Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS “ABORTUS IMMINENS”

PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA

AMITA AUDILLA S.Kep Nrs, M.Kep PITRIA PEBRIANI


DEFINISI
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah dengan pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar Rahim. Janin belum mampu hidup diluar Rahim, jika
beratnya kurang dari 500g, atau usia kehamilan kurang dari 28mgg karena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hamper selalu
didahului dengan matinya janin dalam Rahim. (Manuaba, 2007 : 683)
Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum
20mgg dengan atau tanpa kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono, 1996)
Abortus Imminens adalah perdarahn bercak yang menunjukkan ancaman terhadap
kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut
atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2009)

ETIOLOGI
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
- Kelainan kromosom
- Lingkungan sekitar kurang sempurna
- Pengaruh dari luar
2. Kelainan pada plasenta adalah perdarahan dari pembuluh darah sekitar plasenta
3. Penyakit ibu (pneumonia, typus,abdominalis, anemia berat, malaria, keracunan)
4. Kelainan traktus genitalia (retroversi uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus)
5. Kelainan endokrin (hyperhiroid, DM , kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis
(Hamilton, C. Mary, 1995)

MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala pada abortus imminen :
a. Terdapat keterlambatan dating bulan
b. Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
c. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya Rahim sama dengan umur kehamilan dan terjadi
kontraksi otot Rahim
d. Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis “servikalis” dan kanalis servikalis
masih tertutup, dapat dirasakan kontraksi otot Rahim
e. Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positip
(Syaifudin. Bari Abdul,2009)

PATOFISIOLOGI
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan
sebelum 20mgg, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi perdarahan pervaginam pada paruh
pertama kehamilan. Yang pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari beberapa jam
sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di
anterior dan jelas bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap
disertai perasaan tertekan dipanggul, atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul digaris tengah
suprapubis. Kadang-kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa mgg . Dalam hal ini perlu
diputuskan apakah kehamilan dapat dilanjutkan.
Sonografi vagina, pemeriksaan kuantitatif serial kadar gonadotropin korionik (hcg)
serum, dan kadar progesterone serum, yang diperiksa tersendiri atau dalam berbagai kombinasi,
untuk memastikan apakah terdapat janin hidup intrauterus. Dapat juga digunakan teknik
pencitraan colour and pulsed Doppler flow per vaginam dalam mengidentifikasi gestsi intra
uterus hidup. Setelah konsptus meninggal, uterus harus dikosongkan. Semua jaringan yang
keluar harus diperiksa untuk menentukan apakah abortusnya telah lengkap. Kecuali apabila janin
dan plasenta dapat didentifikasi secara pasti, mungkin diprlukan kuretase. Ulhasonografi
abdomen atau probe vagina dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan ini. Apabila
didalam rongga uterus terdapat jaringan dalam jumlah signifikan, maka dianjurkan dilakukan
kuretase.
PATHWAY
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Ultrasonografi (USG) Tranvaginal dan Observasi Denyut Jantung Janin
Pemeriksaan USG transvaginal penting untuk menentukan apakah janin viable atau non
viable 1,5 dan membedakan antara kehamilan intrauteri, ekstrauteri,mola, atau
missedabortion. Jika perdarahan berlanjut, ulangi pemeriksaan USG dalam tujuh hari
kemudian untuk mengetahui viabilitas janin. Jika hasil pemeriksaan meragukan,
pemeriksaan dapat diulang 1-2mgg kemudian.

2. Kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Kuantitatif Serial


Evaluasi harus mencakup pemeriksaan Hcg serial kecuali pasien mengalami kehamilan
intrauterine yang terdokumentasi dengan USG, untuk mengeliminasi kemungkinan
kehamilan ektropik.

3. Pemeriksaan kadar progesterone


Kadar hormone progesterone relative stabil pada trimester pertama, sehingga
pemeriksaan tunggal dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viable,.
Kadar kurang dari 5mg/ml menunjukkan prognosis kegagalan kehamilan dengan
sensitifitas 60%,sedangkan nilai 20mg/ml menunjukkan kehamilan yang viable dengan
sensitivitas 100%

4. Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 mgg setelah
abortus
5. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortus

PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring total
2. Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
3. Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa, lakukan penilaian jika
perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai kondisi janin (uji
kehamilan atau USG ) Jika perdarahan berlanjut, khusunya jika ditemukan uterus yang
lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola
4. Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens, karena pada saat
berhubungan seksual, oksitosin disekresi oleh putting atau akibat stimulasi klitoris, selain
itu prostaglandin E dalam semen dapat mempercepat pematangan serviks dan
meningkatkan kolonisasi mikroorganisme di vagina.
5. Relaksan Otot Uterus
Buphenine hydrochloride merupakan vasodilator yang juga digunakan sbg relaksan otot
uterus, pada penelitian RCT menunjukan hasil yang lebih baik dibandingkan penggunaan
placebo, namun metode penelitian ini tidak jelas, dan tidak ada penelitian lain yang
mendukung pemberian tokolisis pada awal terjadinya abortus imminens. Cochrane
Library menyebutkan tidak ada cukup bukti yang menunjukkan efektifitas penggunaan
relaksan otot uterus dalam mencegah abortus imminens.
6. Profilaksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian immunoglobulin anti-D pada kasus perdarahan
setelah 12mgg kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala berat mendekati 12mgg.

KOMPLIKASI
1. Perdarahan
2. Infeksi
3. Syok
(Syaifudin. Bari Abdul,2009)

MASALAH KEPERAWATAN
1. Hipovolemia b.d perdarahan
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

INTERVENSI
1. Dx 1
a. Kriteria hasil
- Output urine meningkat
- Frekuensi nadi membaik
- Tekanan darah membaik
- Tekanan nadi membaik

b. Intervensi
Obs
- Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
volume urin menurun)
- Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
- Hitung kebutuhan cairan
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
- Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis (mis. NaCl, RL)

2. Dx 2
a. Kriteria hasil
- Keluhan nyeri menurun
- Meringis menurun
- Sikap protektif menurun
- Gelisah menurun
- Kesulitan tidur menurun
b. Intervensi
Obs
- Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi
- Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
- Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
- Jelaskan penyebab,pemicu nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Manuba, 2007. Pengantar Kuliah Obstertri. Jakarta : EGC.

Syaifudin, Abdul Bari. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta,2009 : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;

PPNI (2017) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai