PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
makhluk hidup sebagai penyimpan makanan yaitu lambung. Yang mana fungsi
lambung bagi tubuh yang paling utama adalah sebagai menerima makanan dan
dicairkan dan dicampurkan dengan asam hidroklorida dan dengan cara ini
disiapkan untuk dicerna oleh usus (Putri, 2017). Selama kadar asam lambung
dalam tubuh sesuai kadar normal tidak akan menyebabkan suatu gangguan atau
penyakit, tetapi jika kadar asam lambung dalam tubuh berlebih akan
adanya anoreksia, rasa penuh dan tidak enak pada epigastrium, mual dan
angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang
14,5%, Kanada 35%, dan Prancis 29,5%. Di dunia, kasus gastritis sekitar 1,8-
2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia
biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan
awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Putri, 2017).
1
Kejadian gastritis di Indonesia cukup tinggi hasil penelitian dan
gastritis dibeberapa kota di Indonesia ada yang tinggi mencapai 91,6 % yaitu
kota Medan, lalu dibeberapa kota lainnya seperti Surabaya 31,2%, Riau 46%,
Jakarta 50%, Bandung 32,5%, Palembang 35,35%, Aceh 31,7%, dan Pontianak
Palu didapatkan jumlah penderita gastritis dari tahun 2015 sebanyak pria
47.644 orang dan wanita 70.108 orang. Di tahun 2016 sebanyak pria 46.042
orang dan wanita 70.216 orang yang mencakup wilayah Kota Palu dan
Tengah).
urutan besar penyakit rawat inap Rumah Sakit Kota Palu, gastritis menempati
urutan ke-7 dengan jumlah penderita sebesar 1,734 orang (Dinas Kesehatan
kasus gastritis tahun 2016 sebanyak 346 jiwayang terbagi atas laiki-laki
sebanyak 103 jiwa dan perempuan sebanyak 243 jiwa, pada tahun 2017 jumlah
pasien gastritis mengalami peningkatan yaitu sebanyak 690 jiwa, yang terdiri
dari laki-laki 210 jiwa dan perempuan 480 jiwa.Hal ini menunjukan bahwa dari
tahun 2016 sampai dari tahun 2017 mengalami peningkatan (Rekam Medik
awal infeksi mukosa lambung menunjukan respons inflamasi akut dan jika
diabaikan akan menjadi kronik (Wijaya, 2013). Gastritis akut berasal dari
bahan semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, serta bahan korosif, refluks
empedu atau cairan pankreas. Gastritis kronik yaitu inflamasi lambung yang
lama dapat disebabkan oleh ulkus beningna atau maligna dari lambung, atau
tidak nyaman secara verbal maupun non verbal atau keduanya, akut maupun
tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri
dikatakan bahwa nyeri adalah suatu rasa tidak nyaman atau tidak mengenakan
rasa nyaman nyeri adalah klien merasa nyerinya berkurang atau hilang.Teknik
rasa nyeri terutama pada klien yang mengalami nyeri yang sifatnya kronis
(Dewi, 2009).
nyaman dan menghilangkan nyeri terutama pada klien yang mengalami nyeri
oksigen, dan menciptakan perasaan terbebas dari ketegangan. Teknik ini lebih
efektif ketika pasien berbaring atau duduk dengan nyaman, tetap berada
dan mengembuskan napas secara perlahan dan teratur juga membantu. Dengan
relaksasi nafas dalam diharapkan ventilasi paru bertambah baik, tubuh kaya
akan oksigen, maka diharapkan metabolisme dapat berjalan baik dan otak akan
relaksasi, sehingga impuls nyeri yang diterima akan diolah dengan baik dan
dokter atau belum pernah didiagnosa menderita nyeri perut mual muntah oleh
dokter tetapi dalam satu bulan terakhir mengalami gejala mual muntah nyeri
nafas dalam dapat mengurangi nyeri pada pasien gastritis serta banyaknya
perawat jarang melakukan tindakan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien
gastritis.
B. Batasan Masalah
C. Rumusan Masalah
1. Tujuan Umum
Anutapura Palu.
2. Tujuan Khusus
Anutapura Palu.
Keperawatan Palu.
3. Bagi Peneliti
tindakan teknik relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri pada asuhan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Gastritis
mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, atau lokal.Dua jenis
gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis
berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa hari dan sering kali
refluks empedu, dan terapi radiasi. Bentuk gastritis akut yang lebih berat
disebabkan oleh asam atau alkali yang kuat, yang dapat menyebabkan
yang mungkin disebabkan oleh ulkus lambung jinak atau ganas atau
dalam waktu lama). Uleserasi superfisial dapat terjadi dan dapat memicu
2. Etiologi
asam yang kuat. Tetapi lapisan lambung dapat mengalami iritasi dan
sementara.
b. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat,
yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi
lainnya, penyakit Crohn, infeksi virus dan bakteri. Gastritis ini terjadi
d. Gastritis karena virus atau jamur bisa terjadi pada penderita penyakit
di dinding lambung.
Keadaan ini biasanya terjadi pada usia lanjut gastritis ini juga
diketahui. Sel plasma (salah satu jenis sel darah putih) terkumpul di
dalam dinding lambung dan organ lainnya. Gastritis juga bisa terjadi
3. Manifestasi klinis
a. Gastritis akut
dapat terjadi, disertai hematemesis atau melena (feses gelap seperti tar
hebat dan abdomen yang keras seperti papan) jika terjadi perforasi
(LeMone, 2015).
b. Gastritis kronis
Pasien dapat mengeluh distres lambung yang samar, rasa penuh pada
tersebut biasanya tidak mereda dengan antasid. Selain itu, pasien dapat
4. Patofisiologi
a. Gastritis akut
alkali korosif tak sengaja atau yang disengaja (seperti amonia, lye
(larutan alkali/air sabun), Lysol, dan agens pembersih lain) atau asam
b. Gastritis erosif
bakar, atau cedera kepala.Jika erosi ini terjadi setelah mengalami luka
bakar, erosi ini disebut dengan ulkus curling (yang ditemukan oleh
c. Gastritis kronis
b. Ulkus.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Endoskopi.
b. Hispatologi biopsy.
8. Penatalaksanaan
dapat dihilangkan.
b. Penatalaksanaan medik yang diberikan :
3) Penghambat H2 (ranitidine).
4) Antacid.
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
3) Mual/muntah.
pembedahan lambung.
gastritis.
2. Diagnosa keperawatan
3. Intervensi keperawatan
a. Menghilangkan/mengurangi nyeri
b. Mengurangi ansietas
c. Meningkatkan nutrisi
makanan.
alkohol, merokok.
minuman ditunda.
&Suddarth, 2013)
1. Pengertian Nyeri
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
2014).
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan
emosional.
2. Fisiologi nyeri
ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau bahkan tidak
memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
oleh dua jenis serabut yang bermielin rapat atau serabut A (delta) dan
root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal hornterdiri atas beberapa
lapisan atau lamina yang saling bertautan.Di antara lapisan dua dan tiga
terjadinya nyeri, yaitu jalur opiate dan jalur nonopiate. Jalur opiate
ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal
desendens dari talamus yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk
3. Klasifikasi nyeri
a. Nyeri akut
terjadi.
b. Nyeri kronis
cedera spesifik.
ditetapkan dengan tepat dan sering sulit untuk diobati karena biasanya
enam bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri dapat tetap bersifat
akut secara primer selama lebih dari enam bulan (Muttaqin, 2011).
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
(Judha, 2012).
a. Usia
b. Jenis kelamin
c. Kebudayaan
d. Makna nyeri
nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
e. Perhatian
klien pada stimulus yang lain, maka perawat menempatkan nyeri pada
f. Ansietas
menghilangkan nyeri.
g. Keletihan
keletihan disertai kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat
dan jika mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri
berkurang.
h. Pengalaman sebelumnya
individu akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang
serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan
nyeri.
i. Gaya koping
Pengalaman nyeri dapat menjadi suatu pengalaman yang
nyeri.
D. Tehnik Relaksasi
1. Pengertian
inhalasi dan ekhalasi. Pada saat perawat mengajarkan ini, akan sangat
untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri
posisi yang nyaman dalam pelaksanaan relaksasi ini. Posisi yang tidak
nyaman akan membuat pasien tidak focus pada tindakan dan membuat
a. Duduk
b. Berbaring
1) Letakan kaki terpisah satu sama lain dengan jari-jari kaki agak
sistem otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga
terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari
otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang akhirnya
sebagai berikut :
c. Menarik nafas dalam dari hidung dan mengisi paru-paru dengan udara
secara perlahan-lahan
l. Bila nyeri menjadi hebat, seseorang dapat bernafas secara dangkal dan
cepat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah studi kasus deskriptif yang dipilih untuk studi
oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas,
atau individu.
asuhan keperawatan pada pasien gastritis yang akan diobservasi selama 3 hari
Agustus 2018.
D. Fokus Studi
Fokus studi pada penelitian ini adalah tindakan tehnik relaksasi nafas
32
E. Definisi Operasional
1. Asuhan keperawatan
bersifat akut dan kronis yang disebabkan oleh bacteri Helicobacter pylori
karena setiap orang mempunyai skala atau tingkat nyeri yang berbeda-
beda.
tubuh dan fikiran yang dapat mengurangi efek stress akibat nyeri.
F. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
transkip.
Data yang sudah dibuat bentuk transkip dibuat bentuk koding oleh
3. Penyajian data
4. Kesimpulan
H. Etika Penelitian
protocol, telah dilakukan kajian yang telah memenuhi kaidah etik sehingga
a. Informed concent
b. Anominity
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau
c. Confidentiality
A. HASIL PENELITIAN
Anutapura Palu, selama 3 hari, mulai pada tanggal 26 juli 2018 sampai 28 juli
2018. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian data, analisa data, diagnosa
pekerjaan wiraswasta, suku Bugis, alamat Parigi, masuk rumah sakit pada
Gastritis.
2. Pengkajian
sehari, porsi makan 1 porsi dan saat sakit frekuensi makan 3 x sehari
b. Pola eliminasi
5-6 kali sehari, warna kuning, saat sakit frekuensi dan warna urine
klien sama saat sebelum sakit. Pola eliminasi BAB klien yaitu
c. Pola aktivitas
Sebelum sakit klien selalu mengerjakan sesuatu secara mandiri
gigi 2 kali sehari, dan selalu mengganti pakaian klien.Saat sakit klien
mandi 1 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari dan mengganti pakaian 1
kali sehari.
saat sakit klien merasakan ada gangguan tidur pada malam hari karena
4. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran : Composmentis
2) Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
N : 86 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,50C
b) Kepala
c) Mata
isokor
d) Hidung
e) Telinga
terdapat lesi
f) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi klien utuh, tidak ada sianosis
g) Leher
h) Thoraks
1) Jantung
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
2) Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi
dan kanan
Auskultasi : Vesikuler
i) Abdomen
Perkusi : Timpani
j) Ekstremitas
1) Ekstremitas Atas
tangan
2) Ekstremitas Bawah
laboratorium yaitu, WBC 9,0 103/mm3 (nilai normal 4,0 – 10,0 103/mm3),
RBC 4,33 106/mm3 (nilai normal 4,00 – 6,00 106/mm3), HGB 14,0 g/dL
(nilai normal 12,0 – 16,0 g/dL), HCT 37,6 % (nilai normal 37,0 – 47,0 %),
PLT 299 103/mm3 (nilai normal 150 – 400 103/mm3), PCT 0,218 % (nilai
6. Penatalaksanaan medis
7. Pengumpulan data
f. Skala nyeri 4
g. Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
S : 36,50C
8. Klasifikasi data
a. Data subjektif
b. Data objektif
3) Skala nyeri 4
4) Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
S : 36,50C
9. Analisa data
Tabel 4.1
Tn. A mengatakan
nyeri seperti di
tusuk-tusuk
Tn. A mengatakan
nyeri perut
tembus belakang
Klien nampak
meringis kesakitan
Skala nyeri 4
Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
N : 86 kali per
menit
R : 22 kali per menit
S : 36,50C
Tabel 4.2
Perencanaan
Diagnosa Rasional
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi
kriteria hasil
Nyeri akut Setelah 1. Observasi skala 1. untuk
berhubungan dilakukan nyeri klien mengetahui skala
dengan agens tindakan 2. Observasi nyeri klien
tanda-tanda 2. untuk
cedera fisik ditandai keperawatan
vital mengetahui ttv
dengan : selama 3 x 24 3. Berikan teknik
DS: jam di harapkan dalam batas
relaksasi nafas normal
Tn. A nyeri berkurang dalam
3. untuk
mengatakan dengan kriteria 4. Anjurkan klien
nyeri ulu hati mengurangi rasa
hasil : untuk istirahat
nyeri klien
Tn. A Skala nyeri 0 yang cukup
mengatakan 5. Kolaborasi
Wajah klien 4. agar klien dapat
nyeri seperti dalam
nampak rileks beristirahat
ditusuk-tusuk pemberian
Ttv dalam
Tn. A analgetik
batas normal 5. pemberian
mengatakan
nyeri perut terapi akan
tembus mempercepat
belakang dalam proses
DO : penyembuhan
Keadaan
umum baik
Klien nampak
meringis
kesakitan
Skala nyeri 4
Ttv
TD : 130/80
mmHg
N : 86x/menit
R : 22x/menit
S : 36,50C
12. Implementasi
Tabel 4.3
Tabel 4.4
O: O: O:
Skala nyeri 4 Skala nyeri 2 Skala nyeri 0
klien nampak Ttv Wajah klien
meringis Td : 120/80 nampak rileks
kesakitan mmHg
N : 84x/m
R : 22x/m
S : 36,50C
A : Tujuan belum A : Tujuan
tercapai A : tujuan teratasi tercapai
sebagian
P : Intervensi P : intervensi di
dilanjutkan P : intervensi di hentikan
1. Observasi tanda- lanjutkan
tanda vital 1. Observasi tanda-
2. Berikan teknik tanda vital
relaksasi nafas 2. Berikan teknik
dalam relaksasi nafas
3. Kolaborasi dalam dalam
pemberian
analgetik
B. PEMBAHASAN
1. Pengkajian
WITA terfokus pada masalah nyeri Tn. A mengatakan nyeri pada ulu hati,
nyeri seperti di tusuk-tusuk. Masalah utama pada Tn.A adalah nyeri akut
Tn. A mengatakan nyeri pada ulu hati, Tn. A mengatakan nyeri seperti di
nyeri antara lain usia, jenis kelamin, makna nyeri, perhatian, ansietas,
perasaan mereka.
2. Diagnosa keperawatan
muncul pada pasien gastritis yaitu nyeri akut berhubungan dengan agens
(wijaya, 2013).
akut berhubungan dengan agens cedera fisik ditandai dengan data subjektif
Tn. A mengatakan nyeri pada ulu hati, Tn. A mengatakan nyeri seperti
objektif keadaan umum baik, klien nampak meringis kesakitan, skala nyeri
4, tanda-tanda vital tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 86 kali per
Hal ini menarik perhatian perawat pada kenyataan bahwa nyeri ini
situasi serupa yang secara potensial akan menimbulkan sensasi nyeri pada
3. Intervensi keperawatan
kriteria hasil : Skala nyeri 0, wajah klien nampak rileks, tanda-tanda vital
dalam batas normal. Intervensi yang akan diberikan yaitu observasi skala
analgetik.
nyeri pada pasien gastritis baik nyeri yang bersifat akut maupun kronis
4. Implementasi keperawatan
pertama yaitu :
teknik relaksasi nafas dalam ketika klien merasa nyeri, tindakan yang
teknik relaksasi nafas dalam dengan hasil data subjektif Tn. A mengatakan
nafas dalam untuk mengurangi nyeri pada pasien gastritis saat memberikan
tindakan teknik relaksasi nafas dalam klien merasa sangat nyaman dan
nyeri berkurang.
5. Evaluasi keperawatan
nyeri, data objektif skala nyeri 0 wajah klien nampak rileks, analisa tujuan
nafas dalam klien akan merasa nyaman serta nyeri berkurang oleh karena
nyeri terutama pada klien yang mengalami nyeri yang sifatnya akut dan
kronis.
BAB V
A. KESIMPULAN
dalam Tn. A yang mengalami gastritis di rumah sakit anutapura palu maka
1. Pengkajian
mengatakan nyeri pada ulu hati, Tn. A mengatakan nyeri seperti di tusuk-
tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 86 kali per menit, suhu 36,50C,
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
nyeri berkurang dengan kriteria hasil : Skala nyeri 0, wajah klien nampak
4. Implementasi
5. Evaluasi Keperawatan
nyeri, data objektif skala nyeri 0 wajah klien nampak rileks, analisa tujuan
B. SARAN
medis.
2. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu
Alini. 2015. Pengaruh Teknik Relaksasi Otot Progresif Terhadap Penurunan Skala
Nyeri Pada Lansia Dengan Gastritis Di Desa Sibiruang Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Kampar Hulu. (http://journal.stkiptam.ac.id, diakses 13
Maret 2018).
Bruner. & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Dewi, D., Setyoadi. & Widastra, N. M. 2009. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
Dalam Dalam Terhadap Penurunan Nyeri Pada Lansia Dengan Arthritis
Rheumatoid. (http://download.portalgaruda.org, diakses 26 Februari
2018).
Dinkes Kota Palu. 2016. Profil Kesehatan Kota Palu.
Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi
Tengah.
Firwan. 2016. Penyimpangan Kdm Gastritis.
(https://www.scribd.com/doc/196803599, diakses 17 Maret 2018).
Hasdianah., Siyoto, S., Indasah. & Wardani, R. 2015. Dasar-Dasar Riset
Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Hidayat, A. Aziz Alimul dkk. 2014. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Buku 1,
Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Judha, Muhamad, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri Dan Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 1 Edisi 5.
Jakarta: EGC.
LeMone, Priscilla dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Edisi 5.
Jakarta: EGC.
Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Ndama, M., Adiono, S., Amyadin., Zainul. 2018. Panduan Penulisan Karya Tulis
Ilmiah. Palu
Nurarif, Amin Huda. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc Edisi Refisi Jilid 2.
Yogyakarta: Mediaction Publishing.
Putri, Intan. 2017. Relaksasi Nafas Dalam Untuk Mengurangi Nyeri Pada Pasien
Dengan Gastritis. (http://eprints.ums.ac.id, diakses 26 Februari 2018).
Riyadi, Suyono. & Harmoko, H. 2012. Standard Operating Procedure. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Wijaya, Andra Saferi. & Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 1.
Yogyakarta: Nuha Medika.
1. Pengkajian
No. RM : 518122
b. biodata
1) Identitas klien
Nama : Tn. A
Umur : 46 tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Parigi
Nama : Ny. K
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : URT
Alamat : Parigi
c. Riwayat Kesehatan
tanggal 24 Juli 2018 dengan keluhan Nyeri ulu hati, keluhan di rasakan
d. Genogram
A B
C D
E
Keterangan : A : Orang tua dari ayah klien
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
b) Minuman
- Jenis Minuman Air putih Air putih
- Frekuensi 1500 cc/ hari 1500 cc/ hari
minum
2) Pola Eliminasi
3) Pola Aktivitas
f. Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran : Composmentis
b) Tanda-Tanda Vital
TD : 130/80 mmHg
N : 86 x/menit
R : 22 x/menit
S : 36,50C
2) Kepala
3) Mata
isokor
4) Hidung
5) Telinga
terdapat lesi
6) Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi klien utuh, tidak ada sianosis
7) Leher
8) Thoraks
a) Jantung
Perkusi : Pekak
b) Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak ada retraksi
dan kanan
Auskultasi : Vesikuler
9) Abdomen
Perkusi : Timpani
10) Ekstremitas
a) Ekstremitas Atas
Inspeksi : Jumlah jari tangan lengkap, kuku klien bersih, tangan
tangan
b) Ekstremitas Bawah
g. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
2) Therapy medis
2. Pengumpulan data
f. Skala nyeri 4
g. Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
S : 36,50C
3. Klasifikasi Data
a. Data subjektif
a. Data objektif
3) Skala nyeri 4
4) Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
S : 36,50C
4. Analisa data
Tn. A mengatakan
nyeri seperti di
tusuk-tusuk
Tn. A mengatakan
nyeri perut
tembus belakang
Klien nampak
meringis kesakitan
Skala nyeri 4
Tanda-tanda vital
TD : 130/80 mmHg
N : 86 kali per
menit
R : 22 kali per menit
S : 36,50C
5. Diagnosa keperawatan
6. Intervensi
Perencanaan
Diagnosa Rasional
Tujuan dan
Keperawatan Intervensi
kriteria hasil
Nyeri akut Setelah 6. Observasi skala 1. untuk
berhubungan dilakukan nyeri klien mengetahui skala
dengan agens tindakan 7. Observasi nyeri klien
tanda-tanda 2. untuk
cedera fisik ditandai keperawatan
vital mengetahui ttv
dengan : selama 3 x 24 8. Berikan teknik
DS: jam di harapkan dalam batas
relaksasi nafas normal
Tn. A nyeri berkurang dalam
3. untuk
mengatakan dengan kriteria 9. Anjurkan klien
nyeri ulu hati mengurangi rasa
hasil : untuk istirahat
nyeri klien
Tn. A Skala nyeri 0 yang cukup
mengatakan 10. Kolaboras
Wajah klien 4. agar klien dapat
nyeri seperti i dalam
nampak rileks beristirahat
ditusuk-tusuk pemberian
Ttv dalam
Tn. A analgetik
batas normal 5. pemberian
mengatakan
nyeri perut terapi akan
tembus mempercepat
belakang dalam proses
DO : penyembuhan
Keadaan
umum baik
Klien nampak
meringis
kesakitan
Skala nyeri 4
Ttv
TD : 130/80
mmHg
N : 86x/menit
R : 22x/menit
S : 36,50C
7. Implementasi
O: O: O:
Skala nyeri 4 Skala nyeri 2 Skala nyeri 0
klien nampak Ttv Wajah klien
meringis Td : 120/80 nampak rileks
kesakitan mmHg
N : 84x/m
R : 22x/m
S : 36,50C
A : Tujuan belum A : Tujuan
tercapai A : tujuan teratasi tercapai
sebagian
P : Intervensi P : intervensi di
dilanjutkan P : intervensi di hentikan
4. Observasi tanda- lanjutkan
tanda vital 3. Observasi tanda-
5. Berikan teknik tanda vital
relaksasi nafas 4. Berikan teknik
dalam relaksasi nafas
6. Kolaborasi dalam dalam
pemberian
analgetik