Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA A DENGAN

HIPERTENSI PADA Tn. G DI BANJAR SAMA KELURAHAN PEDUNGAN, Kec.


DENPASAR SELATAN,KOTA DENPASAR, WILAYAH KERJA PUSKESMAS IV
DENPASAR SELATAN

OLEH :
NI MADE SRI ARI RATIH
2214901067

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PEDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2022
A. LATAR BELAKANG
1. Karakteristik keluarga
Kunjungan dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2022 pada keluarga Tn A, pada
kunjungan ini keluarga diberikan penjelasan maksud dan tujuan dari kunjungan serta
memperkenalkan diri. Untuk dapat mengidentifikasi data data terkait keluarga maka
diperlukan pengkajian keperawatan keluarga, seperti pengkajian struktur keluarga,
tipe keluarga, fungsi keluarga, koping keluarga serta melakukan pengkajian fisik.
Identifikasi masalah-masalah dalam keluarga dapat berupa masalah kesehatan yang
dirasakan secara pasti maupun masalah kesehatan yang berisiko dan juga masalah
kesehatan yang berpotensial untuk terjadi. Hasil dari kunjungan tersebut didapatkan
bahwa Tn. A berperan sebagai kepala keluarga tinggal bersama istri, ayahnya dan dua
anak laki- laki dan perempuan. Ayah dari Tn A menderita hipertensi, terdapat
dukungan dari anak dan menantu kepadan Tn G untuk melakukan pemeriksaan namun
Tn G sudah tidak mengkonsumsi obat hipertensi kurang lebih 1 bulan yang lalu.
Keluhan Tn. G saat ini adalah sering saki kepala tiba-tiba dan hanya beristirahat saat
sakit kepalanya timbul.
Keluarga adalah sebagai unit terkecil dari masyarakat yang di dalamnya ada
individu - individu yang saling berinteraksi dan mempunyai hubungan emosional,
psikososial, budaya dan spiritual. Setiap individu di dalam keluarga inilah yang
mempunyai andil besar dalam upaya memelihara kesehatan, namun ada kalanya
keluarga tersebut mengalami keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan kemauan,
sehingga memerlukan bantuan orang lain, dalam hal ini tenaga kesehatan termasuk
tenaga keperawatan berupaya utuk membantu keluarga dalam memandirikan individu
maupun keluarga agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri.
2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
Adapun data – data yag perlu dikaji lebih lanjut untuk membantu dalam
merumuskan diagnosa yaitu, tahap perkembangan keluarga, status sosial ekonomi
keluarga, kedaan lingkungan, kebiasaan menggunakan obat-obatan, riwayat penyakit
sebelumnya, pemeriksaan kesehatan secara teratur dan keyakinan, nilai dan perilaku
keluarga mengenai penyakit.
3. Masalah keperawatan keluarga
Diagnosis keperawatan keluarga termasuk masalah kesehatan aktual, resiko
dan potensial.
1. Diagnosa keperawatan keluarga aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan).
2. Diagnosa keperwatan keluarga resiko (ancaman) dirumuskan apabila sudah
ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan.
3. Diagnosa keperawatan keluarga sejahtera (potensial) merupakan suatu kedaan
dimana keluarga dalam kondisi sejahtera sehingga kesehatan keluarga dapat
ditingkatkan.
Dalam pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn. A didapatkan bahwa masalah
keperawatan yang muncul yaitu Manajemen Kesehatan Keluarga Tidak Efektif.

B. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,2011). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari masyarakat
dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam
masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol
sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.
2. Tipe Keluarga
Menurut Murwani (2008) tipe keluarga dibagi menjadi 2 yaitu :
a Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga inti yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami,istri dan
anak (kandung atau angkat)
2) Keluarga besar yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misal kakek, nenek, paman dan bibi
3) Keluarga Dyad yaitu suatu keluarga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak
4) Single parent yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat), kondisi ini dapat oleh
perceraian/kematian
5) Singe adult yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misal seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah)
b Tipe keluarga non tradisional
1) The unmarriedtrenege mother yaitu keluarga yang terdiri dari orang tua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah
2) The stepparent family yaitu keluarga dengan orang tua tiri
3) Commue family yaitu beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya)
yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah,
sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama
4) The non matrial heterosexual cohibitang family yaitu keluarga yang
hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian family yaitu seseorang yang mempunyai persamaan
sex hidup bersama sebagaimana suami istri (matrial partners).
6) Cohabiting couple yaitu orang dewasa yang hidup dilluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7) Group marriage family yaitu beberapa orang dewasa menggunakan
alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah, berbagi
sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anak.
8) Group network family yaitu keluarga inti yang dibatasi aturan atau
nilai-nilai hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga berssama, pelayanan, dan
tanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family yaitu keluarga yang menerima anak yang tidak ada
hubungan kleuarga atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat
orrang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga aslinya
10) Homeless family yaitu keluarga yang membentuk dan tidak
mendapatkan perlindungan yang permanen karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental
11) Gang yaitu sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupan
Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan
perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga
nontradisional tidak diikat oleh perkawinan.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga menurut Mubarak (2009) yaitu :
a. Struktur Komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan, komunikasi
keluarga bagi pengirim : memberikan pesan, memberikan umpan balik dan
valid.
b. Struktur Peran
Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai denan posisi sosial
yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur Kekuatan
Merupakan kemampuan dari individu untuk mengontrol, mempengaruhi atau
mengubah perilaku orang lain.
d. Struktur Nilai dan Normal
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota keluarga
dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah perilaku yang diterima pada
lingkungan sosial tertentu, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat
sekitar keluarga.
4. Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peran
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku darri keluarga,
kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga yaitu :
a. Peranan Ayah
Ayah sebagai suami dari istri berperan sebagai pencari nafkah, pendidik,
pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan Ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk
mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,
pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya, serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
d. Peran Kakek/Nenek
Peran kakek/nenek dalam keluarga adalah
1) Semata-semata hadir dalam keluarga
2) Pengawal (menjaga dan melindungi bila diperlukan)
3) Menjadi hakim (arbritrator), negosiasi antara anak dan orang tua
4) Menjadi partisipan aktif, menciptakan keterkkaitan antara, masa lalu
dengan sekarang serta masa yang akan dating
e. Peran Formal
Yaitu sejumlah perilaku yang bersifat homogen. Peran formal yang standar
terdapat dalam keluarga. Peran dasar yang membentuk posisi sebagai suami-
ayah dan istri-ibu adalah peran sebagai provider (penyedia) : pengatur rumah,
memberikan perawatan, sosialisasi anak, rekreasi persaudaraan (memelihara
hubungan keluarga paternal dan maternal)
f. Peran Informal
Yaitu suatu peran yang bersifat implisit (emosional) biasanya tidak tampak ke
permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional
individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga, peran-peran
informal mempunyai tuntunan yang berbeda, tidak perlu dan didasarkan pada
atribut-atribut kepribadian anggota keluarga individual. Pelaksanaan peran-
peran informal yang efektif dapat mempermudah pelaksanaan peran-peran
formal.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1999), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial,
saling mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan
mendukung.
b. Fungsi Sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat
anggota keluarga berinteraksi soaial dan belajar berperan dilingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti
sandang, pangan, dan papan
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan.
6. Tahap perkembangan keluarga dan Tugas perkembangan keluarga
a Tahap perkembangan keluarga menurut friedman (1998) :
1) Tahap I : keluarga pemula
Perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga
baru, keluarga yang menikah atau prokreasi dan perpinndahan dari
keluarga asal atau lajang ke hubngan baru yang intim.
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak berumur 30 bulan.
Biasanya orang tua bergetar hatinya dengan kelahiran anak pertama
mereka, tapi agak takut juga. Kekhawatiran terhadap bayinya biasanya
berkurang setelah bebehari, karena ibu dan bayi tersebut mulai mengenal.
Ibu dan ayah tiba-tiba berselisih dengan semua peran-peran mengasyikan
yang telah dipercaya kepada mereka. Peran tersebut pada mulanya sulit
karena perasaan ketidakadekuatan menjadi orang tua baru.
3) Tahap III : Keluarga yang anak usia prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga di mulai ketika anak pertama
berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Sekarang
keluarga mungkin terdiri tiga hingga lima orang, dengan posisi suami-
ayah, istri-ibu, anak laki-laki-saudara, anak perempuan- saudari. Keluarga
majemuk dan berbeda.
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan mulai
masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota maksimum, dan
hubungan keluarga di akhir tahap ini.
5) Tahap V : dengan anak remaja
Ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, tahap kelima dari siklus
kehidupan keluarga dimulai. Tahap ini berlangsung selama 6 hingga 7
tahun meskipun tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan
keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih dirumah hingga
berumur 19 atau 20 tahun.
6) Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditandai oleh anak pertama
meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika
anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak
panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang adda dalam rumah
atau barapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di
rumah.
7) Tahap VII : Orang tua pertengahan
Tahap ketujuah dari siklus kehidupan keluarga, tahap usia pertengahan
dari bagi orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan pada tahap
ini biasanya dimulai ketika orang tua memasuki usia 45-55 tahun dan
berakhir pada saat seorang pasangan pensiun, biasanya 16-8 tahun
kemudian.
8) Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiun dan lansia
Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga diimulai dengan salah satu
atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga
salah satu pasangan meninggal, dan berakhir dengan pasangan lain
meninggal.
b Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas perkembanga keluarga menurut Friedman (1998) yaitu:
1) Tahap I : Keluarga pemula
a) Membangun perkawinan yang saling memuaskan
b) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis
c) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan sebagai orang tua)
2) Tahap II : Keluarga yang sedang mengasuh anak
a) Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang mantap
(mengintegrasikan bayi baru kedalam keluarga).
b) Rekonsilisasi tugas-tugas perkembangan yang bertentangan dan
kebutuan anggota keluarga.
c) Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.
d) Memperluas persahabatan dengan keluarga besar dengan
menambahkan peran-peran orang tua dan kakek-nenek
3) Tahap III : Keluarga dengan usia pra sekolah
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti rumah, ruang
bermain, privasi, keamanan.
b) Mensosialisasikan anak
c) Mengintegrasikan anaka yang baru sementara tetap memenuhi
kebutuhan anak-anak yang lain.
d) Memperhatikan hubungan yang sehat dalam keluarga (hubungan
perkawinan dan hubungan orang tua dan anak) dan diluar keluarga
(keluarga besar dan komunitas)
4) Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah
a) Membantu sosialisasi annak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan
b) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat
d) Meningkatnya komunikasi terbuka
5) Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
a) Menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja
menjadi dewasa dan semakin mandiri
b) Memfokuskan kembali hubungan perkawinan
c) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak- anak
6) Tahap VI : Keluarga dengan melepaskan anak usia dewasa muda
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b) Mempertahankan keintiman pasangan
c) Membantu orang tua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
7) Tahap VII : Orang tua usia pertengahan
a) Mempertahankan kesehatan
b) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak
c) Meningkatkan keakraban pasangan
8) Tahap VIII : Keluarga dengan masa pensiun dan lansia
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenagkan
b) Adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman dll
c) Mempertahankan keakraban suami-istri dan saling merawat
d) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e) Melakuakan “Live Review”
7. Peran perawat keluarga
Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga, perawat keluarga perlu memerhatikan
prinsip-prinsip berikut :
a. Melakukan kerja bersama keluarga secara kolektif
b. Memulai pekerjaan dari hal yang sesuai dengan kemampuan keluarga
c. Menyesuaikan rencana asuhan keperawatan dengan tahap perkembangan
keluarga
d. Menerima dan mengakui struktur keluarga
e. Menekankan dengan kemampuan keluarga.
Peran perawat keluarga adalah sebagai berikut :
1) Sebagai pendidik, perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
kesehatan kepada keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan
2) Sebagai koordinator pelaksana pelayanan keperawatan, perawat bertanggung
jawab memberikan pelayanan keperawatan yang komprehensif. Pelayanan
keeperawatan yang berkesinambungan diberikan untuk menghindari
kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan kesehatan (puskesmas dan
rumah sakit).
3) Sebagai pelaksana pelayanan perawatan, pelayanan keperawatan diberikan
kepada keluarga melalui kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit
yang memiliki masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang
sakit dapat menjadi “entry point” bagi perawat untuk memberikan asuhan
keperawatan keluarga secara komprehensif.
4) Sebagai supervisor pelayanan keperawatan, perawat melakukan supervisi
ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui kunjungan rumah secara teratur,
baik terhadap keluarga berisiko tinggi maupun yang tidak. Kunjungan rumah
tersebut dapat direncanakan terlebih dahulu atauu secara mendadak.
5) Sebagai pembela (advokat), perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk
melindungi hak-hak keluarga sebagai klien.
6) Sebagai fasilitator, perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga,
dan masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang
mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu memberikan jalan keluar
dalam mengatasi masalah.
7) Sebagai peneliti, perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahami
masalah-masalah kesehatan yang dialami anggota keluarga.
C. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu kondisi ketika
pembuluh darah terus-menerus mengalami peningkatan tekanan (WHO, 2015).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140mmHg atau lebih
dan tekanan diastolik 120mmHg. Hipertensi sebagai suatu peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90mmHg.
Hipertensi sebagai suatu keadaan saat terjadi peningkatan tekanan darah sistolik
140mmHg atau lebih, dan tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih. (setiati siti,
2015).
Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung. Tetapi
juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan
makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. (sylvia A.price, 2015).
2. Etiologi
Adapun etiologi dari hipertensi antara lain :
a. Hipertensi Esensial (primer)
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan. Disebut juga
hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang
mempengaruhinya yaitu : genetik, lingkungan, hiperaktifitas saraf simpatis
sistem renin. Angiotensin dan peningkatan Na + Ca intraseluler. Faktor-faktor
yang meningkatkan resiko : obesitas, merokok, alkohol, dan polistemia.
b. Hipertensi sekunder
Penyebab yaitu : penggunaan esstrogen, penyakit ginjal, sindrom cushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan (Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis dan Nanda Nic-Noc, 2015).
3. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi menurut WHO :
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normotensi <140 <90

Hipertensi ringan 140-180 90-105

Hipertensi perbatasan 140-160 90-95

Hipertensi sedang dan >180 >105


berat
Hipertensi sistolik >140 <90
terisolasi

Hipertensi sistolik 140-160 <90


perbatasan

Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama


atau lebih dari 160 mmHg, namun tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg. Kadaan
ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi diastolik, sehingga harus
diterapi.
4. Patofisiologis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan
pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.
Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan
dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II
berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi
kenaikan tekanan darah. Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang
menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan
darah. Dengan peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada
organ-organ seperti jantung (Suyono, Slamet, 1996).
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
Pada umumnya hipertensi tida mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terajdi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadi hipertensi antara lain :
a. Genetic
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang
tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan
70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga.
b. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH,1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32%
untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17%
untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut
standar internasional).
c. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause salah satunya
adalah penyakit jantung koroner.10 Wanita yang belum mengalami
menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan
adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita
mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana
hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita
secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.
d. Stress
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon adrenalin akan
meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa mengakibatkan jantung memompa
darah lebih cepat sehingga tekanan darah pun meningkat.
e. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang
akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung
sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang
lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik
menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk
menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak
jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada
setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin
besar pula kekuaan yang mendesak arteri.

f. Pola asupan garam dalam diet


Pola asupan garam dalam diet: badan kesehatan dunia yaitu World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat
mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang
direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium
atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan
konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk
menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan
ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.
g. Kebiasaan merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko
terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan
perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8%
subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan
dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subyek dengan kebiasaan
merokok lebih dari 15 batang perhari.
6. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
a Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak teratur
b Gejala umum
Sering dikatakan bahwa gejala umum yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan melelahkan. Namun dalam kenyataannya ini merupakan gejala
umum yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Tanda dan gejala dari beberapa pasien yang mendierita hipertensi yaitu
Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,
muntah, epistaksis, kesadaran menurun (Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc,2015).
7. Komplikasi
Menurut (Ardiansyah,2012) tekanan darah yang terus-menerus tinggi dan
tidak terkontrol dapat mennimbulkankomplikasi padda organ-organ tubuh yaitu
sebagai berikut :
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat pendarahan karena tekanan tinggi diotak atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh otak, stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami
hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya menjadi berkurang, arteri-arteri otak yang mengalami
arteroskleorosis dapat melemah, sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
b. Infark Miokardium
Dapat juga terjadi infark miokardium apalagi arteri koroner yang mengalami
aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium dan
apabila terbentuk trombus yang dapat menghambat aliran darah melalui
pembuluh darah tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi
ventrikel maka kebutuhan oksigen miokardium tidak dapat dipenuhi dapat
terjadi iskemia jantung yag menyebabkan infark.
c. Gagal Ginjal
Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kapiler glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus darah akan
mengalir ke unit fungsional ginjal, neuron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya membrane
glomelurus protein akan keluar melalui urine sehngga tekanan osmotic
keloid plasma berkurang, hal ini menyebabkan edema yang sering dijumpai
pada hipertensi kronik.

d. Ensafalopati (kerusakan otak)


Ensafalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi yang
meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi akibat kelainan ini
menyebabkan penekanan pada kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
intertisium diseluruh susunan saraf akibat neuron-neuron dosekitarnya
menjadi kolaps dan terjadi koma serta kematian.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup namun terapi
antihipertensi dapat langsung dimulai untuk hipertensi derajat 1 dengan penyerta dan
hipertensi derajat 2. Penggunaan antihipertensi harus tetap disertai dengan modifikasi
gaya hidup. Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah :
a. Target tekanan darah <150/90, untuk individu dengan diabetes, gagal
ginjal, dan individu dengan usia > 60 tahun <140/90
b. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
Pengobatan hipertensi terdiri dari terapi nonfarmakologis dan
farmakologis. Terpai nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua
pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan
mengendalikan faktor-faktor resiko penyakit penyerta lainnya.
Modifikasi gaya hidup berupa penurunan berat badan (target indeks massa
tubuh dalam batas normal untuk Asia-Pasifik yaitu 18,5-22,9 kg/m2), kontrol diet
berdasarkan DASH mencakup konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, serta produk
susu rendah lemak jenuh/lemak total, penurunan asupan garam dimana konsumsi
NaCl yang disarankan adalah < 6 g/hari. Beberapa hal lain yang disarankan adalah
target aktivitas fisik minimal 30 menit/hari dilakukan paling tidak 3 hari dalam
seminggu serta pembatasan konsumsi alkohol. Terapi farmakologi bertujuan untuk
mengontrol tekanan darah hingga mencapai tujuan terapi pengobatan. Berdasarkan
JNC VIII pilihan antihipertensi didasarkan pada ada atau tidaknya usia, ras, serta ada
atau tidaknya gagal ginjal kronik. Apabila terapi antihipertensi sudah dimulai, pasien
harus rutin kontrol dan mendapat pengaturan dosis setiap bulan hingga target tekanan
darah tercapai. Perlu dilakukan pemantauan tekanan darah, LFG dan elektrolit. Jenis
obat antihipertensi antara lain :
1) Diuretic
Obat-obatan jenis diuretic bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan dan berefek pada turunnya
tekanan darah. Contoh obat-obatan ini adalah : Bendroflumethiazide,
chlorthizlidone, hydrochlorothiazide, dan indapamide.
2) ACE-Inhibitor
Kerja obat golongan ini menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat
yang dapat meningkatkan tekanan darah). Efek samping yang sering
timbul adalah batuk kering, pusing sakit kepala dan lemas. Contoh obat
yang tergolong jenis ini adalah Catopril, enalapril, dan Lisinopril.
3) Calsium channel blocker
Golongan obat ini berkerja menurunkan menurunkan daya pompa jantung
dengan menghambat kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Contoh obat
yang tergolong jenis obat ini adalah amlodipine, diltiazem dan
nitrendipine.
4) ARB
Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung.
Obat-obatan yang termasuk golongan ini adalaheprosartan, candesartan,
dan losartan.
5) Beta blocker
Mekanisme obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui
mengidap gangguan pernafasan seperti asma bronchial. Contoh obat yang
tergolong ke dalam beta blocker adalah atenolol, bisoprolol, dan beta
metoprolol.
D. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi
Asuhan keperawatan keluarga merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam praktek
keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga pada tatanan komunitas
dengan menggunakan proses keperawatan, berpedoman pada standar keperawatan dalam
lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (WHO, 2014).
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik
keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan untuk menyelesaikan
masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan, yaitu sebagai berikut (Heniwati, 2008) :
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan, agar
diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Sumber informasi dari tahapan pengkaajian dapat menggunakan metode
wawancara keluarga, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik pada anggota
keluarga dan data sekunder.
Hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
a. Data Umum
Pengkajian terhadap data umum keluarga meliputi :
1) Nama kepala keluarga
2) Alamat dan telepon
3) Pekerjaan kepala keluarga
4) Pendidikan kepala keluarga
5) Komposisi keluarga dan genogram
6) Tipe keluarga
7) Suku bangsa
8) Agama
9) Status sosial ekonomi keluarga
10) Aktifitas rekreasi keluarga
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga meliputi :
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua
dari keluarga inti.
2) Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala
mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
3) Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan
pada keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap
pencegahan penyakit, sumber pelayanan kesehatan yang biasa
digunakan keluarga serta pengalaman- pengalaman terhadap pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat
kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
3) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
4) Sistem pendukung keluarga
d. Struktur keluarga
1) Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara
berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga


mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota


keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma
yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengaan kesehatan.

e. Fungsi keluarga :

1) Fungsi afèktif, yaitu perlu dikaji gambaran diri anggota keluarga,


perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga
terhadap anggota keluarga lain, bagaimana kehangatan tercipta pada
anggota keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap
saling menghargai.

2) Fungsi sosialisai, yaitu perlu mengkaji bagaimana berinteraksi atau


hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar
disiplin, norma, budaya dan perilaku.

3) Fungsi perawatan kesehatan, yaitu meenjelaskan sejauh mana keluarga


menyediakan makanan, pakaian, perlu dukungan serta merawat
anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenal sehat sakit. Kesanggupan keluarga dalam melaksanakan
perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas kesehatan keluarga, yaitu mampu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan,
melakukan perawatan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit,
menciptakan lingkungan yang dapat meningkatan kesehatan dan
keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di
lingkungan setempat.

4) Pemenuhan tugas keluarga. Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
kemampuan keluarga dalam mengenal, mengambil keputusan dalam
tindakan, merawat anggota keluarga yang sakit, menciptakan
lingkungan yang mendukung kesehatan dan memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada.

f. Stres dan koping keluarga

1) Stressor jaangka pendek dan panjang

a) Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang


memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

b) Stressorr jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang


memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor

3) Strategi koping yang digunakan keluarga bila menghadapi


permasalahan.
4) Strategi adaptasi fungsional yang divunakan bila menghadapi
permasalah

g. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga.


Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan
pemeriksaan fisik di klinik. Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir
pengkajian, menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
yang ada.

2. Diagnosa Keperawatan
Dari pengkajian asuhan keperawatan keluarga di atas maka diagnosa
keperawatan keluarga yang mungkin muncul adalah :
a. Manajemen keluarga tidak efektif, yaitu pola penanganan masalah kesehatan
dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisi kesehatan
anggota keluarga.
b. Manajemen kesehatan tidak efektif, yaitu pola pengaturan dan
pengintegrasian penanganan masalah kesehatan ke dalam kebiasaan hidup
sehari-hari tidak memuaskan untuk mencapai status kesehatan yang
diharapkan.
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif, yaitu ketidakmampuan
mengidentifikasi, mengelola dan atau menemukan bantuan untuk
mempertahankan kesehatan
d. Kesiapan peningkatan koping keluarga yaitu pola adaptasi anggota keluarga
dalam mengatasi situasi yang dialami klien secara efektif dan menunjukkan
keinginan serta kesiapan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan klien.
e. Penurunan koping keluarga yaitu ketidakefektifan dukungan, rasa nyaman,
bantuan dan motivasi orang terdekat (anggota keluarga atau orang berarti)
yang dibutuhkan klien untuk mengelola atau mengatasi masalah kesehatan.
f. Ketidakberdayaan, persepsi bahwa tindakan seseorang tidak akan
mempengaruhi hati secara signifikan, persepsi kurang kontrol pada situasi
saat ini atau yang akan dating.
g. Ketidakmampuan koping keluarga, yaitu perilaku orang terdekat (anggota
keluarga) yang membatasi kemampuan dirinya dan klien untuk beradaptasi
dengan masalah kesehatan yang dihadapi klien.

3. Intervensi
Intervensi adalah sekumpulan tindakan yang direncanakan oleh perawat untuk
membantu keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan. Langkah-langkah
dalam membuat perencanaan yaitu :
a. Berdasarkan pada masalah keperawatan
b. Menentukan tujuan
c. Menentukan kriteria dan standar
d. Menentukan rencana tindakan
4. Implementasi
Implementasi merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun
sebelumnya. Prinsip yang mendasari implementasi keperawatan keluarga antara
lain:
a. Implementasi mengacu pada rencana perawatan yang dibuat
b. Implementasi dilakukan dengan tetap memperhatikan prioritas masalah
c. Kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi, dan sumber-sumber
pendukung lainnya jangan diabaikan
d. Pendokumentasian implementasi keperawatan keluarga janganlah
terlupakan dengan menyertakan tanda tangan petugas sebagai bentuk
tanggung gugat dan bertanggug jawab profesi
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan keluarga. Evaluasi
merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai sesuai yang
ditetapkan dalam tujuan direncana perawatan. Apabila setelah dilakukan evaluasi
tujuan tidak tercapai maka ada beberapa kemungkinan yang perlu ditinjau kembali
yaitu :
a. Tujuan tidak realistis
b. Tindakan keperawatan tidak tepat
c. Faktor-faktor lingkungan yang tidak bisa diatasi.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Nuraini,B. (2015). Risk factors of hypertension. Jurnal Majority, 4(5). Diperoleh pada
tanggal 11 Oktober 2022, dari
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/602

Parwati,N. (2018) Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Utama Hipertensi Pada
Tn R Di Wilayah Kerja Puskesmas Mergangsan Kota Yogyakarta. Skripsi thesis,
UNSPECIFIED. Diperoleh pada tanggal 11 Oktober 2022, dari
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2130/

Naza,R. (2010). Pathway Hipertensi. Di Peroleh pada Tanggal 11 Oktober 2022, dari
https://scribd.com/doc/39276152/Pathway-Hipertensi

Mariyatul,Q.(2017). Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Tn A Khususnya Ny. T Dengan


Gangguan Kebutuhan Dasar Rasa Aman Dan Nyaman: Nyeri Pada Sistem
Kardiovaskuler : Hipertensi di Wilayah RT 007 RW 002 Kelurahan Utan Panjang
Kecamatan Kemayoran Jakarta Pusat. Diperoleh pada tanggal 11 Oktober ,dari
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwixzPX54
KHtAhUT63MBHQvXAhEQFjAAegQIBRAC&url=http%3A%2F
%2Fperpus.fikumj.ac.id%2Findex.php%3Fp%3Dfstream-pdf%26fid%3D4154%26bid
%3D3770&usg=AOvVaw2Fr1LqbkvMuW5SuBo8z9d

Anda mungkin juga menyukai