Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


DENGAN HIPERTENSI

Pembimbing : Nafolion Nur Rahmat, S.Kep.Ns.,M.Kes

Oleh :
PUJI AFFAN DWI MIRIYANTO
(NIM. 14901.09.22059)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2023
KONSEP DASAR KELUARGA
A.   Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah
satu atap dalam keadaaan saling ketergantungan ( Depkes RI, 1998 ).
Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan
social diri tiap anggota keluarga (Duval dan logan,1986 dalam Setiadi,2008).
Keluarga adalah dua atau tiga individu yang tergabung karena
hubungandarah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam peranannya
masing-masing, menciptakan serta mempertahankan kebudayaan (Bailon dan
( Maglaya, 1989 dalam Setiadi,2008).

B.     Tipe Keluarga


Dalam (Sri Setyowati, 2007) tipe keluarga dibagi menjadi dua macam yaitu :
a.       Tipe Keluarga Tradisional
1.      Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anak.
2.      Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara
sepupu,paman, bibi dan sebagainya.
3.      Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan
istri tanpa anak.
4.      “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang
tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini
dapatdisebabkan oleh perceraian atau kematian.
5.      “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang
dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost
untuk bekerja atau kuliah).
b.      Tipe Keluarga Non Tradisional
1.      The Unmarriedteenege mather, adalah keluarga yang terdiri dari orang
tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
2.      The Stepparent Family adalah keluarga dengan orang tua tiri.
3.      Commune Family adalah beberapa pasangan keluarga (dengan
anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu
rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan
anak bersama.
4.      The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family adalah keluarga
yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan.
5.      Gay And Lesbian Family adalah seseorang yang mempunyai
persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri (marital
partners).
6.      Cohibiting Couple adalah orang dewasa yang hidup bersama diluar
ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7.      Group-Marriage Family adalah beberapa orang dewasa menggunakan
alat-alat rumah tangga bersama yang saling merasa sudah menikah,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8.      Group Network Family adalah keluarga inti yang dibatasi aturan atau
nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
9.      Foster Family adalah keluarga menerima anak yang tidak ada
hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat
orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluargayang aslinya.
10.  Homeless Family adalah keluarga yang terbentuk dan tidak
mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis personal yang
dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan
mental.
11.  Gang adalah sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam
kehidupannya.

C.    Struktur Keluarga


Dalam (Setiadi,2008), struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam,
diantarannya adalah :
1. Patrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah.
2. Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun melalui
jalur garis ibu.
3. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah istri.
4. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tingga bersama keluarga
sedarah suami.
5. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembina
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.

D.    Fungsi keluarga


Dalam (Setiadi,2008) fungsi keluarga adalah beberapa fungsi yang dapat
dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1.      Untuk meneruskan keturunan.
2.      Memelihara dan membesarkan anak.
3.      Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4.      Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1.      Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2.      Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3.      Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4.      Memberikan identitas keluarga.
c. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosial pada anak.
2. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3. Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi.
5. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhankeluarga.
6. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
7. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masayang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari
tua dan sebagainya.
d. Fungsi pendidikan
1. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan
dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang
dimiliki.
2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang
dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

E.     Peran Keluarga


Dalam (Setiadi, 2008), peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam
posisi dan situasi tertentu. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga
adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dan istri dan anak-anak, berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta
sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik
anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan
sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping
itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarga.
c. Peranan anak : anak- anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai
dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spriritual.

F.     Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi,2008), membagi keluarga dalam 8
tahap perkembangan, yaitu:
a. Keluarga Baru (Berganning Family) Pasangan baru menikah yang belum
mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain
adalah :
1.      Membina hubungan intim yang memuaskan.
2.      Menetapkan tujuan bersama.
3.      Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok
social.
4.      Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5.      Persiapan menjadi orang tua.
6.      Memahami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan
menjadi orang tua).

b. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing). Masa ini
merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 %
tidak bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1.      Suami merasa diabaikan.
2.      Peningkatan perselisihan dan argument.
3.      Interupsi dalam jadwal kontinu.
4.      Kehidupan seksual dan social terganggu dan menurun.
Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan
kegiatan).
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua
terhadap bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menata ruang untuk anak.
7. Biaya / dana Child Bearing.
8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.

c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah


Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak
pra sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kontak
sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2. Membantu anak bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah,
sekolah dan lingkungan lebih luas.
2. Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3. Menyediakan aktivitas untuk anak.
4. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan
anak. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada say ini adalah :
1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah
seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi).
2. Memelihara komunikasi terbuka (cegah gep komunikasi).
3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).


Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri
dan menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber
yang ada dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman.
3. Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anaknya.
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi
anak- anaknya.
g. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah
minat social dan waktu santai.
2. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3. Keakrapan dengan pasangan.
4. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5. Persiapan masa tua/ pension.

h. Keluarga Lanjut Usia.


Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan
kematian.
3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
4. Melakukan life review masa lalu.
I. DEFINISI
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal.
Seseoarang dianggap mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya lebih
tinggi dari 140/90 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastol. (Elisabet Corwin,
hal 356).
Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm
Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Rogen, 1996).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140
mmHG dan tekanan darah diastolic lebih dari 90 mmHG (Luckman
Sorensen,1996).
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolic 90 mmHg
ataulebih.(BarbaraHearrison1997)
Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah yang abnormal dengan tekanan sistolik lebih
tinggi dari 140 mmHg menetap atau telkanan diastolik lebih tinggi dari 90
mmHg. Diagnosa dipastikan dengan mengukur rata-rata dua atau lebih
pengukuran tekanan darah pada dua waktu yang terpisah. Patologi utama
pada hipertensi adalah peningkatan tahanan vaskuler perifer pada tingkat
arteriol.

II. ETIOLOGI
1. Esensial (primer/idiopatik) etiologi tak diketahui, dapat dipercepat atau
maligna, namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika,
lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin
angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress Sekunder
atau hipertensi renal disebabkan oleh proses penyakit dasar. Dapat
diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vakuler renal.
2. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll. Pada
umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi
terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau peningkatan
tekanan perifer.
Namun ada beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau
transport Na.
b Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat.
c Stress Lingkungan
d Hilangnya Elastisitas jaringan and arterisklerosis pada orang tua
serta pelabaran pembuluh darah.
Faktor-faktor yang mempertinggi resiko terjadinya hipertensi antara lain:
a Keturunan
b Usia
c Berat badan
d Perokok Pola makan
e dan gaya hidup Aktivitaas olah raga

III. GAMBARAN KLINIS


1 Sakit kepala : pada occipital,, seringkali timbul pada pagi hari.
2 Vertigo dan muka merah.
3 Epistaksis sppontan.
4 Kelelahan
5 Mual dan muntah
6 Sesak nafas
7 Gelisah
8 Penglihatan kabur atau scotomas dengan perubahan retina.
9 Kekerapan nocturnal akibat peningkatan tekanan dan bukan oleh
gangguan ginjal.
IV. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini 
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganlia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinephrin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah. Berbagai factor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokontriksi.

Individu dengan hipertensi sangat meskipun tidak diketahui dengan jelas


mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada saat  bersamaan dimana system saraf
simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.
Medulla adrenal mensekresi epinephrine, yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian di ubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan rtensi Natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vascular. Semua factor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology, perubahan sruktural dan fungsional pada
sistem pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (Volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Brunner & Suddarth, 2002).

V. PENATALAKSANAAN
1. Terapi tanpa Obat Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Penurunan konsumsi garam dari 10 gr/hari menjadi 5 gr/hari
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol

2. Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah.

a. Olahraga yang dianjurkan seperti lari, jogging, bersepeda, berenang,


dan lain-lain.
b. Lamanya latihan berkisar antara 20-25 menit berada dalam zona
latihan.
c. Intensitas olahraga yang baik antara 60-80% dari kapasitas aerobic
atau 72-80% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
d. Frekuensi latihan sebaiknya 3 kali/minggu dan lebih baik lagi 5
kali/minggu.

3. Pendidikan kesehatan (penyuluhan)

Tujuan pendidikan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien


tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplkasi lebih lanjut.

4. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan


darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat
hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pilihan obat untuk
penderita hipertensi adalah sebagai berikut :

a. Hipertensi tanpa komplikasi : diuretic, beta blocker.

b. Hipertensi dengan indikasi penyakit tertentu : inhibitor ACE,


penghambat reseptor angiotensin II, alfa  blocker, alfa-beta-blocker,
beta blocker, antagonis Ca dan diuretic

c. Indikasi yang sesuai Diabetes Mellitus tipe I dengan proteinuria


diberikan inhibitor ACE.

d. Pada penderita dengan gagal jantung diberikan inhibitor ACE dan


diuretic.

e. Hipertensi sistolik terisolasi : diuretic, antagonis Ca dihidropiridin


kerja sama.

f. Penderita dengan infark miokard : beta blocker (non ISA), inhibitor


ACE (dengan disfungsi sistolik).

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1 CT Scan
2 Foto dada
3 Pemeriksaan tiroid
4 Kalsium serum
5 BUN/kreatinin
6 Hemoglobin
7 EKG
8 Glukosa darah

VII. MASALAH KEPERAWATAN


1 Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan serebral
2 Ketidak mampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit
ASKEP SECARA TEORI

a Pengkajian

Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh


perawat untuk mengukur keadaan klien (keluarga) dengan
menangani norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang
merupakan system terintegrasi dan kesanggupan keluarga untuk
mengatasinya. (Effendy, 1998).
Pengumpulan data dalam pengkajian dilakukan dengan wawancara,
observasi, dan pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.
Pengkajian asuhan keperawatan keluarga menurut teori/model
Family Centre Nursing Friedman (1988), meliputi 7 komponen
pengkajian yaitu :
1.      Data Umum
a)      Identitas kepala keluarga
b)      Komposisi anggota keluarga
c)      Genogram
d)     Tipe keluarga
e)      Suku bangsa
f)       Agama
g)      Status sosial ekonomi keluarga
2 Aktifitas rekreasi keluarga
a)      Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
b)      Tahap perkembangan keluarga saat ini
c)      Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
d)     Riwayat keluarga inti
e)      Riwayat keluarga sebelumnya
3 Lingkungan
a)      Karakteristik rumah
b)      Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal
c)      Mobilitas geografis keluarga
d)     Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e)      System pendukung keluarga
4 Struktur keluarga
a)      Pola komunikasi keluarga
b)      Struktur kekuatan keluarga
c)      Struktur peran (formal dan informal)
d)     Nilai dan norma keluarga
5 Fungsi keluarga
a)      Fungsi afektif
b)      Fungsi sosialisasi
c)      Fungsi perawatan kesehatan
6 Stress dan koping keluarga
a)      Stressor jangka panjang dan stressor jangka pendek serta
kekuatan keluarga.
b)      Respon keluarga terhadap stress
c)      Strategi koping yang digunakan
d)     Strategi adaptasi yang disfungsional
7 Pemeriksaan fisik
a)      Tanggal pemeriksaan fisik dilakukan
b)      Pemeriksaan kesehatan dilakukan pada seluruh anggota
keluarga
c)      Kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik
8 Harapan keluarga
a)      Terhadap masalah kesehatan keluarga
b)      Terhadap petugas kesehatan yang ada

b Diagnosa Keperawatan
1 Resiko tinggi terhadap ketidak patuhan berhubungan dengan
efek samping negative dari terapi dan kurang percaya terhadap
perawatan yang dibutuhkan tanpa adanya gejala
2 Ketidak mampuan keluarga merawat anggotanya yang sakit b.d
Resiko terjadinya komplikasi akibat hypertensi
c Rencana Keperawatan

No
Tujuan Kriteria Standar Intervensi
Dx

1 Setelah Respon verbal Pasien percaya - Jelaskan kepada


dilakukan bahwa pasien bahwa
pengobatan kenaikan
tindakan penting untuk tekanan darah
keperawatan hipertensi secara tipikal
selama 3x45
tidak
menit
menunjukan
diharapkan
gejala
resiko tinggi
- Tekanan pada
terhadap
pasien
ketidak
kemungkinan
patuhan tidak
ancaman hidup
terjadi
jika tekanan
darah tidak
terkontrol
- Ikut sertakan
keluarga dalam
pemberian
informasi yang
mengarah pada
rencana
keperawatan
- Jelaskan
kemungkinan
efek samping
obat hipertensi
2 Respon verbal Keluarga dapat - Berikan
Setelah mendemonstrasi penjelasan pada
dilakukan kan cara keluarga tentang
tindakan mengurangi dan cara
keperawatan mencegah mengurangi/men
selama 3x45 terjadinya nyeri cegah terjadinya
menit dengan benar nyeri
diharapkan dengan teknik - Demonstrasikan
perubahan relaksasi, pada keluarga
perfusi kompres dingin tentang cara
jaringan pada kepala mengurangi
serebral tidak bagian belakang nyeri
terjadi dan - Berikan
menghindari penjelasan pada
perubahan keluarga tentang
posisi secara diet yang sesuai
mendadak dan dengan penderita
pengobatan hypertensi yaitu
secara teratur diet rendah
garam, re dan
kolesterol
- Anjurkan pada
keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai
dengan diet
hypertensi
- Anjurkan pada
keluarga
memeriksan ny
M secara teratur
DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakata: EGC.

Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Edisi 3.


Jakarta: EGC

Setiawati, Santun dkk. (2005). Tuntunan Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga.


Bandung:Rizqi press

Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung


dan Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.

Gleadle, J. (2005). Anamesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta: Erlangga.

Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.

Ruhyanudin, F. (2007). Asuhan keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: UPT Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Sudoyo, A. W; Bambang, S & Idrus, A, et al. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam.Edisi Keempat Jilid 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai