Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

CA OVARIUM DI RUANG NIFAS TULIP Lt. II


RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh:
RAHMAT HIDAYATULLAH S.Kep
Nim: 17.31.1001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017-2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
CA OVARIUM DI RUANG NIFAS TULIP Lt. II
RSUD ULIN BANJARMASIN

Oleh:
NAMA : RAHMAT HIDAYATULLAHS.Kep
NIM : 17.31.1001

Banjarmasin, 2018

Mengetahui
Presptor Akademik Preseptor Klinik

Samratul Janah, S.Kep., Ns. Wika Rispudyani R, S.Kep., Ns


LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Kanker ovarium merupakan tumor dengan histiogenesis yang
beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga (3) dermoblast (ektodermal,
endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histiologis maupun
biologis yang beraneka ragam (Smeltzer & Bare, 2002).
Kanker ovarium adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel pada
ovarium berubah dan tumbuh tidak terkendali (DHCS dan CDPH,
2013).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa
reproduksi 30% dan 10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda.
Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi juga tidak jelas /
pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low – maligna
potensial) dan jelas ganas (true malignant) (Priyanto, 2007).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Ca ovarium
adalah kanker yang terjadi pada indung telur atau ovarium yang
disebabkan karena sel-sel pada ovarium berubah dan tumbuh tidak
terkendali, kira-kira 60% terdapat pada usia peri menopause 30%
dalam masa reproduksi dan 10% usia jauh lebih muda.

Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2002) :


1. Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
2. Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan perluas pelvis.
3. Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium
dengan metastasis diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro
peritoneal positif.
4. Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium
dengan metastasis jauh.
B. Etiologi
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga
pelvis. Bila timbul kanker, biasanya tanpa gejala pada awalnya
sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi
berkembang dan timbul gejala, sering kali sudah bukan stadium dini.
Maka terdapat 60-70% pasien kanker ovarium saat didiagnosis sudah
terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker ovarium hingga
kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting
dalam patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan
tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya:
1. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi
kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka
pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang
terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel
tumor.
2. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam
terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil
percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi
pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium.

Ada beberapa faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan Ca


ovarium antara lain :
1. Diet tinggi lemak
karena meningkatkan hormon yang sensitif terhadap kanker
ovarium
2. Merokok
Karena Zat kimia tersebut adalah benzyrene yang berasal dari asap
rokok. Zat kimia ini dapat merusak sel-sel pada lapisan serviks
yang mengakibatkan kengker ovarium.
3. Alkohol
Karena Asetaldehid juga memicu pertumbuhan sel hati melebih
normalnya, dan sel-sel yang baru ini mengalami mutasi pada gen-
gennya sehingga menjadi kanker.
4. Riwayat keluarga dengan ca mammae, atau ovarium
Karena disebabkan oleh gen tunggal melainkan akibat kombinasi
beberapa faktor seperti pola makan dan gaya hidup.
5. Menstruasi dini
Hormon, jika sewaktu remaja Anda pernah mengalami menstruasi
dini yang terjadi pada usia 12 tahun dan diusia lanjut mengalami
menopause tentu berisiko mengalami kanker ovarium.

C. Manisfestasi klinik
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama.
Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
1. Stadium Awal
a. Gangguan haid
b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum).
c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria).
d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium).
e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah
panggul).
f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan
berlebihan pada
g. lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan
pertumbuhan rambut.
2. Stadium Lanjut
a. Asites
b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)
c. Perut membuncit
d. Kembung dan mual
e. Gangguan nafsu makan
f. Gangguan BAB dan BAK
g. Sesak nafas
h. Dyspepsia

D. Patofisiologi
Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua
tumor ovarium. Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi
lebih sering pada usia 50 tahun ke atas, pada masa reproduksi kira-kira
separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang ditemukan. Faktor
predisposisi ialah tumor ovarium jinak. Pertumbuhan tumor diikuti
oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan
samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga
perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang
menghasilkan asites (Brunner dan Suddarth, 2002).
Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala,
terutama tumor ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari
pertumbuhan, aktivitas hormonal dan komplikasi tumor-tumor
tersebut..
1. Akibat Pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut, tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Selain gangguan
miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,
tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa
sakit.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali
jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat Komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau
tidak sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi
distensi dan menimbulkan nyeri perut.
b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan
melalui ligamentum infundibulo pelvikum terhadap peritonium
parietal dan menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada tumor
kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau
salpingitis akut.
d. Robekan dinding kista
Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul secara akut,
maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan
menimbulkan rasa nyeri terus menerus.
e. Perubahan keganasan
Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga setelah tumor
diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang
seksama terhadap kemungkinan perubahan keganasan
(Wiknjosastro,1999).
Hipotesis incessant ovulation, hipotesis androgen, Diet tinggi
lemak, merokok, alcohol, riwayat kanker mammae, kolon, atau
endometrium, riwayat keluarga dengan ca mammae, atau

Pathway ovarium, nulipara atau tidak mempunyai anak dan menstruasi dini

Poliferasi kista Rangsangan estrogen meningkat kista Induksi epitel stoma

Maligna Pembesaran massa Metastase jaringan sekitar Penurunan fungsi


organ

Kompresi Ca ovarium
Nyeri
serabut saraf

Lheukore Senggama Metastase kelenjar limfe

Sekresi berlebihan Pembesaran kelenjar limfe


berbau
Jaringan serviks Dispareunia
rapuh
Nyeri

Perdarahan pasca
caitus

Kemoterapi / terapi radiasi

Sistem Pencernaan Sistem Perkemihan Sistem Integumen

Mual, muntah, mulut Rambut rontok, kulit


Gangguan eliminasi
kering kering.
urin. Retensio/
Inkontinensia urin Kulit menghitam
Resiko nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
HDR

(Wiknjosastro, 2006)
E. Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Kelemahan / keletihan. Perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya factor-
faktor yang memepengaruhi tidur missal, nyeri, ansietas,
berkeringat malam.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengeragan kerja.
Tanda : Perubahan pada TD.
3. Integritas ego
Gejala : Faktor stress (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stress (missal, merokok, minum alcohol,
menunda mencari pengobatan, keyakinan
religius/spiritual).
Tanda : Menyangkal, menarik diri, marah.
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi missal, darah pada feses,
nyeri pada defekasi. Perubahan pada eliminasi urinarius
masal, nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih.
Tanda : Perubahan pada bising usus, disensi abdomen.
5. Makanan / cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (missal, rendah serat, tinggi lemak,
aditif bahan pengawet). Anoreksia, mual/muntah.
Perubahan pada berat badan,penurunan berat
badan,berkurangnya masa otot.
Tanda : Perubahan pada kelembaban/turgor kulit, edema.
6. Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope.
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri/derajat bervariasi missal,
ketidaknyamanan ringan sampai nyeri berat.
8. Pernafasan
Gejala : Merokok (Tembakau, hidup dengan seseorang yang
merokok, pemajanan asbes).
9. Keamanan
Gejala : Pemajana pada kimia toksik, karsinogen.
Tanda : Demam, ruam kulit, ulserasi.
10. Seksualitas
Gejala : Masalah seksual misalnya, dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan.
Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
Multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini,
herpes genital.
11. Interaksi social
Gejala : Ketidakeadekuatan/kelemahan system pendukung.
Riwayat perkawinan ( berkenaan dengan kepuasan di
rumah, dukungan/bantuan) Masalah tentang fungsi /
tanggung jawab peran. (Doenges, 2001)

F. Penanganan medis
1. Pembedahan
Merupakan pilihan utama, luasnya prosedur pembedahan
ditentukan oleh insiden dan seringnya penyebaran ke sebelah yang
lain (bilateral) dan kecenderungan untuk menginvasi korpus uteri.
2. Biopsi
Dilakukan di beberapa tempat yaitu omentum, kelenjar getah
lambung untuk mendukung pembedahan.
3. Second look Laparotomi
Untuk memastikan pemasantan secara radioterapi atau kemoterapi
lazim dilakukan laparotomi kedua bahkan sampai ketiga.
4. Kemoterapi
Merupakan salah satu terapi yang sudah diakui untuk penanganan
tumor ganas ovarium. Sejumlah obat sitestatika telah digunakan
termasuk agens alkylating seperti itu (cyclophasphamide,
chlorambucil) anti metabolic seperti : Mtx / metrotrex xate dan 5
fluorouracit / antibiotikal (admisin).
5. Penanganan lanjut
a. Sampai satu tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan sekali
b. Sampai 3 bulan setelah penanganan, setiap 4 bulan
c. Sampai 5 tahun penanganan, setiap 6 bulan
d. Seterusnya tiap 1 tahun sekali

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap.
untuk mendeteksi keberadaan protein CA 125 dalam darah. Kadar
CA 125 yang tinggi bisa mengindikasikan kanker ovarium. Tetapi
tes ini tidak bisa dijadikan patokan tunggal karena CA 125 bukan
tes yang spesifik, kadarnya bisa meningkat pada kondisi lain yang
bukan kanker, dan tidak semua penderita kanker ovarium
mengalami peningkatan kadar CA 125 dalam darah.
2. Serum HCG
untuk melihat apakah ada hormon ini. hCG dibuat oleh plasenta
selama kehamilan.Tes hCG bisa digunakan untuk mendeteksi
kehamilan atau sebagai bagian dari tes kelainan kehamilan.
3. Laparatomi
Adalah untuk teknik dengan memasukkan kamera kecil lewat
lubang kecil di perut, dan beberapa lubang kecil lainnya. Sehingga
dokter dapat melihat dengan kamera apa jenis kelainannya dan
dimana kelainannya.
4. CT scan dan MRI perut
Untuk mendapatkan citra atau gambar berupa variasi-variasi irisan
dari tubuh manusia. Untuk mengetahui kelainan yang terdapat pada
rongga abdomen maka dapat dilakukan deengan pemeriksaan CT-
Scan Abdomen.
5. Pemeriksaan panggul.
Untuk melihat gambaran ovarium yang lebih jelas
6. Pemeriksaan USG
untuk memeriksa perut bagian bawah serta organ reproduksi. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui bentuk, ukuran, dan struktur
ovarium.
7. CA 125 tes darah.
dalah penanda tumor untuk kanker ovarium dan kadangkala juga
kanker rahim, karena CA 125 akan diproduksi oleh sel kanker dari
ovarium (indung telur) dan rahim, dan masuk ke dalam darah,
sehingga bisa terdeteksi dari pemeriksaan laboratorium.
H. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DS:
Klien mengeluh sakit pada
bagian perut.
DO:
- TTV:
Pembesaran nyeri kronis
TD: 130/90mmhg
N: 100x/menit kelenjer limfe
R: 23x/menit
T: 37,3oC
- Klien tampak meringis
kesakitan
- Klien tampak emosional
2. DS:
- pasien mengatakan
pasien tidak nafsu
makan Ketidak
- Hanya makan seimbangan
4sendok dari porsi
yang disajikan nutrisi kurang
Anoreksia
DO: dari kebutuhan
- Klien tampak lemas
- Bibir kemerahan dan tubuh
kering
- IMT= 13,22
- Pasien terlihat kurus

I. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronis
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d
anoreksia
J. Nursing Care Planning (NCP)
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
1. Nyeri Akut b/d Setelah dilakukkan 1. Kaji
pembesaran kelenjer tindakan keperawatan Penyebab,

limfe selama 3x24 diharapkan lokasi dan


intensitas
nyeri klien dapat
nyeri
berkurang dan hilang
2. Observasi
dengan kriteria hasil:
isyarat
Indikator IR ER
ketidaknyam
1. Skala nyeri
5 anan non
menjadi 1-3
verbal
2. Pasien
merasa 4 3. Observasi
nyaman tanda-tanda
3. Pasien vital
mulai 4. Beri Posisi
banyak yang
bergerak 4 menyenangka
dan tidak
n
tampak
5. jarkan teknik
hati-hati.
relaksasi
4. Ekspresi
5 yakni nafas
wajah rileks
dalam
Ket:
6. Batasi
1. Kuat
pengunjung
2. Berat
dan beri
3. Sedang
lingkungan
4. Ringan yang nyaman
5. Tidak ada 7. Kolaborasi
pemberian
obat
analgetik dan
durogesic
patch

2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukkan 1. Awasi


nutrisi kurang dari tindakan keperawatan keadaan

kebutuhan tubuh b/d selama 3x24 jam. umum


pasien
anoreksia Diharapkan kebutuhan
2. Monitor
nutrisi terpenuhi,
TTV
dengan kriteria hasil:
3. Jelaskan
Indikator IR ER
pentingnya
Intake makan dan 5 makan
cairan 4. Berikan
makanan
Energi 5 porsi kecil
tapi sering

Berat badan 55. Timbang


berat badan
6. Kolaborasi
Keterangan:
dengan ahli
1. Keluhan ekstrim
gizi untuk
2. Keluhan berat
pemberian
3. Keluhan sedang
makan
4. Keluhan ringan TKTP
5. Tidak ada
keluhan
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC: Jakarta
California Department of Health Care Services & California Department of Public
Health. 2013. Cancer of the Ovaries. California
Wilkinson, J.M. Ahern, N.R., 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9.
Jakarta : EGC
Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta : YBP : SP
www.alodokter.com, diakses pada tanggal 25 Desember 2016.

Anda mungkin juga menyukai