Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Nn.

P DENGAN
APPENDICSITIS DILAKUKAN TINDAKAN APPENDICTOMY DI INSTALASI
BEDAH SENTRAL RSUD AMBARAWA

DI SUSUN OLEH :

BILLI BERNANDO NIM. P07120312007

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV JURUSAN KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH PERIOPERATIF

TAHUN 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Nn.P Dengan Appendicsitis


Dilakukan Tindakan Appendictomy Di Instalasi Bedah Sentral Rsud Ambarawa
Telah Mendapat Persetujuan pada tanggal, Juli 2013

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

( Abdul Ghofur, SKp, M.Kes ) ( Suwartini )


Nip. 197101101999011001 Nip. 1979901292008012008
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBARAN UMUM PENYAKIT


Appendik merupakan bagian dari usus buntu yang muncul pada
corong dari akhir caecum mempunyai pintu yang sempit tetapi masih
memungkinkan dilewati isi usus. (Saifudin, 1997)
Appendiksitis adalah peradangan dari appendik vermiformis dan
merupakan penyakit abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer, 2000)
Appendiksitis adalah suatu peradangan appendik yang relatif sering
dijumpai yang dapat timbul tanpa sebab yang jelas, atau timbul setelah
obstruksi apendiks oleh tinja atau akibat terpulirnya appendiks atau pembuluh
darahnya. Peradangan yang menyebabkan apendik membengkak dan nyeri
dapat menimbulkan gangren karena suplai darah terganggu, apendiks juga
dapat pecah. (Elizabeth J. Corwin, 2001)
Appendiktomy adalah pembersihan terhadap peradangan atau infeksi
pada appendiks atau obstruksi pada lumen appendiksnya. Appendiktomi
merupakan pengangkatan usus buntu yang terkena radang, infeksi, atau
obstruksi rongga usus buntu. (Purnawan Junaedi, 1995)
Apendiktomi adalah pembersihan appendiks vermiformis (Dorland,
2000)

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI

Keterangan gambar:Titik McBurney, Bila apendik terinflamasi, nyeri


tekan dapat dirasakan pada kuadran kanan bawah pada titik McBueney (A),
yang berada pada umbilikus dan spinalis iliaka superior anterior. Tanda
Rovsing terjadi bila nyeri terasa pada kuadran kanan bawah setelah kuadran
kiri bawah terpalpasi (B)
Apendiks vermiformis (umbai cacing) merupakan organ berbentuk
tabung yang terletak pada puncak caecum, pada pertemuan ketiga taenia coli
(taenia libers, mesocolica, dan omentalis). Pangkalnya terdapat di sebelah
posteromedial caecum, kira-kira 2 cm dari ileocecalis (Bauhini) dan pada
pangkal appendiks terdapat valvula apendicularis (Gerlahi).
Panjang appendiks antara 7 – 10 cm (rata-rata 8 cm) dengan
diameter 0,7 cm (antara 0,5 – 1 cm). Lumennya menyempit di bagian
proksimal dan melebar pada bagian distal. Posisi appendiks sangat
bervariasi, yaitu:
1. Retrocecal, merupakan variasi yang paling banyak dijumpai. Pada posisi
ini, appendiks berputar ke atas di belakang caecum.
2. Pelvic/descendens (30%), appendiks menggantung ke arah pelvis minor.
Pada wanita sangat berdekatan dengan tuba uterine dextra dan ovarium.
3. Antececal, bila appendiks berada di depan caecum.
4. Paracecal, appendiks terletak horizontal di belakang caecum.
5. Promontorik, ujungnya menunjuk ke promontorium sacri.
6. Retrocolic, appendiks berada di belakang kolon ascendens dan biasanya
tidak memiliki penggantung (retroperitoneal).

C. ETIOLOGI
1. Obstruksi
Obstruksi adalah sumbatan pada pangkal appendiks. Dengan adanya
obstruksi maka mucus yang diproduksi appendiks tidak dapat dicurahkan
ke caecum dan tertimbun dalam lumen appendiks. Kapasitas lumen
appendiks 0,1 ml sedangkan mucus diproduksi dengan kecepatan 1 – 2
ml/hari. Timbunan cairan dalam appendiks akan meningkatkan tekanan
intraluminal dan menyebabkan desakan pada dinding appendiks (terjadi
distensi appendiks). Distensi dinding appendiks selanjutnya
menyebabkan tergencetnya saluran limfe dan vasa darah padanya.
Obstruksi appendik dapat disebabkan oleh:
a. Sumbatan dalam lumen, jenisnya:
1) Fecolith/sterkolith yaitu massa feses yang membantu
2) Corpus alienum, misalnya biji-bijian
3) Telur parasit
4) Parasit
b. Bengkokan/tekukan appendiks (kinking)
c. Pembesaran folikel appendiks
d. Stenosis/obliterasi appendiks
e. Pseudoobstruksi, yaitu karena peristaltic yang melemah
2. Infeksi
Infeksi pada appendiks terjadi karena hemtogen berasal dari tempat lain.

D. PATOFISIOLOGI
Appendiksitis biasanya disebabkan karena penyumbatan lumen
appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, adanya benda asing, striktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, neoplasma, erosi mukosa
appendiks yang mengakibatkan mucus yang diproduksi mukosa terbendung.
Makin lama mucus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks, sehingga mengganggu aliran limfe dan mengakibatkan dinding
appendiks udema, serta merangsang tunika serosa dan peritoneum viseral.
Oleh karena persyarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X
(vagus) maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit (nyeri) disekitar
umbilikus, sehingga akan meningkatkan produksi asam lambung yang
menyebabkan mual muntah yang akan berakibat kekurangan volume cairan.
Mucus yang terkumpul tersebut kemudian terinfeksi oleh bakteri dan
menjadi nanah. Kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri
belum terganggu. Sehingga akan dirasakan nyeri perut di bagian kanan
bawah. Keadaan ini disebut appendiksitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka suplai O2 dalam keadaan
appendiks menurun, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan appendiks.
Keadaan ini disebut appendiksitis gangrenosa. Bila dinding appendiksitis
yang telah rapuh pecah dinamakan perforasi yang bisa mengakibatkan
kekurangan volume cairan. Bila omentum dan usus yang mengelilingi
appendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa local.
Keadaan ini disebut sebagai appendiksitis infiltrate atau masa ini berisi nanah
disebut appendiksitis abses. (Arif Mansjoer, 2000)

E. TANDA DAN GEJALA


Keluhan appendiksitis biasanya bermula dari nyeri di daerah
umbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2 – 12 jam nyeri akan
beralih kekuadran kanan bawah, yang akan menetap dan diperberat bila
berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise dan demam
yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare, mual dan muntah.
Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan yang
menetap, namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan
semakin progresif dan dengan pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan
satu titik dengan nyeri yang maksimal. Perkusi ringan pada kuadran kanan
bawah dapat menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan biasanya spasme
juga muncul. (Arif Mansjoer, 2000)
Menurut Susan Martin Tucker, 1908 gejala klinis yang timbul setelah
appendiktomi antara lain:
 Nyeri biasanya pada daerah luka
 Penurunan bising usus
 Mual bahkan bisa sampai muntah
 Nadi cepat
 Konstipasi
 Kelemahan fisik
 Demam
F. PENATA LAKSANAAN
Pada kasus apendiksitis tindakan yang dilakukan ada dua macam,
yaitu tindakan konservatif dan tindakan operatif.
1. Tindakan Konservatif
Pada umumnya bila penderitanya orang dewasa, sikap yang diambil
adalah antibiotik dosis tinggi dan observasi tingginya demam serta
perubahan leukosit dan laju endap darah (LED). Dengan
penatalaksanaan yang baik biasanya dalam 3 – 4 hari keadaan membaik.
2. Tindakan Operatif
Pada apendiksitis akut pengobatan yang paling baik adalah operasi
appendiktomi dalam waktu 48 jam operasi harus tetap dilakukan.
Penatalaksanaan pada appendiktomi terbagi menjadi 3 tahap:
a) Tindakan Pre Operatif
Dalam 8 – 12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
appendiksitis masih belum jelas. Dalam keadaan ini observasi ketat
perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan
dipuasakan. Laksatif (obat pencahar) tidak boleh diberikan bila
dicurigai adanya appendiksitis ataupun peritonilis lainnya.
Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (Leukosit
dan hitung jenis) diulang secara periodik. Foto abdomen dan toraks
tegak dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyakit lain.
Pada kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi
nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya
keluhan.
b) Tindakan Operatif
Tindakan operatif yang dilakukan adalah apendektomi.
c) Tindakan Post Operatif
Perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan dalam, syok, hipertermi, atau gangguan
pernapasan. Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga
aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Baringkan pasien dalam
posisi fowlen. Pasien dikatakan baik bila dalam waktu 12 jam tidak
terjadi gangguan. Selama ini pasien dipuasakan. Bila tindakan operasi
lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa
diteruskan sampai usus kembali normal. Kemudian diberikan minum
mulai 15 ml/jam selama 4 – 5 jam lalu naikkan menjadi 30 ml/jam.
Keesokan harinya diberikan makanan saring dan hari berikutnya
makanan lunak. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk
duduk tegak di tempat tidur selama 2 x 30 menit. Pada hari kedua
pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar. Hari ketujuh jahitan
dapat diangkat, dan pasien boleh pulang. (Arif Mansjoer, 2000)
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
 Hb normal
 Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis)
 Hitung jenis; segmen lebih lanjut
 LED meningkat (pada appendicitis infiltrat)
2. Rontgen : Appendictogram

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL


Pre operatif
a. Cemas berhubungan dengan tindakan operasi yang akan dilakukan
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Intra operatif
a. Resiko syok hipovolemik, berhubungan dengan perdarahan.
b. Resiko gangguan pola nafas berhubung dengan tindakan anestesi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan dilaksanakannya prosedur invasive
Post operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
(prosedur pembedahan)
b. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan jaringan
post operatif.
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. ASUHAN KEPERAWATAN PRE OPERATIF


1. Pengkajian
Hari /Tanggal : Senin, 15 Juli 2013.
Waktu : 08:20 Wib
Tempat : ruang penerimaan pasien OK RSUD Ambarawa
Sumber : orang tua dan pasien
a. Identitas
Pasien
Nama : Nn “P”
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku / bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Perum Klepu Asri
Diagnosa : APP
No. RM : 03.96.67
Penanggung jawab
Nama : Ny “A”
Umur : 47 Thn
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hubungan : Orang tua pasien
Alamat : Perum Klepu Asri
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Pasien
a) Keluhan Utama
Pasien mengatakan merasa cemas dan deg-degan.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
+ 4 hari sebelum masuk rumah sakit merasakan nyeri perut
kanan bawah, mual (+), muntah (-), demam (+), dan nyeri
seluruh tulang, flatus (+), BAK (+), BAB (+).
c) Riwayat Kesehatan dahulu
Pasien mengatakan pasien tidak pernah mengalami sakit
hingga berobat kerumah sakit.
2) Riwayat kesehatan keluarga
Orang tua pasien mengatakan dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit keturunan baik dari ayah dan ibu pasien.
c. Pola Kebiasaan
1) Nutrisi
Pasien dipuasakan sejak jam 23.00 WIB

2) Pola eliminasi
Orang tua pasien mengatakan semenjak tengah malam pasien
belum BAB, BAK ada 3 kali mulai tengah malam.
3) Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4

Makan/ minum √

Mandi √

Toileting √

Berpakaian √

Mobilisasi di tempat tidur √

Berpindah √
Ambulasi ROM √

Keterangan :

0 : mandiri 3 : dibantu orang lain dan alat


1 : alat bantu 4 : tergantung total
2 : dibantu orang lain

4) Pola tidur dan istirahat


Pasien mengatakan mulai tidur jam 24.00 WIB
5) Pola persepsi diri
Pasien adalah seorang wanita.
6) Pola peran dan hubungan
pasien mengatakan pasien dapat bergaul dengan keluarga
dan lingkungan sekitarnya dengan yang sumuran dengan
pasien.
7) Pola manajemen koping stress
Pasien mengatakan selalu mendiskusikan masalah dengan
adik kandungnya
8) Sistem nilai dan keyakinan
Pasien menganut agama Islam

d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Status Gizi : Berat Badan 43 Kg,
- Tanda-tanda Vital : N 100 x/mnt, RR 24 x/mnt TD 130/80
mmHg

2) Pemeriksaan Sistematis ( Cepalo Caudal)


a) Kepala
Bentuk kepala : simetris
Rambut : hitam, panjang, dan bersih.
Mata : konjungtiva merah, sklera tidak ikterik.
Telinga : bentuk simetris, bersih tidak ada serumen
Hidung : bentuk simetris, bersih, kemerahan.
Mulut : mulut lembab, tidak ada sariawan.

b) Leher
Tidak teraba adanya pembesaran node limfe, JVP tidak
membesar, dapat bergerak dengan baik.
c) Dada
Inspeksi
Paru-paru mengembang dengan baik, tidak ada retraksi.
Palpasi
Tidak teraba adanya massa.
Perkusi
Bunyi sonor disemua kuadran paru, dan redup didaerah
jantung.
Auskultasi
Vesikuler dextra dan sinistra

d) Abdomen
Inspeksi
Tidak terdapat lesi, abdomen tidak distensi,.
Auskultasi
Terdengar paristaltik usus 10 x/mnt
Perkusi
Suara redup disemua kuadran
Palpasi
terasa nyeri tekan skala nyeri 5 kuadran kanan bawah..

e) Extremitas
Atas : Anggota gerak atas normal, tidak ada masalah pada
pergerakan, jari lengkap tidak ada kelainan
Bawah : Anggota gerak bawah normal, tidak ada masalah
dengan gerakan

e. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium Darah (Pemeriksaan tanggal 14 Juli 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
HCT 36.6 42.0-52.0
WBC 9.7 4.8-10.8
HGB 12.0 14.0-18.0
RBC 4.71 4.70-6.10
PLT 332 130-400
LY 46.3 20.5-45.5

2) Therapy
Infus RL 10-12 tetes/menit tangan kanan,

f. Persiapan Operasi
Persiapan pre operasi di OK :

1) Pasien diterima diruang penerimaan IBS RSUD Ambarawa


tanggal 10 Juli 2013 jam 08:20 Wib.
2) Sign in, memastikan nama, no RM, umur pasien digelang
dengan status rekam medis, memastikan lembar persetujuan
tindakan operasi dan tindakan anestesi diparaf, riwayat alergi,
obat premedikasi, lokasi operasi.
3) Lepas perhiasan dan atau gigi palsu bila ada.
4) Pindahkan pasien dari ruang terima ke ruang induksi dengan
didorong di brangkat oleh perawat
g. Analisa Data
Tanggal 10 Juli 2013 Pukul : 08.20 Wib

Tgl/Jam Data Etiologi Masalah

15 Juli DS : Krisis situasional : Ansietas


2013, tindakan operasi
- Pasien
jam
mengatakan
08:20
merasa cemas.
Wib.

DO :

- Muka tampak
cemas
- Pasien tampak
gelisah
- Ekstremitas
teraba dingin
- Tanda vital
- TD : 120/70
mmHg
- P : 86 x/m
- R : 24 x/m

h. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional : tindakan operasi

i. Intervensi

NOC : NIC :
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Menenangkan / motivasi
tindakan keperawatan selama 1 x pasien.
20 menit diharapkan tidak ada
2. Kaji tingkat kecemasan
masalah dengan kecemasan
dan reaksi fisik pada
sehingga rasa cemas dapat
hilang atau berkurang tingkat kecemasan.
Kriteria hasil : (takhikardi, eskpresicemas
1. Ansietas berkurang non verbal)
2. Monitor intensitas
kecemasan
3. Berikan pengobatan untuk
menurunkan cemas
3. Mencari informasi untuk
menurunkan kecemasn dengan cara yang tepat.
4. Memanifestasi perilaku
akibat kecemasan tidak
ada.
5. Menggunakan tehnik
relaksasi distraksi.

j. Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Implementasi Evaluasi


1 Ansietas 1. Memotivasi klien S : Pasien
mengataka
berhubungan untuk tenang
n sudah
dengan krisis tenang dan
2. Mengkaji tingkan siap
situasional :
kecemasan & reaksi menjalani
tindakan operasi.
fisik pada tingkat O : Pasien
operasi
kecemasan. nampak
rilek.
(takhikardi, eskpresi - Pasien
cemas non verbal) dipasang
infuse
oleh
3. Memberikan
residen
pengobatan untuk anestesi
A : Masalah
menurunkan cemas
keperawata
dengan cara yang n
kecemasan
tepat.
telah
teratasi.
P:

Pertahanka
n intervensi
B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
1. Pengkajian
- Pasien diterima diruang operasi jam 08:35 Wib.
- Pasien dibaringkan kemeja operasi dengan posisi supine.
- Pasien terpasang infus pada tanggan kanan.
- Pasien akan dilakukan tindakan operasi miomektomi.
2. Persiapan rungan
a. Mempersiapkan meja operasi.
b. Mempersiapkan meja instrumen.
c. Mempersiapkan lampu operasi.
d. Mempersiapkan mesin suction, dan electro cauter.
e. Mempersiapkan tempat sampah medis dan non medis.
f. Mempersiapkan tempat linen kotor.
g. Menyiapkan tiang infus.
3. Persiapan pasien
a. Pasien diterima di OK jam 08:30 Wib.
b. Pasien diposisikan supine dimeja operasi.
c. Pasang ground pad pada kaki pasien.
d. Memastikan posisi/lokasi insisi telah diberi tanda.
4. AMHP/BMHP
a. Alkohol 70% : 100 cc
b. Betaine 10% : 100 cc
c. NaCl 0,9 % : 500 cc
d. Kassa steril : 3 bks
e. Mess no 10 :1
f. Polisob 2/0 :1
g. Benang Plain 0
h. Benang Silk 2/0
5. Instrumen dan perlengkapan operasi
a. Linen
- Duk sedang :2
- Duk besar :2
- Duk lubang :1
- Gaun operasi :4
b. Alat steril
- Pinset App :1
- Duk klem :4
- Scalpel mess no 3 :1
- Pinset anatomis :1
- Pinset cirurgis :2
- Neddle holder :2
- Gunting jaringan :2
- Gunting benang :2
- Pean :6
- Langhen back :1
- Hak s :1
- Kom :1
- Bengkok :1
- Slang suction :1
c. Alat non steril
- Mesin suction, dan electro cauter.
- Meja operasi, dan meja instrumen.
- Lampu, dan tiang infues
6. Tindakan operasi
a. Semua tim bedah menggunakan alat pelindung diri (APD),
kemudian mencuci tanggan steril 15-20 menit dengan tekhnik
steril (scrubbing), kemudian menggunakan gaun steril
(gouwning), asisten operator mendisinfeksi area operasi dengan
alkohol dan betadin, perawat instrumen menyiapkan instrumen
operasi, setelah selesai operator dan asisten melakukan
penutupan lapangan operasi dengan duk steril dibantu asisten
atau perawat instrumen (Drapping), di fiksasi dengan duk klem.
Semua tim berkumpul di meja operasi dilakukan time out,
anggota tim memperkenalkan diri, operator menyebutkan nama
pasien, sisi operasi, prosedur operasi, antibiotik prophylaksis,
antisipasi kejadian kritis, perkiraan durasi operasi, antisipasi
kehilangan darah. Perawat instrumen menyebutkan kondisi
instrumen steril, lengkap, kondisi peralatan bedah steril. Ahli
anestesi menyebutkan hal-hal khusus yang perlu diperhatikan.
Operator memimpin doa dan perawat memberitahukan operator
untuk memulai iris/insisi.
b. Perawat instrumen memberikan pinset cirurgis dan mess kepada
operator, memberikan pean kepada asisten operator, dilakukan
insisi kulit lapis demi lapis, asisten dua membantu
mengendalikan perdarahan dengan cauterisasi, perawat
instrumen memberikan langhen back untuk membuka lapang
pandang diarea operasi.
c. Perawat instrumen memberikan gunting jaringan untuk membuka
fasia, memberikan pean setelah fasia dibuka untuk
mengekploitas peritoneum dan membuka abdomen..
d. Perawat istrumen memberikan pinset app dan pean kepada
operator untuk mengambil app, operator mengeksplorasi app.
perawat instrument memberikan pean dan gunting jaringan
untuk memotong app dan menjahit dengan menggunakan silk
2/0.
e. Setelah app diangkat dibersihkan dengan deeper dan
peritoneum dijahit menggunakan cromik no 1.,otot menggunakan
plain 0 Sedang vasia menggunakan polisob 2/0. Subkutis
dengan cagut plain dan kulit menggunakan silk 2/0.
f. Luka, luka dioles dengan betadin dan ditutup dengan kassa.

7. Analisa data

Tgl/Jam Data Etiologi Masalah


15 Juli DS : - Prosedur Resiko infeksi
2013, DO : tindakan invasif
jam - Terdapat luka insisi pembedahan
10:35. didaerah
abdoment.
- Terpasang infus Rl
ditanggan kanan.
- Terpasang DC
8. Diagnosa keperawatan
Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur tindakan invasif
pembedahan
9. Intervensi

NOC : NIC :
Tujuan: Setelah dilakukan 1. Menggunakan sabun anti
tindakan keperawatan kontrol mikroba untuk cuci tangan.
infeksi selama 1 x 95 menit 2. Membersihkan lingkungan
diharapkan tidak ada infeksi setelah dipakai pasien lain.
dengan Kriteria hasil: 3. Mencuci tangan sebelum dan
1. Dapat memonitor faktor resiko. sesudah tindakan operasi.
2. Pengetahuan tentang resiko . 4. Menggunakan baju, sarung
3. Mengembangkan keefektifan tangan, masker sebagai APD.
strategi untuk mengendalikan 5. Pertahankan lingkungan
infeksi. aseptik selama pemasangan
4. Menggunakan fasilitas alat dan persiapan alat.
kesehatan sesuai kebutuhan. 6. Berikan antibiotik bila perlu.
5. Melaksanakan strategi kontrol
resiko yang dipilih.

10. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Intervensi Evaluasi


Resiko infeksi 1. Menggunakan sabun S. –
berhubungan anti mikroba untuk cuci O.
dengan tangan. - terdapat luka.
prosedur 2. Membersihkan - terpasang IV
lingkungan setelah ditanggan
tindakan invasif
dipakai pasien lain. kanan.
pembedahan - terpasang DC
3. Mencuci tangan
sebelum dan sesudah A.
tindakan operasi. Masalah teratasi.
4. Menggunakan baju, O.
sarung tangan, masker Intervensi
sebagai APD. dihentikan.
5. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat dan persiapan alat.
6. Berikan antibiotik bila
perlu.
C. ASUHAN KEPERAWATAN POST OPERATIF
1. Pengkajian
a. Pasien dipindahkan ke recovery room pada pukul 11:10 WIB
b. Pasien masih dalam pengaruh anestesi SA.
c. Vital sign N : 110 x/mnt, R : 26 x/mnt, Spo2 : 99%
d. Di recovery room diberikan oksigenasi 2 l/mnt
e. Terdapat luka.
f. Terpasang dower cateter
g. Instruksi pasca operasi : awasi keadaan umum, infus RL 10-12
tetes per menit.

2. Analisa data

Tgl/Jam Data Etiologi Masalah


15 Juli DS : Efek dari Resiko cidera
2013, Pasien mengatakan tindakan
jam kaki tidak bisa anestesi
11:10 digerakan
DO :
Wib.
- Pasien masih dalam
pengaruh anestesi.
- N 110 x/mnt, RR 26
x/mnt.

3. Diagnosa keperawatan
Resiko cidera berhubungan dengan kondisi post operasi
4. Intervensi

NOC NIC
NOC : NIC :
Kontrol resiko. Setelah dilakukan 1. Ciptakan lingkungan yang
tindakan keperawatan selama aman bagi pasien.
1x30 menit, diharapkan tidak 2. Identifikasi kebutuhan rasa
terjadi injury dan kondisi klien aman bagi pasien.
dapat stabil. 3. Jauhkan dari lingkungan dan
peralatan yang mengancam.
4. Jauhkan obyek yang
berbahaya dari lingkungan.
5. Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Intervensi Evaluasi


Resiko cidera b/d 1. menciptakan S.
kondisi post lingkungan yang Pasien
operasi aman bagi pasien. mengatakan masi
2. mengidentifikasi belum bisa
menggerakan
kebutuhan rasa
kakinya
aman bagi pasien. O.
3. menjauhkan - Pasien masih
lingkungan dan dalam pengaruh
peralatan yang anestesi.
mengancam. A.
4. menjauhkan obyek Masalah belum
yang berbahaya dari teratasi.
lingkungan. P.
Intervensi
dilanjutkan
diruangan.

Anda mungkin juga menyukai