Disusun Oleh :
Melkias Melatunan
P17211186033
KONSEP TEORI
A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus.
Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma, laiomioma,
fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma merupakan tumor uterus yang ditemukan
pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun (Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma,
2015).
Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung
pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat
dirangsang terus-menerus oleh hormone estrogen. Namun demikian, beberapa factor
yang dapat menjadi factor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45
tahun, hamil pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogensik, sedangkan yang menjadi
factor pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, disamping factor
predisposisi genetic, adalah estrogen, progesterone dan human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu : mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon Pertumbuhan
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormone yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologic serupa yaitu HPL, terlihat pada periode
ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomyoma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.
Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat
sebagai factor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas: Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Factor ras dan Genetik: Menurut Manuaba, pada wanita ras tertentu, khususnya
wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari factor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita
mioma.
Belum diketahui secara pasti, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum
matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini
sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen pada nuli para, factor
keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde diliputi pseudakapsul.
D. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapiran uterus yang terkena. a. Lokasi
Servical (2,6%), umumnya tumbuh kea rah vagina menyebkan infeksi. Isthmica (7,2%),
lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%),
merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
1. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
A. Pengkajian Keperawatan
Dalam hal pemeriksaan, menurut Setiati(2009: 95-96) adalah sebagai berikut:
1. Anamnesis
Timbul benjolan di perut bagian bawah pada waktu yang relatif lama. kadang-
kadang Gangguan haid. Buang air kecil atau air besarpun terjadi. Nyeri perut terjadi
apabila mioma terinfeksi , terpuntir atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi Abdomen digunakan untuk mendapatkan tumor diabdomen bagian bawah.
3. Pemeriksaan Ginetologi:
Dengan pemeriksaan bimanual. Tumor tersebut didpatkan menyatu dengan rahim
atau mengisi dengan kavum Douglasi. Konsistennya padat , kenyal, bergerak dan
permukaan tumor umumnya rata. Gejala klinisnya adalah adanya rasa penuh pada
bagian bawah, tanda massa yang padat kenyal, terjadi perdarahan abnormal, dan
muncul rasa nyeri, terutama saat menstruasi.
4. Pemeriksaan Luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas.
Selain itu, fokus pengkajian mioma uteri terdiri dari :
a. Pengumpulan Data
Merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi dari klien sebagai berikut:
Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada
usia 35 tahun keatas.
Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan THA_BSO (Total Abdominal Hyterektomi And Bilateral
Salphingo Oopphorectomy).
b. Keluhan utama
Keluhan yang timbul hampir tiap jenis oprasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehan tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut
adalah pengkajian nyeri P, Q, R, S, T.
c. Riwayat reproduksi
Haid: Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa
menopause.
d. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dandiperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Oragan
reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi
sebagai lambing feminitas sehingga berhentinya menstruasi biasanya dirasakan
sebagai hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaaan seksualitas dalam arti
hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangan kepuasan. Pengetahuan klien
tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
e. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang cepat dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau terdapat
sekret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat sekret pada saluran
nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang
memakai anestesi general.
f. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syock.
g. Status Urinari
Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedah genekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6-8 jam setelah pembedahan. Jumlah
output urin yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah
akibat anestesi.
h. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan dalam usus.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot (uterus berkontraksi)
2. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (perdarahan)
3. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatanm
konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
C. Rencana Asuhan Keperawatran
Analgesic administration
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
elastisitas turgor baik, harian Kolaborasikan pemberian cairan IV
membrane mukosa lembab, Monitor status nutrisi
tidak ada rasa haus Berikan cairan IV
yag Dorong masukan oral
berlebihan Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
Kolaborasi dengan dokter
Atur kemungkinan transfusi
Persiapan untuk transfuse
Hypovolemia management
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi revisi Jilid 3.
Jakarta : Mediaction4
Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta:
Penerbit Andi