Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK

USIA REMAJA
Dosen Pembimbing : Siswati S.Kep.,Ns.,M.Kep

DICHA WENING MAHANANI


201204020

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN dan ASUHAN KEPERAWATAN pada Keluarga dengan
Anaka Usia Remaja

Nama : Dicha Wening Mahanani


NIM : 201204020
Prodi : Pendidikan Profesi Ners
Sebagai pemenuhan tugas Praktek Profesi Ners secara daring di Stase Keluarga
mahasiswa STIKES PEMKAB JOMBANG.

Jombang, Januari 2021


Pembimbing Pendidikan

Siswati S.Kep.,Ns.,M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK REMAJA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama (friedman, 1998).
keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Effendy, 1998)
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati, 2008)
Dari pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain
serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas
utama keluarga
adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan
kesejahteraan hidupnya secara umum.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (1998) Tipe keluarga
ada 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
a) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau
angkat)
b) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,
misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
c) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
d) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
e) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang
hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang
yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah).
b. Tipe keluarga non tradisional
a) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang
tua tiri
c) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam
satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anaak
bersama.
d) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
f) Cohibitng couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

g) Group-marrige family Beberapa orang dewasa


menggunakan alat-alat rumah tangga bersama yang saling
merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual
dan membesarkan anaknya.
h) Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai,
hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan
saling menggunakan barang-barang rumah tangga
bersama, pelayanan, dan tanggung jawab
membesarkan anaknya.
i) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada
saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang
aslinya.
j) Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal
yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
k) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-
orang muda yang mencari ikatan emosional dan
keluarga yang mempunyai perhatian tetapi
berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
3. Struktur Keluarga
Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri
atas :
a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka


dan jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3)
berpikiran positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan
pendapat sendiri.
Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi
untuk : 1). Karakteristik pengirim :
a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapa
b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
c) Selalu meminta dan menerima umpan balik.

2). Karakteristik penerima :


a) Siap mendengarkan.
b) Memberi umpan balik.
c) Melakukan validasi.
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan
posisi sosial yang diberikan.Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah
posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak, dan
sebagainya. Tetapi kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-
masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa mencari
nafkah untuk memenuhikebutuhan anggota keluarga yang lain sedangkan
orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri dirumah.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual)
dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk
merubah perilaku orang lain kearah positif.
d. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang
secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu
budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat
dipelajari, dibagi, dan ditularkan dengan tujuan untuk
menyelesaikan masalah.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubugngan erat dengan fungsi internal
keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif
berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Keluarga yang
berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga
dapat mengembangkan konsep diri positif.
Menurut ( Murwani, 2007 ) komponen yang perlu dipenuhi oleh
keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan
kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. Maka,
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan
meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang
hangat dan saling mendukung. Hubungan intim didalam
keluarga merupakan modal dasar dalam memberi hubungan
dengan orang lain diluar keluarga/masyarakat.
b) Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi
afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak
pasangan sepakat memulai hidup baru. Ikatan antar anggota
keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak- anak dapat meniru
tingkah laku yang positif dari kedua orang tuanya

Fungsi Keluarga

A. Fungsi Sosialisasi
1. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai
sejak manusia lahir.Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan
perembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota
keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma,
budaya, dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi keluarga.
B. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.Maka dengan ikatan
suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
C. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggoat keluarga seperti
memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan
penghasilan tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.

D. Fungsi Perawatan atau Pemeliharan Kesehatan


Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk
melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit.Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga.Kesanggupan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan
keluarga yang dilaksanakan.Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup
menyelesaikan masalah kesehatan.

5. Tugas Kesehatan Keluarga


Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut : (Friedman, 1998)
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (
menggunakan ) fasilitas kesehatan
masyarakat

6. Tugas Perkembangan Keluarga


Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan.
Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan
perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap
perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan
menurut Duvall dan Miller dalam (Friedman, 1998) adalah :

a. Tahap I : keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan


menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan
dari keluarga asal atau status lajang ke hubungan baru yang
intim.
b. Tahap II : keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan
kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan .
c. Tahap III : keluarga dengan anak usian pra sekolah dimulai
ketika anak pertama berusia dua setengah tahun, dan berakhir
ketika anak berusia lima tahun.
d. Tahap IV : keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika
anak pertama telah berusia enam tahun dan mulai masuk
sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa
remaja.
e. Tahap V : keluarga dengan anak remaja dimulai ketika anak
pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama enam
hingga tujuh tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak
masih tinggal dirumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.
f. Tahap VI : keluarga yang melepas anak usia dewasa muda,
ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan
berakhir dengan “rumah kosong” ketika anak terakhir
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang,
tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang
masih tinggal dirumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak
persiapan dari dan oleh anak- anak untuk kehidupan dewasa yang
mandiri.

