Anda di halaman 1dari 21

Laporan Pendahuluan BBLR

A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Berat bayi lahir rendah (BBLR) merupakan bayi (neonatus) yang
lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai
dengan 2499 gram (Yuliastati dan Amelia, 2016).
Berat bayi lahir rendah adalah bayi dengan berat kurang dari 2500
gram pada waktu lahir (Amru Sofian dalam Nurarif, 2015).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR
sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki
risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi
yang berat badan lahir 2.500-3.499 gram (Mitayani, 2009).

2. Klasifikasi
Klasifikasi Berat Bayi Lahir Rendah menurut Mitayani (2009) dan
Nurarif, Amin Huda (2015):
a. Prematuritas Murni
Yaitu bayi pada kehamilan kurang 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan
sesuai dengan masa kehamilan.
b. Baby small for gestational age (SGA)
Berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan.
SGAterdiri dari tiga jenis.
1) Simetris (intrauterus for gestational age)
Gangguan nutrisi pada awal kehamilan dan
dalamjangka waktu yang lama.
2) Asimetris (intrauterus growth retardation)
Terjadi defisit pada fase akhir kehamilan.

1
3) Dismaturitas
Suatu sindrom klinik dimana terjadi ketidakseimbangan
antara pertumbuhan janin dengan lanjutnya kehamilan atau
bayi-bayi yang lahir dengan berat badan tidak sesuai dengan
tuanya kehamilan. Atau bayi dengan gejala intrauterine
malnutrition or wasting.
c. Menurut penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan menjadi
3 yaitu:

1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir <2500g


2. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir <1500g
3. Bayi Berat Lahir Ekstrim Rendah (BBLER), berat lahir <1000g

d. Menurut usia kehamilan, BBLR dibedakan menjadi 3 yaitu:


1. Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu jika bayi lahir BB dibawah
persentil ke-10 kurva pertumbuhan janin
2. Sesuai Masa Kehamilan (SMK) yaitu jika bayi lahir BB diantara
persentil ke-10 dan ke-90 kurva pertumbuhan janin
3. Besar Masa Kehamilan (BMK) yaitu jika bayi lahir BB diatas
persentil ke-90 kurva pertumbuhan janin

BM 90
75
50
SM 25
10

KM

2
3. Etiologi
Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2010):
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,
perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,
infeksi kandung kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual, hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan
pada usia< 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang
dari 1 tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah.
Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan
antenatal yang kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan.

b. Faktor Janin
Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
c. Faktor Plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta
previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom
parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan

3
Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di
dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir
rendah (Mitayani, 2009):
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45
cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala kurang dari
33cm.
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.
c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat
sedikit.
d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.
e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia miyora.
f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum
teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.
g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan menelan
belum sempurna.

Menurut Hidayat (2010) Dalam Rsud Salatiga, Gambaran Klinis Pada


Bblr Dibedakan Menjadi 2 Yaitu :
Tanda tanda bayi premature :
1. panjang badan kurang dari atau sama dengan 46 cm
2. panjang kuku belum melewati jari
3. lingkar dada kurang dari atau sama dengan 30 cm
4. lingkar kepala kurang dari atau sama dengan 33 cm
5. rambut lanugo masih banyak
6. jaringan subkutan tipis atau kurang
7. tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannnya
8. tumit mnegkilat, telapak kaki halus
9. pada wanita labia mayora menutupi labia minora pada laki laki
testis belum turun

4
Tanda Tanda Bayi Dismatur
1. kulit pucat
2. kulit keriput
3. kuku lebih panjang
4. vernik kaseosa tipis/ tidak ada
5. tali pusat bewarna kuning kehijauan
6. tangis lebih kuat gerak lebih aktif

5. Masalah yang Dapat Terjadi pada BBLR


Masalah yang dapat terjadi pada bayi dengan berat badan lahir
rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan
sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi
adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat,
kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi
(Maryunani, dkk, 2009).
a. Sistem Pernafasan
Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk
bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang
berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan
yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga
alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi).
Lumen sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi
jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, dan pembuluh
darah paru yang imatur. Kondisi inilah yang menganggu usaha bayi
untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress
pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi
trauma susunan saraf pusat. Kondisi ini disebabkan antara lain:
perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma
lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia.
Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat

5
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP), yang
diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/
kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat
intrauterine kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan
penutupan ductus arteriosus.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi
seperti bayi yang cukup bulan, kondisi ini disebabkan karena tidak
adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33–
34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang
dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak
stabil, yang disebabkan antara lain:
1) Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan
kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi
relatif luas).
2) Kurangnya lemak subkutan (brown fat / lemak cokelat).
3) Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.
4) Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler
kulit.
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan.
Penyebabnya antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek.
2) Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh.
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan
laboratorium yang sering.

6
g. Sistem Imunologi
Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang
terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan
terhadap infeksi.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya, di mana ginjal bayi tersebut karena belum matang
maka tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam – basa,
tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat – obatan
dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.
i. Sistem Integument
Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis
dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy
ofprematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan
retina.

6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah
(Mitayani, 2009):
a. Sindrom Aspirasi Meconium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasan
pada bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknya mekonium
(tinja bayi) ke paru-paru sebelum atau sekitar waktu kelahiran
(menyebabkan kesulitan bernafas pada bayi).
b. Hipoglikemi Simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai kadar
glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi pada
BBLR, karena cadangan glukosa rendah ,terutama pada laki-laki.

7
c. Penyakit membran hialin yang disebabkan karena membran
surfaktan belum sempurna atau cukup, sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan aspirasi, tidak tertinggal udara dalam
alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
pernafasan berikutnya.
d. Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir.
e. Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (ikterus bayi baru lahir)
adalahmeningginya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskuler, sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat
tubuh lainnya berwarna kuning.

7. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2009):
a. Jumlah darah lengkap: penurunan padaHb(normal:12-24gr/dL), Ht
(normal: 33 -38%) mungkin dibutuhkan.
b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).
c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajatkeparahan distres
pernafasan bila ada.
1) pH : 7,35-7,45
2) PCO2 : 35-45 mmHg
3) PO2 : 80-100 mmHg
4) Saturasi O2 : 95 % atau lebih
d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.
e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia. Bilirubin normal:
1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.
2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.
3) Urinalisis: mengkaji homeostatis.

8
4) Jumlah trombosit (normal: 200.000 – 475.000 mikroliter):
Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.
5) EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau
komplikasi.

8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada bayi BBLR yaitu
dengan menerapkan beberapa metode Developemntal care yaitu:
a. Pemberian posisi
Pemberian posisi pada bayi BBLR sangat mempengaruhi pada
kesehatan dan perkembangan bayi. Bayi yang tidak perlu
mengeluarkan energi untuk mengatasi usaha bernafas, makan atau
mengatur suhu tubuh dapat menggunakan energi ini untuk
pertumbuhan dan perkembangan.
b. Minimal handling
1) Dukungan Respirasi
Banyak bayi BBLR memerlukan oksigen suplemen
danbantuan ventilasi, hal ini bertujuan agar bayi BBLR dapat
mencapai dan mempertahankan respirasi. Bayi dengan
penanganan suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan
oksigenasi. Terapi oksigen diberikan berdasarkan kebutuhan
dan penyakit bayi.
2) Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada bayi BBLR
adalahpemberian kehangatan eksternal setelah tercapainya
respirasi. Bayi BBLR memiliki masa otot yang lebih kecil dan
deposit lemak cokelat lebih sedikit untuk menghasilkan panas,
kekurangan isolasi jaringan lemak subkutan, dan control reflek
yang buruk pada kapiler kulitnya. Pada saat bayiBBLR lahir
mereka harus segera ditempatkan dilingkungan yang
dipanaskan hal ini untuk mencegah atau menunda terjadinya
efek stres dingin.

9
3) Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan salah
satupenatalaksanaan asuhan keperawatan pada bayi BBLR
untuk mencegah terkena penyakit. Lingkungan perilindungan
dalam inkubator yang secara teratur dibersihkan dan diganti
merupakan isolasi yang efektif terhadap agens infeksi yang
ditularkan melalui udara. Sumber infeksi meningkat secara
langsung berhubungan dengan jumlah personel dan peralatan
yang berkontak langsung dengan bayi.
4) Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral
untukasupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang
adekuat sangat penting pada bayi preterm, karena kandungan
air ekstraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan
dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan
permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang
sempurna, sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap
kehilangan cairan.
5) Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen
bayi BBLR, tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi mereka karena berbagai mekanisme ingesti
dan digesti makanan belum sepenuhnya berkembang. Jumlah,
jadwal, dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran
dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral
ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.

c. Perawatan Metode Kanguru (Kangaroo Mother Care)


Perawatan metode kanguru (PMK) merupakan salah satu
alternatif cara perawatan yang murah, mudah, dan aman untuk
merawat bayi BBLR. Dengan PMK, ibu dapat menghangatkan

10
bayinya agar tidak kedinginan yang membuat bayi BBLR mengalami
bahaya dan dapat mengancam hidupnya, hal ini dikarenakan pada
bayi BBLRbelum dapat mengatur suhu tubuhnya karena sedikitnya
lapisan lemak dibawah kulitnya.
PMK dapat memberikan kehangatan agar suhu tubuh pada bayi
BBLR tetap normal, hal ini dapat mencegah terjadinya hipotermi
karena tubuh ibu dapat memberikan kehangatan secara langsung
kepada bayinya melalui kontak antara kulit ibu dengan kulit bayi, ini
juga dapat berfungsi sebagai pengganti dari inkubator.
PMK dapat melindungi bayi dari infeksi, pemberian makanan
yang sesuai untuk bayi (ASI), berat badan cepat naik, memiliki
pengaruh positif terhadap peningkatan perkembangan kognitif bayi,
dan mempererat ikatan antara ibu dan bayi, serta ibu lebih percaya
diri dalam merawat bayi (Perinansia, 2008).
d. Perawatan pada inkubator
Inkubator adalah suatu alat untuk membantu terciptanya suatu
lingkungan yang optimal, sehingga dapat memberikan suhu yang
normal dan dapat mempertahankan suhu tubuh. Pada umumnya
terdapat dua macam inkubator yaitu inkubator tertutup dan inkubator
terbuka (Hidayat, 2005).

9. Patofisiologi dan Pathway


Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38
minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa
kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan
yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta,
infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai
makanan ke bayi jadi berkurang.

11
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan
janin tidak mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi
denganberat badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem
reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi
pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih
besar dan lebih sehat dari pada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan
untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel
tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian
janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal
secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi
BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2010).

12
PATHWAY BBLR
Proverawati, Ismawati (2010) FAKTOR PENYEBAB

FAKTOR IBU
 Penyakit
KEADAAN SOSIAL FAKTOR JANIN FAKTOR PLASENTA FAKTOR LINGKUNGAN
 Komplikasi kehamilan (anemia, perdarahan EKONOMI -Kelainan kromosom - Plasenta Previa -Radiasi
antepartum, PEB, eklamsia, infeksi kandung kemih) -Golongan sosek rendah -Infeksi kronik (inklusi - Solusio Plasenta -Terpapar zat beracun
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular -Aktivitas fisik yang berlebihan sitomegali, rubella bawaan)
- Hidramnion -Tempat tinggal di dataran
seksual, hipetensi, HIV/AIDS, TORCH (Toxoplasma, -Perkawinan yang tidak sah -Gawat janin
- Ketuban Pecah Dini tinggi
Rubella, Cytomegalovirus/CMV, Herpes Siplex Virus), -Kehamilan Kembar
jantung
 Ibu
 Kehamilan usia < 20 tahun
 Jarak kehamilan terlalu dekat/pendek, < 1 tahun
 Riwayat BBLR sebelumnya
BBLR
Immatur Sistem Imur
- Bayi tampak
MK:Resti Infeksi Evaporasi Konduksi Konveksi Radiasi Immaturitas kurus
hepar - Kulit Longgar
Sentusiterpapar jaringan
Cairan amnion bercampur dengan Pe E Suhu tubuh dan stress dingin lemak dan
mekonium Binaturisme Pusat bawan kulit
tipis.
Nafas Men Metabolismerate Gangguan korjugasi
Billirubin
Dispnea Peningkatan Penggunaan O2
Peningkatan Penggunaan Glukosa
Ketidaktahuan
MK:Bersihan Penurunan Produksi Surfaktan penyebab,
jalan nafas MK: Hipotermia atau Hipertermia Proses penyakit, MK:Kuran
Hipoglikemia
tanda gejala, g
tidak efektif Asfiksia
penanganan. Pengetahu
an
Respiratory Dishess
Metabolisme Lemak Cokelat MK : Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh - Pucat
SulitBernafas - Tidak mau
Peningkatan Produksi senyawa Asam
Pemindahan Bilirubin pada makan
MK : Gangguan tempat ikatan Albumin - Lemah
Asidosis Metabolik - Apatis
Pertukaran gas
Hiperbilirubinnemia
MK: Pola nafas tidak
efektif - Letargi
MK: Resiko Trauma Jaudice MK: resiko Cidera
- Kejang
- Tonus otot
13 Kemampuan Menghisap lemah
- Leher Kaku
foto terapi
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pada saat kelahiran bayi baru harus menjalani pengkajian cepat namun
seksama untuk menentukan setiap masalah yang muncul dan mengidentifikasi
masalah yang menuntut perhatian yang cepat. Pemeriksaan ini terutama ditujukan
untuk mengevaluasi kardiopulmonal dan neurologis. Pengkajian meliputi
penyusunan nilai APGAR dan evaluasi setiap anomaly congenital yang jelas atau
adanya tanda gawat neonatus (Wong, 2008).
a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran/ keaktifan bayi
2) BB < 2500 gr
3) PB < 45 cm
4) LK < 33 cm
5) LD < 30 cm
6) Nadi : 120 – 160 x/menit
7) Pernafasan : 40 – 60 x/menit
8) Suhu : 36,5 – 37,5°C
9) Postur cenderung ekstensi
b. Pengkajian umum
1) Timbang bayi tiap hari, atau lebih bila ada permintaan dengan
menggunakan timbangan elektronik.
2) Ukur panjang badan, dan lingkar kepala secara berkala.
3) Jelaskan bentuk dan ukuran tubuh secara umum, postur saat istirahat,
kemudian bernafas, dan adanya lokasi edema.
4) Observasi adanya deformitas yang tampak.
5) Observasi setiap tanda kegawatan, warna yang buruk, hipotonia,
tidak responsive, dan apnea.
c. Pengkajian respirasi
1) Observasi bentuk dada (barrel, konkaf), simetri, adanya insisi, slang
dada, atau devisiasi lainnya.
2) Observasi adanya penggunaan otot pernapasan tambahan cuping hidung
atau retraksi substernal, interkostal atau subklavikular.
3) Tentukan frekuensi pernapasan dan keteraturannya.

14
4) Lakukan auskultasi dan jelaskan suara napas (stridor, krepitasi, mengi,
suara basah berkurang, daerah tanpa suara, grunting), berkurangnya
masukan udara, dan kesamaan suara napas.
5) Tentukan apakah diperlukan pengisapan.
d. Pengkajian kardiovaskuler
1) Tentukan denyut jantung dan iramanya.
2) Jelaskan bunyi jantung, termasuk adanya bising.
3) Tentukan titik intensitas maksimal (point of maximum intensity/PMI),
titik ketika bunyi denyut jantung paling keras terdengar danteraba
(perubahan PMI menunjukkan adanya pergeseran imediastinum).
4) Jelaskan warna bayi (bisa karena gangguan jantung, respirasi atau
hematopoetik), sianosis pucat, plethora, jaundis, dan bercak-bercak.
5) Kaji warna dasar kuku, membran mukosa, dan bibir.
6) Tentukan tekanan darah, dan tunjukkan ekstermitas yang dipakai.
e. Pengkajian gastrointestinal
1) Tentukan adanya distensi abdomen, adanya edema dinding abdomen,
tampak pelistaltik, tampak gulungan usus, dan status umbilicus.
2) Tentukan adanya tanda regurgitasi dan waktu yang berkaitan dengan
pemberian makanan, karakter dan jumlah residu jika makanan keluar,
jika terpasang selang nasogasrtik, jelaskan tipe penghisap, dan haluaran
(warna, konsistensi, pH).
3) Palpasi batas hati (3 cm dibawah batas kosta kanan).
4) Jelaskan jumlah, warna, dan konsistensi feses, periksa adanya darah.
5) Jelaskan bising usus.
f. Pengkajian genitourinaria
1) Jelaskan setiap abnormalitas genitalia.
2) Jelaskan jumlah (dibandingkan dengan berat badan), warna pH, temuan
lab-stick, dan berat jenis kemih (untuk menyaring kecukupan hidrasi).
3) Periksa berat badan (pengukuran yang paling akurat dalam mengkaji
hidrasi).
g. Pengkajian neurologis-muskuloskeletal
1) Jelaskan gerakan bayi, kejang, kedutan, tingkat aktivitas terhadap
rangsang, dan evaluasi sesuai masa gestasinya.
2) Jelaskan posisi bayi atau perilakunya (fleksi, ekstensi).

15
3) Jelaskan refleks yang ada (moro, rooting, sucking, plantar, tonickneck,
palmar).
4) Tentukan tingkat respons dan kenyamanan.
h. Suhu tubuh
1) Tentukan suhu kulit dan aksilar.
2) Tentukan hubungan dengan suhu sekitar lingkungan.
i. Pengkajian kulit
1) Terangkan adanya perubahan warna, daerah yang memerah, tanda
iritasi, melepuh, abrasi, atau daerah terkelupas, terutama dimana
peralatan pemantau infus atau alat lain bersentuhan dengan kulit.
2) Tentukan tekstur dan turgor kulit kering, lembut, bersisik, terkelupas
dan lain-lain.
3) Terangkan adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada
bayi dengan BBLR (NANDA, 2018 – 2020):
a) Bersihan jalan tidak efektif b.d obstruksi jalan nafas , sekresi tertahan,

banyaknya mukus

b) Pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi, pelemahan muskulo-skleletal,

kelelahan otot pernapasn, hipoventilasi sindrom.

c) Gangguan pertukaran gas b.d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap

defisiensi surfaktan

d) Kurang pengetahuan b.d keterbatasan kognitif, tidak mengetahui sumber-

sumber informasi

e) Hipertermia/ hipotermia b.d penyakit

f) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Ketidakmampuan

untuk memasukkan atau mencerna nutrisi oleh karena faktor biologis

16
g) Resiko infeksi b.d faktor-faktor resiko: imunosupresi, peningkatan paparan

lingkungan patogen, tidak adekuat pertahanan sekunder, pertahanan primer

tidak adekuat

h) Resiko cidera berhubungan dengan paparan sinar fototerapi

i) Resiko trauma b.d faktor-faktor resiko internal : letargi, kejang

1) Perencanaan

No Nursing Outcomes Classification Nursing Intervention Classification


Dx (NOC) (NIC)
1. NOC : 1. Pastikan kebutuhan oral / tracheal
Respiratory status : Ventilation suctioning.
2. Berikan O2 ……l/mnt, metode………
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
selama ... x 24 jam pasien menunjukkan ventilasi
keefektifan jalan nafas dibuktikan 4. Keluarkan sekret dengan suction
dengan kriteria hasil : 5. Auskultasi suara nafas, catat adanya
 Suara nafas yang bersih suara tambahan
 Tidak ada sianosis 6. Berikan bronkodilator
 Tidak ada dyspneu 7. Monitor status hemodinamik
 Bernafas dengan mudah 8. Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
 Tidak ada pursed lips mengencerkan sekret
9. Monitor respirasi dan status O2
10. Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang penggunaan peralatan : O2,
Suction, Inhalasi.

2. NOC : 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan


Respiratory status : Airway patency ventilasi
2. Auskultasi suara nafas, catat adanya
Setelah dilakukan tindakan keperawatan suara tambahan
selama ... x 24 jam pasien menunjukkan 3. Monitor respirasi dan status O2
keefektifan pola nafas, dibuktikan 4. Bersihkan mulut, hidung dan secret
dengan kriteria hasil: trakea
 Menunjukkan jalan nafas yang paten 5. Pertahankan jalan nafas yang paten
 Klien tidak tercekik 6. Observasi adanya tanda tanda
 Irama nafas dalam rentang normal hipoventilasi
 Frekuensi pernafasan dalam rentang 7. Monitor adanya kecemasan pasien
normal terhadap oksigenasi
 Tidak ada suara nafas abnormal 8. Monitor vital sign
9. Monitor pola nafas
10. Berikan bronkodilator : ....

17
3. NOC : 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Respiratory Status : Gas exchange ventilasi
2. Pasang mayo bila perlu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Catat pergerakan dada,amati
selama …x24 jam Gangguan pertukaran kesimetrisan, penggunaan otot
pasien teratasi dengan kriteria hasi: tambahan, retraksi otot supraclavicular
 Mendemonstrasikan peningkatan dan intercostal
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat 4. Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Memelihara kebersihan paru paru 5. Monitor pola nafas : bradipena,
 Bebas dari tanda tanda distress takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
pernafasan cheyne stokes, biot
 Tidak ada sianosis dan dyspneu 6. Auskultasi suara nafas, catat area
 Mampu bernafas dengan mudah penurunan / tidak adanya ventilasi dan
suara tambahan
7. Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
mental
8. Observasi sianosis khususnya membran
mukosa
9. Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
10. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung

4. NOC : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan


Kowledge : disease process keluarga
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan bagaimana hal ini berhubungan dengan
selama … x24 jam keluarga pasien anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
menunjukkan pengetahuan tentang tepat.
proses penyakit dengan kriteria hasil: 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
 Keluarga menyatakan pemahaman muncul pada penyakit, dengan cara yang
tentang penyakit, kondisi, prognosis tepat
dan program pengobatan 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara
 Keluarga mampu melaksanakan yang tepat
prosedur yang dijelaskan secara benar 5. Identifikasi kemungkinan penyebab,
 Keluarga mampu menjelaskan dengan cara yang tepat
kembali apa yang dijelaskan 6. Sediakan informasi pada pasien tentang
perawat/tim kesehatan lainnya kondisi, dengan cara yang tepat
7. Sediakan bagi keluarga informasi
tentang kemajuan pasien dengan cara
yang tepat
8. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
9. Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan

18
10. Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

5. NOC: 1. Monitor suhu sesering mungkin


Thermoregulasi 2. Monitor warna dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 4. Monitor penurunan tingkat kesadaran
selama ... x 24 jam pasien menunjukkan: 5. Berikan anti piretik:.......
 Suhu tubuh dalam batas normal 6. Kelola
 Suhu : 36,5-37,5 ºC Antibiotik:………………………..
 Nadi dan RR dalam rentang normal 7. Berikan cairan intravena
 Nadi : 120-160 x/menit 8. Tingkatkan sirkulasi udara
 RR : 40-60 x/menit 9. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 Tidak ada perubahan warna kulit dan 10. Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
tidak ada pusing, merasa nyaman kelembaban membran mukosa)

6 NOC : 1. Monitor adanya penurunan BB


Nutritional status: Adequacy of nutrient 2. Monitor turgor kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total
selama ... x 24 jam nutrisi kurang protein, Hb dan kadar Ht
teratasi dengan indikator : 4. Monitor mual dan muntah
 Albumin serum 5. Monitor pucat, kemerahan, dan
 Pre albumin serum kekeringan jaringan konjungtiva
 Hematokrit 6. Monitor intake nuntrisi
 Hemoglobin 7. Kolaborasi dengan dokter tentang
 Total iron binding capacity kebutuhan suplemen makanan seperti
Jumlah limfosit NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
8. Atur posisi semi fowler atau fowler
tinggi selama makan
9. Kelola pemberan anti emetik:.....
10. Pertahankan terapi IV line
7. NOC : 1. Pertahankan teknik aseptif
Risk Control 2. Batasi pengunjung bila perlu
3. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan tindakan keperawatan
selama ... x 24 jam pasien tidak 4. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
mengalami infeksi dengan kriteria hasil: alat pelindung
 Klien bebas dari tanda dan gejala 5. Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
infeksi dengan petunjuk umum
 Jumlah leukosit dalam batas normal 6. Berikan terapi antibiotik:...............
 Status imun dalam batas normal 7. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
 Gastrointestinal dalam batas normal dan lokal
 Genitourinaria dalam batas normal 8. Pertahankan teknik isolasi k/p
9. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
10. Ajarkan keluarga tanda dan gejala
infeksi

19
8. NOC : NIC : Pressure Management
Tissue Integrity : Skin and Mucous 1. Identifikasi adanya factor resiko
Membranes ibu mengalami DM
Delay old calmping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Ibu dengan Dm
selama…x24 jam tidak mengalami cidera RH ABO antagonis
dengan kriteria hasil: 2. Observasi kadar bilirubin
 Integritas kulit yang baik bisa 3. Monitor warna kulit setiap pergantian
dipertahankan (sensasi, elastisitas, shift
temperatur, hidrasi, pigmentasi) 4. Monitor Hb HCT atau ada tanda
 Tidak ada luka/lesi pada kulit atau penurunan
terbakar 5. Berikan phototerapi sesuai protab
 Bilirubin turun dan 6. Tutup mata dan genital dan hindari
 Bayi memakai pelindung mata dan penekanan pada mata
genital 7. Ganti bantalan mata setiap 2 kali sehari

9. NOC : NIC :
Safety Behavior : Fall Prevention Environmental Management safety
1. Sediakan lingkungan yang aman untuk
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien
selama…x24 jam klien tidak 2. Identifikasi kebutuhan keamanan
mengalami trauma dengan kriteria hasil: pasien, sesuai dengan kondisi fisik dan
 pasien terbebas dari trauma fisik fungsi kognitif pasien dan riwayat
penyakit terdahulu pasien
3. Menghindarkan lingkungan yang
berbahaya (misalnya memindahkan
perabotan)
4. Menyediakan tempat tidur yang
nyaman dan bersih
5. Membatasi pengunjung
6. Memberikan penerangan yang cukup
7. Mengontrol lingkungan dari kebisingan
8. Memindahkan barang-barang yang
dapat membahayakan

20
Daftar Rujukan

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA – I Diagnosis Keperawatan: Definisi


dan Klasifikasi 2018 – 2020, Edisi 11. Jakarta: EGC.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba


Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan


Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC
Jilid 1. Yogyakarta: MediAction Publishing.

Proverawati dan Cahyo Ismawati. (2010). Berat Badan Lahir Rendah.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat Persatuana Perawat Nasional Indonesia.

Wilkinson, Judith M. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosis


NANDA, Intervensi NIC, kreteria hasil NOC, ed 9. Jakarta: EGC.

Wong, Donna L, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta:


EGC.

Yuliastati dan Amelia Arnis. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Anak.
Jakarta: Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan.

21

Anda mungkin juga menyukai