Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PNEUMONIA
DI POLI PARU RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN

I I

S T I K E S

A
E

OLEH :

LIA REZEKI ABADI


NIM.19.31.1362

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TA. 2019 - 2020
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA
DI POLI PARU RSUD Dr. H. MOCH ANSARI SALEH
BANJARMASIN

I I

S T I K E S

A
E

OLEH :

LIA REZEKI ABADI


NIM.19.31.1362

Banjarmasin,
Mengetahui,
Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Eka Yusvinasari.,S.Kep.,Ns Aristya Pratama.,S.Kep.,Ns


LAPORAN PENDAHULUAN
PNEUMONIA

1. Konsep Dasar Penyakit


1.1 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru, biasanya berhubungan
dengan pengisian alveoli dengan cairan (Wahid. 2013). CAP atau
Community Acquired Pneumonia, pneumonia yang menular pada
seseorang yang tidak didapat dirumah sakit.
Pneumonia adalah peradangan paru dimana asinus tensi dengan
cairan, dengan atau tanpa disertai infiltrasi sel radang ke dalam dinding
alveol dan rongga interstisium (Ridha, 2014).
1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
System pernapasan berhubungan dengann kegiatan memasukkan
dan mengeluarkan udara ke dalam paru-paru (respirasi). Ketika tubuh
kekurangan oksigen, maka oksigen yang berada diluar tubuh akan
dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan (Kirnantoro dan Maryana,
2019).
1.2.1 Anatomi Sistem Pernapasan
1.2.1.1 Hidung
Hidung merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai
alat pernapasan dan indra penciuman. Dalam keadaan
normal, udara masuk dalam system pernapasan melalui
rongga hidung. Rongga hidung berisi serabut-serabut
halus yang berfungsi untuk mencegah masuknya benda-
benda asing yang mengganggu proses pernapasan.
1.2.1.2 Faring
Faring adalah saluran otot selaput yang tegak lurus
antara basil kanii dan vertebrate servikalis IV. Faring
terdiri atas tiga bagian yaitu:
1) Nasofaring berfungsi menerima udara yang masuk

1
dari hidung.
2) Orofaring berfungsi menerima udara dari nasofaring
dan makanan dari rongga mulut.
3) Laringofaring berfungsi menyalurkan makanan

2
2

kekerongkongan dan udara kelaring(Kirnantoro dan


Maryana, 2019).
1.2.1.3 Laring
Laring (pangkal tenggorok)Merupakan saluran udara dan
bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan
bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan
masuk ke dalam trakea di bawahnya.
1.2.1.4 Trakea (Batang Tenggorok)
Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk
oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan
yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C). Sebelah
dalam diliputi oleh sel bersilia yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama-
sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina.
1.2.1.5 Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah
pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.
1.2.1.6 Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri
dari gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini
terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan
luas permukaannya  90 meter persegi, pada lapisan inilah
terjadi pertukaran udara (Mutaqqin, 2016).
3

1.2.2 Fisiologi Sistem Pernapasan


Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan.
Manusia sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak
mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan
kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagidan bisa
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang
akan menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis.
1.2.2.1 Pernapaan paru
Pernapasan paru adalah pertukaran oksigen dan
karbondioksida yang terjadi pada paru-paru. Pernapasan
melalui paru-paru atau pernapasan eksterna, oksigen
diambil melalui mulut dan hidung pada waktu bernapas
yang oksigen masuk melalui trakea sampai ke alveoli
berhubungan dengan darah dalam kapiler pulmonar.
Alveoli memisahkan okigen dari darah, oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah
dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke
seluruh tubuh. Di dalam paru-paru karbondioksida
merupakan hasil buangan yang menembus membran
alveoli. Dari kapiler darah dikeluarkan melalui pipa
bronkus berakhir sampai pada mulut dan hidung.
4

1.2.2.2 Pernapasan sel


1) Transpor gas paru-paru dan jaringan
Selisih tekanan parsial antara O2 dan CO2 menekankan
bahwa kunci dari pergerakangas O2 mengalir dari
alveoli masuk ke dalam jaringan melalui darah,
sedangkan CO2 mengalir dari jaringan ke alveoli
melalui pembuluh darah. Akan tetapi jumlah kedua
gas yang ditranspor ke jaringan dan dari jaringan
secara keseluruhan tidak cukup bila O2 tidak larut
dalam darah dan bergabung dengan protein membawa
O2 (hemoglobin). Demikian juga CO2 yang larut
masuk ke dalam serangkaian reaksi kimia reversibel
(rangkaian perubahan udara) yang mengubah menjadi
senyawa lain. Adanya hemoglobin menaikkan
kapasitas pengangkutan O2 dalam darah sampai 70 kali
dan reaksi CO2 menaikkan kadar CO2 dalam darah
mnjadi 17 kali.
2) Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkutan O2 dalam tubuh terdiri dari
paru-paru dan sistem kardiovaskuler. Oksigen masuk
ke jaringan bergantung pada jumlahnya yang masuk
ke dalam paru-paru, pertukaran gas yang cukup pada
paru-paru, aliran darah ke jaringan dan kapasitas
pengangkutan O2 dalam darah.Aliran darah bergantung
pada derajat konsentrasi dalam jaringan dan curah
jantung. Jumlah O2 dalam darah ditentukan oleh
jumlah O2 yang larut, hemoglobin, dan afinitas (daya
tarik) hemoglobin.
3) Reaksi hemoglobin dan oksigen
Dinamika reaksi hemoglobin sangat cocok untuk
mengangkut O2. Hemoglobin adalaah protein yang
5

terikat pada rantai polipeptida, dibentuk porfirin dan


satu atom besi ferro. Masing-masing atom besi dapat
mengikat secara reversible (perubahan arah) dengan
satu molekul O2. Besi berada dalam bentuk ferro
sehingga reaksinya adalah oksigenasi bukan oksidasi.
4) Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan
O2 sehingga terdapat lebih banyak CO2 dari pada O2
dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam sel
darah merah dengan cepat mengalami hidrasi menjadi
H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya
sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam plasma.
Penurunan kejenuhan hemoglobin terhadap O2 bila
darah melalui kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari
CO2 dalam sel darah merah beraksi dengan gugus
amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa
karbamino (senyawa karbondioksida). Besarnya
kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2
ditunjukkan oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan
garis kadar total CO2 di antara 49 ml CO2 dalam darah
arterial 2,6 ml dalah senyawa karbamino dan 43,8 ml
dalam HCO2 (Syaifuddin, 2006).
1.3 Etiologi
Pneumonia biasa disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya
adalah:
1.3.1 Infeksi
1) Bakteri (Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H.
Influenza, klebsiela mycoplasma pneumonia).
2) Virus (influenza, parainfluenza, adenovirus).
3) Jamur (candida abicang, histoplasma, capsulatum,
koksidiodes).
6

4) Protozoa (Pneumokistis karinti).

1.3.2 Bahan kimia


1) Aspirasi makan/susu/isi lambung,
2) Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin dll)).
1.4 Manifestasi Klinis
Gejala klinik tergantung dari penyebab pneumonia.
1) Keluhan utama berupa batuk (80%).
2) Nyeri dada (tampak sangat sakit dan berkeringat).
3) Demam tinggi pada 5-10 hari pertama.
4) Sesak nafas (lebih-lebih bila ada komplikasi)
5) Produksi sputum mukoid, purulent, warna seperti karat.
6) Pusing anoreksia, malaise, mual sampai muntah.
1.5 Patofisiologi
Pneumonia dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai lanjut usia. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup
normal ditenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia
akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang
paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-
paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus lobus
terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah (Sipahutar, 2007)
7

Pathway

Organisme

Virus (Kuman Sal nafas bag bawah


patogen mencapai pneumokokus
bronkioli)

Eksudat masuk ke
Cairan edema + alveoli
leukosit ke alveoli

Sel darah merah,


Konsolidasi paru leukosit,
pneumokokus
mengisi alveoli

Kapasitas vital,
compliance
Leukosit + fibrin
menurun, hemoragik
mengalami
konsolidasi

Ketidakefektifan
Gangguan pertukaran
bersihan jalan nafas
gas

Tabel Frekuensi Pernapasan Normal Sesuai dengan Umur


Umur Frekuensi (x/menit)
Neonatus 30-60
1-6 bulan 30-50
6-12 bulan 24-46
1-4 tahun 20-30
4-6 tahun 20-25
6-12 tahun 16-20
8

>12 tahun 12-20

1.6 Pemeriksaan Diagnostik dan Laboratorium


1) Pemeriksaan sputum gram dan kultur sputum dengan sampel adekuat.
2) Pemeriksaan darah, leukositosis, led, kultur darah.
3) Radiologi abnormalitas yang disebabkan adanya radang atau cairan
ditandai dengan adanya konsolidasi dan kelainan bias satu lobus atau
lebih dan atau sebagai dari lobus.
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan untuk pneumonia tergantung pada penyebabnya,
sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
1) Oksigen 1-2 liter/m.
2) IVFD dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3:1, + KCl 10 mEq/500
ml cairan. Jumlah cairan sesuai BB, kenaikan suhu dan status
dehidrasi.
3) Jika sekreksi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki
transport mukosilier.
4) Antibiotic sesuai hasil biakan atau berikan:
Untuk kasus Pneumonia Community base:
a. Ampisilin 100mg/kg BB/hari dalam 4 kali pemberian.
b. Kloramfenikol 75mg/kg BB/hari dalam 4 kli pemberian.
Untuk kasus Pneumonia Hospitas Base:
a. Sefatoksin 100 mg/kg BB/hari dalam 2 kalipemberian.
b. Amikasin 10-15 mg/kg BB/hari dalam 2 kali pemberian.
1.7.2 Penatalaksanaan Keperawatan
1) Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan
memberikan oksigen ke dalam paru-paru melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen 1-2
liter/menit. Dalam pemberiannya terdapat tiga cara, yaitu
9

melalui kanula, nasal, dan masker dengan tujuan mencegah


terjadinya hipoksia dan memenuhi kebutuhan oksigen.
2) Fisioterapi dada adalah sekumpulan tindakan yang dirancang
untuk meningkatkan efisiensi pernapasan, meningkatkan
pengembangan paru, kekuatan dari otot pernapasan, dan
eliminasi sekret yang berasal dari sistem pernapasan.
(Murwani, 2008) Fisioterapi terdiri dari beberapa tindakan
yaitu postural drainage, clapping, dan vibrasi. Fisioterapi dada
bertujuan untuk membantu klien agar bernapas lebih bebas
dan mendapatkan oksigen untuk keperluan metabolisme
tubuh.
3) Postural drainage merupakan teknik pengaturan posisi tubuh
dengan memanfaatkan gaya gravitasi bumi dalam
membersihkan jalan napas.
4) Perkusi adalah memberikan pukulan yang teratur pada
dinding dengan menggunakan tangan yang dikuncupkan
selama 1-2 menit.
5) Vibrasi adalah pemberian getaran pada dinding dada dimana
tujuannya sama dengan perkusi yaitu meluruhkan sekret pada
saluran pernapasan.
6) Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan
keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu
mengeluarkan sekret atau lendir secara mandiri seperti pada
anak balita. Tujuannya adalah untuk membebaskan jalan
napas dan memenuhi kebutuhan oksigen.
7) Inhalasi (nebulizer) adalah suatu alat yang dapat mengubah
cairan menjadi droplet aerosol sehingga dapat dihirup oleh
pasien. Tujuan pemberian inhalasi (nebulizer) yaitu untuk
membantu pengenceran secret, membuat rileksasi dari spasme
bronkial, melancarkan jalan napas dan melembabkan saluran
pernapasan.
10

8) Pemberian posisi semi fowler adalah posisi tidur pasien


dengan kepala dan dada lebih tinggi daripada posisi panggul
dan kaki. Pada posisi semi flower kepala dan dada dinaikkan
dengan sudut 30°-45°. Posisi ini digunakan untuk pasien yang
mengalami masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan
jantung. (Muttaqin, 2012)
1.8 Komplikasi
1) Efusi pleura dan emfiema.
2) Komplikasi sistemik.
3) Hipoksemia.
4) Pneumonia kronik.S
5) Bronkietasis..
2. Rencana Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas
1) Anak-anak cenderung mengalami infeksi virus dibandingkan
dewasa
2) Sering terjadi pada bayi dan anak.
3) Banyak terjadi pada bayi dibawah 3 tahun.
4) Kematian banyak terjadi pada bayi kurang dari bulan.
2.1.2 Keluhan utama
1) Sesak napas
2) Batuk berdahak
3) Demam tinggi di sertai dengan menggigil
2.1.3 Riwayat penyakit sekarang
1) Didahului oleh infeksi saluran pernapasan atas selama
beberapa hari, kemudian mendadak timbul panas tinggi, sakit
kepala/dada (anak besar) kadang kadang pada anak kecil dan
bayi dapat timbul kejang. Timbul batuk, sesak, nafsu makan
menurun.
11

2) Anak biasanya dibawa ke RS setelah sesak napas,


sianosis/batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran
kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai
riwayat kejang demam.
2.1.4 Riwayat penyakit Dahulu
Anak sering menderita penyakit saluran pernapasan.
2.1.5 Riwayat kesehatan keluarga
Tempat tinggal: lingkungan dengan sanitasi buruk berisiko lebih
besar.
2.1.6 Pemeriksaaan fisik
2.1.6.1 Inspeksi
1) Amati bentuk thoraks
2) Amati frekuensi napas, irama, kedalamannya.
3) Tanda-tanda reteraksi didinding dada, cuping hidung,
tachypnea.
4) Apakah ada tanda-tanda kesadaran menurun.
2.1.6.2 Palpasi
1) Gerakan pernapasan
2) Raba apakah dinding dada panas.
3) Kaji vokcal fremitus.
4) Penurunan ekspansi dada.
2.1.6.3 Auskultasi
1) Adakah terdengan stridor
2) Apakah terdengan wheezing
3) Avaluasi bunyi napas, frekuensi, kualitas, dan suara
tambahan.
2.1.6.4 Perkusi
1) Suara snor/resonan merupakan karakteristik jaringan
paru normal
2) Hipersonor adanya tahanan udarpekak adanya cairan
dalam rongga pleura
12

3) Redup adanya jaringan padat.


4) Tympani terisi udara
2.2 Diagnosa Keperawatan
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan
ketidakefektifan batuk.
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis,
PaO2 menurun, sesak nafas.
3) Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran
nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba
panas.
4) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
metabolisme sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai
dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor
kulit tidak elastis.
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa
bantuan.
6) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
peningkatan suhu tubuh, kehilangan cairan karena berkeringat banyak,
muntah atau diare.

2.3 Nursing Care Planning (NCP)

No Dx Keperawatan Nursing Outcome (NOC) Nursing planning


Clasificcation (NIC)
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi TTV
bersihan jalan nafas keperawatan selama ….x 30 terutama respiratory rate
berhubungan menit diharapkan jalan nafas 2. Auskultasi area dada
dengan pasien efektif dengan criteria atau paru, catat hasil
13

peningkatan hasil : pemeriksaan


produksi sputum 3. Latih pasien batuk
I ER
ditandai dengan efektif dan nafas dalam
Indicator
R
adanya ronchi, dan 4. Lakukan suction sesuai
1. Jalan
ketidakefektifan indikasi
nafas paten
batuk. 5. Memberi posisi
2.Tidak ada
semifowler atau
bunyi nafas
supinasi dengan elevasi
tambahan
kepala
3.Tidak sesak
6. Anjurkan pasien minum
4.RR normal
air hangat
(35-
7. Kolaborasi :
40x/menit)
Bantu mengawasi efek
5.Tidak ada
pengobatan nebulizer
penggunaan
dan fisioterapi nafas
otot bantu
lainnya.
nafas
8. Berikan obat sesuai
6.Tidak ada
indikasi, seperti
pernafasan
mukolitik, ekspektoran,
cuping
bronkodilator, analgesic
hidung
9. Berikan O2 lembab
Keterangan : sesuai indikasi
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
2. Gangguan Setelah dilakukan asuhan (..x..) 1. Kaji frekuensi,
pertukaran gas diharapkan ventilasi pasien tidak kedalaman, kemudahan
berhubungan terganggu dengan Kriteria hasil : bernapas pasien.
dengan proses 2. Observasi warna kulit,
14

infeksi pada IR ER membran mukosa bibir.


Indicator
jaringan paru 3. Berikan lingkungan
1. GDA dalam
(perubahan sejuk, nyaman, ventilasi
rentang
membrane alveoli) cukup.
normal
ditandai dengan 4. Tinggikan kepala,
2. Tidak ada
sianosis, PaO2 anjurkan napas dalam dan
sianosis
menurun, sesak batuk efektif.
3. Pasien tidak
nafas 5. Pertahankan
sesak dan
istirahat tidur.
rileks.
6. Kolaborasikan
Keterangan : pemberian oksigen dan
1. Keluhan ekstrem pemeriksaan lab (GDA)
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
3. Hipertermi Setelah dilakukan asuhan 1 Kaji suhu tubuh pasien
berhubungan keperawatan selama (...x...) 2 Pertahankan lingkungan
dengan inflamasi diharapkan suhu pasien turun tetap sejuk
terhadap infeksi atau normal (36,5 – 37,5°C) 3 Berikan kompres hangat
saluran nafas dengan KH : basah pada ketiak,
ditandai dengan lipatan paha, kening
IR ER
peningkatan suhu (untuk sugesti)
Indicator
tubuh, mengigil, 1. Pasien tidak 4 Anjurkan pasien untuk
akral teraba panas. gelisah banyak minum
2. Pasien tidak 5 Anjurkan mengenakan
menggigil pakaian yang minimal
3. Akral teraba atau tipis
hangat 6 Berikan antipiretik
4. Warna kulit sesuai indikasi
tidak ada 7 Berikan antimikroba jika
15

kemerahan. disarankan

Keterangan :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
4. Nutrisi kurang dari setelah dilakukan asuhan 1 Kaji penyebab mual
kebutuhan tubuh keperawatan selama (...x...) muntah pasien
berhubungan diharapkan kebutuhan nutrisi 2 Berikan perawatan mulut
dengan pasien adekuat dengan KH : 3 Bantu pasien membuang
peningkatan atau mengeluarkan
IR ER
metabolisme sputum sesering
Indicator
sekunder terhadap 1. Nafsu mungkin
demam dan proses makan 4 Anjurkan untuk
infeksi ditandai pasien menyajikan makanan
dengan nafsu meningkat dalam keadaan hangat
makan menurun, 2. BB pasien 5. Anjurkan pasien makan
BB turun, mual dan ideal sedikit tapi sering
muntah, turgor 3. Mual muntal 6. Kolaborasikan untuk
kulit tidak elastis. berkurang,tur memilih makanan yang
gor kulit dapat memenuhi
elastis kebutuhan gizi selama
4. Pasien tidak sakit
lemas

Keterangan :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
16

4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
5. Intoleransi aktivitas Setelah diberikan asuhan 1 Evaluasi tingkat
berhubungan keperawatan selama (…x…) kelemahan dan toleransi
dengan diharapkan toleransi pasien pasien dalam melakukan
ketidakseimbangan terhadap aktifitas meningkat kegiatan
antara suplai O2 dengan KH : 2 Berikan lingkungan yang
dengan kebutuhan tenang dan periode
IR ER
oksigen ditandai istirahat tanpa ganguan
Indicator
dengan tidak 1. Pasien 3 Bantu pasien dalam
mampu mampu melakukan aktifitas sesuai
berpartisipasi berpartisipa dengan kebutuhannya
dalam kegiatan si dalam 4 Kolaborasi :
sehari-hari sesuai kegiatan Berikan oksigen
kemampuan tanpa sehari – hari tambahan
bantuan. sesuai
kemampuan
tanpa
bantuan
2. Pasien
mampu
mempraktek
kan teknik
3. Penghematan
energy
4. TTV stabil

Keterangan :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
17

5. Tidak ada keluhan


6. Resiko tinggi Setelah dilakukan asuhan 1 Observasi TTV 2- 4 jam,
kekurangan volume keperawatan selama (…x…) kaji turgor kulit.
cairan berhubungan diharapkan volume cairan tubuh 2 Pantau intake dan output
dengan pasien seimbang dengan KH cairan
peningkatan suhu : 3 Anjurkan pasien minum
tubuh,kehilangan air yang banyak
IR ER
cairan karena 4 Kolaborasi :
Indicator
berkeringat banyak, 1. Membrane  Berikan terapi
muntah atau diare. mukosa intravena seperti infuse
pasien sesuai indikasi
lembab  Pasang NGT sesuai
2. Turgor kulit indikasi untuk
baik pemasukan cairan
3. Pengisian
capiler
cepat / <
3detik,
input dan
output
seimbang
4. Pasien tidak
muntah
5. Pasien tidak
diare
6. TTV
normal

Keterangan :
1. Keluhan ekstrem
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
18

4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A.A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Munusia : Aplikasi Konsep


dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Kirnantoro dan Maryana. 2019. Anatomi Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka Baru


Press

Muttaqin,Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan


Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Ridha, H. Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Wahid, Abd et al. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan


Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. 2009. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai