Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Ny R DENGAN PROLAPS

UTERI DILAKUKAN TINDAKAN HISTEREKTOMI DI INSTALASI BEDAH SENTRAL


RSUP KLATEN

DI SUSUN OLEH :

BILLI BERNANDO NIM. P07120312007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PERIOPERATIF

TAHUN 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Ny R dengan prolapse uteri yang


dilakukan tindakankan histerektomy di Instalasi Bedah Sentral RSUP KLATEN Telah
Mendapat Persetujuan pada tanggal, april 2013

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Nip. Nip.
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik terutama
ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiokoli
disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada enterokel.Pada keadaan ini fasia
pelvis kurang baik pertumbuhannya dan kurang ketegangannya.
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
menopause.Persalinan lama dan sulit,meneran sebelum pembukaan
lengkap,laserasi dinding vagina bawah pada kala II,penatalaksanaan
pengeluaran plasenta,reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah.Oleh karena itu prolaps uteri tersebut akan terjadi bertingkat-tingkat.
Prolapsus adalah jatuh atau tenggelamnya suatu bagian atau viskus.
Prolapsus uteri adalah rahim keluar atau menonjol di vagina. Prolapsus uteri
adalah pergeseran letak uterus ke bawah sehingga serviks berada di dalam
orifisium vagina ( prolapsus derajat 1 ), serviks berada di luar orifisium (prolapsus
derajat 2 ), atau seluruh uterus berada di luar orifisium.
KLASIFIKASI PROLAPSUS UTERI
Friedman dan Little ( 1961 ) mengemukakan beberapa macam klasifikasi
yang dikenal yaitu:
 Prolapsus uteri tingkat I, dimana serviks uteri turun sampai introitus vagina ;
 Prolapsus uteri tingkat II, dimana serviks menonjol keluar dari introitus
vagina ;
 Prolapsus uteri tingkat III, seluruh uterus keluar dari vagina; prolapsus ini juga
disebut prosidensia uteri.
Prolapsus uteri tingkat I, serviks masih berada di dalam vagina; Prolapsus
uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus, sedang pada prosidensia uteri uterus
seluruhnya keluar dari vagina. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mencapai
introitus vagina ; Prolapsus uteri tingkat II, uterus keluar dari introitus kurang dari
setengah bagian ; Prolapsus uteri tingkat III, uterus keluar dari introitus lebih
besar dari setengah bagian. Prolapsus uteri tingkat I, serviks mendekati prosesus
spinosus ; Prolapsus uteri tingkat II, serviks terdapat antara prosesus spinosus
dan introitus vagina ; Prolapsus uteri tingkat III, serviks keluar dari introitus.
Klasifikasi ini sama dengan klasifikasi D, ditambah dengan prolapsus uteri tingkat
IV (prosidensia uteri).

B. Tanda dan Gejala


Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat
individual.Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup
berat tidak mempunyai keluhan apapun,sebaliknya penderita lain dengan prolaps
ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genetalia eksterna.
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache).Biasanya jika penderita
berbaring,keluhan menghilang atau menjadi kurang.
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit.Mula –mula pada siang hari,kemudian
lebih berat juga pada malam hari
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya.
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan.Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
4. Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
a. obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
b. baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan
vagina.
5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
a. pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu
berjalan dan bekerja.Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
b. lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio uteri.
6. Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa
penuh di vagina.
C. Etiologi
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering,partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk porolaps
yang sudah ada.Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan belum
lengkap,prasat Crede yang berlebihan untuk mengeluarkan plasenta dsb.Jadi
tidaklah mengherankan jika prolapsus genitalis terjadi segera setelah partus atau
dalam masa nifas.Asdites dan tumor-tumor di daerah pelvis mempermudah
terjadinya hal tsb.Bila prolapsus uteri dijumpai pada nullipara,factor penyebabnya
adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus.

D. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan
sampai prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan
pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang
tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar
panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang meningkat dan kronik
akan memudahkan penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-otot
mengurang seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita
tersebut.dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus.Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya trauma
obstetric,ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga menyebabkan
penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang dinamakan sistokel.Sistokel
yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi besar karena persalinan
berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam penurunan dan
menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum
urethra.Pada divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma obstetric
atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum kedepan dan
menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang
dinamakan retrokel.Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi.Dinding vagina
bagian belakang turun dan menonjol ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi
usus atau omentum.
E. Pemeriksaan Penunjang
Friedman dan Little(1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut:
1. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari,apakah portio pada normal atau portio sampai introitus
vagina atau apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
2. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula panjangnya
serviks uteri.Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan
Elongasio kolli.
3. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita
mengejan.Jika dimasukkan kedalam kandung kencing kateter
logam,kateter itu diarahkan kedalam sitokel,dapat diraba kateter tersebut
dekat sekali pada dinding vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari
sistokel,dekat pada oue.
4. Menegakkan diagnosis retrokel mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen
vagina 1/3 bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang
dari proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.
5. Untuk memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan
selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen
vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel.Pada
pemeriksaan rectal,dinding rectum lurus,ada benjolan ke vagina terdapat
di atas rectum.

F. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan cara ini tidak seberapa memuaskan tetapi cukup
membantu.Cara ini dilakukan pada prolapsus ringan tanpa keluhan,atau
penderita masih ingin mendapat anak lagi,atau penderita menolak untuk
dioperasi,atau kondisinya tidak mengijinkan untuk dioperasi.
1. Latihan-latihan otot dasar panggul
2. Stimulasi otot –otot dengan alat listrik
3. Pengobatan dengan pessarium,dengan indikasi:kehamilan,bila penderita
belum siap untuk dilakukan operasi,sebagai terapi tes,penderita menolak
untuk dioperasi,untuk menghilangkan simpton yang ada sambil menunggu
waktu operasi dapat dilakukan

G. Pengobatan Operatif
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina.Maka,jika
dilakukan pembedahan untuk prolapsus uteri,prolapsus vagina perlu ditangani
juga.ada kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak
ada belum perlu dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus
vagina adalah adanya keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari
beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau
untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Asuhan Keperawatan Pre-Operatif


1. Pengkajian
Hari /Tanggal : 26 maret 2013
Waktu : 09.30 WIB
Tempat : Ruang serah terima, Ruang OK 2
Sumber : Pasien, catatan keperawatan dan team kesehatan
Identitas :
1). Pasien
Nama : Ny R
Umur : 62 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : KLATEN
Diagnosa : prolap uteri
No. RM : 49.37.05
Mulai mondok : 22 Maret 2013
2). Penanggung jawab
Nama : Tn. D
Umur : 40 tahun
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Swasta
Hubungan : Anak
Alamat : Klaten

a. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Klien
a). Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada tanggal 22 Maret 2013 jam 08.00 WIB pasien ke puskesmas
karena merasa ada benjolan pada alat kelamin dan merasa nyeri
kemudian di bawa ke Klaten di lakukan pemeriksaan dan di diagnosa
prolap uteri dan disarankan untuk operasi. Pasien mengatakan sudah
siap untuk dioperasi dan pasien merasa takut karena ini adalah
pengalaman yang pertama bagi pasien.
b). Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah menderita penyakit yang sama.
c). Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dari keluarga tidak ada riwayat anggota keluarga
yang menderita penyakit DM, hipertensi atau pun jantung. Keluarga
juga tidak ada yang menderita penyakit menular.
b. Pola Kebiasaan
1. Aspek Fisik Biologis
a. Pola Nutrisi
1). Sebelum dirawat
Pasien makan sehari 3 kali, jenis makanan nasi, lauk-pauk, klien
minum 6 – 8 gelas setiap hari dengan jenis minuman air putih, teh,
dan kadang kopi. Klien tidak ada makanan pantangan.
2). Selama dirawat
Klien mendapat diet Tinggi Kalori Tinggi Protein, makan 3 kali dan
snack 3 kali (pagi, siang, sore). Klien selalu menghabiskan diit
nasinya. Saat pengkajian pasien puasa.
b. Pola Eliminasi
1). Sebelum dirawat
Klien biasa BAB sehari sekali, setiap pagi dengan konsistensi lunak,
warna kuning kecoklatan, klien buang air kecil 4 – 6 kali sehari.
2). Selama dirawat
Saat pengkajian klien mengatakan bahwa tidak ada keluhan dalam
BAB atau BAK
b. Pola Aktifitas, Istirahat dan tidur
1). Sebelum dirawat
Aktifitas pasien tidur malam mulai pukul 22.00 WIB dan bangun
tidur pada pukul 05.00 WIB. Pasien jarang bisa tidur siang.
2). Selama dirawat
Selama di rumah sakit klien tetap beraktifitas untuk dapat
melakukan perawatan diri, nutrisi secara mandiri. Jika siang klien
dapat tidur 30 menit – 1 jam. Malam hari klien mulai tidur pukul
22.00 WIB dan bangun pukul 04.00 WIB
c. Pola Kebersihan Diri
1). Sebelum dirawat
Klien mampu memenuhi kebutuhan personl hygienenya sendiri,
mandi sendiri 2 kali, keramas 3 hari sekali, sikat gigi setiap habis
makan, memotong kuku jika kuku sudah panjang.
2). Selama dirawat
Sejak di rumah sakit klien mengatakan belum pernah keramas.
2. Aspek mental, Spiritual dan Intelektual
a. Konsep Diri
1). Gambaran Diri
Klien menerima apapun kaeadaan dirinya dan menyukai seluruhnya.
2). Ideal Diri
Klien mengatakan segera ingin keluar dari rumah sakit, dan segera
pulang ke rumah.
3). Harga Diri
Klien merasa bahwa orang tua dan saudaranya memperhatikan
klien sehingga klien merasa dihargai.
4). Peranan Diri
Klien adalah seorang ibu rumah tangga
5). Identitas Diri
Klien menyadari bahwa dirinya adalah wanita seutuhnya.
b. Intelektual
Klien mengatakan belum mendapatkan penjelasan tentang prosedur
operasi, persiapan sebelum operasi dan hal-hal yang dialami selama
dan setelah operasi.
c. Hubungan Interpersonal
Hubungan klien dan keluarga baik, juga dengan kilen lain dan dengan
team kesehatan lainnya.
d. Support System
Klien mendapat support dari saudaranya agar segera sembuh
e. Spiritual
Klien beragama Islam, klien selalu berdo’a dan sholat.
f. Persepsi Tentang Sakit
Klien merasa sedih karena sakit dan ingin segera sembuh.

c. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Status Gizi : BB 55 Kg, TB 165 Cm,
- Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 mmHg, Nadi : 88 x/ment,
RR : 24 x/menit, S : 36,5 Derajat Celcius.
2). Pemeriksaan Sistematis ( Cepalo Caudal)
a). Kepala
Bentuk kepala Mesocepal, rambut klien pendek, konjungtiva tak
anemis, seklera tak ikterik, reflek pupil terhadap cahaya positif, telinga
simetris kanan dan kiri, tidak ada pengeluaran cairan, mulut tidak ada
luka, bibir simetris antara bibir atas dan bawah, pernafasan tidak ada
cuping hidung, simetris antara lubang kanan dan kiri. Raut wajah
tampak cemas.
b). Leher
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada peningkatan Jugularis Vena Pressure (JVP), arteri karotis teraba
jelas, leher klien mampu digerakkan bebas, tidak ada kaku kuduk.
c). Dada
1). Inspeksi
Tak terlihat adanya retraksi otot-otot bantú pernafasan, expansi
paru simetris kanan dan kiri
2). Palpasi
Tidak teraba adanya masa, ada nyeri tekan, pada bahu kiri atas
terdapat krepitasi
3). Perkusi
Terdengar suara sonor dan terdengar suara redup pada daerah
jantung
4). Auskultasi
Terdengar suara vesikuler pada paru dextra, sinistra suara jantung
lup dup.

d). Abdomen
1). Inspeksi
Tidak ada lesi pada kulit abdomen, dan tidak ada pembesaran pada
abdomen
2). Auskultasi
Terdengar peristaltik usus 22 x/menit
3). Perkusi
Terdengar suara redup
4). Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada abdomen

e). Genetalia
Terpasang dower cateter nomor 16, prolaps uteri.
f). Extremitas
1). Atas
Kanan :
Anggota gerak lengkap, tidak terdapat kelainan jari, tangan kanan
terpasang infus RL sejak tanggal 22 Maret 2013, aliran infus lancar.
Ekstremitas teraba hangat.
Kiri :
Tidak ada keterbatasan gerak.
2). Bawah
Anggota gerak lengkap, tidak ada keterbatasan gerak, kapilari reffil <
2 detik. Ekstremitas teraba dingin.
d. Pemeriksaan Penunjang
1). Laboratorium Darah (Pemeriksaan tanggal 22 Maret 2013)
Jenis pemeriksaan Hasil normal
Hb 14,2 gr % (12 – 18 gr %)
AL 8,8 ribu/mm3 (5 – 11 ribu/ mm3)

AE 6,9 juta/mm3 (3,5 – 4,5 juta/ mm3)

Hct 46,7 % (35 – 54 %)

Albumin 3,3 gr/dl (3,5 - 5 gr/dl)

GDS 117 mg/dl (70 – 120 mg/dl)

Na 139,8 (136 – 145)

K 3,88 (3,1 – 5)

BT 3 menit (1 - 6 menit)

CT 7 detik (5 - 11 detik)

Golongan darah :B
2). Foto Thorax (22 Maret 2013)
Besar cor dan pulmo dalam batas normal, tidak terdapat cardiomegali
3). Therapy
Infus RL 20 tetes/menit, Cefriaxon 2 x 1 gr,
e. Persiapan Operasi
Persiapan pre operasi dibangsal sebagai berikut :
1) Pasien sudah dipuasakan 8 jam
2) Serah terima paisen di ruang terima kamar operasi.
3) Pastikan inform consent baik bedah maupun anestesi lengkap
Persiapan pre operasi di OK :
1. Ganti baju pasien dengan baju operasi, topi dan selimut khusus kamar
operasi
2. Status pasien, blangko rekam medis, askep, blangko pengeluaran
bahan / alat medis habis pakai
3. Lepas perhiasan dan atau gigi palsu bila ada
4. Pindahkan pasien dari ruang terima ke ruang induksi menggunakan
brankart khusus transport di kamar operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi dari petugas kesehatan
tentang prosedur / proses operasi ditandai dengan :
DS : Klien mengatakan akan dilakukan operasi, namun perihal tindakan operasi
yang akan ia jalani,klien mengatakan belum mendapatkan penjelasan tentang
prosedur operasi, persiapan sebelum operasi dan hal-hal yang dialami selama
dan serelah operasi
DO: Ekspresi wajah tampak cemas
Nadi : 88 x / menit Respirasi 20 x / menit
A. Rencana Perawatan
Pre Operatif
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
KRETERIA HASIL
1 Cemas NOC : NIC :
berhubungan Tujuan : Setelah 1. Berikan informasi yang 1. Memberikan informasi Pasien
dengan kurangnya dilakukan tindakan sesungguhnya meliputi tentang proses penyakit mengatakan
informasi dari keperawatan selama 1 x diagnosis, treatmen dan meliputi diagnosis, sudah sedikit
petugas kesehatan 20 menit diharapkan prognosis. treatmen dan paham tentang
tentang prosedur/ tidak ada masalah 2. Menenangkan / motivasi prognosis. apa yang terjadi
proses operasi dengan kecemasan pasien. 2. Memotivasi klien untuk pada dirinya dan
dengan skala 4 3. Kaji tingkat kecemasan tenang dan berdoa mengetahui
sehingga rasa cemas dan 3. Mengkaji tingkan tindakan
dapat hilang atau reaksi fisik pada tingkat kecemasan & reaksi penanganannya
berkurang kecemasan. (takhikardi, fisik pada tingkat O : KU : Cukup
Kriteria hasil : eskpresi cemas non kecemasan. (takhikardi, Kesadaran:CM
a. cemas berkurang verbal) eskpresi cemas non TD = 110/70
b. Monitor intensitas 4. Berikan pengobatan verbal) mmHg
kecemasan untuk 4. Memberikan S = 36,8 ˚C
c. Mencari informasi menurunkan cemas pengobatan untuk N =84x/menit
untuk menurunkan dengan menurunkan cemas R =20x/menit
kecemasn cara yang tepat. dengan cara yang Tampak lebih
d. Memanifestasi 5. Instruksikan pasien tepat. rileks
perilaku akibat untuk 5. Menginstruksikan A : Masalah
kecemasan tidak ada melakukan teknik pasien untuk teratasi
e. Menggunakan tehnik relaksasi melakukan teknik P : Lanjutkan
relaksasi distraksi ( nafas dalam ) relaksasi ( nafas dalam intervensi di ruang
) operasi untuk
dilakukan tindakan
anestesi
Asuhan Keperawatan Intra-Operatif
1. Pengkajian
a. Persiapan Perawat
1. Memposisikan pasien supinasi.
2. Mengidentifikasi pasien, mencatat identitas pasien pada buku
register
3. Menyiapkan ruang operasi
4. Mengatur posisi mesin couter, mesin suction, lampu operasi,
tempat sampah dan tempat linen
5. Menyiapkan set mayo dan set alat serta bahan habis pakai yang
akan digunakan.
7.Time out dipimpin oleh perawat sirkulate
6. Berdo’a
b. Persiapan Alat dan Ruang
1. Alat steril
1. Persiapan alat tidak steril
Meja operasi : 1 buah
Meja linen : 1 buah
Meja mayo : 1 buah
Mesin elektro couter : 1 buah
Mesin suction : 1 buah
Mesin anastesi : 1 buah
Monitor vital sign : 1 buah
Lampu operasi : 1 buah
Tiang infus : 1 buah
Tempat sampah infeksi : 1 buah
Tempat sampah non infeksi : 1 buah
Tempat sampah benda tajam : 1 buah
Tempat jaringan PA : 1 buah
Tempat linen kotor : 1 buah
Bak dekontaminasi alat berisi larutan savlon 1 : 100

17
2. Bahan Medis Habis Pakai
Sarung tangan : 6 pasang
Mess no. 20 / 15 :1/1
Alkohol 70% : 100cc
Betadin 10% : 100cc
Na Cl 0,9% 500cc :2
Benang catgut chromic no.2 :3
Benang catgut chromic no.1 :1
Benang silkam no.1 :2
Benang catgut plain no.1 :2
Benang safil no.1 :2
Benang safil no.3/0 :1
Steril strip :1
Hipafix (10x10 m) : 30 cm
Plastik tempat PA
Larutan formalin 10% : secukupnya
Larutan savlon : secukupnya
Kateter no. 16 :1
Urine bag :1
Spuit 10cc :1
K-Y jelli : 1 tube
3. Linen Set Steril
Jas operasi :5
Duk sedang :6
Duk lobang :1
Perlak / karet : 1
Sloop + karet : 1
4. Alat Steril -

:1
Pinset anatomi : 2

18
Pinset chirurgis : 2
Gunting jaringan : 2
Gunting benang :1
Needle holder : 2
Arteri klem mosquito / Pean : 2 / 6
Klem disinfektan :1
Klem panjang / kasar : 3
Kocker : 4
Hak kulit tumpul :1
Hak niprek / hak bulat :1/1
Duk klem : 5
Selang & Suction Kanule :1/1
Kassa 2m & Kassa roll : 3/1
Hand couter :1
Bengkok / mangkok : 1/1
Korentang : 1

c. Persiapan Pasien
1. Pasien dipindahkan dari brancart ke meja operasi
2. Pasien dalam posisi supine.

19
3. emasang negative plate pada betis kanan yang sudah diberi
jelli dan difiksasi
4. Atur posisi tangan pasien
5. Sebelum dilakukan general anastesi, pasien dianjurkan
berdoa
6. Sesudah dilakukan anastesi, pasien dipasang kateter no. 16

2. Prosedur Operasi
1. Sebelum melakukan tindakan operasi, operator, asisten, dan
scrubnurse melakukan cuci tangan prosedural.
2. Melakukan gowning dengan dibantu oleh circulating.
3. Melakukan gloving secara tertutup.
4. Setelah scrubnurse dalam keadaan steril, menata meja mayo
dengan urutan sloop, perlak, kain pengalas.
5. Menata instrumen sesuai dengan urutan penggunaan
6. Operator / asisten melakukan preparasi kulit dengan urutan:
 Alkohol 70% dengan arah dari atas ke bawah dilanjutkan
dengan putaran dari arah dalam ke luar diulang dua kali
 Dilanjutkan dengan betadin 10% dengan cara yang sama
dengan penerapan alkohol
7. Operator dan asisten melakukan pembatasan medan operasi
dimulai dari:
 perut ke arah bawah sampai menutup kaki
 perut ke arah atas sampai menutup wajah
 samping kanan dan kiri medan operasi dijepit dengan duk
klem
 memasang duk lobang
8. Menata selang suction dan elektro couter dalam posisi siap
pakai
9. Operator, asisten 1, asisten 2, dan scrubnurse menempatkan
diri

20
10. Sebelum melaksanakan operasi, perawat silkuler memimpin
time out dan operator memimpin doa
11. Operator melakukan insisi linea median
12. Asisten 1 dan asisten 2 membantu kelancaran operasi
13. Lapisan diperdalam lapis demi lapis hingga peritoneum,
menggunakan gunting jaringan dan pincet anatomis.
14. Saat abdomen telah terbuka; gunting , pincet, dan kassa lepas
dikembalikan kepada scrubnurse
15. Berikan kassa roll yang sudah dibasahi dengan NaCl 0,9 %
untuk menyisihkan usus sehingga medan operasi tampak jelas
dan mioma teridentifikasi.
16. Tampak uterus berubah menjadi massa tumor ukuran 20 x 20 x
18 cm. Selain itu didapat massa subserosa pada posterior
uterus dan sebuah mioma pada bagian kanan uterus.
17. Ditegakkan diagnosa :
18. Berikan klem dan gunting untuk memotong ligamentum
rotundum
19. Jahit jaringan yang tidak diangkat dengan benang catgut
chromic no.2
20. Jahit jaringan dengan benang silkam no.1
21. Lakukan identifikasi ligamentum ovari proprium kanan dan kiri.
22. Berikan klem dan gunting untuk memotongnya
23. Jahit jaringan yang tidak diangkat dengan benang catgut
chromic no.2
24. Jahit jaringan dengan benang silkam no.1
25. Lakukan identifikasi tuba palopii kanan dan kiri
26. Berikan klem dan gunting untuk memotongnya
27. Jahit dengan benang catgut chromic no.2
28. Berikan pincet anatomis dan gunting untuk memotongnya
29. Berikan depers untuk menyisihkan vesica uterina sampai ke
caudal.

21
30. Berikan klem dan gunting untuk memotongnya
31. Jahit dengan benang catgut chromic no.2
32. Plica recto uterina dibuka dan disisihkan sampai ke caudal
dengan menggunakan kassa depers.
33. Dilakukan identifikasi puncak servix
34. Uterus dipancang setinggi puncak servik, kemudian dilakukan
PA
35. Puntung servik dijahit jelujur terkunci 2 lapis dengan benang
safil no.1
36. Melakukan kontrol perdarahan dengan kassa depers
37. Ligamentum rotundum ditanam di puncak vagina
38. Melakukan reperitonisasi viserale dengan benang catgut plain
no.0
39. Kassa roll diambil dan dikembalikan kepada scrubnurse
40. Melakukan pencucian dengan NaCl 0,9 % dan kontrol
perdarahan dengan kassa depers
41. Melakukan fiksasi dinding peritonium dengan kocker di bagian
atas, bawah, kanan, dan kiri
42. Melakukan kontrol perdarahan dengan kassa depers
43. Memastikan tidak ada kasa yang tertinggal dengan menghitung
jumlah kasa
44. Jahit reperitonialisasi parietale dengan benang catgut chromic
no.1
45. Menjahit otot dengan benang catgut plain no.0
46. Menjahit fasia dengan safil no.1
47. Mengolesi jaringan subkutan dengan betadin dari arah dalam
ke luar dan keringkan dangan kassa
48. Menjahit subcutan dengan catgut plain no.0
49. Menjahit intracutan dengan safil no.3/0
50. Pukul 12.30 operasi selesai

22
51. Membersihkan luka jahitan dengan Na Cl 0,9% dari arah dalam
ke luar
52. Mengolesi dengan betadin dan dikeringkan
53. Tempelkan steril strip secukupnya sesuai kebutuhan
54. Tutup dengan kassa, kemudian dengan hipafix sepanjang 20
cm
55. Selang suction dan elektrocouter disingkirkan
56. Duk lobang, duk klem, dan duk drapping diambil
57. Pasien dibersihkan, dirapikan, dan kenakan pakaian
1) Negativeplate diambil dan dibersihkan.

Analisa Data
Problem / Etiologi /
Data
Masalah Penyebab
DS : - Resiko infeksi Prosedur
DO : tindakan invasif
a) Terdapat luka insisi di pembedahan
daerah bahu kiri selebar 15
cm
b) Terpasang infus di lengan
kiri

2. Diagnosa Keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
pembedahan ditandai dengan :
DO :Dilakukan insisi di daerah bahu kiri sekitar 15 cm
Terpasang infus di lengan kanan

23
RENCANA PERAWATAN
Intra Operatif
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
KRETERIA HASIL
1 Resiko Infeksi NOC : NIC :
berhubungan Tujuan: Setelah 1. Menggunakan sabun anti 1. Menggunakan sabun S: -
dengan Prosedur dilakukan tindakan mikroba untuk cuci anti mikroba untuk cuci O:
pembedahan keperawatan kontrol tangan. tangan. 1) Identifikasi
infeksi selama 1 x 60 2. Membersihkan 2. Membersihkan perdarahan
menit diharapkan tidak lingkungan setelah lingkungan setelah 2) Mengelola dan
ada infeksi dengan dipakai pasien lain. dipakai pasien lain. mencatat
Kriteria hasil: 3. Mencuci tangan sebelum 3. Mencuci tangan BMHP dan
Dapat memonitor dan sesudah tindakan sebelum dan sesudah BAHP yang
faktor resiko operasi tindakan operasi telah dipakai
Pengetahuan tentang 4. Menggunakan baju, 4. Menggunakan baju, di catat lalu
resiko sarung tangan, masker sarung tangan, masker dikembalikan
Mengembangkan sebagai APD sebagai APD di bagian
keefektifan strategi 5. Pertahankan lingkungan 5. Pertahankan

24
untuk mengendalikan aseptik selama lingkungan aseptik farmasi
infeksi. pemasangan alat dan selama pemasangan 3) Selama
Menggunakan persiapan alat alat dan persiapan alat operasi area
fasilitas kesehatan 6. Berikan antibiotik bila 6. Berikan antibiotik bila dan alat tetap
sesuai kebutuhan perlu perlu steril
Melaksanakan 7. Lakukan teknik 7. Lakukan teknik 4) Pasien aman
strategi kontrol perawatan luka yang perawatan luka yang tidak jatuh,
resiko yang dipilih tepat. tepat. tidak ada kasa
atau alat yang
tertinggal
dalam tubuh
pasien.
5) TTV: T.
120/80 mmHg,
N. 84 X/menit,
R. 18x/menit
6) Cairan infuse
RL masih jalan
lancar tetesan

25
20 tetes/menit
7) Operasi
berlangsung
selama 1 jam
A: Masalah
teratasi
P : Hentikan
intervensi

26
Asuhan Keperawatan Post-Operatif
1. Pengkajian
a. Pasien dipindahkan ke recovery room pada pukul 10.40 WIB
b. Pasien masih dalam pengaruh spinal anestesi sehingga aktifitas
masih terbatas, namun rasa nyeri sudah terasa sedikit.
c. Vital sign
TD : 120/ 70 mmHg, N : 80 x/mnt, R : 18 x/mnt, Spo2 : 99%
d. Di recovery room diberikan oksigenasi 2 l/mnt
e. Terdapat luka
f. Terpasang dower cateter no.16
g. Instruksi pasca operasi : awasi keadaan umum, infus RL 20 tetes
per menit.
Bromage scale

Kriteria Skor I/15 II/15 III/15


A. Gerakan penuh dari 0 - - -
tungkai
B. Tidak mampu 1 1 1 1
mengekstensikan
tungkai 2 2 2 2
C. Tidak mampu
memfleksi lutut 3 3 3 3
D. Tidak mampu
memfleksi
pergelangan kaki

27
1. Analisa Data
NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI

1 DS: - Risiko Tindakan


DO: perdarahan invasif (insisi
- Terdapat luka insisi di daerah histerektomy)
abdomen

2. Diagnosa keperawatan

1) Resiko perdarahan berhubungan dengan tindakan invasif

28
RENCANA PERAWATAN
Post Operatif
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO TUJUAN DAN TINDAKAN EVALUASI
KEPERAWATAN RENCANA TINDAKAN
KRETERIA HASIL
1 Resiko NOC : NIC :
perdarahan 1. memberikan informasi S: -
Tujuan: Setelah 1. Berikan informasi pada
berhubungan pada pasien kapan
dilakukan tindakan pasien kapan boleh O:
dengan tindakan boleh bergerak bebas
keperawatan kontrol bergerak bebas dan
invasif dan bangun dari tempat 1) Identifikasi
infeksi selama 1 x 60 bangun dari tempat tidur
tidur perdarahan
menit diharapkan tidak 2. Kontrol perdarahan pada
2. mengontrol perdarahan 2) TTV:
ada perdarahan dengan balutan
pada balutan TD. 120/80
Kriteria hasil: 3. Kolaborasi untuk
3. Kolaborasi untuk mmHg, N. 84
pemberian cairan dan
Balutan di tetap pemberian cairan dan X/menit, R.
elektrolit
bersih tanpa darah. elektrolit 18x/menit
4. Monitor tekanan darah
4. memonitor tekanan
3) Cairan infuse
darah
RL masih

29
jalan lancar
tetesan 20
tetes/menit
A: Masalah
teratasi

P : Hentikan
intervensi

30
31

Anda mungkin juga menyukai