Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS “PRE EKLAMSI


BERAT”

DISUSUN OLEH :
PITRIA PEBRIANI
Definisi
• Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari
hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak
menunjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau
hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya
muncul setelah kehamilan berumur 28mgg atau lebih,
(Nanda,2012)
• Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan
yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110
mmHg atau lebih disertai proteinuria dan / atau edema
pada kehamilan 20mgg atau lebih. (Ai, Yeyeh. 2010.
Asuhan Kebidanan IV)
Etiologi
• Penyebab preeklamsia sampai saat ini masih belum
diketahui secara pasti, sehingga penyakit ini disebut
dengan “The Diseases of Theories”. Beberapa factor
yang berkaitan dengan terjadinya preeklamsia
adalah :
• 1. Faktor Trofoblas
• 2. Faktor Imunologik
• 3. Faktor hormonal
• 4. Faktor genetic
• 5. Faktor Gizi
• 6. Peran Prostasiklin Tromboksan
Manifestasi Klinis
1. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan
1kg seminggu beberapa kali
2. Edema terjadi peningkatan beratbadan, pembengkakan kaki,
jari tangan dan muka
3. Hipertensi (diukur setelah pasien beristirahat selama 30mnt)

4. Proteuria
• Terdapat protein sebanyak 0.3 g/l dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kuwalitatif +1/+2.
• Kadar protein > 1 g/l dalam urin yang dikeluarkan dengan
kateter atau urine porsi tengah, diambil 2 kali dalam waku
6jam.
Patofisiologi
• Pada preeklamsia terdapat penurunan plasma dalam
sirkulasi dan terjadi peningkatan hematocrit. Perubahan ini
menyebabkan penurunan perfusi ke organ, termasuk ke
utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar
dari timbulnya proses preeklamsia. Kontriksi vaskuler
menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena
adanya peningkatan sensitifitas dari sirculating pressors.
Preeklamsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan
organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan
plasenta sehingga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin
Growth Retardation.
Pathway
Pemeriksaan penunjang
• Laboratorium : protein uri dengan kateter atau
midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt
atau + 1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematocrit menurun, BJ urine meningkat, serum
kreatinin meningkat, urine acid biasanya >7
mg/100ml.
• USG : untuk mengetahui keadaan janin
• NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
Penatalaksanaan
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan diakhiri/
diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti :
kehamilan di pertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip :
Tetap pemantauan janin dengan klinis, USG, Kardiotokografi.
1. Penanganan aktif
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat diruang khusus di daerah
kamar bersalin. Tidak harus ruangan gelap. Penderita ditangani aktif bila ada
satu atau lebih kriteria ini.
• Ada tanda-tanda impending eklamsia
• Ada help syndrome
• Ada kegagalan penanganan konservatif
• Ada tanda-tanda gawat janin atau iugr
• Usia kehamilan 35mgg atau lebih
2. Penanganan konservatif
3. Mengenal secara dini preeklamsia dan segera merawat penderita tanpa
memberikan diuretika dan obat anthipertensi, memang merupakan kemajuan
yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik. (Wiknjosaatro H,2009)
Komplikasi
• Tergantung derajat preeklamsianya, yang termasuk
komplikasi antara lain atonia uteri (uterus couvelaire),
sindom HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet Cown), ablasi retina, KID (Koagulasi Intra
Vaskular Diseminata), gagal ginjal, perdarahan otak,
odem paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi
pada janin berhubungan dengan akut kronisnya
insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan janin
terhambat dan prematuritas..
Masalah keperawatan
• Nyeri akut b.d agen pencedera fisik
• Defisit nutrisi b.d Ketidakmampuan mencerna
makanan
Intervensi
Dx 1
Kriteria hasil
• Keluhan nyeri menurun
• Meringis menurun
• Sikap protektif menurun
• Gelisah menurun
• Kesulitan tidur menurun
• Intervensi
• Obs
= Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi
= Identifikasi skala nyeri
• Terapeutik
= Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
= Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
= Jelaskan penyebab,pemicu nyeri
• Kolaborasi
= Kolaborasi pemberian analgetik
Dx 2
Kriteria hasil
• Porsi makan yang dihabiskan meningkat
• Perasaan cepat kenyang menurun
• Nafsu makan membaik
• Mual muntah menurun
• Frekuensi makan membaik
Intervensi
Obs
• Identifikasi status nutrisi
• Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
• Identifikasi makanan yang disukai
• Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
• Monitor hasil pemeriksaan laborat
Teraoeutik
• Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
• Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
• Ajarkan diit yang diprogramkan
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan
• Kolaborasi dengan ahligizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan.
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS “ABORTUS IMMINENS”
Definisi
• Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran
adalah dengan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup diluar Rahim. Janin belum mampu hidup
diluar Rahim, jika beratnya kurang dari 500g, atau usia
kehamilan kurang dari 28mgg karena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan
yang mengalami abortus, hamper selalu didahului dengan
matinya janin dalam Rahim. (Manuaba, 2007 : 683)
• Abortus Imminens ialah terjadinya pendarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20mgg dengan atau tanpa
kontraksi uterus yang nyata dengan hasil konsepsi dalam
uterus dan tanpa adanya dilatasi servik uteri (Sarwono,
1996)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
• Kelainan kromosom
• Lingkungan sekitar kurang sempurna
• Pengaruh dari luar
2. Kelainan pada plasenta adalah perdarahan dari pembuluh darah sekitar
plasenta
3. Penyakit ibu (pneumonia, typus,abdominalis, anemia berat, malaria,
keracunan)
4. Kelainan traktus genitalia (retroversi uteri, mioma uteri, kelainan bawaan
uterus)
5. Kelainan endokrin (hyperhiroid, DM , kekurangan progesteran)
6. Trauma
7. Gangguan nutrisi
8. Stress psikologis
(Hamilton, C. Mary, 1995) 
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada abortus imminen :
• Terdapat keterlambatan datang bulan
• Terdapat perdarahan, disertai sakit perut atau mules
• Pada pemeriksaan dijumpai besarnya Rahim sama
dengan umur kehamilan dan terjadi kontraksi otot Rahim
• Hasil periksa dalam terdapat perdarahan dari kanalis
“servikalis” dan kanalis servikalis masih tertutup, dapat
dirasakan kontraksi otot Rahim
• Hasil pemeriksaan tes kehamilan masih positip
(Syaifudin. Bari Abdul,2009)
Patofisiologi
• Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari
uterus pada kehamilan sebelum 20mgg, dimana hasil konsepsi
masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Diagnosis abortus imminens ditentukan apabila terjadi
perdarahan pervaginam pada paruh pertama kehamilan. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dari
beberapa jam sampai beberapa hari kemudian terjadi nyeri
kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan jelas
bersifat ritmis, nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang
menetap disertai perasaan tertekan dipanggul, atau rasa tidak
nyaman atau nyeri tumpul digaris tengah suprapubis. Kadang-
kadang terjadi perdarahan ringan selama beberapa mgg .
Dalam hal ini perlu diputuskan apakah kehamilan dapat
dilanjutkan.
Pathway
Pemeriksaan penunjang
• Ultrasonografi (USG) Tranvaginal dan Observasi Denyut
Jantung Janin
• Kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) Kuantitatif
Serial
• Pemeriksaan kadar progesterone
• Tes kehamilan dengan hasil positif bila janin masih hidup,
bahkan 2-3 mgg setelah abortus
• Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed
abortus
Penatalaksanaan
• Tirah baring total
• Jangan melakukan aktifitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
• Jika perdarahan berhenti, lakukan asuhan antenatal seperti biasa,
lakukan penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus
berlangsung, nilai kondisi janin (uji kehamilan atau USG ) Jika perdarahan
berlanjut, khusunya jika ditemukan uterus yang lebih besar dari yang
diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau mola
• Abstinensia sering kali dianjurkan dalam penanganan abortus imminens,
karena pada saat berhubungan seksual, oksitosin disekresi oleh putting
atau akibat stimulasi klitoris, selain itu prostaglandin E dalam semen
dapat mempercepat pematangan serviks dan meningkatkan kolonisasi
mikroorganisme di vagina.
• Relaksan Otot Uterus
• Profilaksis Rh (rhesus)
Konsensus menyarankan pemberian immunoglobulin anti-D pada kasus
perdarahan setelah 12mgg kehamilan atau kasus dengan perdarahan gejala
berat mendekati 12mgg.
Komplikasi
• Perdarahan
• Infeksi
• Syok
(Syaifudin. Bari Abdul,2009)
Masalah keperawatan
• Hipovolemia b.d perdarahan
• Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Intervensi
Dx 1
Kriteria hasil
• Output urine meningkat
• Frekuensi nadi membaik
• Tekanan darah membaik
• Tekanan nadi membaik 
Intervensi
Obs
• Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, volume
urin menurun)
• Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
• Hitung kebutuhan cairan
• Berikan asupan cairan oral
Edukasi
• Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
• Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian cairan IV Isotonis (mis. NaCl, RL)
Dx 2
Kriteria hasil
• Keluhan nyeri menurun
• Meringis menurun
• Sikap protektif menurun
• Gelisah menurun
• Kesulitan tidur menurun
Intervensi
Obs
• Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi, frekuensi
• Identifikasi skala nyeri
Terapeutik
• Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
• Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
• Jelaskan penyebab,pemicu nyeri
Kolaborasi
• Kolaborasi pemberian analgetik
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai