KJFD JIWA-KOMUNITAS a. Konsep dasar TAK b. Tujuan TAK c. Jenis-jenis TAK d. Pasien yang membutuhkan terapi modalitas dalam pelayanan keperawatan jiwa e. Pemanfaatan teknologi pelayanan keperawatan jiwa
CATT : KONSEP TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) DAN
TERAPI MODALITAS SUDAH DISELESAIKAN DI MK. KKJ II Pemanfaatan Teknologi dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa 1. ELECTROCONVULSIVE THERAPY (ECT) 2. PSYCHOSURGERY (LOBOTOMI) 3. BRIGHT LIGHT THERAPY (BLT) 4. REPETITIVE TRANSCRANIAL MAGNETIC STIMULATION (TMS OR RTMS) 5. APLIKASI SMARTPHONE 6. BIMBINGAN MELALUI KELOMPOK DUKUNGAN ( SUPPORT GROUP) BERBASIS INTERNET 7. TELEHEALTH 1. Electroconvulsive Therapy (ECT) o ECT Pertama kali ditemukan pada tahun 1938 oleh Ugo Cerletti dan Luciano Bini. o Alat ini dikenal sebagai electroschock therapy (EST) atau therapy shok sederhana. oPertama kali digunakan untuk terapi pada pasien skizofrenia, tetapi kemudian beralih dilakukan lebih banyak untuk pasien dengan depresi berat (85%-90%) 2. Psychosurgery (Lobotomi)
Lobotomi adalah operasi pembedahan otak bagi pasien gangguan
jiwa seperti skizofrenia, depresi, gangguan bipolar, dan PTSD. Pencetusnya yaitu ahli saraf asal Portugal bernama António Egas Moniz. Prosedur ini kemudian dikembangkan oleh para ahli bedah saraf di seluruh dunia, termasuk Walter Freeman dari Amerika Serikat. Lobotomi marak dipratikkan tahun 1935 sampai 1980-an. Tujuan lobotomy “menenangkan” pasien gangguan jiwa dengan cara merusak atau memotong jaringan2 otak pada lobus prefrontal, letaknya di bagian depan. Hal ini dilakukan karena dulu gangguan jiwa diduga disebabkan oleh emosi dan reaksi seseorang yang berlebihan. Maka, memotong jaringan- jaringan lobus prefrontal otak diharapkan mampu menghilangkan “kelebihan” emosi dan reaksi tersebut sehingga pasien jadi lebih tenang dan mudah dikendalikan. Praktik lobotomi mulanya dinilai berhasil karena pasien memang jadi lebih tenang (= maksudnya menjadi lumpuh, baik secara mental maupun fisik). Keluarga menyatakan bahwa pasien sehari-hari hanya bisa menatap kosong ke kejauhan akhirnya harus dirawat di rumah sakit jiwa seumur hidup karena tak bisa melakukan aktivitas seperti orang biasanya, misalnya makan dan bekerja. Seorang pakar saraf dan kejiwaan dr. John B. Dynes, para pasien lobotomi menunjukkan gejala-gejala layaknya mayat hidup. Pasien jadi kehilangan kemampuan bicara, berkoordinasi, berpikir, dan merasakan emosi. Hal ini karena lobus prefrontal mereka telah dirusak sedemikian rupa. Lobus prefrontal bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi eksekutif otak. Misalnya mengambil keputusan, bertindak, membuat perencanaan, bersosialisasi dengan orang lain, menunjukkan ekspresi dan emosi, serta mengendalikan diri. 3. Bright Light Therapy (BLT) Seringkali juga disebut dengan phototherapy. Tindakan yang dilakukan adalah dengan memaparkan pasien dengan cahaya matahari atau cahaya khusus yang sudah diatur sedemikian rupa dan dimaksudkan untuk pengobatan. Memberikan pencahayaan ada ketentuan waktu, dalam beberapa kasus, dilakukan pada jam-jam tertentu. Indikasi pasien yang diberikan BLT adalah pasien dengan gangguan tidur yang menetap, Seasonal Affective Disorder (SAD) maupun non seasonal, bulimia. Terapi ini juga sering ditemukan dilakukan pada pasien dengan masalah gangguan kulit seperti psoriasis, acne vulgaris, eksim dan neonatal jaundice. 4. Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation (TMS or rTMS)
TMS adalah tindakan non-invasive yang menggunakan kekuatan
medan magnet untuk menstimulasi sel saraf dalam otak untuk meningkatkan reaksi mengatasi depresi. Tindakan yang dilakukan dengan melakukan tekanan magnet secara berulang-ulang (repetitive), sehingga sering disebut repetitive TMS atau rTMS. Saat ini berkembang pemanfaatan teknologi/inovasi teknologi perawatan kesehatan jiwa BERBASIS INTERNET yang sangat memberikan pengaruh yang besar dalam kemajuan pengobatan dan/atau layanan keperawatan kesehatan jiwa. Berikut ini penggunaan teknologi yang digunakan dalam kesehatan jiwa. 5. Aplikasi Smartphone Apabila ditelusuri, aplikasi kesehatan mental belum sebanyak aplikasi yang ditujukan untuk kesehatan fisik. Menurut data, seluruh dunia baru mengembangkan 800 aplikasi yang ditujukan untu kesehatan jiwa. Aplikasi pada smartphone paling banyak untuk membantu orang- orang mengatasi kecemasan dan depresi. Aplikasi ini membantu pengguna mengatasi gejala, berbagi kisah mereka, dan menyelesaikan/tindakan yang menenangkan. Selain itu, ditemukan juga aplikasi seluler yang membantu orang-orang dengan ketergantuangan seperti alkoholisme dan kecanduan psikotropika. Kimberly Holland dan Kristeen Cherney menggambarkan beberapa aplikasi smartphone yang didedikasikan untuk alkoholisme. Setiap aplikasi menawarkan manfaat berbeda untuk membantu orang tetap sadar. Misalnya, satu aplikasi berbayar secara otomatis menghubungkan pengguna ke profesional kesehatan mental. Orang yang mengalami krisis dapat menggunakan aplikasi ini untuk mengakses dukungan terapis/perawat/dokter di luar jam kantor mereka. Aplikasi lain menawarkan meditasi setiap hari, pelacak konsumsi alkohol, dan akses ke tempat terapi, akses untuk mendapatkan bantuan pengobatan terdekat. Alcoholics Anonymous (AA) juga memiliki aplikasi 12 langkah yang dapat diikuti perkembangan programnya melalui smathphone. orang membawa ponsel mereka ke mana pun mereka pergi, sehingga aplikasi dapat mengumpulkan informasi dan merekam data berharga. Banyak dari aplikasi ini fokus secara khusus pada gangguan depresi dan kecemasan. 6. Bimbingan Melalui Kelompok Dukungan (support group) Berbasis Internet oOrang dengan masalah kesehatan jiwa (ODK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) banyak yang merasa tidak nyaman menghadiri kelompok pendukung secara langsung + keterbatasan waktu alternatif dalam bentuk kelompok dukungan Internet. oDengan ini, memungkinkan pengguna untuk tetap anonim, pasien dapat merasa nyaman mengungkapkan permasalahan mereka dan terlibat dengan peserta lain. oKemudian, memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi satu sama lain, serta menjadi "sumber daya Pendidikan" yang dipimpin oleh para profesional kesehatan mental." 7. Telehealth yang Dapat Meningkatkan Akses ke Perawatan Kesehatan Mental Selain aplikasi dan portal internet, telehealth, dalam bentuk berkonsultasi dengan penyedia layanan kesehatan melalui telepon atau konferensi video, menawarkan peluang yang menjanjikan untuk teknologi kesehatan. Layanan ini mengurangi biaya, membantu pasien merasa lebih nyaman, dan meningkatkan akses bagi pasien yang tidak dapat/ tidak mampu menemui dokter, perawat atau seorang tenaga profesional secara langsung. video konferen meningkatkan hubungan antar manusia dan ikatan yang lebih efisien daripada komunikasi audio belaka SEKIAN