USIA REMAJA
Dosen Pembimbing : Siswati S.Kep.,Ns.,M.Kep
Siswati S.Kep.,Ns.,M.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN ANAK REMAJA
A. KONSEP KELUARGA
1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang di hubungkan oleh
perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada di dalamnya
terlihat dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai
tujuan bersama (friedman, 1998).
keluarga sebagai perkumpulan dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dan di dalam peranannya masing- masing dan menciptakan
serta mempertahankan suatu kebudayaan. (Effendy, 1998)
“Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
rumah tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi.
Mereka saling berinteraksi satu dengan lainnya, mempunyai peran masing-
masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan
Maglaya, 1978) , dikutip dari Setyowati, 2008)
Dari pengertian keluarga diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain
serta memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas
utama keluarga
adalah memelihara kebutuhan psikososial anggota-anggotanya dan
kesejahteraan hidupnya secara umum.
2. Tipe Keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Agar dapat mengupayakan peran serta
keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan maka perawat perlu
mengetahui berbagai tipe keluarga. Menurut Friedman (1998) Tipe keluarga
ada 2 yaitu :
a. Tipe keluarga tradisional
a) Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau
angkat)
b) Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan
keluarga lain yang mempunyai hubungan darah,
misalnya : kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.
c) Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
d) “Single Parent”, yaitu suatu rumah tangga yang
terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu) dengan anak
(kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan
oleh perceraian atau kematian.
e) “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang
hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang
yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk
bekerja atau kuliah).
b. Tipe keluarga non tradisional
a) The unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu)
dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b) The stepparent family
Keluarga dengan orang
tua tiri
c) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang
tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam
satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anaak
bersama.
d) The non marital heterosexual cohibitang family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti
pasangan tanpa melalui pernikahan.
e) Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup
bersama sebagaimana suami-istri (marital partners).
f) Cohibitng couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
Fungsi Keluarga
A. Fungsi Sosialisasi
1. Sosialisasi adalah proses perkembangan dan
perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai
sejak manusia lahir.Keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi.Keberhasilan
perembangan individu dan keluarga dicapai melalui
interaksi atau hubungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi.Anggota
keluarga belajar disiplin, belajar norma-norma,
budaya, dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi keluarga.
B. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan
dan menambah sumber daya manusia.Maka dengan ikatan
suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk
membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
C. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk
memenuhi kebutuhan seluruh anggoat keluarga seperti
memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat
tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan
penghasilan tidak seimbang antara suami dan istri hal ini
menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
Berdasarkan tahapan perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua
akhir menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja
awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Adapun kriteria usia masa
remaja awal pada perempuan yaitu 13-15 tahun dan pada laki-laki yaitu 15-17 tahun.
Kriteria usia masa remaja pertengahan pada perempuan yaitu 15-18 tahun dan pada
laki-laki yaitu 17-19 tahun. Sedangkan kriteria masa remaja akhir pada perempuan yaitu
18-21 tahun dan pada laki-laki 19-21 tahun (Thalib, 2010).
Menurut Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012), masa remaja adalah masa transisi
perkembangan antara masa kanak-kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada
usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan
tahun.
Jahja (2012) menambahkan, karena laki-laki lebih lambat matang daripada anak
perempuan, maka laki-laki mengalami periode awal masa remaja yang lebih singkat,
meskipun pada usia 18 tahun ia telah dianggap dewasa, seperti halnya anak perempuan.
Akibatnya, seringkali laki-laki tampak kurang untuk usianya dibandingkan dengan
perempuan. Namun adanya status yang lebih matang, sangat berbeda dengan perilaku
remaja yang lebih muda.
Menurut Mappiare masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang
usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan
17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun
adalah remaja akhir (Ali & Asrori, 2006).
Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa
apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti pada ketentuan
sebelumnya. Pada usia ini, umumnya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah
(Hurlock dalam Ali & Asrori, 2006).
Masa remaja dimulai pada usia 11 atau 12 sampai masa remaja akhir atau awal
usia dua puluhan, dan masa tersebut membawa perubahan besar saling bertautan dalam
semua ranah perkembangan (Papalia, dkk., 2008).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 tahun. Menurut Depkes
RI adalah antara 10 samapi 19 tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10
sampai 19 tahun (Widyastuti dkk., 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa usia remaja pada perempuan
relatif lebih muda dibandingkan dengan usia remaja pada laki-laki. Hal ini menjadikan
perempuan memiliki masa remaja yang lebih panjang dibandingkan dengan laki-laki.
Setelah berhasil melampaui ujian-ujian yang merupakan bagian penting dari semua
upacara pubertas, anak laki-laki dan anak perempuan memperoleh hak dan
keistimewaan sebagai orang dewasa dan diharap memikul tanggung jawab yang
mengiringi status orang dewasa.
Dalam masa remaja, penampilan anak berubah, sebagai hasil peristiwa pubertas
yang hormonal, mereka mengambil bentuk tubuh orang dewasa. Pikiran mereka juga
berubah; mereka lebih dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis. Perasaan mereka
berubah terhadap hampir segala hal. Semua bidang cakupan perkembangan sebagai
seorang remaja menghadapi tugas utama mereka: membangun identitas –termasuk
identitas seksual- yang akan terus mereka bawa sampai masa dewasa (Papalia, Old, &
Feldman; 2008).
Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari
masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk tumbuh – bukan hanya dalam dimensi
fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008).
7. Perkembangan Emosi Masa Remaja
Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa,
status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali &
Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk
serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga
belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-
kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami
perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.
Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang
pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi
remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah
laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional,
misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti
diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.
Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi
perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:
Para sosiolog, psikiater, dan kriminolog setuju bahwa penyebab kenakalan remaja
bukan bersifat tunggal. Biasanya, hal ini terjadi ketika anak tersebut terpapar pengaruh
buruk dari berbagai faktor dan dalam jangka waktu lama tanpa pernah ada intervensi baik
di tengah kehidupannya.Meski demikian, peneliti mengelompokkan penyebab kenakalan
remaja dalam empat kategori, yaitu:
1. Keluarga
Keluarga adalah institusi dasar yang mengajarkan nilai dan norma yang akan
dibawanya ke masyarakat atau kelompok yang lebih besar. Keluarga bisa menjadi
penyebab kenakalan remaja ketika melakukan pola asuh yang salah (misalnya sering
membedakan atau membanding-bandingkan anak), kurangnya perhatian atau kontrol
orangtua, maupun kurangnya kasih sayang orangtua terhadap anak.Anak memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mengalami kenakalan remaja ketika orangtuanya
memperlihatkan gestur tidak menginginkan kehadirannya. Selain itu, anak yang broken
home juga lebih rentan berada pada situasi ini.
2. Lingkungan
Penyebab kenakalan remaja yang tak kalah krusial adalah faktor lingkungan,
terutama menyangkut pergaulan anak.Beberapa faktor lingkungan yang berkontribusi
menciptakan kenakalan remaja adalah bergaul dengan kelompok kriminal (misalnya
geng motor), pecandu alkohol dan narkoba, melakukan hal yang berhubungan dengan
dunia kriminal (misalnya mencuri), suka melakukan hal yang antisosial dan berbau
kekerasan.
3. Sekolah
Sekolah adalah tempat anak belajar mengembangkan diri dan mematuhi
peraturan yang berlaku. Penyebab kenakalan remaja dalam hal ini adalah kegagalan
sekolah dalam mengembangkan karakter anak karena ketidakcocokan kurikulum
maupun ketersediaan ekstrakurikuler yang berlaku di lembaga pendidikan tersebut.
4. Faktor internal
Menurut penelitian, perubahan biologis dan sosiologis pada remaja
memungkinkan terjadinya dua bentuk, yaitu terbentuknya perasaan akan konsistensi
dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja umumnya
terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.Kontrol diri yang lemah
juga membuat remaja tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat
diterima dan yang tidak bisa diterima. Begitupun bagi remaja yang telah mengetahui
perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak dapat mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
5. Faktor lainnya
Penyebab kenakalan remaja bisa datang dari mana saja di luar ketiga faktor
utama di atas. Yang dimaksud dengan faktor lainnya di sini, misalnya ketidakpuasan
atas penegakan hukum, pengaruh media massa, dan hingga faktor politis.Kenakalan
remaja juga bisa dipicu oleh banyak hal, seperti faktor ekonomi, sosial, kultural, dan
pengaruh kelompok pergaulannya.Bagi negara seperti Indonesia, kurangnya
pemahaman agama juga disebut sebagai salah penyebab kenakalan remaja. Dengan
mengenal agama, anak diharapkan memiliki pegangan moral yang lebih kuat sehingga
bisa membedakan baik dan buruk secara mandiri.
C. BATUK KRONIS
1. DEFINISI
Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran
nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan yang primitif untuk membuang
sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran
pernafasan.
Refleks batuk ini terjadi akibat teransangnya reseotor batuk yang terdapat
disaluran nafas ataupun diluar saluran nafas, oleh rangsangan yang bersifat kimiawi
maupun mekanis. Reseptor batuk yang merupakan ujung nivagus terdapat diantara
sel-sel epitel berambut getar dari faring sampai bronkialus, hidung, sinus, paranasalis,
saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung, pericard dan diafragma.
2. ETIOLOGI
Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan merupakan
gejala pada berbagai penyakit baik respiratorik maupun non respiratorik. Berbagai
etiologi/klasifikasi dikemukakan oleh para penulis yang sekaligus merupakan diagnosa
banding dari BKB, antara lain :
1. Bronkitis *infeksi - virus
- bakteri
*alergi - asma
*kimiawi - aspirasi susu, isi lambung
- inhalasi asap rokok
*berhubungan dengan infeksi kronik saluran nafas atas
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Foto thorak
b. Tes dahak
5. PENATALAKSANAAN
A.Pengkajian
a. Data umum
a) Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan dan
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas nama atau inisial,
jenis elamin, tanggal lahir atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status
imunisasi dari masing-masing anggota keluarga, dan genongram (genogram
keluarga dalam tiga generasi)
T
b) ipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah yang
terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c) Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
d) Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
memengaruhi kesehatan.
e) Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala keluarga
maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.
f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak hanya dilihat
kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung tempat rekreasi, namun
menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakn aktivitas rekreasi.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua dari keluarga
inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan bagaimana
tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi:
riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing, anggota, dan
sumber
pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian, dan keluarga yang hilang.
d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua (seperti apa
kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari
kedua orang tua.
c. Pengkajian
lingkungan
a) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar mandi, dapur,
kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan privasi dan perasaan secara
keseluruhan dengan pengaturan atau penataan rumah mereka
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat tinggal,
keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan rumah, fasilitas-fasilitas
ekonomi dan transportasi.
c) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering mempunyai
kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota keluarga
dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga, menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga
b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan
dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku
c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
formal/informal
d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan norma yang
dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana anggota
keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam mengenal masalah
kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga merencanakan jumlah
anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan.
f. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
1) Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < ± 6 bulan
2) Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > ± 6 bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh mana
keluarga berespon terhadap situasi
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang digunakan
keluarga bila menghadapi permaslahan
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.
SKORING MASALAH
Potensial 2
Resiko 1
2. Kemungkinan Mudah 2 2
Masalah Dapat
Sebagian 1
Diubah
Tidak Dapat 0
3. Potensial Tinggi 3 1
Masalah Dapat Cukup 2
Dicegah
Rendah 1
Ada Masalah, 1
Tidak Perlu
Segera Ditangani
Tidak Dirasakan 0
Angka Tertinggi
C. PERENCANAAN/INTERVENSI
A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Tn.E Bahasa sehari-hari Bhs jawa
Alamat Rumah & Telp Ds. Bandar Lor Yankesterdekat, Jarak Puskesmas
Agama & Suku Islam & jawa Status KelasSosial Menengah atas
AnalisisMasalahKesehatanINDIVIDU :
C. STRUKTUR KELUARGA
Keterangan
: laki-laki meninggal
: wanita meninggal
: laki-laki
: perempuan
D. FUNGSI KELUARGA √
Fungsi Afektif : Berfungsi Tdk Berfungsi
Fungsi Sosial : √ Berfungsi Tdk Berfungsi
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk
tindakan upaya peningkatan kesehatan),
Ya, keluarga selalu menganjurkan sang anak untuk rutin minum obat dan melarang keluar rumah terlalu sering dan melarang untuk
merokok elektrik. ...................................................................................
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami yang dialami anggota keluarganya
: Ya............................................................................
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya, keluarga berusaha
melakukan yang terbaik dan memberikan perawatan secara maksimal untuk kesmebuhan sang anak.
.................................................................................................................................
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota
keluarganya: Ya , keluarga selalu mencegah penyakit datang dengan
mengkonsumsi vitamin, minum wedang jahe setiap hari, dan membatasi diri
keluar rumah.
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang
mengalami masalah kesehatan :
Ya, ibu sang anak selalu membersihkan lingkungan rumah, memasang difuser aroma terapi untuk meringankan sakit
tenggorokan......................................................................................... ................. .......................
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
21
ANALISA DATA
DO :
Total score : 5
Dilakukan di setiap diagnose keperawatan
(Skore/angka tertinggi)xbobot =3 2/3
SKORING
MASALAH KEPERAWATAN KELUARGA: kesiapan proses keluarga
Resiko 2
Potensial 1
KEMUNGKINAN MASALAH 1/2x2=1 Ny. N selalu mengajak anak
berkomunikasi dalam hal
DAPAT DIUBAH peningkatan kesehatan yang
Mudah 2 dialami An. W
2
Sebagian 1
Tidak dapat 0
POTENSIAL MASALAH YANG 3/3x1=1 Potensial masalah untuk bisa
diubah yaitu tinggi apabila sang
DAPAT DICEGAH anak patuh.
Tinggi 3 1
Cukup 2
Rendah 1
MENONJOLNYA MASALAH 2/2x1=1 Ny. N ingin sang anak patuh
terhadap segala prosedur yang
Segera 2 1 telah ditetapkan, dan Ny. N telah
Tak perlu 1 melakukan segala cara untuk
kesembuhan anak.
Tak dirasakan 0
total score : 4
prioritas masalah keperawatan :
1. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif b/d ketidakadekuatan pemahaman (kurangnya
motivasi)
2. kesiapan peningkatan proses keluarga b/d kondisi kesehatan
RENCANA /INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
TGL/ EVALUASI/
N Dx.KEP IMPLEMENTASI TTD
O JAM RESPON KLIEN
Pemeliharaan 20-01-21 1. identifikasi faktor apa S :
kesehatan saja yang - klien
mempengaruhi mengatakan
tidak efektif perilaku klien
b/d 2. identifikasi kesiapan akan memulai
keluarga dalam proses sedikit demi
ketidaadekuat
perawatan sedikit untuk
an meninggalkan
3. memberikan
pemahaman pemahaman kepada perilaku
(kurangnya klien untuk buruknya.
motivasi). meningkatkan - Klien
kesehatannya.
4. Jelaskan dampak mengatakan
negatif dari perilaku akan patuh
yang dilakukan. kepada orang
5. Tampung segala tuanya.
keluhan klien
6. Diskusikan bersama O:
keluarga tentang cara - klien tampak
komunikasi dengan
anak remaja rutin minum
7. Jelaskan faktor resiko obat dan
yang dapat vitamin.
mempengaruhi - Klien tampak
perilaku jarang keluar
8. Ajarkan perilaku rumah.
hidup bersih dan sehat A : pemeliharaan
9. Anjurkan keluarga
untuk bicara dari hati kesehatan tidak
ke hati dengan sang efektif teratasi
anak sebagian
10. Anjurkan keluarga P : intervensi
untuk mendegar dilanjutkan
segala keluhan sang
anak.
28