POST OP APPENDIKTOMI
CI : Nurhikmah, S.Kep.Ners
Disusun Oleh :
Winda Lestari
( 1714201110092 )
Kelompok 6B
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
Apendiksitis adalah inflamasi pada apendiks vermiformis yang banyak terjadi pada
remaja dan dewasa muda (Luckman and Sorensen, 1993, Medical Surgical Nursing: A
Psychophysiologic Approach (fourth edition), hal 1635)
Klasifikasi: Apendiksitis dibagi atas apendiksitis akut dan apendiksitis kronik.
2. Anatomi Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan
ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara
apendiks tampaknya berperan pada patogenesis apendiksitis. Imunoglobulin sekretoar
yang dihasilkan oleh Galt (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang
saluran cerna termasuk apendiks ialah IgA, imunoglobulin itu sangat efektif sebagai
pelindung terhadap infeksi. Dengan berkurangnya jaringan limfoid. Terjadi fibrosis dan
pada kebanyakan masuk timbul konstriksi lumen.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke
dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan
oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh
karena jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di
saluran cerna dan di seluruh tubuh (Sjamsuhidajat, 2004).
Apendiks adalah ujung seperti jari-jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (4 inci),
melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Apendiks berisi makanan dan
mengosongkan diri secara ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak efektif, dan
lumennya kecil, apendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan terhadap infeksi
(apendiksitis). Apendiks mempunyai peranan dalam mekanisme imunologik.
Apendiks mengeluarkan cairan yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin.
Apendiks diperdarahi oleh cabang arteri mesentrika superior sedangkan aliran baliknya
menuju vena mesentrika yang dilanjutkan ke vena porta hepatika.
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml/hari. Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam
lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks
tampaknya berperan pada patogenesis apendiksitis. Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan
oleh Galt (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna
termasuk apendiks ialah IgA, imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap
infeksi. Dengan berkurangnya jaringan limfoid. Terjadi fibrosis dan pada kebanyakan masuk
timbul konstriksi lumen.
3. Etiologi
4. Patofisiologi
Obstruksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung,
makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding apendiks
sehingga mengganggu aliran limfe dan menyebabkan dinding apendiks edema serta
merangsang tunika serosa dan peritoneum viseral dan dirasakan sakit di daerah sekitar
perut kanan bawah (Mc Burney).
Mukus yang terkumpul terinfeksi bakteri dan menjadi nanah kemudian timbul
gangguan sirkulasi. Karena terjadi gangguan sirkulasi darah maka timbul gangren, dan
dapat terjadi kerapuhan dinding apendiks yang menyebabkan perforasi.
Bila semua proses di atas hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendicularis, peradangan apendiks tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
masih kurang memudahkan terjadinya perforasi. Seringkali perforasi ini terjadi dalam 24-
36 jam. Bila proses ini berjalan lambat, organ-organ di sekitar ileum terminal, sekum, dan
omentum dalam membentuk dinding mengitari apendiks sehingga berbentuk abses yang
terlokalisasi.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap: menunjukkan adanya peningkatan jumlah leukosit.
b. Pemeriksaan urin rutin: ditemukan sejumlah kecil eritrosit dan leukosit.
c. Foto abdomen: gambaran fekalit, adanya massa jaringan lunak di abdomen kanan
bawah, dan mengandung gelembung-gelembung udara.
d. USG menunjukkan gambaran apendiksitis.
e. Pemeriksaan fisik nyeri tekan pada titik Mc Burney.
7. Komplikasi
a. Abses akibat dari perforasi dinsing apendiks
b. Peritonitis akibat infeksi dari perforasi dinding apendiks yang menyebar keseluruh
rongga perut
Rencana Tindakan:
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual, muntah, dan anoreksia.
HYD: - Keluhan mual, muntah, anoreksia tidak ada.
Rencana Tindakan:
6) Kurang pengetahuan mengenai persiapan pre operatif dan perawatan post operatif.
HYD: - Klien akan mengemukakan/mengulang kembali penjelasan mengenai
persiapan pre operasi yang telah diberikan.
15. Klien dapat mendemonstrasikan cara batuk efektif, nafas dalam dan
melatih ekstremitas lebih dini.
16. Menunjukkan motivasi yang baik terhadap proses belajar.
Rencana Tindakan:
a) Kaji kemampuan/pengetahuan pasien mengenai proses penyakit dan kondisi
serta keadaan penyakitnya, komplikasi dan pengobatan.
Rencana: Membantu memberikan penjelasan yang tepat dan sesuai kebutuhan.
b. Post Operasi
Rencana Tindakan:
c) Jaga agar nutrisi peroral dihindari sampai dengan bising usus kembali.
Rencana: Mencegah muntah.
4. Perencanaan Pulang
1. Klien diinstruksikan untuk membuat janji menemui ahli bedah yang akan
mengangkat jahitan hari ke-5 dan 7.
2. Aktivitas normal biasanya dapat kembali dilakukan 2-4 minggu.
3. Jaga balutan luka operasi agar tetap kering dan tidak lembab.
4. Pasien dan keluarga diajarkan cara merawat luka.
5. Memperhatikan nutrisi yang bergizi untuk perbaikan jaringan yang sudah rusak.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. (1993). Nursing Care Plans Guidelines for Planning and Documenting
Patient Care. Ahli Bahasa I Made Kariasa (2000). Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Ignatavicius D. Donna. VB. Marilynn (2002). Medical Surgical Nursing: Clinical Management
for Continuity of care. Fifth Edition. Philadelphia: W.B. Saunders Company.
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management of
Clinical Problems. Fifth Edition. By Mosby Inc.
Long C. Barbara (1996). Perawatan Medikal Bedah. Yayasan IAPK Padjajaran Bandung.
Price, Sylvia Anderson (1994). Pathophysiology Clinical Concepts of Disease Processes. Fourth
Edition. Alih bahasa: Peter Anugerah (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Jakarta: EGC.
Mansjoer Arif M. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI. Jakarta.
Noer Sjaifoellah (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. FKUI Jakarta.