Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN KASUS “TRAUMA THORAKS”

PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA

(GATHUT P. S.Kep, Nrs, M.Kep) (YOSHITA EKA P)


A. Definisi
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
system pernafasan (Marc Eckstein, 2014).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada
dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi
mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan
sistem pernapasan (Rendy, 2012).
B. Etiologi
Trauma dada dapat disebabkan oleh (Ekpe & Eyo, 2014):
1. Tension pneumothorak-trauma dada pada selang dada, penggunaan therapy ventilasi mekanik
yang berlebihan, penggunaan balutan tekan pada luka dada tanpa pelonggaran balutan.
2. Pneumothorak tertutup-tusukan pada paru oleh patahan tulang iga, ruptur oleh vesikel flaksid
yang seterjadi sebagai sequele dari PPOM.Tusukan paru dengan prosedur invasif.
3. Kontusio paru-cedera tumpul dada akibat kecelakaan kendaraan atau tertimpa benda berat.
4. Pneumothorak terbuka akibat kekerasan (tikaman atau luka tembak)
5. Fraktu tulang iga
6. Tindakan medis (operasi)
7. Pukulan daerah torak.
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada Aleassa, et al., 2013 ;
1. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.
2. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.
3. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.
4. Dyspnea, takipnea
5. Takikardi
6. Tekanan darah menurun.
7. Gelisah dan agitasi
8. Kemungkinan cyanosis.
9. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.
10. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

D. Pemeriksaan Penunjang

1. Radiologi : X-foto thoraks 2 arah (PA/AP dan lateral)


2. Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
3. Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
4. Hemoglobin : mungkin menurun.
5. Pa Co2 kadang-kadang menurun.
6. Pa O2 normal / menurun.
7. Saturasi O2 menurun (biasanya).
8. Toraksentesis : menyatakan darah/cairan.
9. Bila pneumotoraks < 30% atau hematothorax ringan (300cc) terap simtomatik,
observasi.
10. Bila pneumotoraks > 30% atau hematothorax sedang (300cc) drainase cavum pleura
dengan WSD, dainjurkan untuk melakukan drainase dengan continues suction unit.
11. Pada keadaan pneumothoraks yang residif lebih dari dua kali harus dipertimbangkan
thorakotomi
12. Pada hematotoraks yang massif (terdapat perdarahan melalui drain lebih dari 800 cc
segera thorakotomi.(Hudak, 2015)

E. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%, pneumotoraks 5%,
hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum 20%. Dimana 50-60% pasien
dengan kontusio pulmonum yang berat akanmenjadi ARDS. Walaupun angka kematian
ARDS menurun dalam decadeterakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi
trauma toraks yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
- Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks yangpaling
sering terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding toraks,perdarahan masif dapat
terjadi karena robekan pada pembuluh darah pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah
interkosta.
15
- Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung maupuntidak
langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah nyeri, yang meningkat pada
saat batuk, bernafas dalam atau pada saat bergerak.

- Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang berdekatan patah
baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah kostokondral.

- Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering kalidisertai
dengan fraktur kosta multipel.

- Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang palingumum
terjadi.

- Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks pada trauma
tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi dada tiba - tiba menyebabkan
terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar yang dapat menyebabkan rupture alveolus.
Gejala yang paling umum pada Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu

F. Penatalaksanaan
1. Bullow Drainage / WSD
Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :
a. Diagnostik :
Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat
ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam
shock.
b. Terapi :
Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga "mechanis of breathing" dapat
kembali seperti yang seharusnya.
c. Preventive :
Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanis of breathing" tetap baik.
2. Perawatan WSD dan pedoman latihanya :
a. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.
Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari
sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian masuknya
slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.
b. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat
akan diberi analgetik oleh dokter.
c. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :
 Penetapan slang.
Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak
terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.
 Pergantian posisi badan.
Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh
bantal di bawah lengan atas yang cedera.
d. Mendorong berkembangnya paru-paru.
 Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.
 Latihan napas dalam.
 Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.
 Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.
e. Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.
Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika
perdarahan dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi.
Jika banyaknya hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara
bersamaan keadaan pernapasan.
f. Suction harus berjalan efektif :
Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2
jam selama 24 jam setelah operasi.
 Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna
muka, keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.
 Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika
suction kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2
terlentang atau 1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di
cari penyababnya misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang
bengkok atau alat rusak, atau lubang slang tertutup oleh karena
perlekatanan di dinding paru-paru.
g. Perawatan "slang" dan botol WSD/ Bullow drainage.
o Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang
keluar kalau ada dicatat.
o Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya
gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.
o Penggantian botol harus "tertutup" untuk mencegah udara masuk yaitu
meng"klem" slang pada dua tempat dengan kocher.
o Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan
slang harus tetap steril.
o Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri,
dengan memakai sarung tangan.
o Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada,
misal : slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll.
h. Dinyatakan berhasil, bila :
o Paru sudah mengembang penuh pada pemeriksaan fisik dan radiologi.
o Darah cairan tidak keluar dari WSD / Bullow drainage.
o Tidak ada pus dari selang WSD.
3. Therapy
 Chest tube / drainase udara (pneumothorax).
 WSD (hematotoraks).
 Pungsi.
 Torakotomi.
 Pemberian oksigen.
 Antibiotika.
 Analgetika.
 Expectorant. (Hudak, 2015)

G. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasipernapasan
yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot -otot pernapasan diikuti
dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative dari intratoraks. Proses ini
menyebabkan masuknya udara pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks
mempengaruhi strukur - struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks.
Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot yang
terkait (Sudoyo, 2011).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi oleh darah
ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru termasuk paru – parudan
jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma
dan pneumokel.Mediastinum termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks,
cabang trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi
vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme
jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya maupun
kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks (Sudoyo, 2011).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa faktor,
antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari 13 cedera, cedera lain yang
terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang mendasari. Pasien – pasien trauma toraks
cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara
sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2011).
H. PAHTWAY

Trauma tajam / tumpul



Thorak

Cedera jaringan lunak, cedera / hilangnya kontinuasistruktur

Perdarahan jaringan interstitium, perdarahan intra alveola,
kolaps arteri & arteri – arteri kecil, hgg tahanan
perifer pembuluh darah paru meningkat

Reasorbsi darah oleh pleura tidak memadai / tidak optimal

Ekspansi paru ◄ Hemathorak ► Akumulasi dlm vakum pleura
▼ ▼ ▼
G.g ventilasi Merangsang reseptor Pemasangan WSD
▼ nyeri pd pleura vaseralis ▼
& parietalis Thorakdrais bergeser
POLA NAPAS TIDAK ▼ ▼
EFEKTIF Merangsang reseptor nyeri pd periver kulit
▼ ▼
Diskontinuitas jar.

Edema tracheal / faringeal NYERI AKUT RESIKO INFEKSI


peningkatan produksi secret KERUSAKAN
& penurunan kemampuan INTREGITAS KULIT
batuk efektif
Ketidak efektifan
bersihan jln napas (Sudoyo, 2011)

I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif b/d defomitas dinding dada
2. Nyeri akut b/d pencedera fisik
3. Resiko infeksi b/d kerusakkan intregitas kulit

J. INTEVENSI
1. DX 1 POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF B/D DEFOMITAS DINDING DADA
OBS.
1. Monitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor adanya sumbaan jalan napas
4. Auskultasi bunyi napas
TERAPEUTIK
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
EDUKASI
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2. DX 2 NYERI AKUT B/D PENCEDERA FISIK


OBS.
1. Identidikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
2. Indentifikasi skala nyeri
3. Indentifikasi faktor yang memperberat rasa nyeri
TERAPEUTIK
1. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol ling. Yng memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi tidur
EDUKASI
1. Jelaskan penyeba dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
KOLABORASI
1. Kolaborasi pemberian analgetik

3. DX 3 RESIKO INFEKSI B/D KERUSAKKAN INTREGITAS KULIT


OBS.
1. Monitor tanda & gejala infeksi lokal & sistemik
TEAPEUTIK
1. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Perhatikan teknik aseptik pada pasien beresiko tinggi
EDUKASI
1. Jelaskan tanda & gejala infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Trauma Thoraks dalam http://nurse87.wordpress.com/2013/04/28/asuhan-keperawatan-trauma-


dada/ diakses tanggal 01 juli 2013

Kegawatdaruratan Trauma Dada dalam http://ruslanpinrang.blogspot.com/2011/03/trauma-


thorax-trauma-dada-bagian-i.html diakses tanggal 01 juli 2011

Penatalaksanaan Trauma Dada dalam http://asuhan-keperawatan-


patriani.blogspot.com/2012/07/askep-trauma-dada.html diakses tanggal 02 juli 2012

Satyanegara; Editor, L. Djoko Lestiono.Ilmu Bedah Syaraf Edisi III. Jakarta : Garamedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai