BAB 6. LAS
1 / 20
Teknologi mekanik II
2 / 20
Teknologi mekanik II
1
Gas asitelin diperoleh dengan cara mereaksikan antara calcium carbide (Ca C 2) dengan air (H2O).
Reaksi dari dua unsur tersebut akan menghasilkan gas asitelin (C 2H2), Calcium hidroksida (Ca(OH) 2)
dan kalor
3 / 20
Teknologi mekanik II
2
Aseton adalah bahan dimana acetylene dapat larut dengan baik.
4 / 20
Teknologi mekanik II
Gambar 6. 3. Regulator
Apabila kran pada tangki gas dibuka maka gas akanmasuk ke ruang A
tekanannya ditunjukkan oleh manometer G, bila baut pengatur F diputar
searah jarum jam maka pegas F akan mendesak membran D hingga katup
C terbuka Selanjutnya gas dari ruang A masuk ke ruang B, bila tekanan
gas pada ruang B lebih besar dari pada tekanan pegas maka katup C akan
menutup kembali. Tekanan gas di ruang B dapat dilihat pada manometer
H, besarnya tekanan dapat diatur dengan cara memutar baut pengatur F.
Campuran
oksigen &
acetylene
pembakar
Selang
Selang las dibedakan menjadi dua yaitu selang oksigen dan acetylene.
Kedua selang tersebut harus kuat menahan tekanan gas 10 kg/cm2 dan
harus fleksibel. Warna selang oksigen hijau atau biru sedangkan untuk
acetylene berwarna merah. Ciri lainnya adalah ulir mur selang acetylene
ulir kiri sedangkan untuk mur selang oksigen ulir kanan.
Yang perlu diperhatikan adalah :
Sebelum dipasang (selang baru) tiuplah selang tersebut menggunakan gas dari
tabung, untuk membersihkan kotoran yang ada di dalamnya.
Sebelum digunakan periksa dari kemungkinan adanya kebocoran
Gulung selang dengan baik setelah digunakan
6 / 20
Teknologi mekanik II
3. Pembakar
Pembakar atau brander berfungsi untuk mencampur acetylene dengan
oksigen serta mengatur pengeluaran gas campuran tersebut. Campuran gas
tersebut keluar melalui mulut pembakar untuk dinyalakan.
Ada dua jenis pembakar yaitu :
1. Jenis injektor (Injector torch)/ pembakar tekanan rendah
Gas asetylene terdorong oleh aliran oksigen yang mempunyai tekanan
lebih besar dari pada tekanan asetylene.
Campuran oksigen & acetylene Oksigen
pembakar
Acetylene
Katup asetylene
Katup oksigen
7 / 20
Teknologi mekanik II
Katup asetylene
Katup oksigen
Katup asetylene
Pembakaran Oxy-asetylene
Dari pembakaran gas asitelin (gas asitelin + oksigen) akan menimbulkan
nyala api yang berbeda-beda, tergantung dari jumlah masing-masing
komposisinya. Masing-masing nyala api (busur api) las tersebut digunakan
untuk mengelas logam yang berbeda-beda.
Penggunaan tersebut antara lain :
Nyala api netral
Kerucut nyalanya terlihat nyata, berwarna biru
Nyala api ini terjadi bila komposisi campuaran asitelin dan oksigen sama besarnya,
digunakan untuk mengelas baja, tembaga dan aluminium.
8 / 20
Teknologi mekanik II
Nyala api ini terjadi bila komposisi campuran asitelin dan oksigen
lebih besar asitelin, digunakan untuk mengelas bronz (perunggu) dan
aluminium.
3
Gas (CO2) hasil terbakarnya selaput elektroda
4
Cairan selaput elektroda yang membeku
9 / 20
Teknologi mekanik II
10 / 20
Teknologi mekanik II
DCSP DCRP
Elektroda
Kode elektroda menurut AWS (American Welding Society).
11 / 20
Teknologi mekanik II
Pengkodean menurut AWS untuk elektroda las busur listrik terdiri dari satu
huruf pertama E dan diikuti empat angka, dua angka (X0) menunjukkan
kekuatan tarik minimum (X0 kali 1000 spi), satu angka berikutnya (digit ke
3) menunjukkan posisi pengelasan kemudian satu angka terakhir (digit ke 4)
menunjukkan jenis pembukus dan jenis arus.
Posisi pengelasan
Ada 4 macam posisi pengelasan yaitu :
Pembungkus/ selaput
Fungsi selaput elektroda adalah :
Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol
Selaput elektroda akan menghasilkan gas CO2 pada waktu terbakar, yang
melindungi cairan las, busur api listrik dan sebagian benda kerja terhadap
udara luar. Udara luar mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat
mempengaruhi sifat mekanik logam yang dilas
Membuat terak pelindung yang dapat mengurangi kecepatan pendinginan
sehingga benda kerja tidak rapuh akibat pendinginan cepat
Membantu mengontrol ukuran dan frekwensi tetesan logam cair
12 / 20
Teknologi mekanik II
13 / 20
Teknologi mekanik II
10
2 7 1
8 3
5
6 4
Keterangan :
Pemegang elektroda Kabel las Tabung gas mulia
Gulungan elektroda Pembangkit tegangan Saluran pembuangan air
Elektroda frekwensi tinggi pendingin
Benda kerja Saluran gas mulia Kran air pendingin
Elektroda las MIG ini berupa kawat yang pengumpanannya (gerakannya) diatur
oleh motor secara otomatis, kawat akan disalurkan keluar secara otomatis
melalui pemegang sekaligus sebagai pengarahnya dari gulungan kawat yang
sangat panjang. Karena kekuatan arusnya yang tinggi, kecepatan pengelasannya
juga tinggi.
logam (benda kerja dan bahan tambahnya) terhindar dari pencemaran yang
dapat mempengaruhi hasil pengelasan.
saluran gas
bahan tambah
saluran air
Keterangan :
Pemegang elektroda
Bahan tambah
Elektroda
Benda kerja
Kabel listrik
Pembangkit tegangan
Frekwensi tinggi
Saluran gas mulia
Tabung gas mulia
Saluran air pendingin
Kran air pendingin
15 / 20
Teknologi mekanik II
2. Kampuh X
Kampuh X umumnya digunakan untuk pengelasan plat dengan tebal lebih
dari 14 mm. Bentuk kampuh ini dapat menerima semua jenis beban.
16 / 20
Teknologi mekanik II
6. Kampuh T (biasa)
Kampuh T biasa diterapkan untuk mengelas plat tipis sampai sedang
9. Kampuh berimpit
Kampuh ini untuk pembebanan yang kecil
17 / 20
Teknologi mekanik II
2. Porositas
Porositas adalah bintik-bintik lubang yang ukurannya sangat kecil pada lasan
Hal ini terjadi karena :
a. Adanya kotoran di permukaan benda kerja (debu, minyak, dan karat)
b. Kelembaban selaput elektroda melebihi batas yang diizinkan
c. Panjang busur yang terlalu besar
d. Arus yang digunakan terlalu besar
e. Kecepatan pengelasan terlalu tinggi sehingga gas pelindung kurang
berfungsi
f. Cairan lasan terlalu cepat membeku sebelum gas-gas keluar dari cairan
lasan
Cara penanggulangannya :
a. Bersihkan dengan benar permukaan benda kerja
b. Keringkan elektroda menggunakan oven dan simpan elektroda pada
tempat yang tidak lembab.
c. Gunakan panjang busur yang tepat dan tetap
d. Gunakan arus sesuai kebutuhan
e. Kurangi kecepatan pengelasan
f. Lakukan pemanasan awal pada benda kerja
3. Takik-takik (Undercut)
Takik-takik adalah benda kerja yang “termakan oleh las”, Takik-takik dapat
terjadi pada antara bahan las dengan bahan benda kerja tetapi dapat juga
terjadi pada bahan lasnya saja.
Hal ini terjadi karena :
a. Kuat arus pengelasan terlalu tinggi
b. Ayunan elektroda las terlalu cepat
c. Benda kerja terlalu panas
d. Panjang busur terlalu tinggi
Cara penanggulangannya :
a. Kurangi arus pengelasan
b. Ayunan elektroda jangan terlalu cepat, dan usahakan caiaran las untuk
mengisi daerah las
c. Usahakan benda kerja agak dingin dengan cara berhenti sebentar pada
tiap lapisan
19 / 20
Teknologi mekanik II
4. Hot cracking
Hot cracking adalah suatu retakan yang biasanya terjadi pada saat cairan las
mulai membeku.
Hal ini terjadi karena :
a. Luas penampang lasan yang terlalu kecil dibandingkan dengan besar
benda kerja yang dilas sehingga terjadi pendinginan yang cepat
b. Sifat regang elektroda las kurang baik
Cara penanggulangannya :
a. Memberi pemanasan awal pada benda kerja
b. Memperluas penampang lasan
c. Menggunakan elektroda low hydrogen yang mempunyai sifat regang
yang relatif tinggi
20 / 20