitas diri yang mencakup umur, jenis kelamin, karena dapat
Status mental
Kecemasan/coping skill
c. Residual
atau embolis.
4 Menetapkan Tujuan
Stabilitas hemodynamik
Istirahat
Menurunkan kecemasan
managemen nyeri.
dengan tanda & gejala termasuk nyeri pada dagu, leher, nyeri pada bahu,
6 Evaluasi
Dapat menunjukan secara verbal tentang nyeri dada, tidak ada indikator
Klien mampu menunjukkan tingkah laku yang adaptif bila timbul nyeri
anginanya.
Hemodinamik stabil
perawat jika tanda dan gejala cemas dan takut datang (subjektif feeling,
Pada kasus nyeri angina yang timbul karena ketidak adekuatan suplay O2 ke
jantung akibatnya otot jantung mengalami iskemik sampai pada infark, dan dalam
jantung ini dapat terjadi secara terus menerus dalam beberapa waktu secara
jantung.
karena itu perawat memfasilitasi potensi klien untuk mengadakan adaptasi dalam
Nyeri adalah suatu hal yang kompleks, merupakan stimulus fokal yang
multidimensi dan memberikan efek langsung pada manusia baik pikiran, tubuh,
Respon nyeri pada setiap individu akan sangat berbeda, hal ini tergantung pada
situasi, intensitas nyeri, lamanya nyeri, interpretasi serta banyak factor lain yang
budaya, emosi serta demografi akan mempengaruhi persepsi terhadap nyeri serta
kemampuan individu tersebut terhadap nyeri. Beberapa klien dapat menerima
kondisi nyeri lebih cepat dari yang lain, klien yang menerima nyeri dengan positif
dapat menahan nyeri dengan cara yang baik, sebaliknya klien yang kalah dengan
kehilangan, kecemasan, depresi dan focus menyempit hingga rasa nyeri dianggap
1. Aktivasi
Responnya dimulai dengan adanya persepsi nyeri, suatu proses dari system
2. Rebound
Merupakan pengalaman nyeri yang hebat tetapi singkat, pada tahap ini system
3. Adaptasi
karena adanya aksi endorphin terhadap nyeri yang terjadi bila nyeri berakhir
A. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang didefinisikan sebagai usaha secara kognitif dan
internal maupun eksternal yang dinilai sebagai beban atau sesuatu yang
melebihi dari tubuh, fungsi kognitif dan tingkah laku ini dapat digunakan
Upaya atau koping dengan keyakinan religius atau tingkah laku digunakan
suatu stressor, secara religius strategi yang dilakukan dapat berupa sholat,
sebagai control terhadap rasa nyeri, karena secara tidak langsung koping
apa yang terjadi pada dirinya, baik itu berupa kondisi sehat maupun sakit,
rasa nyeri maupun tidak nyeri. Seperti yang dinyatakan oleh Koenig
seseorang.
4. Koping Non-Religius
Dapat berupa upaya kognitif, misalnya dengan mengeluarkan pernyataan
sendiri seperti “ Saya bisa bertahan dengan situasi ini “, atau berupa upaya
dapat aku tahan “ atau “ Rasa nyeri ini tidak mengganggu aktivitas “ atau
yang lainnya dengan adanya bukti klinis tidak terdapat gejala-gejala yang
posisi yang nyaman, tarik nafas dalam bila rasa nyeri muncul, melakukan
Penggunaan koping religius dan non religius ini merupakan salah satu
model Roy.
B. Model Adaptasi
peran dan integritas konsep diri, psikososial dan kesehatan spiritual seseorang.
memiliki support yang terbatas dan merasa tidak berdaya dan putus asa, untuk
itulah perawat harus menjadi fasilitator bagi mereka untuk melawan rasa
fungsional tubuh. Hal ini ditandai dengan kesulitan dalam melakukan ADL.
Dengan kasus nyeri angina ini, bila klien memiliki kemampuan untuk
kehilangan, putus asa dan gangguan konsep diri merupakan indikasi proses
PENUTUP
KESIMPULAN
Model konsep adaptasi pertama kali dikemukakan oleh Suster Callista Roy
(1969). Konsep ini dikembangkan dari konsep individu dan proses adaptasi
seperti diuraikan di bawah ini. Asumsi dasar model adaptasi Roy adalah :
SARAN
Aplikasi proses keperawatan menurut konsep teori Roy di Rumah Sakit telah
banyak diterapkan namun sedikit sekali perawat yang mengetahui dan memahami
lebih jauh tentang penerapan model keperawatan yang sesuai dengan teori Sister
Callista Roy di lapangan atau rumah sakit, sehingga dapat diketahui apakah teori
keperawatan .
DAFTAR PUSTAKA
Salemba Medika
FRILANDIA YARANGGA
HILDA I. SIMORANGKIR
JUNLELI S.TAMBUN
NURJANNAH
NOVITA SIAGIAN
RAHEL KAMMA
RIBKA S. BONDO
NOGROHO
YUNI PURNAMA
NURBAYA WATI
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
PROGRAM PENDIDIKAN NERS
JURUSAN KEPERAWATAN
STRATA SATU ( S I )
JAYAPURA
2009 /2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat-Nyalah hingga kami dapat menyelesaikan tugas yang di
embankan kepada kami, dan berkat bantuan-Nyalah kami bisa menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu tanpa adanya halangan.
Adapun makalah ini di buat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
Dosen Fransiska B. Baticaca S.pd, Kep.Ns selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Komunitas II kepada mahasiswa yang telah mengontrak mata kuliah
Keperawatan Komunitas II.
Kami Ucapkan Terima Kasih kepada semua pihak yang terkait, yang telah
memberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini kepada kami.dan para
Dosen yang berada di lingkungan Program Pendidikan Ners yang sudah turut
membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini dan rekan-rekan mahasiswa
sekalian.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih dalam tahap
pembelajaran dan pasti banyak mengalami kekurangan. Oleh karena itu di
harapkan pada para pembaca, saran dan kritiknya yang bersifat membangun
sangat di harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Jayapura, 15
september 2010
Penulis