Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gastritis merupakan peradangan mukosa lambung yang bersifat akut,

kronik, difus dan lokal yang disebabkan oleh makanan, obat-obatan, zat kimia,

stress dan bakteri (Nuari, 2015). Penyakit ini sering ditandai dengan nyeri ulu

hati, mual, muntah, cepat kenyang, nyeri perut dan lain sebagainya. Penyakit

maag sangat mengganggu karena sering kambuh akibat pengobatan yang tidak

tuntas. Kunci pengobatan penyakit maag adalah dapat mengatur agar produksi

asam lambung terkontrol kembali sehingga tidak berlebihan, yaitu dengan

menghilangkan stress dan makan dengan teratur (Brunner & Suddarth, 2015).

Kebiasaan makan yang kurang teratur dapat mengakibatkan lambung sulit

beradaptasi dan jika terjadi dalam waktu yang lama lambung akan memproduksi

asam secara berlebihan yang dapat mengiritasi dinding mukosa lambung. Kadar

glukosa dalam darah akan banyak di serap dan terpakai setelah 4-6 jam usai

makan sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu lambung akan

terstimulus,lambung akan terus memproduksi asam lambung dengan jumlah yang

kecil setiap waktu. Terlambat waktu makan selama 2-3 jam lambung akan

memproduksi asam lambung yang berlebihan sehingga dapat mengiritasi mukosa

lambung yang dapat menimbulkan rasa nyeri di epigastrium (Nuari, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO) di beberapa negara banyak

yang menderita penyakit gastritis. Diantaranya seperti di Negara Inggris sebanyak


22%, di Negara China sebanyak 31%, di Negara Jepang sebanyak 14,5%, di

Negara Kanada sebanyak 35%, dan di Negara Perancis sebanyak 29,5% (WHO,

2010). Angka kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi

274.369 kasus dari 238.452.952 jiwa penduduk (Mawey et al., 2014).

Dari penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan

RI angka kejadian gastritis dibeberapa kota di Indonesia cukup tinggi.

Diantaranya yaitu di kota Medan dengan prevalensi sebanyak 91,6%, di kota

Surabaya dengan prevalensi sebanyak 31,2%, di kota Denpasar dengan prevalensi

sebanyak 46%, di kota Jakarta dengan prevalensi sebanyak 50%, di kota Bandung

dengan prevalensi sebanyak 32,5%, di kota Palembang dengan prevalensi

sebanyak 35,3%, di kota Aceh dengan prevalensi sebanyak 31,7%, dan di kota

Pontianak dengan prevalensi sebanyak 31,2% (Wahyu & Supono, 2015).

Dalam Profil Kesehatan Bali tahun 2016 penyakit gastritis menempati

urutan ke-8 (delapan) dengan jumlah kasus yang sama seperti pada tahun 2015

dari pola 10 besar penyakit pada pasien di Puskesmas di Provinsi Bali yaitu

sebanyak 34.087 kasus (D. P. Bali, 2016). Sedangkan dalam Profil Kesehatan Bali

tahun 2019 menyatakan bahwa penderita gastritis menempati urutan ke-6 (enam)

dari pola 10 besar penyakit di Puskesmas Provinsi Bali dengan jumlah kasus

sebanyak 19.076 kasus (D. Bali, 2019).

Hampir semua orang yang megalami gastritis memiliki gejala nyeripada ulu

hati. Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Perawat

lebih banyak menghabiskan waktunya bersama pasien yang mengalami nyeri


dibanding tenaga kesehatan lainnya dan perawat mempunyai kesempatan untuk

membantu menghilangkan nyeri dan efeknya yang membahayakan (Brunner &

Suddarth, 2015)

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu secara

farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksaan farmakologis yaitu dengan

pemberian obat penghilang rasa nyeri, sedangkan secara non farmakologis

merupakan tindakan tertentu tanpa menggunakan obat. Dalam penatalaksanaan

non farmakologis, terdapat banyak cara menggunakan terapi non farmakologis

untuk menurunkan nyeri pada gastritis, salah satu terapi non farmakologis yang

biasa digunakan untuk menurunkan nyeri yaitu terapi massage effleurage

(Wahyuni & Wahyuningsih, 2016).

Pijat (massage) merupakan cara lembut membantu klien merasa lebih segar,

rileks, dan nyaman selama keluhan. Sebuah penelitian menyebutkan, melakukan

pemijatan selama 20 menit setiap jam akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu

terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang

merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan

nyaman dan enak. Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut,

lambat, dan panjang atau tidak putus-putus. Teknik ini menimbulkan efek

relaksasi. Pijatan effleurage dapat juga dilakukan di perut dan punggung. Tujuan

utamanya adalah untuk mendapatkan efek relaksasi (Hanggarwati & Ismahmudi,

2015).

Penelitian ini sejalan dengan Zuraida & Aslim, (2020) tentang pengaruh

massage effleurage terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja putri
di SMA N 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan. Hasil dalam penelitian tersebut

didapatkan p-value 0,0005, yang disimpulkan bahwa ada pengaruh massage

effleurage terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja putri di SMA

N 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan latar belakang ini penulis tertarik untuk menulis Karya Ilmiah

Akhir Ners ( KIAN) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan

Pemberian Massage Effleurage pada Kasus Gastritis dengan Masalah

Keperawatan Nyeri Akut di Ruang xxx RSUP Sanglah Denpasar”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang diterapkan adalah bagaimana asuhan keperawatan pada

Tn. J dengan pemberian massage effleurage pada kasus gastritis dengan masalah

keperawatan nyeri akut di Ruang xxx RSUP Sanglah Denpasar ?

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada Tn. J dengan pemberian

massage effleurage pada kasus gastritis dengan masalah keperawatan nyeri akut di

Ruang xxx RSUP Sanglah Denpasar.


1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada karya ilmiah akhir ners ini yaitu antara lain:

a. Memberikan gambaran asuhan keperawatan dengan masalah

keperawatan nyeri akut di Ruang xxx RSUP Sanglah Denpasar.

b. Memberikan gambaran analisis prosedur massage effleurage pada kasus

gastritis dengan masalah keperawatan nyeri akut di Ruang xxx RSUP

Sanglah Denpasar

c. Mengaplikasikan pemberian massage effleurage pada kasus gastritis

dengan masalah keperawatan nyeri akut di Ruang xxx RSUP Sanglah

Denpasar

1.4. Manfaat Penulisan

1.4.1. Bagi Layanan dan Masyarakat

1.4.1.1. Pelayanan Keperawatan

Karya tulis ini dapat dijadikan referensi bagi tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan keperawatan pada pasien gastritis dengan masalah

keperawatan nyeri akut

1.4.1.2. Masyarakat

Karya tulis ini memberikan informasi bagi masyarakat mengenai terapi

yang dapat dilakukan untuk membantu mengatasi nyeri akut bagi masyarakat

yang mengalami gastritis


1.4.2. Bagi Pendidikan dan Perkembangan Ilmu Keperawatan

1.4.2.1. Institusi Pendidikan

Karya tulis ini dapat dijadikan referensi dan acuan bagi institusi

pendidikan dalam proses belajar dan mengajar mengenai terapi non farmakologi

yang dapat dilakukan oleh pasien gastritis untuk mengatasi nyeri akut

1.4.2.2. Pengembangan Ilmu Keperawatan

Karya tulis ini dapat meningkatkan pengembangan ilmu keperawatan

khususnya keperawatan anak mengenai prosedur massage effleurage pada pasien

gastritis.

1.4.3. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan Karya Ilmiah Akhir ini dapat menjadi referensi bacaan

ilmiah untuk melakukan asuhan keperawatan dengan menggunakan prosedur

massage effleurage pada kasus gastritis untuk membantu mengatasi nyeri akut.
Refrensi

Bali, D. (2019). Bali, Profil Kesehatan Bali, 2019. Journal of Chemical


Information and Modeling.
Bali, D. P. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Bali. Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
Denpasar.
Brunner & Suddarth. (2015). Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth.
In Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth (pp. 190–192).
https://doi.org/10.1116/1.578204
Hanggarwati, N. D., & Ismahmudi, R. (2015). Analisis Praktik Klinik
Keperawatan pada Pasien Gastritis Akut dengan Kombinasi Terapi Teknik
Relaksasi Nafas dalam dan Pijat Efflurage Terhadap Nyeri Abdomen di
Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
2015.
Mawey, B. K., Kaawoan, A., & Bidjuni, H. (2014). Hubungan Kebiasaan Makan
Dengan Pencegahan Gastritis Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 1
Likupang. Jurnal Keperawatan, 2(2).
Nuari, N. A. (2015). Asuhan keperawatan pada gangguan sistem gastrointestinal.
Trans Info Media, Jakarta.
Wahyu, D., & Supono, N. H. (2015). Pola Makan Sehari-hari Penderita Gastritis.
Jurnal Informasi Kesehatan Indonesia, 1(1).
Wahyuni, S., & Wahyuningsih, E. (2016). Pengaruh Massage Effleurage terhadap
Tingkat Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif pada Ibu Bersalin di RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu Klaten 2015. INVOLUSI Jurnal Ilmu Kebidanan,
5(10).
Zuraida, Z., & Aslim, M. (2020). Pengaruh Massage Effleurage Terhadap
Penurunan Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Sma N 1 Sutera
Kabupaten Pesisir Selatan. Menara Ilmu, 14(1).

Anda mungkin juga menyukai