Anda di halaman 1dari 20

Teknologi mekanik II

BAB 6. LAS

Tujuan Instruksional Umum


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat mengetahui tentang proses
pengelasan oxy-asetylene (OAW) dan pengelasan busur nyala listrik (SMAW)

Tujuan Instruksional Khusus


Pada akhir kuliah mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menyebutkan dan menjelaskan beberapa jenis mesin las dengan benar
2. Menyebutkan dan menjelaskan fungsi perlengkapan las
3. Menjelaskan pengkodean elektroda
4. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam sambungan las
5. Menyebutkan dan menjelaskan macam-macam jenis cacat pengelasan

6.1. Klasifikasi pengelasan


Berdasarkan cara pelaksanaannya, pengelasan dapat dikelompokkan menjadi 3,
yaitu pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
 Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana logam induk (bagian yang
akan disambung) dan bahan tambah dipanaskan hingga mencair kemudian
membiarkan keduanya membeku sehingga membentuk sambungan.
 Pengelasan tekan adalah cara pengelasan dimana kedua logam yang akan
disambung dipanaskan, kemudian ditekan hingga keduanya menyatu.
 Pematrian adalah cara penyambungan dimana kedua logam disatukan dengan
menggunakan bahan tambah paduan logam yang mempunyai titik cair lebih
rendah dari logam yang disambung (logam induk), dan logam induk tidak ikut
mencair.
Dari klasifikasi cara pengelasan pada bagan 1 akan dibahas cara-cara pengelasan
yang banyak digunakan dilapangan, yaitu :
Oxy Acetylene Welding (OAW)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)

1 / 20
Teknologi mekanik II

Bagan 1. Klasifikasi pengelasan

2 / 20
Teknologi mekanik II

6.2. Las Karbit (Oxy Acetylene Welding)


Proses pengelasan secara manual, dimana permukaan logam yang akan
disambung dipanaskan hingga meleleh oleh nyala (flame) gas acetylene1. dengan
bahan tambah atau tanpa bahan tambah (logam pengisi), kemudian
membiarkannya hingga bagian yang mencair tersebut membeku.

Gambar 6. 1. Las Oxy Acetylene

6.2.1. Bagian-bagian las oxy acetylene


1. Tabung gas
• Tabung penyimpan gas asam (oksigen).
Tabung penyimpan oksigen biasanya berwarna biru, hijau, atau abu-
abu. Dibandingkan dengan tabung acetylene, tabung oksigen lebih
tinggi sehingga mudah mengenalinya, perbedaan lainya adalah ulir
tutup tabung, untuk gas oksigen menggunakan ulir kanan sedangkan
tutup tabung gas acetylene menggunakan ulir kiri. Tabung tersebut
harus cukup kuat menahan tekanan gas (15 – 30 atm) yang berada di
dalamnya

• Tabung penyimpan gas oxy acetylene

1
Gas asitelin diperoleh dengan cara mereaksikan antara calcium carbide (Ca C 2) dengan air (H2O).
Reaksi dari dua unsur tersebut akan menghasilkan gas asitelin (C 2H2), Calcium hidroksida (Ca(OH) 2)
dan kalor
3 / 20
Teknologi mekanik II

Tabung gas acetylene di dalamnya diisi dengan bahan berpori untuk


menyerap aseton2. Selama tabung tidak bocor dan tidak kena panas
yang berlebihan gas acytelene tersebut tetap aman, untuk mencegah
meledaknya tabung akibat temperatur yang tinggi maka dilengkapi
dengan penyumbat lebur (penyumbat lebur pada temperatur 100 C).
Penyumbat tersebut akan lebur sebelum tabung acetylene meledak
karena panas berlebihan.

Gambar 6. 2. Tabung Oxy acetylene

2. Regulator (pengatur tekanan kerja gas asitelin atau oksigen)


Dari tangki oksigen atau tangki asitelin gas tersebut mengalir ke pembakar
dengan terlebih dahulu diatur tekanannya. Alat yang berfungsi sebagai
peng-atur dan penurun tekanan isi tangki menjadi tekanan kerja yang tetap
besarnya adalah regulator. Regulator terdiri atas baut pengatur tekanan
kerja, saluran gas dan pengukur tekanan (manometer). Masing-masing
tangki terdapat dua manometer yaitu manometer tekanan isi tangki dan
manometer tekanan kerja. Manometer tekanan isi tangki berfungsi untuk
mengukur tekanan gas di dalam tangki sedangkan manometer tekanan
kerja berfungsi untuk mengukur tekanan gas yang mengalir ke pembakar.

Prinsip kerja salah satu jenis regulator adalah sebagai berikut :

2
Aseton adalah bahan dimana acetylene dapat larut dengan baik.
4 / 20
Teknologi mekanik II

Gambar 6. 3. Regulator
Apabila kran pada tangki gas dibuka maka gas akanmasuk ke ruang A
tekanannya ditunjukkan oleh manometer G, bila baut pengatur F diputar
searah jarum jam maka pegas F akan mendesak membran D hingga katup
C terbuka Selanjutnya gas dari ruang A masuk ke ruang B, bila tekanan
gas pada ruang B lebih besar dari pada tekanan pegas maka katup C akan
menutup kembali. Tekanan gas di ruang B dapat dilihat pada manometer
H, besarnya tekanan dapat diatur dengan cara memutar baut pengatur F.

Campuran
oksigen &
acetylene
pembakar

Gambar 6. 4.Regulator & Pembakar


Apabila katup pembakar dibuka maka gas di ruang B keluar melalui selang
gas dan kemudian menuju ke pembakar, akibatnya tekanan gas di ruang B
turun sedemikian hingga lebih kecil dari tekanan pegas F akibatnya
membran akan membuka katup C dan gas dari ruang A masuk lagi ke
ruang B. Demikian seterusnya
Yang perlu diperhatikan dalam mengoperasikan regulator
 Bedakan antara regulator oksigen dan regulator asitelin
5 / 20
Teknologi mekanik II

 Pasang regulator yang sesuai untuk masing-masing tangki gas


 Jangan menggunakan regulator yang sudah rusak
 Jangan memegang regulator pada manometernya
 Sebelum membuka kran tangki tutuplah terlebih dahulu kran regulator
dengan cara memutar baut pengatur berlawanan arah jarum jam hingga
terasa longgar
 Putar baut pengatur perlahan-lahan searah jarum jam untuk mengatur
tekanan kerja yang diperlukan.
Cara menyalakan dan mematikan api las (pada pembakar)
Cara menyalakan :
 Atur tekanan kerja sesuai penggunaan dalam pengelasan
 Buka kran asitelin pada pembakar (brander) kemudian nyalakan
dengan menggunakan korek api las
 Atur aliran asitelin sehingga nyala yang terjadi tidak terlalu besar atau
terlalu kecil
 Buka kran oksigen pada pembakar (brander) perlahan-lahan agar api
tidak mati atau meletup
 Atur nyala api las sesuai dengan pekerjaan pengelasannya
Cara mematikan :
 Tutup kran gas asitelin pada pembakar (nyala api akan mati)
 Tutup kran oksigen pada pembakar
 Tutup kran tangki gas asitelin maupun oksigen
 Buka kran asitelin dan oksigen pada pembakar hingga kedua
manometer menunjuk angka nol

Selang
Selang las dibedakan menjadi dua yaitu selang oksigen dan acetylene.
Kedua selang tersebut harus kuat menahan tekanan gas  10 kg/cm2 dan
harus fleksibel. Warna selang oksigen hijau atau biru sedangkan untuk
acetylene berwarna merah. Ciri lainnya adalah ulir mur selang acetylene
ulir kiri sedangkan untuk mur selang oksigen ulir kanan.
Yang perlu diperhatikan adalah :
Sebelum dipasang (selang baru) tiuplah selang tersebut menggunakan gas dari
tabung, untuk membersihkan kotoran yang ada di dalamnya.
Sebelum digunakan periksa dari kemungkinan adanya kebocoran
Gulung selang dengan baik setelah digunakan

6 / 20
Teknologi mekanik II

Gambar 6. 5. Sambungan selang oksigen

Gambar 6. 6. Sambungan selang asetylene

3. Pembakar
Pembakar atau brander berfungsi untuk mencampur acetylene dengan
oksigen serta mengatur pengeluaran gas campuran tersebut. Campuran gas
tersebut keluar melalui mulut pembakar untuk dinyalakan.
Ada dua jenis pembakar yaitu :
1. Jenis injektor (Injector torch)/ pembakar tekanan rendah
Gas asetylene terdorong oleh aliran oksigen yang mempunyai tekanan
lebih besar dari pada tekanan asetylene.
Campuran oksigen & acetylene Oksigen
pembakar

Acetylene

Katup asetylene
Katup oksigen

Gambar 6. 7. Pembakar jenis injektor

2. Jenis tekanan rata (Balance presure torch)

7 / 20
Teknologi mekanik II

Tekanan asetylene dan oksigen sama besarnya sehingga keduanya


dicampur terlebih dahulu agar homogen.
Ruang
Campuran pencampur Katup oksigen
Oksigen & asetylene

Katup asetylene
Katup oksigen

Katup asetylene

Gambar 6. 8. Pembakar jenis tekanan rata

Pembakaran Oxy-asetylene
Dari pembakaran gas asitelin (gas asitelin + oksigen) akan menimbulkan
nyala api yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah masing-masing
komposisinya. Masing-masing nyala api (busur api) las tersebut digunakan
untuk mengelas logam yang berbeda-beda.
Penggunaan tersebut antara lain :
Nyala api netral
Kerucut nyalanya terlihat nyata, berwarna biru
Nyala api ini terjadi bila komposisi campuaran asitelin dan oksigen sama besarnya,
digunakan untuk mengelas baja, tembaga dan aluminium.

• Nyala api karburasi


Kerucut nyala dan selubung lebih panjang, warna kemerah-merahan.

8 / 20
Teknologi mekanik II

Nyala api ini terjadi bila komposisi campuran asitelin dan oksigen
lebih besar asitelin, digunakan untuk mengelas bronz (perunggu) dan
aluminium.

Nyala api oksidasi


Kerucut nyala pendek berwarna putih, berbunyi gemuruh.
Nyala api ini terjadi bila komposisi campuran asitelin dan oksigen lebih besar
oksigen, digunakan untuk mengelas brass (kuningan) dan besi

6.3. Las busur listrik (Arc Welding)


Proses pengelasan dengan busur listrik adalah menyambung dua logam atau
lebih dengan jalan melelehkan kedua bagian logam yang akan disambung
tersebut menggunakan busur nyala listrik. Terjadinya busur nyala las tersebut
disebabkan oleh perbedaan tegangan listrik antara kedua kutub (elektroda dan
benda kerja). Pada las ini benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran
arus listrik.
6.3.1 Las busur dengan elektroda terbungkus (Shielded Metal Arc Welding,
SMAW)
Busur nyala listrik terjadi diantara ujung elektroda dengan benda kerja, karena
panas dari busur nyala tersebut maka ujung elektroda dan benda kerja
meleleh. Lelehan logam pada ujung elektroda ini dipindahkan oleh arus busur
nyala ke benda kerja. Kedua logam cair tersebut (benda kerja dan lelehan
ujung elektroda) terlindungi dari oksidasi oleh gas3 dan terak4.

3
Gas (CO2) hasil terbakarnya selaput elektroda
4
Cairan selaput elektroda yang membeku
9 / 20
Teknologi mekanik II

Gambar 6. 9. Proses pengelasan

Jenis arus listrik


Berdasarkan arus listrik yang digunakan, dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
A. Arus bolak-balik (Alternating Current)
Mesin las arus bolak-balik lebih murah, penggunaannya mudah dan
perawatannya sederhana bila dibandingkan dengan mesin las arus searah.
Arus jaringan listrik (PLN) diubah menjadi arus bolak-balik
(menggunakan transformator) yang sesuai dengan arus yang diperlukan
untuk mengelas.

Gambar 6. 10. Mesin las listrik AC


B. Arus searah (Direct Current)
Keunggulan mesin las listrik arus searah adalah mantapnya busur nyala,
sehingga cocok untuk pengelasan pelat tipis. Arus searah yang digunakan
ini dapat diperoleh dari jaringan listrik (PLN) yang diubah menjadi arus
searah, atau dari generator pembangkit listrik arus searah.

10 / 20
Teknologi mekanik II

Gambar 6. 11. Mesin las listrik DC

Pada pengelasan listrik DC, dapat dilakukan secara polaritas lurus


/elektroda negatif (Direct Current Straight Polarity, DCSP), atau secara
polaritas balik / elektroda positif (Direct Current Reverse Polarity,
DCRP)

DCSP DCRP

Gambar 6. 12. Pengkutuban elektroda

Elektroda
Kode elektroda menurut AWS (American Welding Society).

11 / 20
Teknologi mekanik II

Pengkodean menurut AWS untuk elektroda las busur listrik terdiri dari satu
huruf pertama E dan diikuti empat angka, dua angka (X0) menunjukkan
kekuatan tarik minimum (X0 kali 1000 spi), satu angka berikutnya (digit ke
3) menunjukkan posisi pengelasan kemudian satu angka terakhir (digit ke 4)
menunjukkan jenis pembukus dan jenis arus.

Posisi pengelasan
Ada 4 macam posisi pengelasan yaitu :

Gambar 6. 13. Posisi pengelasan

Pembungkus/ selaput
Fungsi selaput elektroda adalah :
 Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol
 Selaput elektroda akan menghasilkan gas CO2 pada waktu terbakar, yang
melindungi cairan las, busur api listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Udara luar mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat
mempengaruhi sifat mekanik logam yang dilas
 Membuat terak pelindung yang dapat mengurangi kecepatan pendinginan
sehingga benda kerja tidak rapuh akibat pendinginan cepat
 Membantu mengontrol ukuran dan frekwensi tetesan logam cair
12 / 20
Teknologi mekanik II

 Memungkinkan digunakannya posisi pengelasan yang berbeda

Untuk menentukan jenis elektroda yang sesuai dengan perencanaan


pengelasan maka harus mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya
adalah :
 Jenis logam yang akan dilas
 Tebal logam yang akan dilas
 Posisi pengelasan
 Bentuk kampuh benda kerja
 Kekuatan hasil pengelasan

Untuk menentukan besarnya arus pengelasan tergantung pada :


 Diameter elektroda
 Tebal logam yang akan dilas
 Jenis elektroda yang akan digunakan
 Posisi pengelasan
 Polaritas kutub-kutubnya
Pengaturan besarnya arus dilakukan dengan cara memutar handel pengatur
arus. Besarnya arus yang digunakan dapat dibaca pada skala arus yang
terdapat pada mesin las. Contoh besarnya arus yang diperlukan dapat dilihat
pada tabel dibawah

Tabel 6. 1.Diameter elektroda & besar arus

13 / 20
Teknologi mekanik II

6.4. Gas Metal Arc Welding (GMAW)


Jenis las ini juga disebut Las Metal Inert Gas (MIG) disebut juga las sigma
panas yang digunakan untuk mencairkan benda kerja dan bahan tambahnya
diperoleh dari busur nyala api antara elektroda (yang meleleh) dengan benda
kerjanya. Sekeliling elektrodanya dihembuskan gas argon (gas mulia, Inert)
yang tidak bereaksi dengan zat apapun, sehingga cairan logam (benda kerja dan
bahan elektroda-nya) terhindar dari pencemaran yang dapat mempengaruhi hasil
pengelasan.

10

2 7 1
8 3

5
6 4

Gambar 6. 14. Instalasi las GMAW (MIG)

Keterangan :
Pemegang elektroda Kabel las Tabung gas mulia
Gulungan elektroda Pembangkit tegangan Saluran pembuangan air
Elektroda frekwensi tinggi pendingin
Benda kerja Saluran gas mulia Kran air pendingin

Elektroda las MIG ini berupa kawat yang pengumpanannya (gerakannya) diatur
oleh motor secara otomatis, kawat akan disalurkan keluar secara otomatis
melalui pemegang sekaligus sebagai pengarahnya dari gulungan kawat yang
sangat panjang. Karena kekuatan arusnya yang tinggi, kecepatan pengelasannya
juga tinggi.

6.5. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)


Jenis las ini juga disebut las TIG (Tungsten Inert Gas) sering disebut juga las
Argon Arc panas yang digunakan untuk mencairkan benda kerja dan bahan
tambahnya diperoleh dari busur nyala api antara elektroda wolfram (yang tidak
meleleh) dengan benda kerjanya. Sekeliling elektrodanya dihembuskan gas
argon (gas mulia, Inert) yang tidak bereaksi dengan zat apapun, sehingga cairan
14 / 20
Teknologi mekanik II

logam (benda kerja dan bahan tambahnya) terhindar dari pencemaran yang
dapat mempengaruhi hasil pengelasan.

saluran gas

bahan tambah

saluran air

benda kerja elektroda wolfram

Gambar 6. 15. Pemegang elektroda

Keterangan :
Pemegang elektroda
Bahan tambah
Elektroda
Benda kerja
Kabel listrik
Pembangkit tegangan
Frekwensi tinggi
Saluran gas mulia
Tabung gas mulia
Saluran air pendingin
Kran air pendingin

Gambar 6. 16. Instalasi las GTAW (TIG)


Pengelasan jenis ini cocok untuk semua logam, tetapi lebih cocok untuk semua
logam yang sangat cepat beroksidasi seperti aluminium, magnesium, tembaga
dan baja yang berpaduan tinggi. Sebagai bahan tambah digunakan batangan
batangan logam yang sesuai dengan bahan benda kerjanya (bahan yang dilas).
Karena panas yang diterima elektroda sangat tinggi maka agar tidak merusak
pemegang elektrodanya perlu diberi pendingin air. Untuk menyalakan busur api,
elektrodanya tidak perlu menyentuh benda kerja dan supaya busur apinya stabil,
dipasang suatu alat pembangkit tegangan pembantu berfrekwensi tinggi. .
Logam yang dapat dilas dengan las MIG juga dapat dilas dengan las TIG. Bila
pada las MIG selalu menggunakan arus bolak-balik las TIG menggunakan arus
searah

15 / 20
Teknologi mekanik II

6.6. Macam-macam sambungan las


Sambungan las atau sering disebut kampuh ada bermacam-macam, tujuannya
adalah untuk mendapatkan kekuatan pengelasan yang lebih baik.
Bentuk kampuh dibuat dengan beberapa pertimbangan, yakni :
• Sifat beban yang diterima
• Arah beban yang diterima
• Posisi pengelasan
• Tebal benda kerja
• Biaya pembuatan kampuh
Beberapa macam kampuh yang sering dikerjakan adalah :
1. Kampuh I
Kampuh I umumnya digunakan untuk pengelasan plat tipis pada konstruksi
yang tidak menerima beban puntir atau beban kejut.

2. Kampuh X
Kampuh X umumnya digunakan untuk pengelasan plat dengan tebal lebih
dari 14 mm. Bentuk kampuh ini dapat menerima semua jenis beban.

3. Kampuh setengah V dan kampuh V


Kampuh ini banyak diterapkan pada dinding kapal dan ketel uap, kampuh ini
cukup kuat untuk menerima beban statis.

4. Kampuh J tunggal dan J ganda


Kampuh J tunggal untuk plat dengan tebal 15 s/d 30 mm
Kampuh J ganda untuk plat dengan tebal 25 s/d 50 mm

5. Kampuh U tunggal dan U ganda


Kampuh U tunggal untuk plat dengan tebal 12 s/d 30 mm

16 / 20
Teknologi mekanik II

Kampuh U ganda untuk plat dengan tebal lebih dari 18 mm


Kedua kampuh ini diterapkan untuk pekerjaan kwalitas tinggi

6. Kampuh T (biasa)
Kampuh T biasa diterapkan untuk mengelas plat tipis sampai sedang

7. Kampuh T (setengah V dan V ganda)


Kampuh T (setengah V) untuk plat dengan tebal lebih dari 12 mm
Kampuh T (V ganda) untuk plat dengan tebal lebih dari 24 mm

8. Kampuh T (J tunggal dan J ganda)


Kampuh T (J tunggal) untuk plat dengan tebal lebih dari 12 mm
Kampuh T (J ganda) untuk plat dengan tebal lebih dari 24 mm

9. Kampuh berimpit
Kampuh ini untuk pembebanan yang kecil

10. Kampuh sudut tempel


Kampuh ini untuk pembebanan yang sederhana

17 / 20
Teknologi mekanik II

11. Kampuh sudut setengah terbuka dan terbuka penuh


Kampuh ini dapat menerima beban puntir atau kejutan

12. Kampuh sisi


Kampuh ini untuk pengelasan plat tipis dengan beban ringan

6.7. Cacat lasan


Dalam pengelasan diharapkan menghasilkan sambungan yang sesuai dengan
perencanaan. Maka mulai dari persiapan bentuk kampuh, pemilihan jenis mesin
las, pemilihan elektoda, dll hingga proses pengelasan harus betul-betul
diperhatikan.
Cacat lasan yang dapat terjadi antara lain :
1. Terak yang tertimbun
Tertimbunnya terak oleh lasan akan mengurangi kekuatan sambungan
karena bagian yang terisi terak tersebut mestinya terisi lasan.
Hal ini terjadi karena :
a. Cara membersihkan terak hasil pengelasan yang terdahulu kurang bersih,
sehingga sisa terak tertimbun oleh lapisan berikutnya
b. Ayunan elektroda terlalu lebar sehingga terak las sempat membeku pada
waktu ayunan elektroda kembali
c. Terak mendahului busur listrik, sehingga tertimbun lasan (terutama
terjadi pada sambungan dengan kampuh yang dalam)
d. Kecepatan pengelasan yang tidak kontinyu.
Cara penanggulangannya :
a. Tiap lapisan lasan, terak harus dibersihkan hingga betul-betul bersih
b. Kurangi lebar ayunan elektroda
c. Sesuaikan kedalaman kampuh dengan elektroda yang digunakan
18 / 20
Teknologi mekanik II

d. Usahakan kecepatan pengelasan yang kontinyu

2. Porositas
Porositas adalah bintik-bintik lubang yang ukurannya sangat kecil pada lasan
Hal ini terjadi karena :
a. Adanya kotoran di permukaan benda kerja (debu, minyak, dan karat)
b. Kelembaban selaput elektroda melebihi batas yang diizinkan
c. Panjang busur yang terlalu besar
d. Arus yang digunakan terlalu besar
e. Kecepatan pengelasan terlalu tinggi sehingga gas pelindung kurang
berfungsi
f. Cairan lasan terlalu cepat membeku sebelum gas-gas keluar dari cairan
lasan

Cara penanggulangannya :
a. Bersihkan dengan benar permukaan benda kerja
b. Keringkan elektroda menggunakan oven dan simpan elektroda pada
tempat yang tidak lembab.
c. Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
d. Gunakan arus sesuai kebutuhan
e. Kurangi kecepatan pengelasan
f. Lakukan pemanasan awal pada benda kerja

3. Takik-takik (Undercut)
Takik-takik adalah benda kerja yang “termakan oleh las”, Takik-takik dapat
terjadi pada antara bahan las dengan bahan benda kerja tetapi dapat juga
terjadi pada bahan lasnya saja.
Hal ini terjadi karena :
a. Kuat arus pengelasan terlalu tinggi
b. Ayunan elektroda las terlalu cepat
c. Benda kerja terlalu panas
d. Panjang busur terlalu tinggi
Cara penanggulangannya :
a. Kurangi arus pengelasan
b. Ayunan elektroda jangan terlalu cepat, dan usahakan caiaran las untuk
mengisi daerah las
c. Usahakan benda kerja agak dingin dengan cara berhenti sebentar pada
tiap lapisan

19 / 20
Teknologi mekanik II

4. Hot cracking
Hot cracking adalah suatu retakan yang biasanya terjadi pada saat cairan las
mulai membeku.
Hal ini terjadi karena :
a. Luas penampang lasan yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar
benda kerja yang dilas sehingga terjadi pendinginan yang cepat
b. Sifat regang elektroda las kurang baik

Cara penanggulangannya :
a. Memberi pemanasan awal pada benda kerja
b. Memperluas penampang lasan
c. Menggunakan elektroda low hydrogen yang mempunyai sifat regang
yang relatif tinggi

20 / 20

Anda mungkin juga menyukai