Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIKS
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Dosen Pengampu : Ns. Desmawati, SKp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD

Disusun Oleh :
Nama : Nessa Ishmah Munyati
NIM : 2010721059
Kelas : C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
2020
A. Konsep Dasar
1. Anatomi Fisiologi

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah sepertiga
lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke bawah ke bagian
atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks, rahim berbentuk
silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat dari tulang rawan
yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua bagian utama
dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal
sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membuka
untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,
adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (M.E. et al., 2011).
Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut zona transformasi.
Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau kekentalannya berubah selama
siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar
digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan
prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel rendah
(Rahayu, 2015)
2. Pengertian

Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan pembelahan sel
yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan yang
bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008
dalam Padila, 2012). Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan
salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto, 2006 dalam
Padila, 2012).
Kanker yang terbentuk di jaringan serviks (organ yang menghubungkan rahim dan
vagina). Ini biasanya merupakan kanker yang tumbuh lambat yang mungkin tidak memiliki
gejala tetapi dapat ditemukan dengan tes Pap reguler (prosedur di mana sel-sel diambil dari
serviks dan dilihat di bawah mikroskop). Kanker serviks hampir selalu disebabkan oleh
infeksi human papillomavirus (National Cancer Institute)

3. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks
yaitu:
a) HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata ) yang ditularkan
melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
b) Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih tinggi
dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada serviks adalah
menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi kokarsinogen infeksi virus.
c) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18 tahun).
d) Berganti - ganti pasangan seksual.
e) Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang
menderita kanker serviks.
f) Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran.
g) Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada
pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya
pemakaian.
h) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
i) Golongan ekonomi lemah.
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah. (Imam, 2010)

4. Klasifikasi
Klasifikasi Kanker Serviks Menurut IFGO (international Federation of
Gynecology and Obstetrics)
Tingkat Kriteria
0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh
I Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus
uteri
Ia Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak
dan sel tumor sudah stroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak
tedapat didalam pembuluh limfe atau pembuluh darah.
Ib Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi
pada pemeriksaan histologi ternyata sel tumor telah
mengadakan invasi stroma melebihi Ia
II Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3
bagian atas vagina dan parametrium, tetapi tidak sampai
dinding panggul
II a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infitrat tumor
II b Penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum
sampai dinding panggul
III a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium
tidak dipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul.
III b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan
daerah infiltrat antara tumor dengan dinding panggul.
IV Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan
melibatkan mokusa rektum dan atau vesika urinaria atau telah
bermetastasi keluar panggul ketempat yang jauh
IV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria
atau sudah keluar dari pangul kecil, metastasi jauh belum
terjadi
IV b Telah terjadi metastasi jauh.

5. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang mengalami
mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel karsinoma telah mendesak
pada jaringan syaraf akan timbul masalah keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel
karsinoma dapat mengganggu kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau
hidronefrosis yang menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi.
Keputihan yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan gangguan pola
seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya anemia hipovolemik yang
menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga timbul masalah keperawatan gangguan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare
gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada
terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu
menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko
tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
leher rahim ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan
dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian. (Anderson, 2005)

6. MANIFESTASI KLINIS
a. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan baru
terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi lambat.
b. Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada
stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang
keluar berbau (Padila, 2012).
Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
a. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang
bercampur darah.
b. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
c. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan
semakin lam semakin sering terjadi.
d. Perdarahan pada wanita menopause
e. Anemia
f. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan obstruksi
total
g. Nyeri
1) Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih, nyeri di
daerah di sekitar panggul.
2) Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas, maka akan terjadi pembengkakan di
berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan sebagainya.

7. Penatalaksanaan
a. Irradiasi
1) Dapat dipakai untuk semua stadium
2) Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
3) Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
b. Dosis Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diservik
c. Komplikasi irradiasi
1) Kerentanan kandungan kencing
2) Diarrhea
3) Perdarahan rectal
4) Fistula vesico atau rectovaginasis
d. Operasi
1) Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
2) Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
e. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami
kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran
kesistem limfe dan peredaran darah.
f. Cytostatik Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10
minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).
g. Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan
perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Mukhtar, 2015).

