Anda di halaman 1dari 14

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

GYNEKOLOGI DENGAN MIOMA UTERI

Disusun Oleh :
Melkias Melatunan
P17211186033

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN MATERNITAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

DENGAN MIOMA UTERI

KONSEP TEORI

A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot polos dinding uterus.
Beberapa istilah untuk mioma uteri adalah fibromioma, miofibroma, laiomioma,
fibroleiomioma, atau uterin fibroid. Mioma merupakan tumor uterus yang ditemukan
pada 20-25% wanita diatas umur 35 tahun (Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma,
2015).

B. Penyebab / Faktor Predisposisi

Walaupun mioma uteri ditemukan terjadi tanpa penyebab yang pasti, namun dari
hasil penelitian Miller dan Lipschlutz dikatakan bahwa mioma uteri terjadi tergantung
pada sel-sel otot imatur yang terdapat pada “Cell Nest” yang selanjutnya dapat
dirangsang terus-menerus oleh hormone estrogen. Namun demikian, beberapa factor
yang dapat menjadi factor pendukung terjadinya mioma adalah : wanita usia 35-45
tahun, hamil pada usia muda, genetic, zat-zat karsinogensik, sedangkan yang menjadi
factor pencetus dari terjadinya mioma uteri adalah adanya sel yang imatur.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor, disamping factor
predisposisi genetic, adalah estrogen, progesterone dan human growth hormone.
1. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Seringkali terdapat pertumbuhan tumor yang
cepat selama kehamilan dan terapi estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil
pada saat menopause dan pengangkatan ovarium.
2. Progesteron
Progesteron merupakan antagonis natural dari estrogen. Progesteron menghambat
pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu : mengaktifkan 17B
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
3. Hormon Pertumbuhan
Level hormone pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormone yang
mempunyai struktur dan aktivitas biologic serupa yaitu HPL, terlihat pada periode
ini, memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leiomyoma selama
kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan Estrogen.

Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada beberapa factor yang diduga kuat
sebagai factor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
1. Umur : Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan sekitar
10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering memberikan
gejala klinis antara 35-45 tahun.
2. Paritas: Lebih sering terjadi pada nulipara atau pada wanita yang relative infertile,
tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertilitas menyebabkan mioma uteri
atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah kedua
keadaan ini saling mempengaruhi.
3. Factor ras dan Genetik: Menurut Manuaba, pada wanita ras tertentu, khususnya
wanita berkulit hitam, angka kejadian mioma uteri tinggi. Terlepas dari factor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga, ada yang menderita
mioma.
Belum diketahui secara pasti, tetapi asalnya disangka dari sel-sel otot yang belum
matang. Disangka bahwa estrogen mempunyai peranan penting, tetapi dengan teori ini
sukar diterangkan apa sebabnya pada seorang wanita estrogen pada nuli para, factor
keturunan juga berperan mioma uteri terdiri dari otot polos dan jaringan ikat yang
tersusun seperti konde diliputi pseudakapsul.
D. Klasifikasi
Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapiran uterus yang terkena. a. Lokasi
Servical (2,6%), umumnya tumbuh kea rah vagina menyebkan infeksi. Isthmica (7,2%),
lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius. Corporal (91%),
merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.
1. Lapisan Uterus
Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasinya dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :

Gambar 1. Mioma Uteri


a) Mioma Uteri Subserosa
Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat
pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentumlatum dan disebut
sebagai mioma intraligamenter.
b) Mioma Uteri Intramural
Berubah sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak
enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala
tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma
submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak
(jaringan otot rahim dominan).
c) Mioma Uteri Submukosa
Terletak dibawah endometrium. Dapat pula bertangkai maupun tidak. Mioma
bertangkai dapat menonjol melalui kanalis servikalis, dan pada keadaan ini mudah
terjadi torsi atau infeksi.
E. Manifestasi Klinis
Separuh penderita mioma uteri tidak memperlihatkan gejala. Umumnya gejala yang
temukan bergantung pada lokasi, ukuran, dan perubahan pada mioma tersebut seperti :
1. Perdarahan abnormal: hipermenore, menoragia, metroragia. Sebabnya:
 Pengaruh ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium
 Permukaan endometrium yang lebih luas dari biasanya
 Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
 Myometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di
antara serabut myometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik.
2. Nyeri: dapat timbul karena gangguan sirkulasi yang disertai nekrosis setempat dan
peradangan. Pada mioma submukosum yang dilahirkan setempat dapat
menyempitkan canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
3. Gejala penekanan : penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri, oada uretra
menyebabkan retensio urine, pada ureter menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis,
pada rectum menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan limfe
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Disfungsia reproduksi: Hubungan antara mioma uteri sebagai penyebab infertilitas
masih belum jelas. Dilaporkan sebesar 27-40% wanita dengan mioma uteri
mengalami infertilitas. Mioma yang terletak di daerah kornu dapat menyebabkan
sumbatan dan gangguan transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba
bilateral. Mioma uteri dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang
sebenarnya diperlukan untuk motilitas sperma di dalam uterus. Perubahan bentuk
kavum uteri karena adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi.
Gangguan implantasi embrio dapat terjadi pada keberadaan mioma akibat perubahan
histologi endometrium dimana terjadi atrofi karena kompresi massa tumor.

F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


1. Tes laboratorium Hitung darah lengkap dan apusan darah : leukositosis dapat
disebabkan oleh nekrosis akibat torsi atau degenerasi. Menurunnya kadar
hemoglobin dan hematocrit menunjukkan adanya kehilangan darah yang kronik.
2. Tes kehamilan terhadap chorioetic gonadotropin Sering membantu dalam evaluasi
suatu pembesaran uterus yang simetrik menyerupai kehamilan atau terdapat
bersama-sama dengan kehamilan.
3. Ultrasonografi Apabila keberadaan massa pelvis meragukan, sonografi dapat
membantu.
4. Pielogram intravena Dapat membantu dalam evaluasi diagnostic.
5. Pap smear serviks Selalu diindikasikan untuk menyingkap neoplasia serviks sebelum
histerektomi.
6. Histerosal pingogram Dianjurkan bila klien menginginkan anak lagi dikemudian hari
untuk mengevaluasi distorsi rongga uterus dan kelangsungan tuba falopi.
G. Penatalaksanaan Medis
Penanganan yang dapat dilakukan ada dua macam, yaitu penanganan secara konservatif
dan penanganan secara operatif.
1. Penanganan konservatif sebagai berikut : Observasi dengan pemeriksaan pelvis
secara periodic setiap 3-6 bulan, Bila anemia, Hb < 8 g% transfusi PRC dan
Pemberian zat besi.
2. Penanganan operatif, bila : Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14
minggu, Pertumbuhan tumor cepat, Mioma subserosa bertangkai dan torsi, Bila
dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya, Hipermenorea pada mioma
submukosa dan Penekanan pada organ sekitarnya. Jenis operasi yang dilakukan
dapat berupa :
 Enukleasi: Mioma Dilakukan pada penderita infertile atau yang masih
menginginkan anak atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.
Sejauh ini tampaknya aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik. Enukleasi
sebaiknya tidak dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarcoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan. Tindakan
ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudak
dapat dijepit dan diikat. Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus
atau sangat berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan section caesaria.
 Histerektomi: Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi, dan pada
penderita yang memiliki leiomyoma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
 Miomektomi: Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil
sekitar 30-50%. Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelag dilakukan
miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.
3. Penanganan radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita
mengalami menopause. Radioterapi ini umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat
kontrak indikasi untuk tindakan operatif akhir-akhir ini kontrak indikasi tersebut
makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada
keganasan pada uterus.
H. Komplikasi
1. Perdarahan sampai terjadi anemia
2. Torsi tangkai mioma dari : Mioma uteri subserosa, Mioma uteri submukosa
3. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi
4. Pengaruh timbal balik mioma dan kehamilan
 Pengaruh mioma terhadap kehamilan: Infertilitas, Abortus, Persalinan
prematuritas dan kelainan letak, Inersia uteri, Gangguan jalan persalinan,
Perdarahan post partum, Retensi plasenta
 Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri: Mioma cepat membesar karena
rangsangan estrogen, Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
Dalam hal pemeriksaan, menurut Setiati(2009: 95-96) adalah sebagai berikut:
1. Anamnesis
Timbul benjolan di perut bagian bawah pada waktu yang relatif lama. kadang-
kadang Gangguan haid. Buang air kecil atau air besarpun terjadi. Nyeri perut terjadi
apabila mioma terinfeksi , terpuntir atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Palpasi Abdomen digunakan untuk mendapatkan tumor diabdomen bagian bawah.
3. Pemeriksaan Ginetologi:
Dengan pemeriksaan bimanual. Tumor tersebut didpatkan menyatu dengan rahim
atau mengisi dengan kavum Douglasi. Konsistennya padat , kenyal, bergerak dan
permukaan tumor umumnya rata. Gejala klinisnya adalah adanya rasa penuh pada
bagian bawah, tanda massa yang padat kenyal, terjadi perdarahan abnormal, dan
muncul rasa nyeri, terutama saat menstruasi.
4. Pemeriksaan Luar
Teraba massa tumor pada abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor dapat
terbatas atau bebas.
Selain itu, fokus pengkajian mioma uteri terdiri dari :
a. Pengumpulan Data
Merupakan kegiatan dalam menghimpun informasi dari klien sebagai berikut:
 Mioma biasanya terjadi pada usia reproduktif, paling sering ditemukan pada
usia 35 tahun keatas.
 Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang.
 Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya
akibat tindakan THA_BSO (Total Abdominal Hyterektomi And Bilateral
Salphingo Oopphorectomy).
b. Keluhan utama
Keluhan yang timbul hampir tiap jenis oprasi adalah rasa nyeri karena terjadi
torehan tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri setelah bedah biasanya
berlangsung 24-48 jam. Adapun yang perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut
adalah pengkajian nyeri P, Q, R, S, T.
c. Riwayat reproduksi
 Haid: Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab mioma uteri
tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa
menopause.

 Hamil dan Persalinan: Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma,


dimana mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan
hormone estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar. Jumlah
kehamilan dan anak yang hidup mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya organ kewanitaan.

d. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat berpengaruh terhadap emosional
klien dandiperlukan waktu untuk memulai perubahan yang terjadi. Oragan
reproduksi merupakan komponen kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi
sebagai lambing feminitas sehingga berhentinya menstruasi biasanya dirasakan
sebagai hilangnya perasaan kewanitaan. Perasaaan seksualitas dalam arti
hubungan seksual perlu ditangani. Beberapa wanita merasa cemas bahwa
hubungan seksualitas terhalangi atau hilangan kepuasan. Pengetahuan klien
tentang dampak yang akan terjadi sangat perlu persiapan psikologi klien.
e. Status Respiratori
Respirasi bisa meningkat atau menurun. Pernafasan yang cepat dapat terdengar
tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan akibat lidah jatuh kebelakang atau terdapat
sekret. Suara paru yang kasar merupakan gejala terdapat sekret pada saluran
nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam dilaksanakan segera pada klien yang
memakai anestesi general.
f. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan sederhana yang harus dijawab
oleh klien atau di suruh untuk melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran
dimulai dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan penurunan tingkat
kesadaran merupakan gejala syock.
g. Status Urinari
Retensi urin paling umum terjadi setelah pembedah genekologi, klien yang
hidrasinya baik biasanya kencing setelah 6-8 jam setelah pembedahan. Jumlah
output urin yang sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat operasi, muntah
akibat anestesi.
h. Status Gastrointestinal
Fungsi gastrointestinal biasanya pulih pada 24-74 jam setelah pembedahan,
tergantung pada kekuatan efek narkose pada penekanan intestinal. Ambulatori
dan kompres hangat perlu diberikan untuk menghilangkan dalam usus.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d kerusakan jaringan otot (uterus berkontraksi)
2. Resiko kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (perdarahan)
3. Ansietas b.d perubahan dalam status peran, ancaman pada status kesehatanm
konsep diri (kurangnya sumber informasi terkait penyakit)
C. Rencana Asuhan Keperawatran

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria hasil (Noc) Intervensi (NIK)


1 Nyeri akut b.d kerusakan NOC NIC
jaringan otot (uterus
berkontraksi) Pain Level Pain Control Comfort Level Pain management

Kriteria Hasil:  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk


lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor
 Mampu mengontrol nyeri presipitasi
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang  Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan
dengan menggunakan manajemen  Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
nyeri pengalaman nyeri pasien
 Mampu mengenali nyeri (skala,  Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan
 Menyatakan rasa nyaman setelah  Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non
nyeri berkurang farmakologi, dan inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi
 Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dam tindakan
nyeri tidak berhasil

Analgesic administration

 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri


sebelum pemberian obat
 Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi Cek
riwayat alergi
 Pilih analgesic yang diperlukan atau kombinasi dari analgesic
ketika pemberian lebih dari satu

 Tentukan pilihan analgesic tergantung tipe dan beratnya nyeri


Tentukan analgesic pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
 Pilih rute pemberian secara IV, Im untuk pengobatan nyeri
secara teratur

 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic


pertama kali

 Berikan analgesic tepat waktu terutama saat nyeri hebat


Evaluasi efektivitas analgesic, tanda dan gejala
2 Resiko kekurangan NOC NIC
volume cairan b.d
kehilangan cairan aktif Fluid balance Hydration Fluid management
(perdarahan) Nutritional status: food and fluid intake
 Timbang popok/pembalut jika diperlukan
Kriteria Hasil:
 Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
 Mempertahankan urine output
sesuai dengan usia dan BB, BJ  Monitor status hidrasi (kelembaban membrane mukosa, nadi
urine normal, HT normal adekuat, tekanan darah ortostatik) jika diperlukan
 Tekanan darah, nadi, suhu tubuh
dalam batas normal  Monitor vital sign

 Tidak ada tanda-tanda dehidrasi  Monitor masukan makanan/cairan dan hitung intake kalori
 elastisitas turgor baik, harian Kolaborasikan pemberian cairan IV
 membrane mukosa lembab,  Monitor status nutrisi
 tidak ada rasa haus  Berikan cairan IV
yag  Dorong masukan oral
berlebihan  Berikan penggantian nesogatrik sesuai output
 Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
 Tawarkan snack (jus buah, buah segar)
 Kolaborasi dengan dokter
 Atur kemungkinan transfusi
 Persiapan untuk transfuse
Hypovolemia management

 Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan


 Pelihara IV line
 Monitor tingkat Hb dan hematocrit
 Monitor tanda vital
 Monitor respon pasien terhadap penambahan cairan
 Monitor berat badan
 Dorong pasien untuk menambah intake oral

 Pemberian cairan IV monitor adanya tanda dan gejala kelebihan


volume cairan

 Monitor adanya tanda gagal ginjal


3 Ansietas b.d perubahan NOC NIC
dalam status peran,
ancaman pada status Anxiety self-control Anxiety level Anxiety Reduction
kesehatanm konsep diri Coping
(kurangnya sumber  Lakukan pendekatan yang menenangkan
informasi terkait Kriteria Hasil:
penyakit)  Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku pasien
 Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas  Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
 Mengidentifikasi, mengungkapkan prosedur Pahami perspektif pasien terhadap situasi stres
dan menujukkan teknik untuk  Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi
mengontrol cemas takut Dorong keluarga untuk menemani pasien
 Lakukan back/neck rub
 Vital sign dalam batas normal
 Dengarkan dengan penuh perhatian Identifikasi tingkat
 Postur tubuh, ekspresi wajah, kecemasan
bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas  Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
menunjukkan berkurangnya
kecemasan  Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, dan
persepsi

 Instruksikan pasien melakukan teknik relaksasi Berikan obat


untuk mengurangi kecemasan
D. Daftar Pustaka
Bulechek, Gloria M dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Keenam. Yogyakarta: Moco Media

Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi


Kelima. Yogyakarta: Moco Media

Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta : EGC

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC Edisi revisi Jilid 3.
Jakarta : Mediaction4
Setiati, Eni. 2009. Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yogyakarta:
Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai