UTERI
Pengertian
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal
dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa
sistokel tetapi ada enterokel.Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopause. Persalinan lama dan
sulit,meneran sebelum pembukaan lengkap,laserasi dinding vagina bawah pada kala
II,penatalaksanaan pengeluaran plasenta,reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi
dan melemah.Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.Kadangkala penderita yang
satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,sebaliknya
penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
a. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genetalia eksterna.
2. baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan vagina.
1. pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu berjalan dan
bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada
portio uteri.
2. lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena infeksi serta luka
pada portio uteri.
f. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di vagina.
Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,partus dengan penyulit merupakan
penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps yang sudah ada.Faktor-faktor lain
adalah tarikan janin pada pembukaan belum lengkap,prasat Crede yang berlebihan untuk
mengeluarkan plasenta dsb.Jadi tidaklah mengherankan jika prolapsus genitalis terjadi
segera setelah partus atau dalam masa nifas.Asdites dan tumor-tumor di daerah pelvis
mempermudah terjadinya hal tsb.Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara,factor
penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.
Klasifikasi
Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai prolapsus
uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan pervagina yang susah dan
terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks dan
otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang
meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-
otot mengurang seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.dan lambat
laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika fasia di bagian depan
dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric,ia akan terdorong oleh kandung kencing
sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang dinamakan
sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi besar karena
persalinan berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam penurunan dan
menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra.Pada
divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada
lubang yang membuat kantong antara urethra dan vagina.kekendoran fasia dibagian
belakang dinding vagina oleh trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan
turunnya rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen
vagina yang dinamakan retrokel.Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding
vagina bagian belakang turun dan menonjol ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus
atau omentum
Penanganan
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup membantu.Cara ini dilakukan
pada prolapsus ringan tanpa keluhan,atau penderita masih ingin mendapat anak lagi,atau
penderita menolak untuk dioperasi,atau kondisinya tidak mengijinkan untuk dioperasi.
Pengobatan Operatif
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa
factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
1. Pengkajian
• Data Subyektif
♦ Sebelum Operasi
Konstipasi.
♦ Sesudah Operasi
Lemas.
Pusing.
Mual, kembung.
• Data Obyektif
♦ Sebelum Operasi
Pucat, gelisah.
Spasme otot.
Demam.
Dehidrasi.
♦ Sesudah Operasi
Puasa.
2. Diagnosa Keperawatan
• Sebelum Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Rencana tindakan :
Diagnosa Keperawatan 2.
Kecemasan berhubungan dengan akan dilakukan tindakan pembedahan.
Rencana tindakan :
2. Jelaskan prosedur persiapan operasi seperti pengambilan darah, waktu puasa, jam
operasi.
5. Jelaskan pada pasien tentang apa yang akan dilakukan di kamar operasi dengan terlebih
dahulu dilakukan pembiusan.
Diagnosa Keperawatan 3.
Rencana tindakan
• Sesudah Operasi
Diagnosa Keperawatan 1.
Rencana tindakan :
aman.
Diagnosa Keperawatan 2.
Rencana tindakan :
Diagnosa Keperawatan 3.
Luka operasi bersih, kering, tidak ada bengkak. tidak ada perdarahan.
Rencana tindakan :
1. Observasi keadaan luka operasi dari tandatanda peradangan : demam, merah, bengkak
dan keluar cairan.
2. Rawat luka dengan teknik steril.
Diagnosa Keperawatan 4.
Rencana tindakan :
Diagnosa Keperawatan 5.
Rencana tindakan :
1. Ajarkan kepada orang tua cara merawat luka operasi & menjaga kebersihannya.
5. Anjurkan untuk meneruskan pengobatan/ minum obat secara teratur di rumah, dan
kontrol kembali ke dokter.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaliasi
formatif merupakan evaluasi yang dilakukan sedngkan evaluasi sumatif merupakan evaluasi
yang dilakukan untuk mengetahui secara keseluruhan apakah tujuan tercapai atau tidak.
Daftar Pustaka