Anda di halaman 1dari 11

KEPERAWATAN JIWA

PRE DAN POST TINDAKAN ECT & KONSEP


PENYULUHAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 10

1. ANDINI DWIFENISAH (PO.71.20.4.15.025)

2. ELIS TRI WULANDARI (PO.71.20.4.15.007)

3. MUHSONATUL KHASIFAH (PO.71.20.4.15.040)

4. RIZKI WITIA NINGSIH (PO.71.20.4.15.016)

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-IV KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2016/2017
URAIAN MATERI

A. PRE & POST TINDAKAN ECT (ELEKTRO CONVULSIF THERAPIE)

1. Pengertian

ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan menimbulkan
kejang pada penderita baik tonik maupun klonik. Tindakan ini adalah bentuk terapi pada
klien dengan mengalirkan arus listrik melalui elektroda yang ditempelkan pada pelipis
klien untuk membangkitkan kejang grandmall.

2. Indikasi

Indikasi terapi kejang listrik adalah klien depresi pada psikosa manik depresi, klien
schizofrenia stupor katatonik dan gaduh gelisah katatonik. ECT lebih efektif dari
antidepresan untuk klien depresi dengan gejala psikotik (waham, paranoid, dan gejala
vegetatif), berikan antidepresan saja (imipramin 200-300 mg/hari selama 4 minggu)
namun jika tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan ECT. Mania (gangguan
bipolar manik) juga dapat dilakukan ECT, terutama jika litium karbonat tidak berhasil.
Pada klien depresi memerlukan waktu 6-12x terapi untuk mencapai perbaikan, sedangkan
pada mania dan katatonik membutuhkan waktu lebih lama yaitu 10-20x terapi secara rutin.
Terapi ini dilakukan dengan frekuensi 2-3 hari sekali. Jika efektif, perubahan perilaku
mulai kelihatan setelah 2-6 terapi.

3. Kontraindikasi

ECT merupakan prosedur yang hanya digunakan pada keadaan yang direkomendasikan.
Sedangkan kontraindikasi dan komplikasi dari tindakan ECT, adalah sebagai berikut:

a. Kontraindikasi

1) Peningkatan tekanan intra kranial (karena tumor otak, infeksi SSP).


2) Keguguran pada kehamilan, gangguan sistem muskuloskeletal (osteoartritis berat,
osteoporosis, fraktur karena kejang grandmal).
3) Gangguan kardiovaskuler: infark miokardium, angina, hipertensi, aritmia dan
aneurisma.
4) Gangguan sistem pernafasan, asma bronkial.
5) Keadaan lemah.

b. Komplikasi

1) Luksasio dan dislokasi sendi


2) Fraktur vetebra
3) Robekan otot rahang
4) Apnoe
5) Sakit kepala, mual dan nyeri otot
6) Amnesia
7) Bingung, agresif, distruktif
8) Demensia

4. Peran Perawat

Perawat sebelum melakukan terapi ECT, harus mempersiapkan alat dan mengantisipasi
kecemasan klien dengan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.

5. Persiapan Alat

Adapun alat-alat yang perlu disiapkan sebelum tindakan ECT, adalah sebagai berikut:

a. Konvulsator set (diatur intensitas dan timer)


b. Tounge spatel atau karet mentah dibungkus kain
c. Kain kasa
d. Cairan Nacl secukupnya
e. Spuit disposibel
f. Obat SA injeksi 1 ampul
g. Tensimeter
h. Stetoskop
i. Slim suiger
j. Set konvulsator
6. Persiapan klien

a. Anjurkan klien dan keluarga untuk tenang dan beritahu prosedur tindakan yang
akan dilakukan.
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya
kelainan yang merupakan kontraindikasi ECT
c. Siapkan surat persetujuan
d. Klien berpuasa 4-6 jam sebelum ECT
e. Lepas gigi palsu, lensa kontak, perhiasan atau penjepit rambut yang mungkin
dipakai klien
f. Klien diminta untuk mengosongkan kandung kemih dan defekasi
g. Klien jika ada tanda ansietas, berikan 5 mg diazepam IM 1-2 jam sebelum ECT
h. Jika klien menggunakan obat antidepresan, antipsikotik, sedatif-hipnotik, dan
antikonvulsan harus dihentikan sehari sebelumnya. Litium biasanya dihentikan
beberapa hari sebelumnya karena berisiko organik.
i. Premedikasi dengan injeksi SA (sulfa atropin) 0,6-1,2 mg setengah jam sebelum
ECT. Pemberian antikolinergik ini mengembalikan aritmia vagal dan menurunkan
sekresi gastrointestinal.

7. Pelaksanaan.

1) Setelah alat sudah disiapkan, pindahkan klien ke tempat dengan permukaan rata
dan cukup keras. Posisikan hiperektensi punggung tanpa bantal. Pakaian
dikendorkan, seluruh badan di tutup dengan selimut, kecuali bagian kepala.
2) Berikan natrium metoheksital (40-100 mg IV). Anestetik barbiturat ini dipakai
untuk menghasilkan koma ringan.
3) Berikan pelemas otot suksinikolin atau Anectine (30-80 mg IV) untuk
menghindari kemungkinan kejang umum.
4) Kepala bagian temporal (pelipis) dibersihkan dengan alkohol untuk tempat
elektrode menempel.
5) Kedua pelipis tempat elektroda menempel dilapisi dengan kasa yang dibasahi
caira Nacl.
6) Penderita diminta untuk membuka mulut dan masang spatel/karet yang dibungkus
kain dimasukkan dan klien diminta menggigit
7) Rahang bawah (dagu), ditahan supaya tidak membuka lebar saat kejang dengan
dilapisi kain
8) Persendian (bahu, siku, pinggang, lutu) di tahan selama kejang dengan mengikuti
gerak kejang
9) Pasang elektroda di pelipis kain kasa basah kemudia tekan tombol sampai timer
berhenti dan dilepas
10) Menahan gerakan kejang sampai selesai kejang dengan mengikuti gerakan kejang
(menahan tidak boleh dengan kuat).
11) Bila berhenti nafas berikan bantuan nafas dengan rangsangan menekan diafragma
12) Bila banyak lendir, dibersihkan dengan slim siger
13) Kepala dimiringkan
14) Observasi sampai klien sadar
15) Dokumentasikan hasil di kartu ECT dan catatan keperawatan

8. Setelah ECT

a. Observasi dan awasi tanda vital sampai kondisi klien stabil


b. Jaga keamanan
c. Bila klien sudah sadar bantu mengembalikan orientasi klien sesuai kebutuhan,
biasanya timbul kebingungan pasca kejang 15-30 menit.

B. KONSEP PENYULUHAN

1. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan caramenyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahudan mengerti,
tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannyadengan kesehatan.
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dankesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan,dimana individu,
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,tahu
bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseoranganmaupun secara
kelompok dan meminta pertolongan (Effendy, 1998).Pendidikan kesehatanadalah suatu
proses perubahan pada diri seseorang yangdihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan
individu, dan masyarakat. Pendidikankesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh
orang lain, bukan seperangkatprosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang
harus dicapai,tetapisesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang
berubah secara dinamis, yangdidalamnya seseorang menerima atau menolak informasi,
sikap, maupun praktek baru, yangberhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk.,
2002)

2. Tujuan Penyuluhan
Tujuan pendidikan kesehatan menurut Effendy (2002) sebagai berikut :
1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalammembina dan memelihara perilaku hidup sehat dan lingkungan
sehat, sertaberperan aktif dalam upayamewujudkan derajat kesehatan
yang optimal.
2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakatyang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial
sehinggadapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.Menurut WHO tujuan
penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangandan atau masyarakat
dalam bidang kesehatan (Effendy, 1998).

3. Faktor yang Perlu Diperhatikan dalam Penyuluhan


Faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan penyuluhan
kesehatanadalah :
1. Tingkat Pendidikan. Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang
seseorangterhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan
bahwa semakintinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima
informasi yangdidapatnya
2. Tingkat Sosial Ekonomi.Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang,
semakinmudah pula dalam menerima informasi baru.
3. Adat Istiadat.Pengaruh dari adat istiadat dalam menerima informasi
barumerupakan hal yang tidak dapat diabaikan, karena masyarakat kita masih
sangatmenghargai dan menganggap sesuatu yang tidak boleh diabaikan.
4. Kepercayaan Masyarakat.Masyarakat lebih memperhatikan informasi
yangdisampaikan oleh orang–orang yang sudah mereka kenal, karena sudah
timbulkepercayaanmasyarakat denganpenyampai informasi.
5. Ketersediaan Waktu di Masyarakat.Waktu penyampaian informasi
harusmemperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat
kehadiranmasyarakat dalam penyuluhan.

4. Metode Penyuluhan
Metode yang dapat dipergunakan dalam memberikan penyuluhan kesehatan
adalah(Notoatmodjo, 2002 ) :
1) Metode Ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan
suatuide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran
sehinggamemperoleh informasi tentang kesehatan.
2) Metode Diskusi Kelompok Adalah pembicaraan yang direncanakan dan
telahdipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 – 20 peserta
(sasaran)dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3) Metode Curah Pendapat adalah suatu bentuk pemecahan masalah di mana
setiapanggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang
terpikirkanoleh peserta, dan evaluasi atas pendapat tadi dilakukan kemudian.
4) Metode Panel adalah pembicaraan yang telah direncanakan di depan
pengunjungatau peserta tentang sebuah topik, diperlukan 3 orang atau lebih
panelis denganseorang pemimpin.
5) Metode Bermain peran adalah memerankan sebuah situasi dalam
kehidupanmanusia dengan tanpa diadakan latihan, dilakukan oleh dua orang atu lebih
untukdipakai sebagai bahan pemikiran oleh kelompok.
6) Metode Demonstrasi adalah suatu cara untuk menunjukkan pengertian,
ide danprosedur tentang sesuatu hal yang telah dipersiapkan dengan teliti
untukmemperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu tindakan, adegan
denganmenggunakan alat peraga.Metode ini digunakan terhadap kelompok yang
tidakterlalu besar jumlahnya.
7) Metode Simposium adalah serangkaian ceramah yang diberikan oleh 2
sampai 5orang dengan topik yang berlebihan tetapisaling berhubungan erat
8) Metode Seminar adalah suatu cara di mana sekelompok orang berkumpul
untukmembahas suatu masalah dibawah bimbingan seorang ahli yang
menguasaibidangnya.

5. Media Penyuluhan
Media penyuluhan kesehatan adalah media yang digunakan untuk menyampaikan
pesankesehatan karena alat tersebut digunakan untukmempermudah penerimaan
pesankesehatan bagi masyarakat yang dituju.Menurut Notoatmodjo (2005), media
penyuluhan didasarkan cara produksinyadikelompokkan menjadi :
1. Media cetak yaitu suatu media statis dan mengutamakan pesan -pesan
visual.Media cetak terdiri dari :
a) Bookletadalah suatu media untuk menyampaikan pesan kesehatan danbentuk buku,
baik tulisan ataupun gambar
b) Leafletadalah suatu bentuk penyampaian informasi melalui lembar
yangdilipat.Isi informasi dapat berupa kalimat maupun gambar.
c) Selebaran adalah suatu bentuk informasi yang berupa kalimat
maupunkombinasi.
d) Flip chartadalah media penyampaian pesan atau informasi kesehatandalam
bentuk lembar balik berisi gambar dan dibaliknya berisi pesanyang berkaitan
dengan gambar tersebut.
e) Rubrik atau tulisan pada surat kabar mengenai bahasan suatu
masalahkesehatan.
f) Poster adalah bentuk media cetak berisi pesan kesehatan yang
biasanyaditempel di tempat umum.
g) Foto yang mengungkap informasi kesehatan yang berfungsi
untukmember informasi dan menghibur.
2. Media Elektronik yaitu suatu media bergerak dan dinamis, dapat dilihat
dandidengar dalam menyampaikan pesannya melalui alat bantu elektronika.Adapunmacam
media elektronik :
1) Televisi
2) Radio
3) Video
4) Slide
5) Film
3. Luar ruangan yaitu media yang menyampaikan pesannya di luar ruangan
Secaraumum melalui media cetak dan elektronika secara statis, missal :
1) Pameran
2) Banner
3) TV layar lebar
4) Spanduk
5) Papan reklame

6. Langkah Penyuluhan
Dalam melakukan penyuluhan kesehatan, maka penyuluh yang baik harus
melakukanpenyuluhan sesuai dengan langkah-langkah dalam penyuluhan kesehatan
masyarakatsebagai berikut (Effendy, 1998) :
1. Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat.
2. Menetapkan masalah kesehatan masyarakat
3. Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu ditangani melalui penyuluhan
kesehatanmasyarakat.

Menyusun perencanaan penyuluhan


1) Menetapkan tujuan
2) Penentuan sasaran
3) Menyusun materi/isi penyuluhan
4) Memillih metode yang tepat
5) Menentukan jenis alat peraga yang digunakan
6) Penentuan kriteria evaluasi
7) Pelaksanaan penyuluhan
8) Penilaian hasil evaluasi
9) Tindak lanjut dari evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/4600773/Konsep_Penyuluhan_Kesehatan

http://wir-nursing.blogspot.co.id/2011/03/elektro-convulsif-therapie-ect.html

Anda mungkin juga menyukai