g. Tahap VII : orang tua usia pertengahan dimulai ketika anak


terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun
atau kematian salah satu pasangan.
h. Tahap VIII : keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai
dengan salah stu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun,
hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan
pasangan lainnya meninggal dan tugas tumbuh kembang lansia
pada tahap ini adalah:
1) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
2) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
3) Mempertahankan hubungan perkawinan
4) Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan
5) Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
B. KONSEP REMAJA
1. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa transisi dalam rentang kehidupan manusia,


menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock, 2003).
Masa remaja disebut pula sebagai masa penghubung atau masa peralihan
antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan-
perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan
jasmaniah, terutama fungsi seksual (Kartono, 1995).
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa remaja
tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap sudah
dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).
Menurut Rice (dalam Gunarsa, 2004), masa remaja adalah masa peralihan,
ketika individu tumbuh dari masa anak-anak menjadi individu yang memiliki
kematangan. Pada masa tersebut, ada dua hal penting menyebabkan remaja melakukan
pengendalian diri. Dua hal tersebut adalah, pertama, hal yang bersifat eksternal, yaitu
adanya perubahan lingkungan, dan kedua adalah hal yang bersifat internal, yaitu
karakteristik di dalam diri remaja yang membuat remaja relatif lebih bergejolak
dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya (storm and stress period).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu periode
masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa
remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa (Widyastuti,
Rahmawati, Purnamaningrum; 2009).
Pubertas (puberty) ialah suatu periode di mana kematangan kerangka dan
seksual terjadi secara pesat terutama pada awal masa remaja. Akan tetapi, pubertas
bukanlah suatu peristiwa tunggal yang tiba-tiba terjadi. Pubertas adalah bagian dari
suatu proses yang terjadi berangsur-angsur (gradual) (Santrock, 2002).
Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak
berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal dari kata
latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan
fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual
menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan (Hurlock, 1980).
Santrock (2002) menambahkan bahwa kita dapat mengetahui kapan seorang
anak muda mengawali masa pubertasnya, tetapi menentukan secara tepat permulaan
dan akhirnya adalah sulit. Kecuali untuk menarche, yang terjadi agak terlambat pada
masa pubertas, tidak ada tanda tunggal yang menggemparkan pada masa pubertas.

Pada 1974, WHO (World Health Organization) memberikan definisi tentang


remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga
kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi
tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa di mana:
1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda- tanda
seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada
keadaan yang relatif lebih mandiri (Muangman dalam Sarwono, 2010).
Dalam tahapan perkembangan remaja menempati posisi setelah masa anak dan
sebelum masa dewasa. Adanya perubahan besar dalam tahap perkembangan remaja
baik perubahan fisik maupun perubahan psikis (pada perempuan setelah mengalami
menarche dan pada laki-laki setelah mengalami mimpi basah) menyebabkan masa
remaja relatif bergejolak dibandingkan dengan masa perkembangan lainnya. Hal ini
menyebabkan masa remaja menjadi penting untuk diperhatikan.
2. Batasan Usia Remaja

Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada
laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu
18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada
usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.
Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.
Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku
remaja yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan
17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun
adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa
apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti pada ketentuan
sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah
(Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006).
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal
usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam
semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes
RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10
sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan
relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan
perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.

3. Tugas Perkembangan Remaja

Hurlock (1980) menjelaskan bahwa semua tugas perkembangan pada masa


remaja dipusatkan pada pusaka penanggulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-
kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa. Tugas-tugas
tersebut antara lain:
1) Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita.
2) Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif.
4) Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa


lainnya.
6) Mempersiapkan karir ekonomi.
7) Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
8) Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Ali & Asrori (2006) menambahkan bahwa tugas perkembangan masa remaja
difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta
berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa. Hurlock
(dalam Ali & Asrori, 2006) juga menambahkan bahwa tugas- tugas perkembangan
masa remaja adalah berusaha:
1) Mampu menerima keadaan fisiknya;
2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis;
4) Mencapai kemandirian emosional;
5) Mencapai kemandirian ekonomi;
6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang
tua;
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa;

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan;


10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga.
Kay (dalam Jahja, 2012) mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja
adalah sebagai berikut:
1) Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.
2) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang
mempunyai otoritas.
3) Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar
bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun
kolompok.
4) Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya.
5) Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap
kemampuannya sendiri.
6) Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar
skala nilai, psinsip-psinsip, atau falsafah hidup. (Weltan-schauung).
7) Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku)
kekanak-kanakan.

Hurlock (1980) juga menjelaskan sebagian besar orang-orang primitif selama


berabad-abad mengenal masa puber sebagai masa yang penting dalam rentang
kehidupan setiap orang. Mereka sudah terbiasa mengamati berbagai upacara
sehubungan dengan kenyataan bahwa dengan terjadinya perubahan- perubahan tubuh,
anak yang melangkah dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.

Setelah berhasil melampaui ujian-ujian yang merupakan bagian penting dari semua
upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan memperoleh hak dan
keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharap memikul tanggung jawab yang
mengiringi status orang dewasa.

Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa pubertas
yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga
berubah; mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka
berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan perkembangan sebagai
seorang remaja menghadapi tugas utama mereka: membangun identitas –termasuk
identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, &
Feldman; 2008).

4. Perkembangan Fisik Masa Remaja


Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik
adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan
motorik. Piaget (dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa
perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang
cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk
meningkatkan kemampuan kognitif.
Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai
banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ
seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan
melaksanakan fungsi reproduksi. Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut
diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:
a) Tanda-tanda seks primer
Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun
tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak
usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya
43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah
datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah,
lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi
kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa
menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti
dkk, 2009).

b) Tanda-tanda seks sekunder


Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita
antara lain:
1. Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya
remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah
pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada
kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah
mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur,
lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
2. Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat.
Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan
berkembangnya lemak di bawah kulit.
3. Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar
dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula
dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga
payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
4. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih
tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit
pada wanita tetap lebih lembut.
5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar
keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat
menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk
sebelum dan selama masa haid.
6. Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat.
Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
7. Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada
wanita.

Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah


pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan
pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam Santrock, 2002)

5. Perkembangan Psikis Masa Remaja

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa


remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:
a) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:
1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan
sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi
pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar
yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian.
Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.
3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi
bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:


1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan
kritik.
2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku
ingin mencoba-coba.
Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih
lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

6. Perkembangan Kognitif Masa Remaja


Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja
termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka.
Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema
kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang
lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini.
Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi
remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala
kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir
lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang
menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara
sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang
apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciri- ciri ideal diri mereka sendiri, orang
lain, dan dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan
apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan
dan memantau dunia sosial (Santrock, 2002).

Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari
masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk tumbuh – bukan hanya dalam dimensi
fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008).
7. Perkembangan Emosi Masa Remaja
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa,
status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali &
Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk
serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga
belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-
kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang
pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi
remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah
laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional,
misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti
diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi
perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

a. Perubahan jasmani. Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya


perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan
pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang
mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan
tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan
emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh
seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit
yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai
berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat
menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali
menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.
b. Perubahan pola interaksi dengan orang tua. Pola asuh orang tua terhadap
anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut
apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang
bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang
dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat
berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara
memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada
masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang
lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.

c. Perubahan pola interaksi dengan teman sebaya. Remaja seringkali


membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara
berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk
semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu kelompok geng biasanya
sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.
Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya
diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan
positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
d. Perubahan pandangan luar. Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat
menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai
berikut:
1) Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-
kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat
kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa.
Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan
kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat
berubah menjadi tingkah laku emosional.
2) Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda
untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki- laki memiliki
banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan
mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri
mempunyai banyak teman laki-laki sering dianggap tidak baik atau
bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang
berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian
secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
3) Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak
bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke
dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai
moral.
e. Perubahan interaksi dengan sekolah. Pada masa anak-anak, sebelum
menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang
diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting
dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga
merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak
jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru
daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis
apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian
materi-materi yang positif dan konstruktif
3. PENYEBAB MASALAH-MASALAH PADA REMAJA

Para sosiolog, psikiater, dan kriminolog setuju bahwa penyebab kenakalan remaja
bukan bersifat tunggal. Biasanya, hal ini terjadi ketika anak tersebut terpapar pengaruh
buruk dari berbagai faktor dan dalam jangka waktu lama tanpa pernah ada intervensi baik
di tengah kehidupannya.Meski demikian, peneliti mengelompokkan penyebab kenakalan
remaja dalam empat kategori, yaitu:
1. Keluarga
Keluarga adalah institusi dasar yang mengajarkan nilai dan norma yang akan
dibawanya ke masyarakat atau kelompok yang lebih besar. Keluarga bisa menjadi
penyebab kenakalan remaja ketika melakukan pola asuh yang salah (misalnya sering
membedakan atau membanding-bandingkan anak), kurangnya perhatian atau kontrol
orangtua, maupun kurangnya kasih sayang orangtua terhadap anak.Anak memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mengalami kenakalan remaja ketika orangtuanya
memperlihatkan gestur tidak menginginkan kehadirannya. Selain itu, anak yang broken
home juga lebih rentan berada pada situasi ini.
2. Lingkungan
Penyebab kenakalan remaja yang tak kalah krusial adalah faktor lingkungan,
terutama menyangkut pergaulan anak.Beberapa faktor lingkungan yang berkontribusi
menciptakan kenakalan remaja adalah bergaul dengan kelompok kriminal (misalnya
geng motor), pecandu alkohol dan narkoba, melakukan hal yang berhubungan dengan
dunia kriminal (misalnya mencuri), suka melakukan hal yang antisosial dan berbau
kekerasan.
3. Sekolah
Sekolah adalah tempat anak belajar mengembangkan diri dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Penyebab kenakalan remaja dalam hal ini adalah kegagalan
sekolah dalam mengembangkan karakter anak karena ketidakcocokan kurikulum
maupun ketersediaan ekstrakurikuler yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut.
4. Faktor internal
Menurut penelitian, perubahan biologis dan sosiologis pada remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk, yaitu terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja umumnya
terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.Kontrol diri yang lemah
juga membuat remaja tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dan yang tidak bisa diterima. Begitupun bagi remaja yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak dapat mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
5. Faktor lainnya
Penyebab kenakalan remaja bisa datang dari mana saja di luar ketiga faktor
utama di atas. Yang dimaksud dengan faktor lainnya di sini, misalnya ketidakpuasan
atas penegakan hukum, pengaruh media massa, dan hingga faktor politis.Kenakalan
remaja juga bisa dipicu oleh banyak hal, seperti faktor ekonomi, sosial, kultural, dan
pengaruh kelompok pergaulannya.Bagi negara seperti Indonesia, kurangnya
pemahaman agama juga disebut sebagai salah penyebab kenakalan remaja. Dengan
mengenal agama, anak diharapkan memiliki pegangan moral yang lebih kuat sehingga
bisa membedakan baik dan buruk secara mandiri.
C. BATUK KRONIS

1. DEFINISI
Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran
nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan yang primitif untuk membuang
sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran
pernafasan.
Refleks batuk ini terjadi akibat teransangnya reseotor batuk yang terdapat
disaluran nafas ataupun diluar saluran nafas, oleh rangsangan yang bersifat kimiawi
maupun mekanis. Reseptor batuk yang merupakan ujung nivagus terdapat diantara
sel-sel epitel berambut getar dari faring sampai bronkialus, hidung, sinus, paranasalis,
saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung, pericard dan diafragma.

2. ETIOLOGI
Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan merupakan
gejala pada berbagai penyakit baik respiratorik maupun non respiratorik. Berbagai
etiologi/klasifikasi dikemukakan oleh para penulis yang sekaligus merupakan diagnosa
banding dari BKB, antara lain :
1. Bronkitis *infeksi - virus
- bakteri
*alergi - asma
*kimiawi - aspirasi susu, isi lambung
- inhalasi asap rokok
*berhubungan dengan infeksi kronik saluran nafas atas

2. Penyakit paru supuratif


● Fibrosis
● Bronkikiektasis
● Kollaps paru dengan infeksi sekunder
● lain-lain kista dan kelainan bawaan yang terinfeksi, abses, pneumonia
inhalasi dan benda asing.

3. Lesi fokal dari laring, trakea atau bronkus


* Benda asing
* Tomur, kista atau kelenjer di mediasnitium atau paru
* Stenosis, kista atau hemangioma dari laring atau trakea
4. Tuberklosis
5. Batuk psikogen
6. Post nasal drip

Wahab dan Utomo mengemukakan bahwa untuk Indonesia apabila seorang


dokter berhadapan dengan pasien anak yang memperlihatkan gejala batuk yang cukup
lama dan menetap, maka sebaiknya dipikirkan kemungkinan tiga hal, yaitu batuk
karena Tb primer, batuk karena alergi dan batuk karena kelainan jantung bawaan.
3. TANDA GEJALA
a. Tenggorokan gatal
b. Demam
c. Flu
d. Nyeri dada
e. Suara serak
f. Dahak di tenggorokan
g. Mulut terasa pahit

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto thorak
b. Tes dahak

5. PENATALAKSANAAN

Terapi simtomatik umumnya terdiri atas obat-obatan :


1. Ekspektoran
2. Antitusif
3. Mukolitik
4. Antihistamin
5. bronkodilator

a. Ekspektoran adalah obat-obat yang bekerjameningkatkan sekresi saluran


pernafasan. Ada yang bekerja melalui refleks lambung, menyebabkan iritasi
pada lambung. Lalu secara reflektoris melalui syaraf vagus meningkatkan
sekresi kelenjar saluran nafas yang kemudian yang dibatukkan. Sebagian besar
ekspektoran bekerja melalui cara ini. Ada juga yang bekerja dengan
merangsang ujung syaraf kolinergik pada kelenjer acini saluran nafas, dan ada
pula yang langsung merangsang sel-sel sekretori kelenjer saluran nafas. Selain
itu ekspetoran dapat pula bekerja dengan sebagai demulsen pada mukosa
saluran nafas. Yang sering digunakan adalah guafenesis dan gliseril guaiakolat.
Guaiakol disamping sebagai ekspektoran juga bekerja mengencerkan secret.
Selain itu juga dikenal Ipecac, ammonium karbonat, ammonium klorida,
kalium yolida, garam sitrat dan lain-lain.
b. Anti tusif ialah obat yang bekerja menekan refleks batuk baik secara sentral
maupun periper pada reseptor batuk, contohnya dekstrometorfan hidrobromid
(non narcotic antitussive) dan kodein fosfat (narcotic antitussive). Antitusif
digunakan pada batuk non produktif (batukm kering), tidak boleh digunakan
pada batuk supuratif dan hipersekresi lendir.
c. Mukolitik adalah obat yabg dapat mengurangi viskositas lendir yang kental
sehingga mudah dibatukkan, misalnya bromheksin, asetil sistein. Kadang-
kadang dapat menimbulkan dampak samping seperti, mual, munth, diare,
rinorhoe, spasme bronkus. Mukolitik dapat juga digolongkan sebagai
ekspektoran, bekerja sebagai “mucociliary clearance”.
d. Antihistamin sebagi obat batuk tergolong antitusif. Pada dosis yang efektif
terutama difenhidramin dapat menyebabkan mengantuk. Disamping itu juga
dapat mengeringkan secret. Pemakaian sedapat mungkin terbatas pada batuk
sehubungan dengan post nasal drip. Dari kelompok bronkodilator dikenal
derivat teifilin dan obatsimpatomik (adrenergik). Golongan teofilin
menyebabkan peningkatan konsentasi CAMP yaitu suatu relaksan ott polos,
dengan menghambat kerja enzim fosfodieterase. Golongan simpatomimetik
menimbulkan bronkodilasi melalui rangsangan terhadap reseptor beta-2 syaraf
adrenergik. Bronkolidator yang ideal dari golongan simpatomimetk ialah yang
betul-betul hanya merangsang beta-2 adrenoreseptor. Obat-obat yabg dapat
dikatakan agak selektif merangsang beta-2 reseptor adrenergik dan lazim
dipakai pada pemgobatan asma dan/atau brokitis adalah salbutamol, terbulatin,
metaproterenol dan lain-lain.
4. ASUHAN KEPERAWATAN TEORI KELUARGA

A.Pengkajian
a. Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial,
jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status
imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)
T
b) ipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi:
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan
sumber
pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orang tua.
c. Pengkajian
lingkungan
a) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara
keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal,
keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas
ekonomi dan transportasi.
c) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering mempunyai
kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga
dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
formal/informal
d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan.
f. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap situasi
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

SKORING MASALAH

Penentuan Prioritas Masalah dalam Keperawatan Keluarga

N0 Kriteria Komponen Skor Bobot

1. Sifat Masalah Aktual 3 1

Potensial 2

Resiko 1

2. Kemungkinan Mudah 2 2
Masalah Dapat
Sebagian 1
Diubah
Tidak Dapat 0

3. Potensial Tinggi 3 1
Masalah Dapat Cukup 2
Dicegah
Rendah 1

4. Menonjolnya Berat, Segera 2 1


Masalah Ditangani

Ada Masalah, 1
Tidak Perlu
Segera Ditangani

Tidak Dirasakan 0

Untuk mendapatkan masalah prioritas, terlebih dahulu dilakukan


perhitungan dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya ( 1978
) sebagai berikut :

a. Tentukan skor untuk setiap kriteria


b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan
bobot Skor X Bobot

Angka Tertinggi

c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria


d. Skor tertinggi adalah 5 = seluruh

B. MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Keluarga tidak mampu mengenal masalah kesehatan tiap anggota


keluarganya.
2. Keluarga tidak mampu mengambil keputusan yang tepat untuk
melakukan tindakan yang tepat.
3. Keluarga tidak mampu merawat anggota keluarganya yang sakit
atau yang tidak dapat menolong dirinya sendiri karena cacat atau
karena usianya terlalu muda.
4. Keluarga tidak mampu mempertahankam suasana rumah yang
menguntukan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota
keluarganya.
5. Kelurga tidak mampu mempertahankan hubungan timbal – balik
antara keluarga dan lembaga kesehatan.

C. PERENCANAAN/INTERVENSI

Tindakan keperawatan dalam keperawatan keluarga


Tujuan :
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal
masalah kebutuhan kesehatan dengan cara :
1. Memberi informasi yang tepat.
2. Mengindentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga
tentang kesehatan.
3. Mendorong keluarga agar memiliki sikap yang baik dalam
menyelesaikan persoalan.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan
keluarga yang tepat, dengan cara :
1. Mengindentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan.
2. Mengindentifikasi sumber – sumber yang dimiliki keluarga.
3. Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
c. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
1. Mendemonstrasikan cara perawatan.
2. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah.
3. Mengawasi keluarga dalam melakukan perawatan
anggota keluarga yang sakit.
4. Membantu keluarga agar menemukan cara
memodifikasi lingkunganmenjadi lingkungan yang sehat,
dengan cara :
a. Menemukan sumber – sumber yang dapat digunakan keluarga.
b. Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.
5. Memotifasi keluarga agar dapat memanfaatkan fasilitas
kesehatan yang ada, dengan cara :
a. Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan
keluarga.
b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA

NamaPuskesmas Puskesmas Jiwan No. Register


Nama Perawat Tanggal Pengkajian 18 – 01 - 2021

A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn.E Bahasa sehari-hari Bhs jawa

Alamat Rumah & Telp Ds. Bandar Lor Yankesterdekat, Jarak Puskesmas

Pekerjaan Swasta Alat transportasi Motor/mobil

Agama & Suku Islam & jawa Status KelasSosial Menengah atas

DATA ANGGOTA KELUARGA


No Nama Hub Umur JK Suku Pendidika Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV Status
dgn n Terakhir Saat Ini BB, BMI) (TD, N, S, P) Imunisasi
KK Dasar
TD : 125/70mmHg
N : 78x/mnt
1 Tn. E Suami 53 L jawa S1 Swasta -
S : 36°C
P : 18x/mnt
TD : 120/80mmHg
N :80x/mnt
2 Ny.N Istri 45 P Jawa D3 PNS -
S : 36,1°C
P : 19x/mnt
TD : 120/70mmHg
N : 85x/mnt
3 An.W Anak 17 L Jawa SMA Pelajar Lengkap
S : 36,2°C
P : 21x/mnt
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
Saat ini
1 Tn.E - Sehat -
2 Ny.N - Sehat -
-
3 An.W Mengeluh kadang batu-batuk Batuk kronis >2 bulan

AnalisisMasalahKesehatanINDIVIDU :

B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap Perkembangan Klg Saat Ini keluarga dengan perkembangan anak remaja
Tugas Perkembangan Keluarga : √ Dapat dijalankan Tdk Dpt Dijalankan
Bila Tdk dijalankan, sebutkan : . .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. ... .. ... .. .. . .. .. ... .. .. ... .. . .. .. .. ... .. ... .. . . ... .. ... .. .. ...

C. STRUKTUR KELUARGA

Pola Komunikasi : Baik √ Disfungsional


Peran Dalam Keluarga : √ Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg Tdk ada konflik nilai : Ada Konflik

Pengambilan keputusan dalam keluarga : dalam mengambil keputusan keluarga selalu
berdiskusi
Genogram

Keterangan

: laki-laki meninggal

: wanita meninggal

: laki-laki

: perempuan
D. FUNGSI KELUARGA √
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : √ Berfungsi Tdk Berfungsi

Fungsi Ekonomi : √ Baik Kurang Baik


E. POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping : Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga :

- Aktivitas anak yang sering main dan jarang dirumah

- Anak terkadang tidak patuh arahan orang tua

- Batuk anak yang hilang kambuh

DATA PENUNJANG KELUARGA


Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga
Kondisi Rumah Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan :
Type rumah : permanen/semi permanen* Ya/ Tidak* ............................................................................
Lantai : tanah/plester/keramik,lainnya…. Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya/ Tidak*
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa* jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Ventilasi : Ya/ Tidak* ..............................................................................
Baik (10-15% dari luas lantai): ya/tidak* Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Jendela setiap hari dibuka: ya/tidak* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
PencahayaanRumah : Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Baik/ Tidak* Ya/ Tidak*
………………………………………………… ...........................................................................................
Saluran Buang Limbah : Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :
Tertutup/terbuka* Ya/ Tidak*
………………………………………………… .....................................................................
Air Bersih : Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-lain*, Ya/ Tidak*
sebutkan..... ..........................................................................................
Kualitas air: bersih Menjaga lingkungan rumah tampak bersih
ya/tidak
Jamban Memenuhi Syarat : (observasi
Kepemilikan jamban : ya/tidak* dan validasi)
Jenis jamban : leher angsa/cemplung* Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :
Jarak septic tank dengan sumber air : 50m Ya/ Tidak*
...........................................................................................
Menggunakan jamban sehat :
Tempat Sampah: Ya/ Tidak*
Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak* ...........................................................................................
Jenis : Tertutup/Terbuka * Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :
………………………………………………… Ya/ Tidak* (menguras, mengubur, menutup)
...........................................................................................
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*
2
Anggota Keluarga (8m /orang) Ya/Tidak * ........................................................
………………………………………………… Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*
.....................................................
Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*
............................................................
Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/tidak
...................................................................................
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada
..............................................................................................................................................................................
Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya
Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya, ………………………………………………………………..
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
Ya , ………………………………………………………………..
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat
: Ya
………………………………………………………………………………………………………………….
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Ny. N merupakan seorang perawat……………………………………………………………

7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota


keluarganya: Rutin dilakukan perawatan, tetapi sang anak yang
kadang tidak patuh.

8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk
tindakan upaya peningkatan kesehatan),
Ya, keluarga selalu menganjurkan sang anak untuk rutin minum obat dan melarang keluar rumah terlalu sering dan melarang untuk
merokok elektrik. ...................................................................................

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya
: Ya............................................................................
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya, keluarga berusaha
melakukan yang terbaik dan memberikan perawatan secara maksimal untuk kesmebuhan sang anak.
.................................................................................................................................
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: Ya , keluarga selalu mencegah penyakit datang dengan
mengkonsumsi vitamin, minum wedang jahe setiap hari, dan membatasi diri
keluar rumah.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan :
Ya, ibu sang anak selalu membersihkan lingkungan rumah, memasang difuser aroma terapi untuk meringankan sakit
tenggorokan......................................................................................... ................. .......................

13) Apakah keluargamampumenggali dan memanfaatkansumber di masyarakatuntukmengatasimasalahkesehatananggotakeluarganya:


Ya....................

KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian III Kemandirian IV √

PENGKAJIAN FISIK INDIVIDU SEBAGAI BERIKUT :


Gangg.Keseimb - - -
AnggotaKeluarga Tn.E Ny.N An.W
Sistem pencernaan: Tn.E Ny.N An.W
Nyeri spesifik:
Intake cairan kurang - - -
Lokasi - - -
Mual/muntah - - -
Tipe - - -
Nyeri perut - - -
Durasi - - -
Muntah darah - - -
Intensitas - - -
Flatus - - -
Status mental: Tn.E Ny.N An.W
Distensi abdomen - - -
Bingung - Ya -
Colostomy - - -
Cemas - - -
Diare - - -
Disorientasi - - -
Konstipasi - - -
Depresi - - -
Bising usus - - -
Menarik diri - - -
Terpasang Sonde - - -
Sistem integumen: Tn.E Ny.N An.W
Sistem persyarafan: Tn.E Ny.N An.W
Cianosis - - -
Nyeri kepala - - -
Akral Dingin - - -
Pusing - - -
Diaporesis - - -
Tremor - - -
Jaundice - - -
Reflek pupil anisokor - - -
Luka - - -
Paralisis : Lengan - - -
Mukosa mulut kering - - -
kiri/ Lengan kanan/
Kapiler refil time - - -
lebih 2 detik Kaki kiri/
Sistem Pernafasan Tn.E Ny.N An.W Kaki kanan
Stridor - - - Anestesi daerah - - -
Wheezing - - - perifer
Ronchi - - Ya Riwayat Tn.E Ny.N An.W
pengobatan
Akumulasi sputum - - Ya
Alergi Obat - - -
Sistem perkemihan: Tn.E Ny.N An.W
Jenis obat yang - - Antibiotik
Disuria - - - Ekspektorat
dikonsumsi
Hematuria Anti tusif
- - -
Frekuensi - - -
Retensi - - - PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Inkontinensia - - -
Sistem Tn.E Ny.N An.W
muskuloskeletal Pemeriksaan Tn.E Ny.N An.W
Tonus otot kurang - - - Laboratorium
Paralisis GDP/2JPP/acak
- - -
Hemiparesis - - - Asam Urat

ROM kurang Cholesterol


- - -
Hb

21
ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


1 Ds : Ketidakadekuatan Pemeliharaan kesehatan
1. Ibu An.W pemahaman ( Sang tidak efektif
mengatakan bahwa anak kurang memiliki
sang anak sering motivasu dan terlalu
tidak patuh jika menganggap sepele
disuruh minum obat masalah).
atau vitamin.
2. Ibu An. W
mengatakan jika
mendengar berita
bahwa sang anak
masih merokok
elektrik jika bermain
diluar.
Do :
1. An. W terkadang
masih menunjukkan
gejala batuk yang
belum hilang.
2. An. W terkadang
tidak mengikuti
anjuran orang tua
untuk hidup sehat.
2 Ds : Kesiapan peningkatan
1. Ny. N mengatakan proses keluarga
bahwa ia ingin semua
anggota keluarganya
sehat dan bahagia.

DO :

1. Ny. N sangat aktif


untuk memenuhi
kebutuhan
perawatan
kesehatan untuk An.
W.
2. Tn. E dan Ny. N
sangat perhatian
satu sama lain
begitu juga dengan
kesehatan sang
anak.
3. Ny. N sering
menasihati sang
anak untuk menjadi
lebih baik.
SKORING
MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA: Pemeliharaan kesehatan tidak efektif
Kriteria SKOR Bobot Pembenaran
SIFAT MASALAH 3/3x1=1 An. W kurang memiliki motivasi
terhadap kesembuhan dan
Wellness 3 1 kesehatan yang dialaminya.
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
KEMUNGKINAN MASALAH 2/2x2=2 Ny. N selalu menasihati An. W
untuk merubah kebiasaan
DAPAT DIUBAH merokok elektrik dan berharap
Mudah 2 tidak sering keluar rumah.
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
POTENSIAL MASALAH YANG 3/3x1=1 Potensial masalah tinggi untuk
diubah, namun minat sang anak
DAPAT DICEGAH yang kurang untuk sembuh.
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH 2/2x1=1 Ny. N ingin anaknya sehat dan
patuh terhadap prosedur yang
Segera 2 1 keluarganya terapkan.
Tak perlu 1
Tak dirasakan 0

Total score : 5
Dilakukan di setiap diagnose keperawatan
(Skore/angka tertinggi)xbobot =3 2/3
SKORING
MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA: kesiapan proses keluarga

Kriteria SKOR Bobot Pembenaran


SIFAT MASALAH 3/3x1=1 Ny. N selalu memenuhi kebutuhan
kesehatan setiap anggota
Wellness 3 1 keluarganya, termasuk
Aktual 3 kesembuhan sang anak.

Resiko 2
Potensial 1
KEMUNGKINAN MASALAH 1/2x2=1 Ny. N selalu mengajak anak
berkomunikasi dalam hal
DAPAT DIUBAH peningkatan kesehatan yang
Mudah 2 dialami An. W
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
POTENSIAL MASALAH YANG 3/3x1=1 Potensial masalah untuk bisa
diubah yaitu tinggi apabila sang
DAPAT DICEGAH anak patuh.
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH 2/2x1=1 Ny. N ingin sang anak patuh
terhadap segala prosedur yang
Segera 2 1 telah ditetapkan, dan Ny. N telah
Tak perlu 1 melakukan segala cara untuk
kesembuhan anak.
Tak dirasakan 0

total score : 4
prioritas masalah keperawatan :
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d ketidakadekuatan pemahaman (kurangnya
motivasi)
2. kesiapan peningkatan proses keluarga b/d kondisi kesehatan
RENCANA /INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA

DIAGNOSIS KEPERAWATAN SLKI/NOCC SIKI/NIC


KODE DIAGNOSIS KODE HASIL KODE INTERVENSI
Pemeliharaa Pemeliharaan kesehatan : kemampuan Pemeliharaa kesehatan tidak efektif : edukasi kesehatan,
mengidentifikasi, mengelola, untuk pelibatan keluarga.
kesehatan tidak mempertahankan kesehatan.
Tindakan :
efektif b/d Kriteria: Observasi
1. menunjukkan perilaku adaptif = 1. identifikasi faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku klien
ketidakadekuatan 5 2. identifikasi kesiapan keluarga dalam proses perawatan
2. menunjukkan pemahaman Terapeutik
pemahaman 1. memberikan pemahaman kepada klien untuk meningkatkan
perilaku sehat = 5
3. menunjukkan minat = 5 kesehatannya.
(kurangnya 2. Jelaskan dampak negatif dari perilaku yang dilakukan.
4. memiliki sistem pendukung =
3. Tampung segala keluhan klien
motivasi). 5
4. Diskusikan bersama keluarga tentang cara komunikasi dengan
anak remaja
Edukasi
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi perilaku
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Anjurkan keluarga untuk bicara dari hati ke hati dengan sang
anak
4. Anjurkan keluarga untuk mendegar segala keluhan sang anak
IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL/ EVALUASI/
N Dx.KEP IMPLEMENTASI TTD
O JAM RESPON KLIEN
Pemeliharaan 20-01-21 1. identifikasi faktor apa S :
kesehatan saja yang - klien
mempengaruhi mengatakan
tidak efektif perilaku klien
b/d 2. identifikasi kesiapan akan memulai
keluarga dalam proses sedikit demi
ketidaadekuat
perawatan sedikit untuk
an meninggalkan
3. memberikan
pemahaman pemahaman kepada perilaku
(kurangnya klien untuk buruknya.
motivasi). meningkatkan - Klien
kesehatannya.
4. Jelaskan dampak mengatakan
negatif dari perilaku akan patuh
yang dilakukan. kepada orang
5. Tampung segala tuanya.
keluhan klien
6. Diskusikan bersama O:
keluarga tentang cara - klien tampak
komunikasi dengan
anak remaja rutin minum
7. Jelaskan faktor resiko obat dan
yang dapat vitamin.
mempengaruhi - Klien tampak
perilaku jarang keluar
8. Ajarkan perilaku rumah.
hidup bersih dan sehat A : pemeliharaan
9. Anjurkan keluarga
untuk bicara dari hati kesehatan tidak
ke hati dengan sang efektif teratasi
anak sebagian
10. Anjurkan keluarga P : intervensi
untuk mendegar dilanjutkan
segala keluhan sang
anak.

28

Anda mungkin juga menyukai