Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DEPRESI

OLEH

KELOMPOK VI

PAULINA ENJELINA AMUL ( 2116032)

NUR ASWAN ( 2116O35)

LODIANUS JELEVEN ( 2116042)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GEMA INSAN AKADEMIK

MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya
makalah yang berjudul “MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA
DEPRESI ” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. makalah ini
disusun sebagai tugas yang diberikan dalam mata kuliah kami.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang masih perlu
diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Depresi merupakan sala satu bentuk gangguan jiwa yang di
latar belakangi oleh berbagai permasalah khidupan yang di hadapi
setiap induvidu. Beberapa dekade trahir, makin banyak pasien
yang mencari pertolongan medis harapan dapat menghilangkan
keluhan-keluhan fisiknya, sementara dokter yang menangani tidak
menemukan penyebab organiknya. Meskipun secara medis
gangguan mental dan gangguan emosional tidak lebih memalukan
dari pada penyakit fisik, akan tetapi masyarakat masih melakukan
diskriminasi atas hal tersebut sehingga penderita semakin
menyembunyikan keluhan gangguan mental atau emosionalnya di
balik keluhan fisiknya. Hal ini lah yang menyebabkan gangguan
depresi tidak di tangani secara entensif dan terkadang bila terjadi
sesuatu pada penderitaan baru bisa terdeteksi. Apabila gangguan
terjadi pada pasien bisa terdeteksi dan segera di tangani maka
depresi mampu di atasi sehinga tidak terjadi percobaab bunuh diri.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang.....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Pengertian.............................................................................................
B. Etiologi
C. Pengkajian

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Depresi adalah kondusi yang di gambarkan sebagai suatu
kelainan mood yang menyebabkan perasaan sedih dan hilang
minat yang menetap.
Depresi Prevalensi depresi pada klien dengan kanker
berkisar antara 10-25%. Prevalensi ini tampaknya meningkatkan
dengan terjadinya kehilangan fungsi, kondi penyakit yang semakin
berat, dan gejala yang tidak tertangani. Di percaya bahwa banyak
kasus depresi pada klien dengan penyakit terminal tdk di sadari
oleh tenaga kesehatan karen terdapat banyak manifestasi klinis
dari depresi ( seperti keletihan, anoreksia atau turunya berat badan,
insomnia) dapat dikaitkan dengan prose penyakit itu sendiri.
Indikator kunci dari depresi klinis pada klien dengan penyakit
terminal adalah perubahan dalam suasana hati(mood);(2) merasa
tidak memiliki harapan, tidak berharga, atau perasaan bersalah
yang bertumpuk; dan (3) munculnya harapan-harapan kematian;
termasuk pemikiran untuk bunuh diri.
B. Etiologi
Diagnosa terminal berpotensi menyebabkan ansietas dan
depresi. Klien dengan riwayat keluarga atau personal memiliki
episode depresi sebelumnya berada pada risiko yang lebih tinggi
untuk mengalami depresi di bandingkan populasi umum.
Menariknya, beberapa diagnosa kanker, seperti kanker pankreas,
telah dikaitkan lebih kuat menyebabkan depresi. Hal ini masi belum
jelas apakah berkaitan dengan faktor psikologis atau fisiologis yang
menyebabkan terjadinya peningkatan dalam risiko.
Depresi dianggap merupakan hasil langsung akibat
neurotransmisi serotin abnormal (5- hidrokstriptamin [5-HT]) di
SSP. Sekresi abnormal ini mungkin bersifat genetik, atau mungkin
dipicu oleh mekanisme yang belum diketahui. Neurotransmiter lain,
seperti asam gamma aminobutirat (GABA) dan norepinefrin, juga
dikaitkan dengan ansietas yang mungkin juga berkaitan dengan
depresi.
C. Pengkajian
Perawat memegang peranan yangn sangat penting dalam
mengidentifikasi klien dengan depresi. Skrining yang sederhana,
valid, dan reliabel yang mengandung pertanyaan mengenai depresi
dapat dengan mudah ditanyakan seperti,”Apakah Anda merasa
depresi?” Walaupun perasaan sedih dan cemas sewaktu-waktu
merupakan respons normal akan diagnossis terminal, gejala
depresi yang parah dan berlangsung lama tidak termasuk kategori
normal. Individu yang memperlihatkan tanda dari depresi klinis
harus dirujuk pada tenaga kesehatan profesional terlatih untuk
evaluasi.
Pengkajian dilakukan dengan cara mengidentifikasi faktor
predisposisi, presipitasi, dan perubahan perilaku serta mekanisme
koping yang digunakan lien.
Mekanisme koping yang di gunakan pada reaksi kehilangan
yang memanjang adalah denial dan supresi, hal ini untuk
menghindari tekanan yang hebat. Depresi, yaitu perasaan berduka
yang belum terselesaikan,mekanisme koping yang digunakan
adalah represi, supresi, denial, dan disosiasi. Tingkah laku mania
merupakan mekanisme pertahanan terhadap depresi yang
diakibatkan dari kurang efektifnya koping dalam menghadapi
kehilangan. Perilaku yang berhubungan dengan mania ( yosep,
2007) adalah sebagai berikut.

Afektif Gambaran yang berlebihan (euphoria)


Harga diri meningkat
Tahan kritik
Kognitif Ambisi
Mudah terpengaruh
Mudah beralih perhatian
Waham kebesaran
Ilusi
Flight of ideas
Gangguan penilaian
Fisik Dehidrasi
Nutrisi yang tidak adekuat
Berkurangnya kebutuhan tidur/ istirahat
Berat badan menurun
Tingkah laku Agresif
Hiperaktif
Aktivitas motorik meningkat
Kurang bertanggung jawab
Royal
Iritable atau suka berdebat
Perawatan diri kurang
Tingkah laku seksual yang berlebihan
Bicara bertele-tele

Perilaku yang berhubungan dengan depresi adalah sebagai


berikut.

Afektif Sedih,cemas,apatis,murung
Kebencian,kekesalan,marah
Perasaan ditolak,perasaan bersalah
Merasa takberdaya,putus asa
Merasa sendirian
Merasa renda diri
Merasa tak berharga
Kognitif Ambivalensi,bingung, ragu-ragu
Tidak mampu kosentrasi
Hilang perhatian dan motivasi
Menyalakan diri sendiri
Pikiran merusak diri
Rasa tidak menentu
pesimis

Fisik Sakit perut,anoreksia,mual,muntah,gangguan


pencernaan,konstipasi,lemah,lesu,nyeri
kepala,pusing,Insomnia,nyeri dada,overacting,
Perubahan berat badan,ganggun selera makan
Gangguan menstruasi,impoten,
Tidak berespon terhadap seksual
Tingkah laku Agresif,agitasi,tidak toleran,gangguan aktifitas
Kemunduran psikomotor
Menarik diri, isolasi sosial
Irritable (mudah
marah,nangis,tersinggung,berkesan
Kurang spontan
Gangguan kebersihan

PERENCANAAN

Tujuan umum: mengajarkan klien untuk merespon emosional yang


adaptif dan meningkatkan rasa puas serta kesengan yang dapat diterima
oleh lingkungan ( yosep,2007)

TINDAKAN KEPERAWATAN

A. Lingkungan

Prioritas utama dalam merwat klien mania dan depresi


adalah mencegah terjadinya kecelakaan. Karena klien mania
memiliki daya nilai yang rendah, hiperaktif, senang tindakan yang
berisiko tinggi, maka klien harus ditetapkan di lingkungan yang
aman, yaitu di lantai dasar, perabotan yang dasar, kurangi
rangsang, dan suasana yang tenang. Sedangkan merawat klien
depresi lebih di tunjukkan pada potensial bunuh diri, karena klien
merasa tidak berdaya, tidak berharga, dan keputusasaan.
A. Hubungan Perwat- Klien
Hubungan saling percaya yang terapeutik perlu dibina dan
dipertahankan. Bekerja dengan klien depresi perawat harus bersifat
hangat,menerima,diam aktif, jujur dan empati. Perwat harus
berbicara lambat,sederhana, dan beri waktu pada klien untuk
berpkir dan menjawab. Apabila bekerja dengan klien mania,
perawat harus membuat batasan yang konstruktif, hal ini perlu
mengontrol perilaku klien. Kontrol dari lingkungan
( perawat,dokter,klien ) yang konsisten akan mempercepat
kesadaran klien untuk mengontrol perilakunya.

C. Afektif

Kesadaran dan kontrol diri perawat pada dirinya merupakan


syarat utama. Merawat klien depresi, perawat harus mempunyai
harapan bahwa klien akan lebih baik. Sikap perawat yang
menerima klien, hangat dan sederhana akan mengekspresikan
penghargaan pada klien. Prinsip intervensi aktif adalah menerima
dan menenangkan klien bukan menggembirakan atau
mengatakan bahwa klien tidak perlu khawatir. Klien dorong untuk
mengekspresikan pengalaman yang menyakitkan dan
menyedihkan secara verbal, hal ini akan mengurangi intensitas
masalah yang dihadapi.
D. Kognitif
Intervensi kognitif bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri
klien pada tujuan dan perilaku. Meningkatkan harga diri, dan
membantu klien memodifikasi harapan yang negatif.

Cara mengubah pikiran yang negatif.


1. Identifikasi semua ide, pikiran yang negatif
2. Identifikasi aspe positif yang dimiliki klien ( kemampuan,
keberhasilan)
3. Dorong klien menilai kembali persepsi,logika, rasional.
4. Bantu klien mengubah persepsi yang salah/negatif ke persepsi
positif, dari tidak realistis ke realistis
5. Sertakan klien pada aktifitas yang memperlihatkan Hasil. Beri
penguatan dan pujian akan keberhasilan
E. Perilaku
Intervensi perilaku bertujuan untuk mengaktifkan klien pada
tujuan realistik yaitu dengan memberi tanggung jawab secara
bertahap dalam kegiatan di ruangan. Klien depresi berat dengan
penurunan motivasi perlu dibuat kegiatan yang tersruktur. Beri
penguatan pada kegiatan yang berhasil.
F. Sosial
Tujuan intervensi sosial adalah meningkatkan hubungan sosial,
dengan cara sebagai berikut.
1) Kaji kemampuan, dukungan, dan minat klien.
2) Observasi dan kaji sumber dukungan yang ada pada klien.
3) Bimbing klien melakukan interpersonal, dengan role model,
dengan role play
4) Beri umpan balik dan penguatan hubungan interpersonal yang
positif.
5) Dorongan klien untuk memulai hubungan sosial yang lebih luas
( dengan perawat klien)
G. Fisiologi
Intervensi fisiologi bertujuan untuk meningkat kat status
kesehatan klien. Kebutuhan dasar seperti makan, minum, istirahat,
kebersihan, dan penampilan diri perlu mendapat perhatikan
;erawat. Kewaspada perawat dalam memberi asuhan keperawatan
pada klien dengan gangguan alam perasaan yang berat, perawat
harus memberikan prioritas yang paling utama terhadap potensial
bunug diri. Perawatan di rumah sakit di perlukan bila da resiko
bunuh diri, yaitu gejala meningkat secara cepat support sistem
tidak ada atau kurang. Asuhan keperawatan pada keadaan ini
untuk melindungi dan menjamin agar klien tidak mecelakakan diri
sendiri. Klien dalam keadaan mania akut juga dapat mengancam
kehidupan ( Yosep,2007).

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan depresi


2. Gangguan pola tidur berhbungan dengan kecemasan
3. Gangguan alam perasaan atau depresi berhubungan dengan
koping meladaptif

No DIAGNOSA TUJUAN DAN KRATERIA INTERVENSI


HASIL
1 Resikko Selama di lakukan 1. Diskusukan
bunuh diri tindakan keperawatan, dengan
berhubungan klien tidak pasien
dengan membahayakan diri tentang ide-
deprsi sendiri: Kretiria hasil ide bunuh diri
1. Mampu 2. Buat kontrak
mengungkap ide dengan
bubuh diri pasien untuk
2. Mengenali cara tidak
cara untuk melakukan
mnecega bunuh diri bunuh diri
3. Mendemostrasikan 3. Bantu pasien
cara mengenali
menyelesaikan perasaan
masalah yang yang mnejadi
konstruktif penyebab
timbulnya ide
bunuh diri
4. Ajarkan
beberapa
alternatif cara
penyelesaian
masalah yang
kontruktif
2 Gangguan Setelah di lakukan 1. Diskusikan
pola tidur tindakan keperawatan cara-cara
berhbungan klien mampu untuk
dengan mengidentifikasi memenuhi
kecemasan penyebeb gangguan pola kebutuhan
tidur tidur ( minum
Kriteria hasil : air hangat
1. Klien mampu atau susu
memahami faktor hangat
penyebab sebelum tidur
gangguan pola 2. Anjurkan
tidur pasien untuk
2. Klien mampu memilih cara
memahami yang sesuai
rencana khusus dengan
untuk menangani kebutuhanya
atau koreksi 3. Berikan
penyebab tidur lingkingan
tidak ada kuat yang nyaman
3. Klien tampak atau untuk
melaporkan dapat meningkatkan
istirahat yang ketiduran
cukup
3 Gangguan Selama tindakan 1. Bantu untuk
alam keperawatan, pasien memahami
perasaan merasa tidak stres dan bahwa klien
atau depresi depresi : dapat
berhubungan Kriteria hasil mengatasi
dengan 1. Klien dapat keputusanyan
koping meningkatkan 2. Kaji dan
meladaptif harga diri kerakan
2. Klien dapat sumber
menggunakan sumber
dukungan sosial internal
3. Klien dapat induvidu
menggunakan obat 3. Kaji sistem
dengan benar dan pendukung
tepat keyakinan
( nilai,
pengalaman
masa lalu,
aktifitas
keagamaan,
kepercayaan
agama
diskusikan
tentang obat
( nama dosis
frekuensi, efek
samping obat

DAFTAR PESTAKA

Yosef, Iyus,2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.

Yosef, Iyus,2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai