Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

M (58 TAHUN) ANGGOTA


KELUARGA TN. M DENGAN MASALAH KESEHATAN ARTHRITIS REMATOID

Disusun oleh :

Desi Choiriyani
NIM. 132013143059

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2021
KONSEP KELUARGA

1.1 Definisi

Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan besar terhadap
perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Secara tradisional,
keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah,
perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Sebagai unit terkecil
dalam masyarakat, keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga
sebagai tokoh penting yang mengemudikan perjalanan hidup keluarga disamping beberapa
anggota keluarga lainnya. (Asy’ari, 2017).

1.2 Karakteristik Keluarga


1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah perkawinan atau adopsi
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan
satu sama lain
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial
seperti peran suami, istri, anak, kakak dan adik. Mempunyai tujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya serta meningkatkan perkembangan fisik psikologis dan sosial
anggota keluarga yang lain.
1.3 Jenis keluarga

Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :

1. Tipe Keluarga Tradisional


a. Keluarga Inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak.
b. Keluarga Besar (Exstended Family), adalah keluarga inti di tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri tanpa anak.
d. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua (ayah/ibu)
dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiriseorang dewasa (misalnya
seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah)
2. Tipe Keluarga Non Tradisional
a. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa
nikah
b. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup
bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama :
sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui pernikahan.
5. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana suami – istri
(marital partners).
6. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
7. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang saling merasa
sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan anaknya.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama
lainnya dan saling menggunakan barang – barang rumah tangga bersama, pelayanan dan
tanggung jawab membesarkan anaknya.
9. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu
sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent karena krisis
personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari ikatan
emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
criminal dalam kehidupannya.
1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Menurut Friedman (2010) Perkembangan keluarga terbagi menjadi beberapa tahap dan
perkembangan diantaranya yaitu:

1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (berginning family)


Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami dan istri yang
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Menetapkan tujuan bersama.
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
d. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
e. Persiapan menjadi orang tua.
f. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua).
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing family)

Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan (2,5 tahun). Tugas
perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :
a. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap bayi dengan
memberi sentuhan dan kehangatan).
d. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
e. Konseling KB post partum 6 minggu.
f. Menata ruang untuk anak.
g. Biaya/dana Child Bearing.
h. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
i. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool)
Dimulai saat kelahiran anak berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
b. Membantu anak bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
e. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
f. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with schoolchildren)
Dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan
lebih luas.
b. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
c. Menyediakan aktivitas untuk anak.
d. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak
e. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers)
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia
19-20 tahun, pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah:
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai
memiliki otonomi).
b. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua, hindari perdebatan,
kecurigaan dan permusuhan.
c. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga untuk
memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching centerfamilies)
Tahap keluarga dengan anak dewasa yaitu dimulai pada saat anak pertama meninggalkan
rumah. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman.
c. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anak.
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
f. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak – anaknya
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah:
a. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu
santai.
b. Memulihkan hubungan antara generasi muda tua.
c. Keakraban dengan pasangan.
d. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
e. Persiapan masa tua/pensiun.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut.
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut salah satu pasangan meninggal, sampai keduanya meninggal. Tugas perkembangan
keluarga pada saat ini adalah:
a. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
b. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
c. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d. Melakukan life review masa lalu.
1.5 Fungsi keluarga
Friedman, (2010) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
1. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif. Komponen yang perlu dipenuhi
oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :
a) Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar
anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain akan
meningkatkan kemampuannya untuk memberikan kasih sayang yang pada akhirnya akan
tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
b) Saling menghargai. Anggota keluarga yang saling menghargai dan mengakui keberadaan
dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka
fungsi afektif akan tercapai.
c) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup
baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui proses identifikasi dan
penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota keluarga..
2. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial. Sosialisasi
dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar
bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang
yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi.
Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan
antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi.
3. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri,
hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari
tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan.
1.6 Tugas kesehatan keluarga
Menurut Friedman (1981) terdapat lima tugas kesehatan keluarga, diantaranya:
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Orangtua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota
keluarga (Suprajitno, 2004 dalam Trisfariani 2007). Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,
maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan
apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya (Setiadi, 2006).
2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan
dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan dapat meminta
bantuan kepada orang di lingkungan sekitar keluarga (Setiadi, 2006).
3. Memberikan perawatan anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya
sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda
Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan
tindakan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi
(Setiadi, 2006).
4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
Keluarga memainkan peran yang bersifat mendukung anggota keluarga yang sakit. Dengan
kata lain perlu adanya sesuatu kecocokan yang baik antara kebutuhan keluarga dan asupan
sumber lingkungan bagi pemeliharaan kesehatan anggota keluarga (Friedman, 1998).
5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)
Hubungan yang sifatnya positif akan memberi pengaruh yang baik pada keluarga mengenai
fasilitas kesehatan. Diharapkan dengan hubungan yang positif terhadap pelayanan kesehatan
akan merubah setiap perilaku anggota keluarga mengenai sehat sakit (Friedman, 1998).
KONSEP PENYAKIT
2.1 Definisi
Artritis Rematoid adalah suatu penyakit peradangan kronis sistemik yang menyerang
berbagai jaringan, tetapi pada dasarnya menyerang sendi untuk menghasilkan suatu sinovitis
proliferatif nonsupuratif yang sering kali berkembang menjadi kehancuran tulang rawan
sendi dan tulang dibawahnya dan menimbulkan kecacatan akibat arthritis ( Robbins, 2007).
Artritis Rheumatoid adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri, dan
kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adellia, 2011). Rheumatoid
Arthritis (RA) adalah penyakit autoimun progresif dengan inflamasi kronik yang menyerang
sistem muskuloskeletal namun dapat melibatkan organ dan sistem tubuh secara keseluruhan,
yang ditandai dengan pembengkakan, nyeri sendi serta destruksi jaringan sinovial yang
disertai gangguan pergerakan diikuti dengan kematian prematur (Mclnnes,2011).
2.2 Etiologi
Etiologi RA belum diketahui dengan pasti. Namun, kejadiannya dikorelasikan dengan
interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan (Suarjana, 2009).
1. Faktor genetik
Faktor genetik berperan 50% hingga 60% dalam perkembangan RA. Gen yang berkaitan
kuat adalah HLA-DRB1. Selain itu juga ada gen tirosin fosfatase PTPN 22 di kromosom
1. Selain itu ada kaitannya juga antara riwayat dalam keluarga dengan kejadian RA pada
keturunan selanjutnya.
2. Usia
RA biasanya timbul antara usia 40 tahun sampai 60 tahun. Prevalensi dan beratnya RA
semakin meningkat dengan bertambahnya usia.
3. Jenis kelamin
RA jauh lebih sering pada perempuan dibanding laki-laki dengan rasio 3:1. Meskipun
mekanisme yang terkait jenis kelamin masih belum jelas. Perbedaan pada hormon seks
kemungkinan memiliki pengaruh.
4. Gaya hidup
a) Status sosial ekonomi
Penelitian di Swedia yang menyatakan terdapat kaitan antara tingkat pendidikan dan
perbedaan paparan saat bekerja dengan risiko RA.
b) Merokok
Sejumlah studi cohort dan case-control menunjukkan bahwa rokok tembakau
berhubungan dengan peningkatan risiko RA. Merokok berhubungan dengan produksi
dari rheumatoid factor(RF) yang akan berkembang setelah 10 hingga 20 tahun.
Merokok juga berhubungan dengan gen ACPA-positif RA dimana perokok menjadi
10 hingga 40 kali lebih tinggi dibandingkan bukan perokok
c) Diet
Penelitian tersebut menyebutkan daging merah dapat meningkatkan risiko RA
sedangkan buah-buahan dan minyak ikan memproteksi kejadian RA.
d) Infeksi
Banyaknya penelitian mengaitkan adanya infeksi Epstein Barr virus (EBV) karena
virus tersebut sering ditemukan dalam jaringan synovial pada pasien RA. Selain itu
juga adanya parvovirus B19, Mycoplasma pneumoniae, Proteus, Bartonella, dan
Chlamydia juga memingkatkan risiko RA.
e) Pekerjaan
Jenis pekerjaan yang meningkatkan risiko RA adalah petani, pertambangan, dan yang
terpapar dengan banyak zat kimia namun risiko pekerjaan tertinggi terdapat pada
orang yang bekerja dengan paparan silica.
5. Faktor hormonal
Hanya faktor reproduksi yang meningkatkan risiko RA yaitu pada perempuan dengan
sindrom polikistik ovari, siklus menstruasi ireguler, dan menarche usia sangat muda.
6. Bentuk tubuh
Risiko RA meningkat pada obesitas atau yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih
dari 30.
2.3 Manifestasi Klinis (Gejala)
Tanda dan gejala biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau bulan.
Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Tanda dan gejala tersebut
dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi (Putra dkk,2013).
1. Keluhan umum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun, peningkatan
panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan tangan, lutut dan
kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena seperti sendi siku, bahu sterno-
klavikula, panggul, pergelangan kaki. Kelainan tulang belakang terbatas pada leher.
Keluhan sering berupa kaku sendi di pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun 40% pada
autopsi RA didapatkan kelainan perikard
c. Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan kelainan pleura
(efusi pleura, nodul subpleura)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering terjadi berupa
keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan gejala foot or wrist drop
e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa kekeringan mata,
skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans
f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali, limpadenopati,
anemia, trombositopeni, dan neutropeni
2.4 Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
a. Penanda inflamasi : Laju Endap Darah (LED) dan C-Reactive Protein (CRP)
meningkat
b. Rheumatoid Factor (RF) : 80% pasien memiliki RF positif namun RF negatif tidak
menyingkirkan diagnosis
c. Anti Cyclic Citrullinated Peptide (anti CCP) : Biasanya digunakan dalam diagnosis
dini dan penanganan RA dengan spesifisitas 95-98% dan sensitivitas 70% namun
hubungan antara anti CCP terhadap beratnya penyakit tidak konsisten
d. Radiologis Dapat terlihat berupa pembengkakan jaringan lunak, penyempitan ruang
sendi, demineralisasi “juxta articular”, osteoporosis, erosi tulang, atau subluksasi
sendi.
2.5 Penatalaksanaan
1. OAINS (obat anti inflamasi non steroid) diberikan sejak dini untuk mengatasi nyeri
akibat inflamasi. OAINS yang dapat diberikan: Aspirin mulai dosis 3-4 x/hari. Ibuprofen,
nafroxen, poriksikam, diklofenak dan sebagainya.
2. DMARD (Disease Modifying Anti-Rheumatic Drugs) gunanya untuk melindungi rawan
sendi dan tulang dari proses destruksi akibat arthritis rheumatoid, jenis-jenis yang
digunakan adalah:
a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari
b. Sulfasalazin dalam dosis 1x500 mg/hari
c. D-oenisilamin dosisnya 250-300 mg/hari
d. Kortikosteroid: dosis rendah prednisone 5-7,5 mg (dosis tunggal pagi hari) sangan
bermanfaat sebagai bridging terapi dalam mengatasi rheumatoid arthritis
3. Sendi yang meradang diistirahatkan selama eksaserbasi.
4. Kompres panas pada sendi-sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi
nyeri.
5. Latihan Fisik dan Fisioterapi, latihan spesifik dapat bermanfaat dalam memperthankan
fungsi sendi. Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari.
6. Istirahat , Merupakan hal penting karena rematik biasanya disertai rasa lelah yang hebat .
Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari , tetapi ada masa dimana
penderita merasa lebih baik atau lebih berat. Penderita harus membagi waktu seharinya
menjadi beberapa kali waktu beraktivitas yang diikuti oleh masa istirahat .
7. Membiasakan berjemur di bawah sinar matahari pagi untuk mengurangi risiko
peradangan oleh RA. Oleh penelitian Nurses Health Study AS yang menggunakan 1.314
wanita penderita RA didapatkan mengalami perbaikan klinis setelah rutin berjemur di
bawah sinar UV-B.
8. Menjaga berat badan. Jika orang semakin gemuk, lutut akan bekerja lebih berat untuk
menyangga tubuh. Mengontrol berat badan dengan diet makanan dan olahraga dapat
mengurang risiko terjadinya radang pada sendi.
9. Mengonsumsi makanan seperti sayur, buah dan ikan serta mengurangi konsumsi lemak
dan daging merah.
10. Memenuhi kebutuhan air tubuh. Cairan synovial atau cairan pelumas pada sendi juga
terdiri dari air. Dengan demikian diharapkan mengkonsumsi air dalam jumlah yang
cukup dapat memaksimalkan sisem bantalan sendi
11. Pendidikan: meliputi tentang patofisiologi, penyebab, tanda, dan gejala semua komponen
program penatalaksanaan termasuk regimen.
2.6 Komplikasi
Komplikasi pada penderita Artrisis rematoid adalah terjadinya perubahan bentuk
tubuh pada tulang dan sendi serta dapat mengakibatkan pengeroposan tulang.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
3.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah atau tahapan penting dalam proses perawatan yaitu
sebagai awal interaksi dengan keluarga untuk mengetahui data kesehatan seluruh
anggotanya. Tujuannya yaitu untuk memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien,
menentukan masalah keperawatan, dan kesehatan klien, menilai keadaan kesehatan klien dan
membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah beikutnya (Widagta,
2016).
Hal yang perlu dikaji dalam keluarga adalah :
1. Data umum (nama kepala keluarga, alamat dan telfon, pekerjaan kepala keluarga,
pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga dan genogram, tipe keluarga, suku
bangsa, agama, status social ekonomi keluarga, aktifitas rekreasi keluarga)
2. Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga meliputi :
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini ditentukan dengan anak tertua dari keluarga
inti.
b. Tahap keluarga yang belum terpenuhi yaitu menjelaskan mengenai tugas
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas
perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti yaitu menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga
inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing
anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit, sumber pelayanan
kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman pengalaman terhadap
pelayanan kesehatan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya yaitu dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada
keluarga dari pihak suami dan istri.
3. Pengkajian Lingkungan (karakteristik rumah, karakteristik tetangga dan komunitas RW,
perkumpulan keluarga dan intereksi dengan masyarakat, sistem pendukung keluarga)
4. Struktur keluarga
a. Pola komunikasi keluarga yaitu menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar
anggota keluarga.
b. Struktur kekuatan keluarga yaitu kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan
mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.
c. Struktur peran yaitu menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik
secara formal maupun informal.
d. Nilai atau norma keluarga yaitu menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut
oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
 Fungsi afektif berupa gambaran diri, perasaan, dan dukungan dari keluarga
terhadap keluarga lain
 Fungsi sosialisasi berupa mengkaji hubungan dan interaksi antar keluarga
 Fungsi perawatan kesehatan berupa bagaimana keluarga menyediakan
makanan,pakaian, dukungan merawat anggota keluarga yang sakit
 Fungsi pemenuhan tugas keluarga berupa sejauh mana kemampuan dalam
mengenal dan mengambil keputusan
5. Stress dan koping keluarga
Data yang perlu dilakukan pengkajian adalah stresor keluarga, meliputi data
tentang stresor yang dialami keluarga berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya, apakah
keluarga dapat memastikan lama dan kekuatan stresor yang dialami, apakah keluarga
dapat mengatasi stresor dan ketegangan sehari-hari. Apakah keluarga mampu bertindak
berdasarkan penilaian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang menyebabkan
stres. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stres, strategi
koping bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai
koping yang berbeda-beda.
Koping internal dan eksternal yang diajarkan, apakah anggota keluarga berbeda
dalam cara-cara koping, strategi koping internal keluarga, kelompok kepercayaan
keluarga, penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan masalah
pada keluarga, pemecahan masalah secara bersama, fleksibilitas peran dalam keluarga.
Strategi koping eksternal: mencari informasi, memelihara hubungan dengan masyarakat,
dan mencari dukungan sosial.
6. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggotaa keluarga. Metode yang
digunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
Harapan keluarga yang dilakukan pada akhir pengkajian, menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.
3.2 Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menggambarkan respon manusia
akan perubahan pola interaksi potensial atau actual individu (Salvari, 2013).
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Diagnosis aktual adalah masalah keperwatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosis resiko/resiko tinggi adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi
tanda untuk menjadi masalah keperawatan actual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapat bantuan perawat.
3. Diagnosis potensial adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan
yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
Berikut cara menentukan prioritas diagnose keperawatan , menggunakan skala yang telah
dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978) :

No Kriteria Skor Bobot


Sifat masalah :
 Tidak/kurang sehat. 3
1 1
 Ancaman kesehatan. 2
 Krisis atau keadaan sejahtera. 1
Kemungkinan masalah dapat diubah :
 Dengan mudah. 2
2 2
 Hanya sebagian. 1
 Tidak dapat. 0
Potensial masalah untuk dicegah :
 Tinggi. 3
3 1
 Cukup. 2
 Rendah. 1
Menonjolnya masalah :
 Masalah berat harus segera ditangani 2
4  Ada masalah, tetapi tidak perlu harus segera 1 1
ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan:
1. Tentukan skor untuk setiap criteria yang dibuat.
2. Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan dengan bobot
3. Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinngi sama dengan jumlah bobot, yaitu 5).

Diagnosa Keperawatan Keluarga yang mungkin muncul adalah :


1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko (00188)
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (00099)
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga (00080)
3.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan NOC NIC
Keperawatan TUM Kode Hasil Kode Intervensi
Domain 1 Pasien/keluarga Setelah dilakukan asuhan keperawatan Keluarga mampu mengenal masalah
Promosi Kesehatan sehat dan tidak selama 1x1 jam diharapkan masalah kesehatan
beresiko Perilaku kesehatan cenderung beresiko
Kelas 2 terhadap dapat teratasi dengan kriteria hasil: 5602 Pengajaran: proses penyakit
Manajemen kesehatannya. Keluarga mampu mengenal masalah 1. Menjelaskan tanda dan gejala yang umum
Kesehatan kesehatan dari penyakit, sesuai kebutuhan
2. Menjelaskan proses penyakit sesuai
Kode 00188 1803 Pengetahuan Proses Penyakit kebutuhan
Perilaku Kesehatan 1. Faktor-faktor penyebab dan faktor yang 3. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab
Cenderung berkontribusi (180303) sesuai kebutuhan
Beresiko 2. Faktor risiko penyakit (180304) 4. Mendiskuiskan perubahan gaya hidup yang
3. Tanda dan gejala penyakit (180306) mungkin diperlukan untuk mencegah
4. Potensial komplikasi penyakit komplikasi di masa yang akan dating dan /
(180310) atau mengkontrol proses penyakit

Keluarga Mampu memberikan Keluarga mampu memberikan perawatan


perawatan kesehatan pada anggota yang pada anggota keluarga yang sakit
sakit.
7110 Peningkatan Keterlibatan Keluarga:
2605 Partisipasi keluarga dalam perawatan 1. Dorong anggota keluarga dan pasien untuk
professional : membantu dalam mengembangkan rencana
1. Berpartisipasi dalam perencanaan perawatan, termasuk hasil yang diharapkan
perawatan (260501) dan pelaksanaan rencana perawatan
2. Berpartisipasi dalam menyediakan 2. Dorong anggota keluarga dan pasien untuk
perawatan (260502) bersikap asertif dalam berinteraksi dengan
3. Berpartisipasi dalam tujuan bersama pemberi layanan kesehatan professional
terkait dengan perawatan (260510) 3. Dorong perawatan oleh anggota keluarga
selama perawatan di rumah sakit atau di
fasilitas perawatan jangka Panjang
Mengambil keputusan yang tepat bagi
keluarga Mengambil keputusan yang tepat bagi
keluarga
1606 Partisipasi dalam Keputusan Perawatan 5250
Kesehatan Dukungan Pengambilan Keputusan :
1. Menunjukkan pengarahan diri dalam 1. Bantu pasien untuk mengklarifikasi nilai dan
membuat keputusan (160602) harapan yang mungkin akan membantu
2. Mencari informasi yang terpercaya dalam membuat pilihan yang penting dalam
(160603) hidupnya
3. Mencari pelayanan perawatan 2. Informasikan pada pasien mengenai
kesehatan untuk memenuhi outcome pandangan-pandangan atau solusi alternative
yang diinginkan (160608) dengan cara yang jelas dan mendukung
3. Bantu pasien mengidentifikasi keuntungan
dan kerugian dari setiap alternative pilihan
Memodifikasi lingkungan keluarga
untuk menjamin kesehatan keluarga Memodifikasi lingkungan keluarga untuk
menjamin kesehatan keluarga
2609 Dukungan keluarga selama perawatan :
1. Anggota keluarga mengungkapkan 7140 Dukungan Keluarga:
keinginan untuk mendukung anggota 1. Yakinkan keluarga bahwa pasien sedang
keluarga yang sakit (260901) diberikan perawatan terbaik
2. Anggota keluarga mengekspresikan 2. Fasilitasi komunikasi dan kekhawatiran,
perasaan dan emosi sebaai kepedulian perasaan antara pasien dan keluarga atau
kepada anggota keluarga yang sakit antar anggota keluarga
(260902) 3. Berikan informasi bagi keluarga terkait
3. Anggota keluarga memberikan perkembangan pasien dengan sering, sesuai
dorongan kepada anggota keluarga kehendak pasien
yang sakit (260907)
Memanfaatkan layanan kesehatan
Memanfaatkan layanan kesehatan
5510 Pendidikan Kesehatan:
1603 Perilaku Pencarian kesehatan 1. Identifikasi faktor internal atau eksternal
1. Mendapat bantuan dari professional yang dapat meningkatkan atau mengurangi
kesehatan (160313) motivasi untuk berperilaku sehat
2. Melakukan perilaku kesehatan yang 2. Tekankan manfaat kesehatan positif yang
disarankan (160308) langsung atau jangka pendek yang bisa
3. Menggunakan informasi kesehatan diterima oleh perilaku gaya hidup positif
yang terkemuka (160315) daripada menekankan pada manfaat jangka
panjang atau efek negative dari
ketidakpatuhan
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
menolak perilaku yang tidak sehat atau
beresiko daripada memberikan saran untuk
menghindari atau mengubah perilaku.
Domain 1 Pasien/keluarga Setelah dilakukan asuhan keperawatan Keluarga mampu mengenal masalah
Promosi kesehatan sehat dan selama 1x1 jam diharapkan masalah kesehatan
Kelas 2 efektif dalam ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
Manajemen pemeliharaan dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Skrining kesehatan :
kesehatan kesehatannya. 6520
Kode 00099 Keluarga mampu mengenal masalah 1. Dapatkan riwayat kesehatan yang sesuai,
Ketidakefektifan kesehatan termasuk deskripsi kebiasaan kesehatan,
pemeliharaan faktor risiko, dan obat-obatan
kesehatan 1805 Pengetahuan : Perilaku kesahatan : 2. Dapatkan riwayat keluarga yang sesuai
1. Keluarga dapat mengetahui
strategi untuk menghindari
paparan bahaya lingkungan Keluarga Mampu memberikan perawatan
(180513) kesehatan pada anggota yang sakit.
2. Keluarga dapat mengetahui
strategi untuk mencegah 7110 Peningkatan keterlibatan keluarga :
penyebaran penyakit menular 1. Mendorong anggota keluarga dan pasien
(180514) untuk membantu dalam mengembangkan
3. Keluarga dapat melakukan teknik rencana perawatan, termasuk hasil yang
skrining diri (180516) diharapkan dan pelaksanaan rencana
perawatan
Keluarga Mampu memberikan
perawatan kesehatan pada anggota yang
sakit. Mengambil keputusan yang tepat bagi
keluarga
Pengetahuan : gaya hidup sehat
1855 1. Faktor personal yang mempengaruhi 5250 Dukungan Pengambilan Keputusan :
perilaku kesehatan (185519) 1. Informasikan pada pasien mengenai
2. Faktor lingkungan yang mempengaruhi pandangan-pandangan atau solusi
kesehatan (1185520) alternative dengan cara yang jelas dan
3. Pentingnya skrining pencegahan mendukung
(185527)
Memodifikasi lingkungan keluarga untuk
Mengambil keputusan yang tepat bagi menjamin kesehatan keluarga
keluarga
Dukungan keluarga:
Partisipasi dalam Keputusan Perawatan 7140 1. Dukung asertifitas keluarga dalam
Kesehatan mencari informasi, sesuai kebutuhan
1606 1. Keluarga dapat mencari pelayanan 2. Kenalkan keluarga dengan keluarga
perawatan kesehatan untuk memenuhi yang lain yang mengalami masalah
outcome yang diinginkan (160611) serupa, jika diperlukan

Memodifikasi lingkungan keluarga Memanfaatkan layanan kesehatan


untuk menjamin kesehatan keluarga
5510 Pendidikan Kesehatan:
Dukungan keluarga selama perawatan : 1. Mengidentifikasi faktor internal atau
1. Anggota keluarga memberikan eksternal yang dapat meningkatkan atau
dorongan kepada anggota keluarga mengurangi motivasi untuk berperilaku
yang sakit (260907) sehat

Memanfaatkan layanan kesehatan

1603 Perilaku Pencarian Kesehatan


1. Melakukan perilaku kesehatan yang
disarankan (160308)
DAFTAR PUSTAKA

Chabib. L., dkk. (2016). Review Rheumatoid Arthritis: Terapi Farmakologi, Potensi Kurkumin
dan Analognya, serta Pengembangan Sistem Nanopartikel. Jurnal Pharmascience. Vol. 3
(1). Hal 10-18.

Efendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan (Nursalam (ed.); 1st ed.). Salemba Medika.

Friedman, M. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan Praktek (Edisi 5).
EGC.

Junaidi, Iskandar. (2010). Penyakit Rheumatoid Arthritis. Jakarta : PT. BhuanaIlmu

Maryati, A. (2016). Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn. E dengan Diagnosa Rheumatoid
Arthritis Pada Ny. E di Dusun Pasar Salasa Rt. 03 Rw. 01 Desa Cikonengn Wilayah Kerja
UPTD Kesehatan Puskesmas Cikoneng Kabupaten Ciamis Tahun 2016. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Muhammadiyah.

Masyeni, K.A.M., (2018). Rheumatoid Arthritis. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Rahmat, A.U. (2017) Asuhan Keperawatan Keluarga Ny.K Khususnya Ny.K dalam Memenuhi
Kebutuhan Rasa Nyaman Nyeri dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Rheumatoid
Arthritis Di Wilayah Rt 12 Rw 02 Kelurahan Utan Panjang Kecamatan Kemayoran
Jakarta Pusat. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Suarjana, I Nyoman, (2)009. Artritis Rheumatoid Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi
V, Sudoyo A.W., Setiyohardi, B., Alwi, Idrus, e.t al.Internal Publising. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai