P DENGAN
APPENDICSITIS DILAKUKAN TINDAKAN APPENDICTOMY DI INSTALASI
BEDAH SENTRAL RSUD AMBARAWA
DI SUSUN OLEH :
TAHUN 2013
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Menyetujui,
C. ETIOLOGI
1. Obstruksi
Obstruksi adalah sumbatan pada pangkal appendiks. Dengan adanya
obstruksi maka mucus yang diproduksi appendiks tidak dapat dicurahkan
ke caecum dan tertimbun dalam lumen appendiks. Kapasitas lumen
appendiks 0,1 ml sedangkan mucus diproduksi dengan kecepatan 1 – 2
ml/hari. Timbunan cairan dalam appendiks akan meningkatkan tekanan
intraluminal dan menyebabkan desakan pada dinding appendiks (terjadi
distensi appendiks). Distensi dinding appendiks selanjutnya
menyebabkan tergencetnya saluran limfe dan vasa darah padanya.
Obstruksi appendik dapat disebabkan oleh:
a. Sumbatan dalam lumen, jenisnya:
1) Fecolith/sterkolith yaitu massa feses yang membantu
2) Corpus alienum, misalnya biji-bijian
3) Telur parasit
4) Parasit
b. Bengkokan/tekukan appendiks (kinking)
c. Pembesaran folikel appendiks
d. Stenosis/obliterasi appendiks
e. Pseudoobstruksi, yaitu karena peristaltic yang melemah
2. Infeksi
Infeksi pada appendiks terjadi karena hemtogen berasal dari tempat lain.
D. PATOFISIOLOGI
Appendiksitis biasanya disebabkan karena penyumbatan lumen
appendiks oleh hiperplasia folikel limfoid, fekalit, adanya benda asing, striktur
karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, neoplasma, erosi mukosa
appendiks yang mengakibatkan mucus yang diproduksi mukosa terbendung.
Makin lama mucus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks, sehingga mengganggu aliran limfe dan mengakibatkan dinding
appendiks udema, serta merangsang tunika serosa dan peritoneum viseral.
Oleh karena persyarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X
(vagus) maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit (nyeri) disekitar
umbilikus, sehingga akan meningkatkan produksi asam lambung yang
menyebabkan mual muntah yang akan berakibat kekurangan volume cairan.
Mucus yang terkumpul tersebut kemudian terinfeksi oleh bakteri dan
menjadi nanah. Kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri
belum terganggu. Sehingga akan dirasakan nyeri perut di bagian kanan
bawah. Keadaan ini disebut appendiksitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka suplai O2 dalam keadaan
appendiks menurun, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan appendiks.
Keadaan ini disebut appendiksitis gangrenosa. Bila dinding appendiksitis
yang telah rapuh pecah dinamakan perforasi yang bisa mengakibatkan
kekurangan volume cairan. Bila omentum dan usus yang mengelilingi
appendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa local.
Keadaan ini disebut sebagai appendiksitis infiltrate atau masa ini berisi nanah
disebut appendiksitis abses. (Arif Mansjoer, 2000)
TINJAUAN KASUS
2) Pola eliminasi
Orang tua pasien mengatakan semenjak tengah malam pasien
belum BAB, BAK ada 3 kali mulai tengah malam.
3) Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/ minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
Keterangan :
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Compos Mentis
- Status Gizi : Berat Badan 43 Kg,
- Tanda-tanda Vital : N 100 x/mnt, RR 24 x/mnt TD 130/80
mmHg
b) Leher
Tidak teraba adanya pembesaran node limfe, JVP tidak
membesar, dapat bergerak dengan baik.
c) Dada
Inspeksi
Paru-paru mengembang dengan baik, tidak ada retraksi.
Palpasi
Tidak teraba adanya massa.
Perkusi
Bunyi sonor disemua kuadran paru, dan redup didaerah
jantung.
Auskultasi
Vesikuler dextra dan sinistra
d) Abdomen
Inspeksi
Tidak terdapat lesi, abdomen tidak distensi,.
Auskultasi
Terdengar paristaltik usus 10 x/mnt
Perkusi
Suara redup disemua kuadran
Palpasi
terasa nyeri tekan skala nyeri 5 kuadran kanan bawah..
e) Extremitas
Atas : Anggota gerak atas normal, tidak ada masalah pada
pergerakan, jari lengkap tidak ada kelainan
Bawah : Anggota gerak bawah normal, tidak ada masalah
dengan gerakan
e. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium Darah (Pemeriksaan tanggal 14 Juli 2013)
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
HCT 36.6 42.0-52.0
WBC 9.7 4.8-10.8
HGB 12.0 14.0-18.0
RBC 4.71 4.70-6.10
PLT 332 130-400
LY 46.3 20.5-45.5
2) Therapy
Infus RL 10-12 tetes/menit tangan kanan,
f. Persiapan Operasi
Persiapan pre operasi di OK :
DO :
- Muka tampak
cemas
- Pasien tampak
gelisah
- Ekstremitas
teraba dingin
- Tanda vital
- TD : 120/70
mmHg
- P : 86 x/m
- R : 24 x/m
h. Diagnosa keperawatan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional : tindakan operasi
i. Intervensi
NOC : NIC :
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Menenangkan / motivasi
tindakan keperawatan selama 1 x pasien.
20 menit diharapkan tidak ada
2. Kaji tingkat kecemasan
masalah dengan kecemasan
dan reaksi fisik pada
sehingga rasa cemas dapat
hilang atau berkurang tingkat kecemasan.
Kriteria hasil : (takhikardi, eskpresicemas
1. Ansietas berkurang non verbal)
2. Monitor intensitas
kecemasan
3. Berikan pengobatan untuk
menurunkan cemas
3. Mencari informasi untuk
menurunkan kecemasn dengan cara yang tepat.
4. Memanifestasi perilaku
akibat kecemasan tidak
ada.
5. Menggunakan tehnik
relaksasi distraksi.
Pertahanka
n intervensi
B. ASUHAN KEPERAWATAN INTRA OPERATIF
1. Pengkajian
- Pasien diterima diruang operasi jam 08:35 Wib.
- Pasien dibaringkan kemeja operasi dengan posisi supine.
- Pasien terpasang infus pada tanggan kanan.
- Pasien akan dilakukan tindakan operasi miomektomi.
2. Persiapan rungan
a. Mempersiapkan meja operasi.
b. Mempersiapkan meja instrumen.
c. Mempersiapkan lampu operasi.
d. Mempersiapkan mesin suction, dan electro cauter.
e. Mempersiapkan tempat sampah medis dan non medis.
f. Mempersiapkan tempat linen kotor.
g. Menyiapkan tiang infus.
3. Persiapan pasien
a. Pasien diterima di OK jam 08:30 Wib.
b. Pasien diposisikan supine dimeja operasi.
c. Pasang ground pad pada kaki pasien.
d. Memastikan posisi/lokasi insisi telah diberi tanda.
4. AMHP/BMHP
a. Alkohol 70% : 100 cc
b. Betaine 10% : 100 cc
c. NaCl 0,9 % : 500 cc
d. Kassa steril : 3 bks
e. Mess no 10 :1
f. Polisob 2/0 :1
g. Benang Plain 0
h. Benang Silk 2/0
5. Instrumen dan perlengkapan operasi
a. Linen
- Duk sedang :2
- Duk besar :2
- Duk lubang :1
- Gaun operasi :4
b. Alat steril
- Pinset App :1
- Duk klem :4
- Scalpel mess no 3 :1
- Pinset anatomis :1
- Pinset cirurgis :2
- Neddle holder :2
- Gunting jaringan :2
- Gunting benang :2
- Pean :6
- Langhen back :1
- Hak s :1
- Kom :1
- Bengkok :1
- Slang suction :1
c. Alat non steril
- Mesin suction, dan electro cauter.
- Meja operasi, dan meja instrumen.
- Lampu, dan tiang infues
6. Tindakan operasi
a. Semua tim bedah menggunakan alat pelindung diri (APD),
kemudian mencuci tanggan steril 15-20 menit dengan tekhnik
steril (scrubbing), kemudian menggunakan gaun steril
(gouwning), asisten operator mendisinfeksi area operasi dengan
alkohol dan betadin, perawat instrumen menyiapkan instrumen
operasi, setelah selesai operator dan asisten melakukan
penutupan lapangan operasi dengan duk steril dibantu asisten
atau perawat instrumen (Drapping), di fiksasi dengan duk klem.
Semua tim berkumpul di meja operasi dilakukan time out,
anggota tim memperkenalkan diri, operator menyebutkan nama
pasien, sisi operasi, prosedur operasi, antibiotik prophylaksis,
antisipasi kejadian kritis, perkiraan durasi operasi, antisipasi
kehilangan darah. Perawat instrumen menyebutkan kondisi
instrumen steril, lengkap, kondisi peralatan bedah steril. Ahli
anestesi menyebutkan hal-hal khusus yang perlu diperhatikan.
Operator memimpin doa dan perawat memberitahukan operator
untuk memulai iris/insisi.
b. Perawat instrumen memberikan pinset cirurgis dan mess kepada
operator, memberikan pean kepada asisten operator, dilakukan
insisi kulit lapis demi lapis, asisten dua membantu
mengendalikan perdarahan dengan cauterisasi, perawat
instrumen memberikan langhen back untuk membuka lapang
pandang diarea operasi.
c. Perawat instrumen memberikan gunting jaringan untuk membuka
fasia, memberikan pean setelah fasia dibuka untuk
mengekploitas peritoneum dan membuka abdomen..
d. Perawat istrumen memberikan pinset app dan pean kepada
operator untuk mengambil app, operator mengeksplorasi app.
perawat instrument memberikan pean dan gunting jaringan
untuk memotong app dan menjahit dengan menggunakan silk
2/0.
e. Setelah app diangkat dibersihkan dengan deeper dan
peritoneum dijahit menggunakan cromik no 1.,otot menggunakan
plain 0 Sedang vasia menggunakan polisob 2/0. Subkutis
dengan cagut plain dan kulit menggunakan silk 2/0.
f. Luka, luka dioles dengan betadin dan ditutup dengan kassa.
7. Analisa data
NOC : NIC :
Tujuan: Setelah dilakukan 1. Menggunakan sabun anti
tindakan keperawatan kontrol mikroba untuk cuci tangan.
infeksi selama 1 x 95 menit 2. Membersihkan lingkungan
diharapkan tidak ada infeksi setelah dipakai pasien lain.
dengan Kriteria hasil: 3. Mencuci tangan sebelum dan
1. Dapat memonitor faktor resiko. sesudah tindakan operasi.
2. Pengetahuan tentang resiko . 4. Menggunakan baju, sarung
3. Mengembangkan keefektifan tangan, masker sebagai APD.
strategi untuk mengendalikan 5. Pertahankan lingkungan
infeksi. aseptik selama pemasangan
4. Menggunakan fasilitas alat dan persiapan alat.
kesehatan sesuai kebutuhan. 6. Berikan antibiotik bila perlu.
5. Melaksanakan strategi kontrol
resiko yang dipilih.
2. Analisa data
3. Diagnosa keperawatan
Resiko cidera berhubungan dengan kondisi post operasi
4. Intervensi
NOC NIC
NOC : NIC :
Kontrol resiko. Setelah dilakukan 1. Ciptakan lingkungan yang
tindakan keperawatan selama aman bagi pasien.
1x30 menit, diharapkan tidak 2. Identifikasi kebutuhan rasa
terjadi injury dan kondisi klien aman bagi pasien.
dapat stabil. 3. Jauhkan dari lingkungan dan
peralatan yang mengancam.
4. Jauhkan obyek yang
berbahaya dari lingkungan.
5. Implementasi dan Evaluasi