8. Komplikasi
a) Berkaitan dengan intervensi pembedahan
1) Vistula Uretra
2) Disfungsi bladder
3) Emboli pulmonal
4) Infeksi pelvis
5) Obstruksi usus

b) Berkaitan dengan kemoterapi


1) Sistitis radiasi Enteritis
2) Supresi sumsum tulang
3) Mual muntah akibat pengunaan obat kemoterapi yang mengandung sisplatin
4) Kerusakan membrane mukosa GI
B. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dan riwayat penyakit terdahulu.
b. Keluhan Utama Perdarahan dan keputihan.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan
segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
e. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
f. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
g. Pemeriksaan Fisik Fokus
1) Kepala
a) Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
b) Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis), Raut
wajah pucat.
c) Mata : konjunctiva tidak anemis
d) Hidung : simetris, tidak ada sputum
e) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
f) Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir lembab, tidak terdapat lesi
g) Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer
getah bening
2) Dada
a) Inspeksi : simetris
b) Perkusi : sonor seluruh lap paru
c) Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri Auskultasi : vesikuler, perubahan
tekanan darah
3) Cardiac
a) Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
b) Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
c) Perkusi : pekak
d) Auskultasi : tidak ada bising
4) Abdomen
a) Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah
abdomen.
b) Palapasi : ada nyeri tekan
c) Perkusi : tympani
d) Auskultasi : bising usus normal
5) Genetalia
a) Inspeksi
Ada lesi, Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk, Pendarahan yang
terjadi, volume darah yang keluar, Urine bercampur darah (hematuria).
b) Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
6) Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah.
3) Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.
4) Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri
5) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
6) Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan bau.
7) Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
8) Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan anemia trombositopenia.
Tujuan : mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi perdarahan.
Intervensi :
1) Kolaborasi dalam pemeriksaan hematokrit Hb serta jumlah trombosit.
2) Berikan cairan secara cepat.
3) Pantau dan atur kecepatan infus.
4) Kolaborasi dalam pemberian infus
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah.
Tujuan : masukan yang adekuat serta kalori yang mencukupi kebutuhan tubuh.
Intervensi :
1) Kaji adanya pantangan atau adanya alergi terhadap makanan tertentu.
2) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian menu yang sesuai dengan diet yang
ditentukan.
3) Pantau masukan makalan oleh klien.
4) Anjurkan agar membawa makanan dari rumah jika diperlukan dan sesuai dengan
diet.
5) Lakukan perawatan mulut sebelum makan sesuai ketentuan.
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entree bakteri.
Tujuan : Infeksi menurun dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Intervensi :
1) Pantau tanda vital setiap 4 jam atau lebih sering bila diperlukan.
2) Tempatkan pasien pada lokasi yang tersedia.
3) Bantu pasien dalam menjaga hygiene perorangan.
4) Anjurkan pasien istirahat sesuai kebutuhan.
5) Kolaborasi dalam pemeriksaan kultur dan pemberian antibiotic.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal.
Intervensi :
1) Kaji pola istirahat serta adanya keletihan pasien.
2) Anjurkan kepada pasien untuk mempertahan pola istirahat atau tidur sebanyak
mungkin dengan diimbangi aktivitas.
3) Bantu pasien merencanakan aktivitas berdasarkan pola istirahat atau keletihan
yang dialami.
4) Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan ringan.
5) Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

4. EVALUASI
Hasil yang diharapkan dari tindakan keperawatan adalah :
a. Mampu mengenali dan menangani anemia pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi pendarahan.
b. Kebutuhan nutrisi dan kalori pasien tercukupi kebutuhan tubuh.
c. Melaporkan nyeri berkurang.
d. Tidak ada tanda-tanda vital infeksi.
e. Pasien bebas dari pendarahan dan hipoksis jaringan.
f. Pasien mampu mempertahankan tingkat aktivitas yang optimal

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P. S. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC.
Imam, R. (2010). Kanker Serviks Dalam Buku Epidemiologi Kanker Pada Wanita. Sagung seto.
M.E., L., J.S., F., & Otto, S. E. (2011). Oncology Nursing (5th ed.). Mosby Elsevier.
Mukhtar, R. (2015). Prevalence of Cervical Cancer in Developing Country: Pakistan. 15(3).
National Cancer Institute. (n.d.). NCI Dictionaries of Cancer.
https://www.cancer.gov/publications/dictionaries/cancer-terms/def/cervical-cancer
Padila. (2012). Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Nuha Medika.
Rahayu, D. S. (2015). Asuhan Ibu dengan Kanker Serviks. Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai