Anda di halaman 1dari 18

OMPHALOCELE

Oleh kelompok : 6

Enggia Yugan (1811124401) Sukma Handayani (1811124664)

Erlina Lestari (1811124479) Dilla Aulia (1811124764)

Kamisriatul K (1811124542) Fhatimah Azzahra (1811124800)

Indah Aufa M (1811124562) Desvi Ramadhani (1811124830)

Tri Anggraini (1811124573) Ainil Hasanah (1811124882)

Zhafirah Annisa (1811124592) Siska Dwi Lestari (1811125238)

Yayang Atika (1811195439)


a. Definisi Omphalocele

Omphalocele secara bahasa berasal dari bahasa yunani omphalos yang berarti
umbilicus atau tali pusat dan cele yang berarti bentuk hernia. Omphalocele diartikan
sebagai suatu defek sentral dinding abdomen pada daerah cincin umbilikus (umbilical
ring) atau cincin tali pusar sehingga terdapat herniasi organ-organ abdomen dari cavum
abdomen namun masih dilapiasi oleh suatu kantong atau selaput. Selaput terdiri atas
lapisan amnion dan peritoneum. Diantara lapisan tersebut bisa terdapat lapisan
wharton’s jelly.
b. Etiologi Omphalocele

Etiologi pasti dari omfalokel belum diketahui. Beberapa teori telah menyatakan bahwa penyebab dari omfalokel antara
lain :

1. Kegagagalan kembalinya usus kedalam abdomen dalam 10-12 minggu yaitu kegagalan lipatan mesodermal bagian
lateral untuk berpindah ke bagian tengah dan menetap selama gestasi 12 minggu.

2. Faktor risiko tinggi yang berhubungan dengan omfalokel adalah risiko tinggi kehamilan seperti :
a. Infeksi dan penyakit pada ibu
b. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok
c. Kelainan genetik
d. Defesiensi asam folat
e. Hipoksia
f. Salisil dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen
g. Asupan gizi yang tidak seimbang
h. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk kedalam tubuh ibu hamil
c. Patofisiologi Omphalocele

Omfalokel disebabkan oleh kegagalan untuk dapat kembali ke rongga abdomen


pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya omfalokel.
Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi dari kantong yang serisi usus dan
visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada umbilicus (umbilicus terlihat
menonjol keluar).  Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi. Pada 25-40% bayi yang menderita omfalokel, kelainan ini
disertai oleh kelainan bawaan lainnya, seperti kelainan kromosom, hernia diafragmatika
dan kelainan jantung. (Ngastiyah 1997).
d. Manifestasi Klinis Omphalocele

Omfalokel dapat langsung dikenali dengan melihat adanya organ


dalam perut yang keluar melalui umbilikus dan terbungkus kantong
membran. Luaran klinis neonatus dengan omfalokel tergantung dari ukuran
defek, ada dan berat penyakit penyerta anomali kongenital lainnya, serta
kelainan kromosom. Sepertiga dari bayi dengan omfalokel memiliki
ukuran perut yang kecil dan paru yang kecil (hipoplasia paru) yang akan
mempengaruhi hasil penatalaksanaan jangka panjang. Kematian neonatus
dengan omfalokel sebesar 20%-50%.
e. Klasifikasi Omphalocele

1. Omfalokel kecil 2. Omfalokel besar

hanya usus yang terlihat hati dan limpa dapat ikut keluar
menonjol keluar
f. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan fisik pada omfhalokel tampak kantong yang berisi usus dengan atau tanpa hati dari garis tengah pada
bayi yang baru lahir, pada gastro schisis usus berada di luar rongga perut tanpa adanya kantong.
2. Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan Maternal Serum Alfa Fetoprotin (MSAFP). Diagnosis prenatal defek pada
diding abdomen padat di deteksi dengan peningkatan (MSAFP). MSAFP dapat juga meninggi pada spinabifida yang
disertai dengan peningkatan asetilkolinesterase dan pseudokolinesterase.
3. Prenatal ultrasound (ultrasound of the hert) adanya defek ompalokel.
4. Pemeriksaan radiology fetal sonography dapat menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker
structural dari kelainan kariotopik. Echocardiography fetus membantu mengidentifikasi kelainan jantung. Untuk
mendudkung diagnosis kelainan genetik diperjelas dengan amniosentesis. Pada omphalocele tampak kantong yang
terisi usus dengan atau tanpa hepar di garis tengah pada bayi yang baru lahir.
 
g. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Prenatal
Apabila terdiagnosa Omphalocele pada masa prenatal maka sebaiknya dilakukan informed consent pada orang tua tentang
keadaan Janin, risiko terhadap ibu, dan prognosis.

2. Penatalaksanaan Postnatal
Penatalaksanaan segera pada bayi dengan omphalocele adalah:
a. Tempatkan bayi pada ruangan yang aseptik dan hangat untuk mencegah kehilangan cairan, hipotermi dan infeksi.
b. Posisikan bayi senyaman mungkin, posisi kepala sebaiknya lebih tinggi untuk memperlancar drainase.
c. Lakukan penilaian ada/tidaknya distress respirasi yang mungkin membutuhkan alat bantu ventilasi seperti intubasi
endotrakeal.
d. Pasang pipa nosogastrik atau pipa orogastrik untuk mengeluarkan udara dan cairan dari usus sehingga dapat mencegah
muntah, mencegah aspirasi, mengurangi distensi dan tekanan (dekompresi) dalam sistem usus sekaligus tekanan intra
abdomen, demikian pula perlu dipasang rectal tube untuk irigasi dan dekompresi sistem usus.
e. Pasang jalur intra vena (sebaiknya pada ekstremitas atas) untuk pemberian cairan dan nutrisi parenteral sehingga
dapat menjaga tekanan intravaskuler dan menjaga kehilangan protein yang mungkin terjadi karena gangguan sistem
usus dan untuk pemberian antibiotika broad spektrum.
f. Lakukan monitoring dan distabilasi suhu, status asam basa, cairan dan electrolit.
g. Pada omphalocele, defek ditutup dengan suatu steril-saline atau providone-iodine soaked gauze, lalu ditutup lagi
dengan suatu oklusif plastik dresswing wrap atau plastik bowel bag. Tindakan ini harus dilakukan ekstra hati-hati
dimana cara tersebut dilakukan dengan tujuan melindungi defek trauma mekanik, mencegah kehilangan panas dan
mencegah infeksi serta mencegah angulasi sistem usus yang dapat menganggu suplai aliran darah.
h. Pemeriksaan darah lain seperti fungsi ginjal, glukosa dan hematokrit perlu dilakukan guna persiapan operasi bila
diperlukan serta evaluasi adanya kelainan kengenital lain yang ditunjang oleh pemeriksaan rongent thoraks dan
Echocardiogram.
i. Jika bayi akan dirujuk sebaiknya bayi ditempatkan dalam suatu inkubator hangat dan ditambah oksigen.
h. Komplikasi

Menurut marshall klaus, 1998 komplikasi dari omphalokel adalah:


1. Komplikasi dini adalah infeksi pada kantong yang mudah terjadi pada permukaan yang telanjang.
2. Kekurangan nutrisi dapat terjadi sehingga perlu balans cairan dan nutrisi yang adekuat misalnya
dengan nutrisi parenatal.
3. Dapat terjadi sepsis terutama jika nutrisi kurang dan pemasangan ventilator yang lama
4. Nekrosis
5. Kelainan kongenital dinding perut ini mungkin disertai kelainan bawaan lain yang memperburuk
prognosis.
i. Asuhan Keperawatan Omphalocele
A. Pengkajian

Fokus Pengkajian menurut Dongoes, M.F (1999):


1. Mengkaji Kondisi Abdomen
a. Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
b. Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
c. Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
d. Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar

2. Mengukur temperatur tubuh


a. Demam, manifestasi umum dari penyakit pada anak-anak dengan gangguan GI, biasanya berhubungan dengan
dehidrasi, infeksi atau inflamasi.
b. Lakukan pengukuran suhu secara kontinu tiap 2 jam
c. Perhatikan apabila terjadi peningkatan suhu secara mendadak
3. Kaji Sirkulasi
a. Kaji adanya sianosis perifer

4. Kaji distress pernafasan


b. Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap :
c. Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
d. Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam (hipernea)
e. Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
f. Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
g. Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dan nyeri dada
h. Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing) Perhatikan bila pasien tampak
pucat/sianosis
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operation :
a. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat
b. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi

2. Post Operation :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
C. INTERVENSI

No Dx Kriteria Hasil Intervensi Rasional


 1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan  Kaji tingkat nyeri, lokasi dan  Untuk mengetahui sejauh
keperawatan, diharapkan karasteristik nyeri. mana tingkat nyeri dan
nyeri berkurang atau hilang  Buat posisi kepala lebih merupakan indiaktor
dengan kriteria hasil: tinggi 30 derajat dan bantu secara dini untuk dapat
 klien tenang, nyeri pasien menemukan posisi memberikan tindakan
dapat berkurang klien yang nyaman selanjutnya.
dapat istirahat dengan  Kurangi stimulus/batasi  Posisi yang nyaman akan
tenang pengunjung membantu memberikan
  Skala nyeri 3-4  Kolaborasi derngan tim kesempatan pada otot untuk
 Tanda vital normal medis dalam pemberian relaksasi seoptimal mungkin.
  obat-obatan analgetik yang  Rangsangan yang
sesuai untuk anak (Sesuai berlebihan dari lingkungan
dengan advice dokter ). akan memperberat rasa
nyeri
 Obat–obat analgesik
dapat membantu
mengurangi nyeri pasien
2 Hipertermi Criteria Hasil  Pantau tanda-tanda vital  Tanda-tanda vital
Kulit pasien tidak kemerahan terutama suhu merupakan aluan untuk
- Suhu tubuh dalam batas  Beri pasien banyak minum mengetahui keadaan
normal (36-37c) air (1500-2000 cc/hari) umum pasien terutama
- Kulit pasien tidak teraba  Beri pasien kompres air suhu tubuhnya
hangat hangat atau air dingin  Dengan minum banyak air
   Pantau suhu lingkungan diharapkan cairan yang
 Kolaborasi dalam pemberian hilang dapat diganti
obat antipiretik dan antibiotik  Dengan kompres akan
terjadi perpindahan panas
secara konduksi dan
kompres hangat akan 
mendilatasi pembuluh
darah
 Suhu ruangan harus
dirubah agar dapat
membantu
mempertahankan suhu
pasien
3.Resiko Setelah diberikan asuhan  Berikan penjelasan  Agar keluarga pasien
Infeksi keperawatan selama 3 x 2 kepada klien dan keluarga mengetahui tanda dan
jam diharapkan pasien mengenai tanda dan gejala dari infeksi
dapat terhindar dari risiko gejala dari infeksi
 Meminimalkan risiko
infeksi, dengan criteria
 Bersihkan lingkungan infeksi,
hasil 
setelah dipakai klien lain
 Tidak ada tanda-tanda  mengurangi patogen
infeksi  Instruksikan pengunjung yang ada di sekeliling
untuk mencuci tangan pasien
 Menunjukan
saat berkunjung dan
kemampuan untuk  mengurangi mikroba
setelah berkunjung
mencagah timbulnya bakteri yang dapat
infeksi  Gunakan sabun anti menyebabkan infeksi
mikroba untuk cuci tangan
   
 
d. evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

1. Tujuan tercapai, apabila pasien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan.

2. Tujuan tercapai sebagian, apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal, sehingga perlu
di cari penyebab dan cara mengatasinya.

3. Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan perubahan/ kemajuan sama sekali
bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih
mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang
tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
 
Terima kasih..

Anda mungkin juga menyukai