Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Menurut Friedman (2003) keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi, dan kelairan yang

bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta social

individu yang ada di dalamnya, dilihat dari interaksi yang regular ditandai

dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan

umum.

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu

tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes

RI, 2009).

Menurut Friedman (2003) keluarga adalah dua atau lebih individu

yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam

satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan

menciptakan serta mempetahankan suatu budaya.

Menurut Friedman (2003) menyebutkan bahwa:

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan

perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama dalam satu

rumah tangga atau jika hidup terpisah mereka tetap menganggap

rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu dengan lainnya

dalam peran sosia keluarga seperti suami dan istri, ayah dan ibu, anak

laki-laki dan perempuan, saudara dan saudari.

d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang

diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan atau tidak,

yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang hidup

bersama untuk mencapai suatu tujuan dan mempertahankan budaya dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap

anggota keluarga.

2. Fungsi Kelurga

Friedman (2003) membagi fungsi keluarga menjadi 5, yaitu:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga

yang merupakan dasar kekatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk

pemenuhan kebutuhan psikososial. Anggota keluarga mengembangkan

gambaran dri yang positif, peran yang dijalankan dengan baik dan

penuh rasa kasih sayang.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Fungsi sosialisasi

Mengembangkan dan sebagai tempat melatih anak untuk

kehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah guna berhubungan

dengan orang lain di luar rumah. Keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan

keluarga dicapai melalui intereaksi atau hubungan antara anggota

keluarga yang tunjukan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar

disiplin, belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui

hubungan dan intereaksi dalam keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Fungsi reproduksi keluarga adalah meneruskan kelangsungan dan

menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga

berencana, maka fungsi ini akan terkontrol.

d. Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara

ekonomis dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga

termasuk melatih anak untuk menabung.

e. Fungsi perawatan keluarga

Fungsi keperawatan berguna untuk mempertahankan keadaan

kesehatan keluarga agar tetep memiliki produktifitas tinggi.

Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas

kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat

melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah

kesehatan keluarga.

Tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut Friedman

(2003) adalah sebagai berikut:

1) Mengenal masalah keperawatan.

2) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

3) Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

4) Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.

5) Mempertahankan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

3. Tipe Keluarga

Friedman (2003) membagi tipe keluarga seperti berikut ini:

a. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu, anak) tinggal dalan satu rumah ditetepkan

oleh saksi-saksi dalam suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya

dapat bekerja di luar rumah.

b. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami atau istri, tinggal dalam pembentukan suatu rumah dengan anak-

anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil

perkawinan baru.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c. Niddle Age / Aging Couple

Suuami sebagai pencari uang, istri dirumah atau keduanya bekerja

dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena sekolah,

perkawinan atau meniti karier.

d. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak. Keduanya

atau salah satu bekerja diluar rumah.

e. Single Parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian pasanganya dan

anak-anaknya dapat tinggal dirumah atau diluar rumah.

f. Dual Carier

Suami isttri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.

g. Commuter Maried

Suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisang pada jarak

tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

h. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk kawin.

i. Three Generation

Keluarga yang terdiri dari tiga generasi, yaitu kakek-nenek, bapak-ibu,

dan anak dalam satu rumah.

j. Institutioanl

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam satu panti-panti.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
k. Comunal

Satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

l. Group Marriage

Satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunanya dalam satu

kesatuan keluarga dan tiap individu.

m. Unmarried Parent and Child

Ibu dan anak karena perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.

n. Cobibing Caiple

Dua orang atau satu pasangan yang tidak bersama tanpa kawin.

o. Exentended Family

Ayah, ibu, anak dan lain-lain keluarga tinggal dalam satu rumah dan

berorientasi pada satu kepala keluarga.

4. Struktur Keluarga

Strukrur keluarga merupakan hubungan yang dekat dan adanya

interaksi yang terus menerus antara satu dengan yang lainnya. Struktur

didasari oleh organisasi keanggotaan dan pola hubungan yang terus

menerus. Hubungan dapat banyak dan komplek, misalnya seorang wanita

mampu sebagai istri, sebagai ibu, sebagai menantu, yang semua itu

mempunyai kebutuhan, peran, dan harapan yang berbeda. Struktur

keluarga dapat diperluas dan dipersempit bergantung pada kemampuan

keluarga tersebut untuk merespons stresor yang ada dalam keluarga.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Struktur keluarga meliputi delapan hal berikut ini :

1. Struktur egalisasi, yaitu masing-masing keluarga mempunyai hak yang

sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi).

2. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi.

3. Struktur terbuka dan anggota yang tetbuka yaitu mendorong

kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenticity).

4. Struktur yang kaku yaitu suka melawan dan bergantung pada

perararan.

5. Struktur yang bebas yaitu tidak adanya aturan yang memaksakan.

6. Struktur yang kasar yaitu abase (menyiksa, kejam dan kasar).

7. Suasana emosi yang dingin yaitu isolasi, sukar dan berteman.

8. Disorganisasi keluarga yaitu disfungsi individu atau stress

emosional.

Menurut Friedman (2003) struktur keluarga berdasarkan pola

komunikasi, peran, kekuatan dan nilai meliputi empat hal berikut ini :

1. Pola dan proses komunikasi

Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang

tidak. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa fakror dalam

komponen komunikasi, yaitu sender, chanel-media, massage,

environment dan receiver. Komunikasi dalam keluarga yang

berfungsi mempunyai ciri berikut ini :

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
a. Karakteristik pengirim yang berfungsi

Ciri ini tercermin dalam keyakinan ketika menyampaikan

pendapat, jelas, berkualitas, meminta dan menerima feedback.

b. Karakteristik pengirim yang tidak berfungsi

Ciri pengirim yang tidak berfungsi adalah lebih

menonjolkan asumsi (perkiraan ranpa menggunakan data objektif);

ekspresi yang tidak jelas, contohnya marah yang tidak diikuti

ekspresi wajahnya; jugmental expressions, yaitu ucapan yang

memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan

yang matang. Contohnya ucapan salah/benar, baik/buruk. Misalnya

“ kamu ini bandel.."

c. Karakteristik penerima yang berfungsi

Penerima berfungsi mempunyai ciri dapat mendengar;

adanya klasifikasi; menghubungkan dengan pengalaman; dan

memvalidasi.

d. Karakteristik penerima yang tidak berfungsi

Tidak dapat mendengar dengan jelas; diskualifikasi,

contohnya "iya deh. ..tapi." menyerang bersifat negatif;kurang

mengeksplorasi; tidak memvalidasi.

e. Karakteristik pola komunikasi keluarga yang berfungsi

Pola komunikasi keluarga yang berfungsi bercirikan

mampu menggunakan emosi marah, tersinggung, sedih, gembira;

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
komunikasi terbuka dan jujur; hierarki kekuatan dan peraturan

keluarga; konflik keluarga dan penyelesaiannya.

f. Karakteristik pola komunikasi yang tidak berfungsi

Fokus pembicaraan hanya pada seseorang; semua

menyetujui tanpa adanya diskusi; kurang empati; selalu mengulang

isu dan pendapat sendiri;tidak mampu memfokuskan pada satu isu

yang sedang dibicarakan; komuniaksi tertutup; bersifat negatif;

mengembangkan gosip.

2. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai

dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi

atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status

sebagai istri, suami, atau anak.

3. Struktur kekuatan

Struktur kekuatan merupakan kemampuan potensial atau aktual

individu untuk mengendalikan atau memengaruhi guna mengubah

perilaku orang lain ke arah positif. Hasil kekuatan berikut dapat

mendasari proses pengambilan keputusan keluarga, seperti konsesus,

tawar menawar atau akomodasi, kompromi, dan paksaan.

Tipe struktur kekuatan keluarga meliputi tujuh hal berikut ini

a. Legitimate power / authority, yaitu hak untuk mengontrol orang tua

terhadap anak.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
b. Referent power, yaitu orang tua memberikan contoh yang baik

untuk ditiru.

c. Resource or expert poweryaitu orang tua berperan sebagai ahli.

d. Reward power. yaitu orang tua memberikan pengaruh

kekuatan berdasarkan adanya harapan yang akan diterima.

e. Coercive power, yaitu orang tua memberikan pengaruh yang

dipaksakan sesuai keinginannya.

f. Informational power, yaitu orang tua memberikan pengaruh

melalui persuasi.

g. Affective power, yaitu orang tua memberikan pengaruh yang

diberikan melalui cinta kasih.

4. Nilai-nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang

secara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu

budaya. Nilai keluarga juga merupakan pedoman perilaku dan

pedoman bagi perkembangan norma dan petaturan. Norma adalah pola

perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam

keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat

dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan untuk menyelesaikan masalah.

5. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki

(suami) dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing. Pasangan baru

meninggalkan keluarga bukan secara fisik, maupun secara psikologis,

yaitu keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.

Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan

keluarga yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran

dan fungsi dalam kehidupan sehari-hari. Masing-masing belajar hidup

bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangan,

misalnya kebiasaan makan, tidur, bangun pagi. Tugas perkembangan

keluarga pasangan baru adalah membina hubungan intim yang

memuaskan, membina hubungan dengan keluarga lain, teman,

kelompok sosial dan mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Tahap II. Keluarga “Child-bearing” ( Kelahiran Anak Pertama)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan

sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama

berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran bayi perlu disiapkan oleh

pasangan suami istri melaliui tugas perkembangan yang penting.

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah persiapan menjadi orang

tua, adaptasi dengan perubahan anggota keluarga meliputi peran,

interaksi, hubungan sosial dan mempertahankan hubungan yang

memuaskan dengan pasangan.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c. Tahap III. Keluarga dengan Anak Prasekolah

Dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir

ketika anak pertama berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap

ini adalah sebagai berikut :

a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat

tinggal, privasi dan rasa aman.

b. Membantu anak untuk bersosialisasi.

c. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.

d. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.

e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.

f. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di

luar keluarga.

g. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sedangkan kebutuhan

anak yang lain juga harus terpenuhi.

Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat

tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur

waktunya sedemikian rupa sehinnga kebutuhan anak, suami istri

dan pekerjaan dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga

dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar

kehidupan perkawinan tetep utuh dan langgeng dengan cara

menguatkan hubungan kerja sama antar suami istri. Orang tua

mempuyai peran untuk menstimulasiperkembangan individual

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak

pada fase ini tercapai.

d. Tahap IV. Keluarga dengan Anak Sekolah

Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia 6 tahun dan

berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini, umumnya keluarga

mencapai jumlah anggota keluarga maksimal sehingga keluarga sangat

sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki

aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempuyai

aktivitas yang berbeda dengan anak.

Tugas perkembangan keluarga dengan anak sekolah adalah membantu

sosislisasi anak, tetangga, sekolah dan lingkungan;mempertahankan

keintiman pasangan;memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang

semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan

kesehatan anggota keluarga. Pada tahap ini orang tua perlu belajar

berpisah dengan anak, memberikan kesempatan kepada anak untuk

bersosialisasi, baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah.

e. Tahap V. Keluarga dengan Anak Remaja

Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir

dengan 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah

orang tuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan

memberikan tanggung jawab. Tugas perkermbangan terhadap anak

remaja adalah memberikan kebebasan yang seimbang dengan

tanggung jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
mengingat otononinya, mempertahankan hubungan yang intim dalam

keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang,

menghindari perdebatan, permusuhan dan kecurigaan. Hal ini

merupakan tahapan yang paling sulit karena orang tua melepas

otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Sering

kali muncul konflik orang tua dan remaja karena anak menginginkan

kebebasan untuk melakukan aktivitasnya, sedangkan orang tua berhak

untuk mengontrol aktivitas anak. Orang tua perlu menciptakan

komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan

sehingga hubungan orang tua dan remaja tetep harmonis.

f. Tahap VI: Keluarga dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah. Lamanya tahap ini bergabung pada jumlah anak dalam

keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetep tinggal

bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah

mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepas

anak untuk hidup sendiri.

Tugas perkembangan pada anak dewasa antara lain :

a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.

b. Mempertahankan keintiman pasangan.

c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan

memasuki masa tua.

d. Membantu anak untuk mandiri hidup di masyarakat.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.

Keluarga mempersiapkan anaknya untuk membentuk keluarga

sendiri dan tetep membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada

saat semua anak meninggalkan rumah pasanga perlu menata ulang dan

membina hubungan suami istri saat fase awal. Orang tua akan merasa

kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa ‘kosong” karena

anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan

ini orang tua perlu melakukan aktivitas kerja, mengingatkan peran

sebagai pasanga dan tetep memelihara hubungan baik.

g. Tahap VII. Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan

rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.

Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit karena masalah lanjut

usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orang tua.

Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas

perkembangan keluarga yaitu mempertahankan kesehatan,

mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya

dan anak-anak dan meningkatkan keakraban pasangan.

Setelah semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan berfokus

untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktivitas yaitu pola

hidup yang sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup dan

pekerjaan. Pasangan juga mestinya mempertahankan hubungan dengan

teman sebaya dan keluarga anakanya dengan cara mengadakan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
pertemuan keluarga antar generasi (anak dan cucu) sehinnga

pasangandapat merasakan kebahagian sebagai kakek nenek. Hubungan

anatar pasangan perlu semakin dieratkan dengan memperhatikan

ketergantungan dan kemandirian masing-masing pasangan.

h. Tahap VIII. Keluarga Usia Lanjut

Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu

pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal sampai

keduanya meninggal. Proses lamjut usia dan pensiun merupakan

realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai stressor dan

kehilangan yang harus dialami keluarga. Stressor tersebut adalah

berkurangnya pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial,

kehilangan pekerjaan dan perasaan menurunnya produktivitas dan

fungsi kesehatan.

Adapun tugas perkembangan pada tahap ini adalah :

a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.

b. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.

c. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.

d. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasanga, teman, kekuatan

fisik dan pendapatan.

6. Peran keluarga

Peran adalah seperangkat perilaku interpersonal, sifat dan kegiatan

yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan satuan tertentu.

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing, ayah sebagai

pemimpin keluarga, pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayomi

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
dan pemberi rasa aman kepada anggota keluarga. Selain itu, sebagai

anggota masyarakat atau kelompok social tertentu. Ibu sebagai pengurus

rumah tangga, pengasu, pendidik anak-anak, pelindung keluargadan juga

sebagai pencari nafkah tambahan bagi keluarga.Selain itu, sebagai anggota

masyarakat. Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, social dan spiritual (Efendy, 2003).

7. Hubungan perawat dengan keluarga

Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya

mencapai tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar

keluarga dan kepuasan perawat dalam melaksanakan tugas.

Suprajitno (2004) juga menambahkan secara umum, perawat yang

memberikan asuhan keperawatan keluarga mempunyai tanggung jawab

dalam memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu

pengetahuandan meningkatkan diri sebagai profesi (meningkatkan

kemampuan professional yang dimiliki, intelektual, teknis dan

interpersonal). Tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan keluarga

dengan menggunakan pendekatan metodologi proses keperawatan

meliputi:

a. Membantu keluarga memperoleh kembali kesehatannya.

b. Membantu keluarga yang sehat untuk memelihara kesehatannya.

c. Membantu keluarga menerima kondisi anggota keluarga yang tidak

dapat disembuhkan.

d. Membantu anggota keluarga yang menghadapi ajal untuk diperlakukan

secara manusiawi sesuai martabatnya.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
B. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gagal jantung

1. Asuhan keperawatan keluarga

Setyowati (2008) mendefinisikan perawatan kesehatan keluarga

sebagai tingkat perawatan kesehatan mayarakat yang dipusatkan pada

keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai

tujuannya dan perawatan sebagai sasarannya.

Prinsip dari hubungan perawat-keluarga adalah meningkatkan

kesadaran, keinginan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan,

mencegah, memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal

dan mampu melaksanakan tugas-tugas mereka secara produktif (Murwani,

2008).

Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga

yang rawan kesehatanyaitu keluarga yang mempunyai masalah kesehatan

atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan. Sasaran dalam

keluarga yang dimaksud adalah individu sebagai anggota keluarga dan

keluarga itu sendiri (Suprajitno, 2004).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2. Pengertian

Gagal jantung adalah kegagalan jantung untuk memompa darah dalam

jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Guyton & Hall, 2007).

Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu

keadaan patofisiologis adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung

gagal memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan

dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai peninggian tekanan

pengisian ventrikel kiri (Mansjoer,A. dkk. 2001).

Congestive Heart Failure (CHF) adalah keadaan dimana jantung tidak

dapat memompa darah keseluruh tubuh dengan baik (Darmawan, 2012).

Gagal jantung, sering disebut gagal jantung kongestif adalah

ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk

memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smeltzer & Bare,

2002).

Menurut Sutanto (2010) Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana

jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk

metabolisme tubuh, gagalnya aktivitas jantung terhadap pemenuhan

kebutuhan metabolisme tubuh gagal. Fungsi pompa jantung secara

keseluruhan tidak berjalan normal. Gagal jantung merupakan kondisi yang

sangat berbahaya, meski demikian bukan berarti jantung tidak bisa bekerja

sama sekali, hanya saja jantung tidak berdetak sebagaimana mestinya.

Grade gagal jantung menurut New York Heart Association (NYHA)

terbagi dalam :

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
- Derajat I : Timbul sesak pada aktifitas fisik berat.

- Derajat II : Timbul sesak pada aktifitas fisik sedang.

- Derajat III : Timbul sesak pada aktifitas fisik ringan.

- Derajat IV : Timbul sesak pada aktifitas sangat ringan atau

tidak melakukan aktivitas.

3. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi jantung

Gambar 1.1. Anatomi jantung


http://umm.edu/health/medical/reports/articles/coronary-artery-disease

Berdasarkan gambar di atas, terdapat beberapa bagian jantung (secara

anatomis) diantaranya yaitu :

1) Aorta merupakan pembuluh darah arteri yang paling besar yang keluar

dari ventrikel sinistra.

2) Atrium kanan berfungsi untuk menampung darah miskin oksigen dari

tubuh melalui vena kava superior dan inferior.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3) Atrium kiri berfungsi untuk menerima darah kaya oksigen dari paru

melalui ke empat vena pulmoner. Darah kemudian mengalir ke

ventrikel kiri.

4) Ventrikel kanan berupa pompa otot, menampung darah dari atrium

kanan dan memompanya ke paru melalui arteri pulmoner.

5) Ventrikel kiri merupakan bilik paling besar, dan paling berotot,

menerima darah kaya oksigen dari paru melalui atrium kiri dan

memompanya ke dalam system sirkulasi melalui aorta.

6) Arteri pulmonaris membawa darah dari ventrikel desktra masuk ke

paru-paru (pulmo).

7) Katup trikus pidalis, terdapat di antara atrium dekstra dengan ventrikel

desktra yang terdiri dari 3 katup.

8) Katup bikus pidalis, terdapat di antara atrium sinistra dengan ventrikel

sinistra yang terdiri dari 2 katup.

9) Vena kava superior dan vena inferior mengalirkan darah ke atrium

dekstra yang datang dari seluruh tubuh (Syaifuddin, 2006).

b. Fisiologi jantung

1) Siklus jantung

Siklus jantung merupakan kejadian yang terjadi dalam jantung

selama peredaran darah. Gerakan jantung terdiri dari dua jenis yaitu

konstriksi (sistole) dan pengendoran (diastole).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Siklus konduski

Sistem konduksi otot jantung merupakan rangsangan yang ritmik

dan sinkron. Sistem ini mempunyai jalur konduksi yang khusus di

dalam miokardium. Jaringan konduksi ini memiliki sifat sebagai

berikut :

a) Otomatisasi : kemampuan mendapat impuls secara spontan.

b) Ritmisasi : pembangkitan impuls untuk teratur.

c) Kondiktifitas : kemampuan untuk mengalirkan impuls.

d) Daya rangsangan : kemampuan untuk menanggapi impuls.

Impuls jantung terdiri dari Nodus Sinoatrial (SA) sebagai pemacu

alami jantung. SA terletak di dalam atrium kanan dekat muara vena

kava superior. Sinyal listrik yang dimulai dari SA kemudian

dihantarkan melalui jalur bekas lalu ke Atrioventrikular (AV) diatas

Septum Interventrikel, kemudian setelah di AV menuju bekas yang ada

disebelah kanan septum inter ventrikuler, setelah ini berakhir di

jaringan yang kompleks yaitu system purkinje, yang menghantarkan ke

seluruh permukaan dalam ke dalam ventrikel.

3) Curah Jantung

Curah jantung tergantung dari hubungan yang terdapat antara dua

buah ventrikel yaitu frekuensi jantung dari curah sekuncup. Curah

jantung adalah jumlah darah yang dipompa oleh ventrikel tiap menit.

Frekuensi jantung sebagian besar dibawah pengaturan denyut intrinsik

antara saraf otonom serabut parasimpatik dan saraf simpatik

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
mempengaruhi kecepatan dan frekuensi denyut jantung atau kontraksi

impuls. Pada jantung normal maka pengaruh sistem saraf parasimpatik

tampak dominan dalam mempertahankan kecepatan denyut jantung

tetapi jantung yang abnormal maka pengaruh sistem saraf simpatik

yang dominan dalam mempertahankan kompensasi jantung. Besar

curah jantung seseorang tidak selalu sama tergantung pada keaktifan

tubuhnya. Curah jantung akan meningkat pada waktu kerja berat, stres,

peningkatan suhu lingkungan, sedangkan curah jantung menurun pada

waktu tidur (Syaifuddin, 2006).

4. Etiologi

Penyebab dari gagal jantung menurut (Smeltzer & Bare, 2002) antara lain :

a. Kelainan Otot Jantung

Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,

menyebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari

penyebab kelainan fungsi otot mencakup arteros klerosis koroner,

hipertensi arterial dan penyakit degenerative atau inflamasi.

b. Arterosklerosis Koroner

Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran

darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan asidosis (akibat

penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian sel jantung)

biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
c. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal

(Peningkatan afterload) mengakibatkan beban kerja jantung dan pada

gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabutotot jantung. Efek tersebut

(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi

karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan yang

tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat berfungsi secara normal

dan akhirnya akan terjadi gagal jantung.

d. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif

Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung

merusak serabut jantung menyebabkan kontraktilitas menurun.

e. Penyakit Jantung Lain

Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang

sebenarnya tidak secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme

yang biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah melalui jantung

(stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi darah

(tamponade pericardium, pericarditis konstriktif atau stenosis katup AV),

pengosongan jantung abnormal (inefisiensi katup AV), peningkatan

mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan darah sistemik dapat

menyebabkan gagal jantung.

f. Faktor Sistemik

Terdapat sejumlah faktor sistemik yang berperan dalam perkembangan

dan beratnya gagal jantung. Meningkatkatnya laju metabolisme (misalnya

demam), hipoksia, dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga

dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis (respiratorik atau

metabolik) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan kontraktilitas

jantung.

5. Patofisiologi

Respons dari fisiologis gagal jantung akan memunculkan

manifestasi seperti peningkatan frekuensi denyut jantung (takikardi),

dilatasi pulmonal, hipertrofi dan peningkatan isi sekuncup. Hal tersebut

akan mempengaruhi peningkatan pengaruh simpatis pada pada jantung,

arteri dan vena yang menyebabkan peningkatan frekuensi denyut jantung

(takikardi), peningkatan aliran balik vena dan peningkatan kekuatan

kontraksi yang akan mengakibatkan tekanan sistolik dan diastolik tetap

normal dan adanya peningkatan kebutuhan oksigen serta peningkatan

konsumsi oksigen oleh jantung.

Peningkatan kebutuhan oksigen serta peningkatan konsumsi

oksigen oleh jantung akan mempengaruhi preload melebihi kemampuan

pemompaan yang akan mempengaruhi kongestif vaskuler pulmonal,

berdampak pada pertukaran gas dalam paru-paru, penurunan aliran ke

ginjal, usus dan kulit ditandai dengan adanya penurunan haluaran urine,

peningkatan letargi, keringat dingin, sianosis, mengakibatkan penahanan

Na+ (ion natrium) dan H 2 O sehingga terjadi edema dan kelebihan volume

cairan.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
Peningkatan kebutuhan oksigen dan peningkatan konsumsi oksigen

oleh jantung yang diakibatkan oleh peningkatan pengaruh simpatis pada

jantung, arteri dan vena yang mempengaruhi penurunan aliran atau

sirkulasi darah ke ginjal, usus dan kulit juga mengakibatkan asidosis

padajaringan yang akan memberikan pengaruh pada jaringan lanjut

(metastasis pada organ dan jaringan yang lain) dan akan mengakibatkan

iskemi miokard maka terjadi penurunan curah jantung. Iskemi miokard

ditandai dengan kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, disritmia,

dispnea, pucat, berkeringat sehingga terjadi ketidakseimbangan suplai

oksigen menyebabkan aktifitas berkurang (Huddak & Gallo, 2010).

6. Manifestasi klinis

Menurut Mansjoer, A.dkk (2001) manifestasi gagal dapat digambarkan

sebagai berikut :

a. Gambaran klinis gagal jantung kiri :

1) Ortopnea adalah kesulitan bernafas saat berbaring

Pasien yang mengalami ortopnu tidak akan mau berbaring, tetapi akan

menggunakan bantal agar bisa tegak ditempat tidur atau duduk di kursi,

bahkan saat tidur.

2) Dyspnea, terjadi karena penumpukan atau penimbunan cairan dalam

alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dyspnea bahkan dapat terjadi

saat istirahat atau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang.

3) Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak nafas tiba-tiba pada

malam hari disertai batuk.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
4) Batuk yang berhubungan dengan gagal ventrikel kiri bisa kering dan tidak

produktif tetapi yang tersering adalah batuk basah yaitu batuk yang

menghasilkan sputum berbusa dalam jumlah banyak, yang kadang disertai

dengan bercak darah.

5) Mudah lelah, terjadi akibat curah jantung yang kurang, yang menghambat

jaringan dari sirkulasi normal danoksigen serta menurunnya pembuangan

sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya energi yang

digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distress

pernafasan dan batuk.

6) Kegelisahan dan kecemasan, terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan,

stress akibat kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak

berfungsi dengan baik.

b. Gambaran klinis gagal jantung kanan :

1) Edema, dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara

bertahap bertambah ke atas tungkai paha dan akhirnya kegenetalia

eksterna dan tubuh bagian bawah.

2) Kadang juga terdapat pitting edema, adalah edema yang akan tetap

cekung bahkan setelah penekanan ringan ujung jari.

3) Pertambahan berat badan.

4) Distensi vena leher.

5) Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi

akibat pembesaran vena di hepar.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
6) Asites, terjadi karena tekanan dalam pembuluh portal meningkat sehingga

cairan terdorong keluar rongga abdomen (peritonium).

7) Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual, terjadi akibat pembesaran

vena dan statis vena di dalam rongga abdomen.

8) Nokturia, rasa ingin kencing malam hari, terjadi karena perfusi renal di

dukung oleh posisi penderita pada saat berbaring. Dieresis terjadi paling

sering pada malam hari karena curah jantung akan membaik dengan

istirahat.

9) Lemah, disebabkan karena menurunnya curah jantung, gangguan sirkulasi,

dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari

jaringan.

7. Pemeriksaan penunjang

1. EKG

Mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, infark, iskemia dan

kerusakan pola.

2. Tes Laboratorium Darah

Enzym hepar : Meningkat dalam gagal jantung / kongesti.

Elektrolit : Kemungkinan berubah karena perpindahan cairan, penurunan

fungsi ginjal.

Oksimetri Nadi : Kemungkinan situasi oksigen rendah

AGD : Gagal ventrikel kiri ditandai dengan alkalosis respiratorik ringan

atau hipoksemia dengan peningkatan PCO2.

Albumin : mungkin menurun sebagai akibat penurunan masukan protein.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
3. Radiologis

Sonogram Ekokardiogram, dapat menunjukkan pembesaran bilik

perubahan dalam struktur katup, penurunan kontraktilitas ventrikel.

Scan Jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan

dinding.

Rontgen Dada : Menunjukan pembesaran jantung. Bayangan

mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam

pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulmonal (Kasron, 2012).

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
8. Pathway

Respon Fisiologi gagal

Peningkatan frekuensi Peningkatan isi Hipertrofi


Dilatasi skuncup
jantung

Peningkatan kerja saraf simpatis pada jantung,


arteri dan vena dengan tanda-tanda:
1. Frekuensi jantung nyeri
2. Aliran balik vena
3. Kekuatan kontraksi

Peningkatan kebutuhan O2
Peningkatan konsumsi O2
oleh jantung Aliran keginjal
usus dan hati Preload melebihi kemampuan
pemompaan

Kongesti vaskuler preload

Intoleransi
aktivitas Asidosis tingkat jaringan

Pengaruh jaringan lanjut

Iskemi miokard

Tanda :
Manifestasi : 1. Menurunya keluaran urin
1. Kelemahan, kelelahan 2. Letargi meningkat Cemas
2. Prubahan tanda vital 3. Kulit dingin
3. Disritmia, dispneu 4. Sianosis
4. Pucat 5. Odeme
5. Berkeringat
Menahan Na+ dan H2O

Peningkatan volume darah


sirkulasi
Peningkatan aliran balik vena

Gambar I. 2 pathway. Sumber : Huddak, C & Gallo (2010)

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
9. Fokus Intervensi

a. Intoleransi aktivitas pada keluarga Tn. N khususnya Ny. R

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit.

1) Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 2 hari, klien dapat

menoleransi aktivitas dan melakukan aktifitas dengan baik.

2) Tujuan Khusus

a) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x30 menit,

keluarga mampu:

TUK 1

(1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik dengan TD, HR, RR

yang sesuai.

Intervensi :

(a) Kaji pengetahuan keluarga tentang pengertian

riwayat gagal jantung.

(b) Beri reinforcement positif atas jawaban keluarga

yang benar.

(c) Beri penjelasan kembali pengertian yang benar

tentang riwayat gagal jantung dengan bahasa

sederhana dan mudah dimengerti keluarga.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
(d) Perhatikan respon non verbal keluarga.

(e) Berikan kesempatan kepada keluarga tentang

penjelasan yang belum dimengerti dan berikan

penjelasan ulang.

(f) Evaluasi secara singkat terhadap topik yang

didiskusikan dengan keluarga.

TUK 2

(2) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala

riwayat gagal jantung.

Intervensi :

(a) Jelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala

riwayat gagal jantung.

(b) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mengulang

penjelasan yang diberikan.

(c) Jelaskan kembali pengertian yang benar tentang

tanda-gejala riwayat gagal jantung dengan bahasa

sederhana dan mudah dimengerti.

(d) Berikan penjelasan ulang bila ada penjelasan yang

belum dimengerti.

(e) Evaluasi secara singkat terhadap topik yang

didiskusikan dengan keluarga.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK 3

(3) Memutuskan merawat anggota keluarga dengan riwayat

gagal jantung.

Intervensi :

(a) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian riwayat

gagal jantung.

(b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

(c) Gali pendapat keluarga tentang penanganan riwayat gagal

jantung.

TUK 4

(4) Merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara:

Intervensi :

(a) Bimbing dan motivasi keluarga untuk memutuskan

tindakan penanganan riwayat gagal jantung dengan

tepat.

(b) Beri reinforcement poisitif.

TUK 5

(5) Dapat memanfaatkan fasilitas kesehatan, dengan cara:

Intervensi :

(a) Diskusikan dengan keluarga tentang tempat pelayanan

kesehatan.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
(b) Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas

kesehatan.

(c) Beri pujian positif

b. Nyeri pada keluarga Tn. N khususnya Ny. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang

sakit.

1) Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 hari,diharapkan

masalah nyeri dapat teratasi.

2) Tujuan Khusus

a) Setelah dilakukan kunjungan selama 2x30 menit, keluarga

dapat:

TUK 1

(1) Keluarga dan klien bisa mengetahui dan memahami

tentang tanda-tanda nyeri karena gagal jantung.

Intervensi :

(a) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian tanda-

tanda gagal jantung.

(b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

(c) Motivasi keluarga untuk mengulang informasi.

(d) Beri pujian.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
TUK 2

(2) Keluarga bisa menyebutkan cara mengurangi rasa sakit

pada kepaladan mengkaji skala nyeri dengan P, Q, R, S,

T.

Intervensi :

(a) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda

gangguan nyeri.

(b) Motivasi keluarga untuk mengulang informasi.

(c) Berikan pujian.

TUK 3

(3) Mendemonstrasikan teknik relaksasi.

Intervensi :

(a) Mendemonstrasikan teknik relaksasi.

(b) Beri kesempatan keluarga untuk bertanya.

(c) Berikan kesempatan keluarga untuk mempraktekkan

kembali.

(d) Berikan pujian.

c. Cemas pada keluarga Tn. N khususnya Ny. R berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah.

1) Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 hari diharapkan

rasa cemas berkurang.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
2) Tujuan Khusus

Setelah dilakukan kunjungan rumah 2x30 menit, diharapkan

keluarga dapat :

TUK 1

(1) Menyebutkan masalah cemas.

Intervensi :

(a) Diskusikan dengankeluarga tentang pengertian tanda-tanda

gagal jantung.

(b) Motivasi keluara untuk mengulang informasi.

(c) Beri pujian.

TUK 2

(2) Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi atau cemas

berkurang.

Intervensi :

(a) Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi

perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan

perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan.

TUK 3

(3) Kualitas istirahat terpenuhi dengan baik.

Intervensi :

(a) Catat laporan gangguan tidur, kerusakan konsentrasi,

ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013
(b) Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan

kemungkinan strategi untuk mengatasinya.

(c) Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non

verbal.

(d) Libatkan keluargadalam perencanaan perawatan dan beri

dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.

(e) Dorong keluarga untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan

hidup.

(f) Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada

klien.

(g) Beri pujian.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., NETI WULANDARI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Anda mungkin juga menyukai