HUMAIDI
IRAWATI ATMAJA
JOHRATUL DIANA
KHAIRUL ANAM
6. LAILATUNNAPIS
7. LISOFI ZUBAEDAH
8. M. HARDI JULIADI
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas izinnya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Tetanus
dengan baik walaupun ada sedikit kekurangan mohon di maklumi.
Ucapan trima kasih kita berikan kepada teman-teman yang terlibat dalam penyusunan
makalah ini. Tanpa ada kerjasama yang baik, kami mungkin tidak dapat menyelesaikan makalah
ini.
Semoga makalah kami ini bermanfaat walaupun masih banyak kekukarangan yang
memerlukan perbaikan dari masukan dosen serta rekan-rekan mahasiswa.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.
BAB I PENDAHULUAN..
I.
Latar Belakang..
II.
Rumusan Masalah.
III.
Tujuan
BAB II PEMBAHASAN....
1. Tinjauan Teori..
1.2 Definis.
1.3 Etiologi....
1.4 Patofisiologi....
1.5 Manifestasi klinis & Komplikasi
1.6 Pemeriksaan Diagnostik & Penatalaksanaan Medis
2. Konsep Asuhan Keperawatan
2.1 Pengkajian..
2.2 Diagnosa Keperawatan..
2.3 Intervensi Keperawatan.
2.4 Implementasi Keperawatan..
2.5 Evaluasi.
BAB III PENUTUP
I & II Kesimpulan & Saran
DAFTAR PUSTAKA.
BAB I
PENDAHULUAN
I.
Latar Belakang
Di Negara berkembang, tetanus tetap menjadi penyebab kematian yang penting. yang di
sebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka. Bila tidak memiliki imunisasi
aktif, seorang pasien dengan usia berapapun dapat mengalami tetanus melalui luka yang
terkontaminasi oleh tanah yuang mengandung spora.
Dari itulah imunisasi anti serum di berikan sedini mungkin untuk mencegahnya. Tetanus
adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan
kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
Pada makalah ini akan di bahas secara lugas semua yang berhubungan dengan penyakit
tetanus mulai dari pengertian sampai pengobatan dan perawatan.
II.
Rumusan Masalah
Apa pengertian, etiologi, dan manifestasi klinis, serta bagaimana patofiologi, pengobatan,
dan asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus?
III.
Tujuan
Untuk mengetahui Apa pengertian, etiologi, dan manifestasi klinis, serta bagaimana
patofiologi, pengobatan, dan asuhan keperawatan pada klien dengan tetanus
BAB II
PEMBAHASAN
1.
1.2
TINJAUAN TEORI
Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa
disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani.
1.3
Etiologi
Penyebab dari tetanus adalah bakteri clostridium tetani, suatu basil anaerob Gram-positif
pembentuk spora, yang terdapat dalam usus berbagai hewan herbivora dan terdistribusi luas
dalam tanah.
Sering kali tempat masuk kuman sukar diketahui tetapi suasana anaerob seperti pada luka
tusuk, luka kotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan carries
gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan eksotoksin.
1.4
Patofisiologi
Pada luka yang terkontaminasi oleh tanah yang mengandung spora, kondisi anaerobik
yang disebabkan oleh benda asing dan jaringan mati mendorong pertumbuhan vegetative aktif
Clostridium tetani menhasilkan eksotoksin. Kemudian eksotoksin memproduksi tetano spasmin
dan tetano lisin, dimana tetano spasmin dampaknya pada spasme otot dan tetano lisin
dampaknya tidak tampak.
Toksin tetano spasmin yang di produksi oleh eksotoksin berjalan ke arah proksimal di
sepanjang saraf tepi untuk mencapai system saraf pusat dengan memblokade pelepasan
asetilkolin pada sinaps mioneural dan dengan melawan pengaruh inhibisi pada lengkung refleks
otot. Hal ini yang menimbulkan kekakuan dan spasme otot. Setelah terfiksasi pada medulla
spinalis, toksin tidak dapat di netralisasi lagi oleh antitoksin atau anti tetanus serum.
Setelah clostridium tetani melewati masa inkubasi selama 2-10 hari dan 5-14 hari pada
anak-anak. Pada dewasa maka akan timbul gejala infeksi seperti adanya kenaikan suhu tubuh.
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15
% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi otak mencapai 15
% dari seluruh tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik.
Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun
ke membran sel sekitarnya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadi kejang. Kejang yang
berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan
oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung
yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot
dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
1.5
Manifestasi Klinis
-
Keluhan dimulai dengan kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut
(trismus)
- Diikuti gejala risus sardonikus (wajah menyeringai), kekauan otot dinding perut dan
ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak kaki)
-
1.7
Komplikasi
a. Kaku otot
b. Asfiksia
c. Atelektasis
d. Fraktur oklusi
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik : Menemukan dimana ada luka dan ketegangan otot
b. Pemeriksaan darah : leukosit 8.000-12.000
1.8
Penatalaksanaan Medik
Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
A. Eliminasi kuman atau bakteri
a) debridement
Untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak,
membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis media, caires
gigi. Cairan yang digunakan untuk membersihkan luka yaitu H2CO2 (pehidrol).
b) antibiotika
Penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain
ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
B. Netralisasi toksin
Toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
Dapat diberikan ATS 20.000 UI secara IM.
C. perawatan suporatif
Perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1) Nutrisi dan cairan
pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti
2)
3)
Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua
diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya
bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan
pelumpuhan obat secara totol dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)
kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan
kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai
dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera
sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, dan sebagainya ?
Apakah muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),
gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali ?
Apakah ada riwayat trauma kepala, luka tusuk, luka kotor, adanya benda asing dalam
luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman
yang menghasilkan endotoksin.
Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang aseptik.
4. Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
- Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
- Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan,
-
pertolongan pertama.
Pola nutrisi
Pola Eliminasi :
b. Data Obyektif
Pemeriksaan Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi
dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran
setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
a. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
- Rambut
Dimulai warna, kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan
malnutrisi energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut
-
jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Adakah tanda rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus
cranial
Mata
Saat serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman penglihatan.
Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
-
Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti pembengkakan
dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
-
Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar
sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
-
Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah stomatitis?
Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
-
Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan eksudat ?
Leher
Adakah tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena jugulans
-
Thorax
Pada infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya, irama,
kedalaman, adakah retraksi
Intercostale ? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
-
Jantung
Bagaimana keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah
bradicardi atau tachycardia ?
-
Abdomen
Adakah distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
-
Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana suhunya pada
daerah akral ?
-
Genetalia
BUN
: K, Na
:
Untuk mengidentifikasi adanya proses desak ruang dan adanya lesi
Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak melalui tengkorak yang utuh
Kriteria hasil
1.
2.
3.
4.
5.
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
RASIONAL
1. Identifikasi dan hindari faktor 1. Penemuan faktor pencetus untuk
pencetus
2. tempatkan klien pada tempat 2. Tempat yang nyaman dan tenang dapat
tidur yang memakai pengaman di mengurangi stimuli atau rangsangan yang
ruang yang tenang dan nyaman
longgarakn pakaian
dapat melukainya
-
tidur
-
sekret
6.
catat
kejang,
penyebab
proses
berapa
penyakitnya
dan
9.
observasi
adanya
irama jantung.
pemeriksaan
dosis tinggi
-
pemeberian
dengan
menggunakan
obat
pembuatan CT scan
meningkat.
Kriteria Hasil
-
Hindari
proteksi
yang dewasa.
jelaskan
aktivitas
yang
dapat
menimbulkan kelelahan.
(gangguan
penglihatan,
nausea, vomiting, kemerahan pada 6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik
kulit, synkope dan konvusion)
2.4 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien ( Santosa.
NI, 1989;162 )
2.5 Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau
belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
BAB III
PENUTUP
I.
Kesimpulan
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa
disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani. Toksin
Tetanus berjalan ke arah proksimal di sepanjang saraf untuk mencapai system saraf dengan
memblokade pelepasan asetilkolin pada sinaps mioneural dan dengan melawan pengaruh inhibisi
pada lengkung refleks otot. Hal ini yang menimbulkan kekakuan dan spasme otot. Setelah
terfiksasi pada medulla spinalis, toksin tidak dapat di netralisasi lagi oleh antitoksin.
Tetanus perlu penanganan yang intensif agar tidak berakibat fatal. Di mulai dari
pemberian anti serum tetanus dan anti konvulsan jika terjadi kejang. Bahaya-bayaha yang bisa
menyebabkan cedera pada saat kejang harus di hindarkan.
II.
Saran
Sebagai perawat yang akan menangani banyak kasus perlu banyak pengetahuan terutamaaa
pada penyakit tetanus agar bisa menangani dengan tepat dalam perawatannya.
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall C, 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica
Ester, EGC : Jakarta
Marilyn E. Doenges, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made. EGC:
Jakarta
Santosa NI, 1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI : Jakarta.
Suharso Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga, Surabaya.
B.K.Mandal, E.G.L.Wilkins, E.M.Dunbar, R.T.Mayon-White.2008. Lecture Notes Penyakit
Infeksi. Penerjemah dr. Juwita Surapsari. Penerbit Erlangga: jakarta