Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

POST OP HILS DI RUANG EDELWEIS


RSUD dr.R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Oleh :
Ari Budianti
2011010032

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIII


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2022
A. Definisi
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki
maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun.
Apendisitis merupakan penyebab yang paling umum dari inflamasi akut kuadran kanan
bawah abdomen dan penyebab yang paling umum dari imflamasi akut kuadran kanan
bawah abdomen dan penyebab yang paling umum dari pembedahan abdomen darurat.
Laki-laki lebih banyak terkena daripada wanita, remaja lebih banyak dari orang dewasa,
insiden tertinggi adalah mereka yang berusia 10 sampai 30 tahun.
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing
(apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (caecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan
peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi
yang umumnya berbahaya. Apendektomi adalah pengangkatan terhadap appendiks
terimplamasidengan prosedur atau pendekatan endoskopi. Apendektomi adalah operasi
yang dilakukan pada penderita usus buntu. Ketika diagonisi apendisitis telah dibuat atau
memang dicurigai, maka perlu diadakan operasi apendektomi. Apendektomi harus
dilakukan beberapa jam setelah diagnosis ditegakkan dan biasanya dikerjakan melalui
insisi kuadran kanan bawah
B. Etiologi
Menurut Jay dan Marks (2016), etiologi apendisitis yaitu sebagai berikut :
1. Penyebab terjadinya apendisitis dapat terjadi karena adanya makanan keras (biji-bijian)
yang masuk ke dalam usus buntu dan tidak bisa keluar lagi. Setelah isi usus tercemar
dan usus meradang timbullah kuman-kuman yang dapat memperparah keadaan tadi.
2. Mucus maupun feses kemudian mengeras seperti batu (fekalit) lalu menutup lubang
penghubung antara apendiks dengan caeceum.
3. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus
disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing askaris.
4. Penelitian Epidemiologi mengatakan peran kebiasaan makan makanan yang rendah
serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendiksitis. Konstipasi akan
menarik bagian intrasekal, yang berakibat timbulnya tekanan intrasekal dan terjadi
penyumbatan sehingga meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon.
5. Apendisitis disebabkan oleh adanya obstruksi yang diakibatkan juga karena gaya hidup
manusia yang kurang dalam mengkonsumsi makanan tinggi serat.
C. Tanda dan Gejala
Menurut Andra dan Yessie (2013) tanda terjadinya apendisitis antara lain:
1. Nyeri pindah ke kanan bawah (yang menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk)
dan menunjukkan tanda rangsangan peritoneum lokal di titik Mc. Burney: nyeri tekan,
nyeri lepas, defans muskuler.
2. Nyeri rangsangan peritoneum tidak langsung
3. Nyeri pada kuadran kanan bawah saat kuadran kiri bawah ditekan (Roving Sign)
4. Nyeri kanan bawah bila tekanan di sebelah kiri dilepas (Blumberg)
5. Nyeri kanan bawah bila peritoneum bergerak seperti napas dalam, berjalan, batuk,
mengedan
6. Nafsu makan menurun
7. Demam
D. Patofisiologis
Appendicitis terjadi karena penyumbatan lumen apendiks oleh hyperplasia folikel
limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau
neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mucus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mucus tersumbat makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan piningkatan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi
appendicitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus
berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena,
edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas
dan mengenai peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri di darah kanan bawah.
Keadaan ini disebut appendicitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan
terjadi infark dinding appendiks yang dan apendiks lebih panjang, dinding apendiks lebih
tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih kurang
memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah terjadi
karena telah ada gangguan pembuluh darah. Diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut
dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding yang telah rapuh ini pecah, akan terjadi
appendicitis perforasi.
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat
kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi
meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar
hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari
abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus. Apendektomi biasanya
disebabkan adanya penyumbatan lumen apendiks yang dapat diakibatkan oleh fekalit/atau
apendikolit, hiperplasia limfoid, benda asing, parasit, mioplasma atau striktur karena
fibrosir akibat peradangan sebelumnya. Obstruksi lumen yang terjadi mendukung
perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga menyebabkan distensi lumen dan
peningkatan tekanan dinding lumen. Setelah apendiktomy dilakukan mengakibatkan
kerusakan jaringan dan terjadinya ujung saraf terputus menimbulkan masalah keperawatan
kerusakan integritas kulit.
E. Pathway
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Saputro, pemeriksaan penunjang apendiks meliputi sebagai berikut :
1) Pemeriksaan fisik
a) Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling)rongga perut dimana
dinding perut tampak mengencang (distensi).
b) Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan
dilepas juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari
diagnosis apendiksitis akut.
c) Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha diteku kuat/tungkai di angkat
tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (proas sign).
d) Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan
dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
e) Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang
usus buntu.
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) SDP: Leukositosis diatas 12.000/mm3, Neutrofil meningkat sampai 75%,
b) Urinalisis: Normal, tetapi eritrosit/leukosit mungkin ada.
c) (c)Foto abdomen: Dapat menyatakan adanya pergeseran, material apendiks
(fekalit), ileus terlokalisir Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga 10.000-
18.000/mm3. Jika peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah
mengalami perforasi (pecah).
3) Pemeriksaan Radiologi
a) Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit.
b) Ultrasonografi (USG)
c) CT Scan (d) Kasus kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen
dan apendikogram.
G. Penatalaksanaan
Menurut Saputro, penatalaksanan pada yang dilakukan pada klien apendisitis yaitu
penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan :
1. Penatalaksanaan Medis
a. Pembedahan (konvensional atau laparaskopi) apabila diagnose apendisitis telah
ditegakan dan harus segera dilakukan untuk mengurangi risiko perforasi.
b. Berikan obat antibiotik dan cairan IV sampai tindakan pembedahan dilakukan.
c. Agen analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakan.
d. Operasi (apendiktomi), bila diagnosa telah ditegakan yang harus dilakukan adalah
operasi membuang apendiks (apendiktomi). Penundaan apendiktomi dengan cara
pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
apendiks dilakukan drainage.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Tatalaksana apendisitis pada kebanyakan kasus adalah apendiktomi. Keterlambatan
dalam tatalaksana dapat meningkatkan kejadian perforasi. Teknik laparoskopi
sudah terbukti menghasilkan nyeri pasca bedah yang lebih sedikit, pemulihan yang
lebih cepat dan angka kejadian infeksi luka yang lebih rendah. Akan tetapi terdapat
peningkatan kejadian abses intra abdomen dan pemanjangan waktu operasi.
Laparoskopi itu dikerjakan untuk diagnosa dan terapi pada pasien dengan akut
abdomen, terutama pada wanita.
b. Tujuan keperawatan mencakup upaya meredakan nyeri, mencegah defisit volume
cairan, mengatasi ansietas, mengurangi risiko infeksi yang disebabkan oleh
gangguan potensial atau aktual pada saluran gastrointestinal, mempertahankan
integritas kulit dan mencapai nutris yang optimal.
c. Sebelum operasi, siapkan pasien untuk menjalani pembedahan, mulai jalur Intra
Vena berikan antibiotik, dan masukan selang nasogastrik (bila terbukti ada ileus
paralitik), jangan berikan laksatif.
d. Setelah operasi, posisikan pasien fowler tinggi, berikan analgetik narkotik sesuai
program, berikan cairan oral apabila dapat ditoleransi, dan lakukan perawatan luka.
(e) Jika drain terpasang di area insisi, pantau secara ketat adanya tanda - tanda
obstruksi usus halus, hemoragi sekunder atau abses sekunder Jadi berdasarkan
pembahasan diatas, tindakan yang dapat dilakukan terbagi dua yaitu tindakan medis
yang mengacu pada tindakan pembedahan/apendictomy dan pemberian analgetik,
dan tindakan keperawatan yang mengacu pada pemenuhan kebutuhan klien sesuai
dengan kebutuhan klien untuk menunjang proses pemulihan.
H. Focus Pengkajian
Menurut Doengoes (2000) pengkajian adalah proses dimana data yang berhubungan
dengan klien dikumpulkan secara sistematis. Proses ini merupakan proses yang dinamis
dan terorganisir yang meliputi tiga aktivitas dasar, yaitu mengumpulkan secara sistematis,
menyortir dan mengatur data yang dikumpulkan serta mendokumentasikan data dalam
format yang bisa dibuka kembali. Pengkajian digunakan untuk mengenali dan
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan kesehatan klien serta keperawatan baik fisik,
mental, sosial dan lingkungan.
Pengkajian ini berisi :
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, diagnosa medis,
tindakan medis, nomor rekam medis, tanggal masuk, tanggal operasi dan tanggal
pengkajian.
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, alamat, hubungan
dengan klien dan sumber biaya.
b. Keluhan Utama
Berisi keluhan utama saat dikaji. Klien post operasi apendisitis biasanya mengeluh
nyeri pada luka operasi dan keterbatasan akivitas.
c. Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang ditemukan saat pengkajian, yang diuraikan dari
mulai masuk tempat perawatan sampai dilakukan pengkajian. Keluhan sekarang
dikaji dengan menggunakan PQRST (Paliatif and Provokasi, Quality and Quantity,
Region and Radiasi, Severity scale and Timing). Klien yang telah menjalani operasi
pada umumnya mengeluh nyeri pada luka operasi yang akan bertambah saat
digerakkan atau ditekan dan umumnya berkurang setelah diberi obat dan istirahat.
Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk dengan skala nyeri lebih dari lima (1-10).
Untuk membantu pasien mengutarakan masalah atau keluhan secara lengkap,
pengkajian yang dapat dilakukan untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa
menggunakan pendekatan analisis symptom. Komponen pengkajian meliputi
(PQRST). P (Paliatif/Provocatif) = yang menyebabkan timbulnya masalah, Q
(Quality dan Quantity) = kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakan, R (Region) =
lokasi nyeri, S (Severity) = keparahan dan T (Timing) = waktu. Nyeri akan
terlokalisasi diarea operasi dapat pula menyebar di seluruh abdomen dan paha
kanan dan umumnya 30 menetap sepanjang hari. Nyeri mungkin dapat
mengganggu aktivitas sesuai dengan rentang toleransi masing-masing klien.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Berisi pengalaman penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh pada
penyakit yang di derita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan
sebelumnya.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama seperti klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan atau
menular dalam keluarga.
4) Riwayat Psikologis
Secara umum klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami
penyimpangan dalam fungsi psikologis. Namun tetap perlu dilakukan mengenai
kelima konsep diri klien (citra tubuh, identitas diri, fungsi peran, ideal diri dan
harga diri).
5) Riwayat Sosial
Klien dengan post operasi apendisitis tidak mengalami gangguan dalam
hubungan sosial dengan orang lain, akan tetapi tetap harus dibandingkan hubungan
sosial klien antara sebelum dan sesudah menjalani operasi.
6) Riwayat Spiritual
Pada umumnya klien yang menjalani perawatan akan mengalami keterbatasan
dalam aktivitas, begitu juga dalam kegiatan ibadah. Perlu dikaji keyakinan klien
terhadap keadaan sakit dan motivasi auntuk kesembuhannya.
I. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin muncul
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik.
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
J. Intervensi Keperawatan
Dx
Tgl / Jam Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kep
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
3x24 jam maka tingkat nyeri menurun Observasi
dengan kriteria hasil :
 Identifikasi lokasi, karakteristik,
Indikator Awal Akhir
durasi, frekuensi, kualitas,
Indikator 2 4
intensitas nyeri.
Gelisah 3 4
 Identifikasi skala nyeri
1 : Meningkat
 Identifikasi respon nyeri non
2 : Cukup Meningkat
verbal.
3 : Sedang
 Identifikasi faktor yang
4 : Cukup Menurun
memperberat dan memperingan
5 : Menurun
nyeri.

Terpeutik
16/05/2022
I
08.00 WIB  Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri.
 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri.
17/05/2022 II Setelah dilakukan tindakan Dukungan Mobilisasi
keperawatan 3x24 jam maka mobilitas Obervasi
fisik membaik dengan kriteria hasil :  Identifikasi adanya nyeri
Indikator Awal Akhir atau keluhan fisik
Nyeri 2 4 lainnya.
Gerakan terbatas 2 4  Identifikasi intoleransi
1 : Meningkat fisik melakukan
2 : Cukup Meningkat pergerakan
3 : Sedang Terapeutik
4 : Cukup Menurun  Fasilitasi aktifitas
5 : Menurun mobilisasi dengan alat
bantu.
 Fasilitasi melakukan
pergerakan jika perlu.
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
 Anjurkan melakukan
melakukan mobilisasi
dini.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Asmad (2012). Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
Bulechek, Gloria,Butcher,Howard,Dochterman,Joanne&Wagner,

Cheryl. (2013). Nursing Interventions classification (NIC). Oxford: Elsevier Global Right
Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC.

David, A. (2009). Pustaka Kesehatan Populer Saluran Pencernaan (Vol. 4). Jakarta: Bhuana Ilmu
Populer. Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. (2010). Keperawatan Medikal Bedah (Sistem
Pencernaan). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Doengoes, M. E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Herdman,Heather & Kamitsuru,Shigemi. (2015). Nanda internasional Inc. Nursing


Diagnosis:Definition&Classifications2015-2017.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Kozier, B., & Erb, G. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan


SHORT CASE ASKEP
Nama : Ari Budianti
NIM : 2011010032
Kasus : Apendisitis ( Sistem Pencernaan )
Deskripsi kasus atau : Seorang pasien laki laki berusia 8 tahun di rawat di ruang penyakit
rangkuman dalam dengan diagnosa medis Apendisitis mengeluhkan nyeri perut
pengkajian kanan bawah. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan TD 168/68 mmHg,
frekwensi napas 20x/menit dan pemeriksaan lab, rontgen thorax.
Diagnosa utama : Ds : Pasien mengeluhkan perut sakit
Do : Pasien tampak kesakitan, Td 100/60, nadi 118x/menit, dan
pemeriksaan lab.
Dx : Nyeri akut b.d. agen pencedera fisik
Alasan : jika tidak cepat di atasi akan menyebabkan komplikasi yang
serius. Nyeri pada perut harus di berikan obat analgettik.
Intervensi : Luaran : Tingkat Nyeri
1. Keluhan nyeri menurun
2. Gelisah menurun
Manajemen Nyeri
Observasi

 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri.
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal.
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.

Terpeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri


 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri.


 Jelaskan strategi meredakan nyeri.
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri.

Tindakan prioritas : IVFD RL + peinlos 400 mg, O2 nasal canul 2L pm, inj.ketorolac
setengah ampul
Alasan : Memberikan O2 2L pm mampu menyediakan fraksi oksigen
40-60%, inj, ketorolac mampu meredakan nyeri
Evaluasi : Sakit perut berkurang, luka post ope berkurang karena sudah di
berikan injeksi ketorolac
Masalah nyeri akut teratasi
SHORT CASE ASKEP
Nama : Ari Budianti
NIM : 2011010032
Kasus : Hernia
Deskripsi kasus atau : Seorang pasien laki laki berusia 56 tahun di rawat di ruang
rangkuman pengkajian penyakit dalam dengan diagnosa medis hernia mengeluhkan
sesak napas. Hasil pemeriksaan fisik di dapatkan TD
116/56mmHg, frekwensi napas 18x/menit SPO2 99% dan
pemeriksaan lab dan rontgen.
Diagnosa utama : Ds : Pasien mengeluh sesak nafas
Do : Pasien tampak sesak nafas , frekwensi nadi 70x/menit
Dx : Pola napas tidak efektif
Alasan : polanafas tidak efektif di atasi dengan pemberian
oksigen nasal kanul 3 liter permenit.
Intervensi : Luaraan : Pola Napas
1. Dispnea menurun
2. Frekwensi napas membaik
Pemantauan Respirasi
Observasi
 Monitor pola nafas, monitor saturasi oksigen.
 Monitor adanya sumbatan jalan nafas.
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien.
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan.
 Informasikan hasil pemantauan jika perlu
Tindakan prioritas : Infus Asering 20 tpm, O2 nasal canul 3L pm
Alasan : memberikan O2 min 5L pm mampu menyediakan fraksi
oksigen sekitar 40-60 %
Evaluasi : Sesak nafas berkurang, retraksi dada tidak ada, respirasi
18x/menit, nadi 78x/menit.
Masalah pola nafas tidak efektif teratasi.

Anda mungkin juga menyukai