Anda di halaman 1dari 3

    PENGKAJIAN

A.       Pengkajian Primer

1.      AIRWAY

Trauma laring dapat bersamaan dengan trauma thorax.walaupun gejala kinis yang ada kadang tidak
jelas, sumbatan airway karena trauma laring merupakan cidera laring yang mengancam nyawa.
Trauma pada dada bagian atas, dapat menyebabkan dislokasi ke area posterior atau fraktur dislokasi
dari sendi sternoclavicular. Penanganan trauma ini dapat menyebabkan sumbatan airway atas.
Trauma ini diketahui apabila ada sumbatan napas atas (stridor), adanya tanda perubahan kualitas
suara dan trauma yang luas pada daerah leher akan menyebabkan terabanya defek pada regio sendi
sternoclavikula. penanganan trauma ini paling baik dengan reposisitertutup fraktur dan jika perlu
dengan intubasi endotracheal.

2.      BREATHING

Dada dan leher penderita harus terbuka selama dilakukan penilaian breathing dan vena-vena leher.
Pergerakan pernapasan dan kualitas pernapasan pernapasan dinilai dengan diobservasi, palpasi dan
didengarkan. Gejala yang terpenting dari trauma thorax adalah hipoksia termasuk peningkatan
frekuensi dan perubahan pada pola pernapasan, terutama pernapasan yang dengan lambat
memburuk. Sianosis adalah gejala hipoksia yang lanjut pada penderita. Jenis trauma yang
mempengaruhi breathing harus dikenal dan diketahui selama primary survey.

3.      CIRCULATION

Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas, frekuensi dan keteraturannya. Tekanan darah dan
tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer dinilai melalui inspeksi dan palpasi kulit untuk warna
dan temperatur. Adnya tanda-tanda syok dapat disebebkan oleh hematothorax masif maupun
tension pneumothorax. Penderita trauma thorax didaerah sternum yang menunjukkan adanya
disritmia harus dicurigai adanya trauma miokard.

e.    Open Pneumothorak

Usaha pertama jika open pneumothorad adalah menutup lubang pada dinding dada ini sehingga
open pneumothorax menjadi closed pneumothrax (tertutup). Prinsip penutupan bersih. Harus
segera ditambahkan bahwa apabila selain lubang pada dinding dada, juga ada lubang pada paru,
maka usaha menutuo lubang ini secara total (occlusive dressing) dapat mengkibatkan terjadinya
tension pneumothorax.
Dengan demikian maka yang harus dilakukan adalah :

a)    Menutup dengan kasa 3 sisi. Kasa ditutup dengan plaster pada 3 sisinya, sedangkan pada sisi yang
atas dibiarkan terbuka (kasa harus dilapisi zalf/soffratule pada sisi dalamnya supaya kedap udara).

b)   Menutup dengan kasa kedap udara. Apabila dilakukan cara ini maka harus sering dievaluasi paru.
Apabila ternyata timbul pada tension pneumothorax maka kasa harus dibuka,

c)    Pada luka yang besar dapat dipakai plastik infus yang digunting sesuai ukuran.

f.     Tension Pneumothorax

Penatalaksanaan tension pneumothorax adalah dengan dekompresi “needle thoracosintesis”, yakni


menusuk dengan jarum besar pada ruang interncostal 2 pada garis midclavicularis. Terapi definitif
dengan pemasangan selang dada (chest tube) pada sela iga ke 5 diantara garis axillaris dan
misaxillaris.

g.    Hemathorax Masif

Jika klien mengalami hematothorax masif harus segera dibawa ke rumah sakit untuk dilakukan
tindakan operatif. Terapi awal yang harus dilakukan adalah penggantian volume darah yang
dilakukan bersama dengan dekompresi rongga pleura dan kebutuhan thorakotomi diambil bila
didapatkan kehilangan darah awal lebih dari 1500 ml atau kehilangan darah terus menerus 200
cc/jam dalam waktu 2-4 jam.

h.    Flaill Chest

Terapi awal meliputi pemberian oksigen yang adekuat, pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
resusitasi cairan. Sesak nafas berat akibat kerusakan perenkim paru mungkin harus dilakukan
ventilasi tambahan. Di rumah sakit akan dipasang respirator apabila analisis gas darah menujukkan
pO2 yang rendah atau pCO2 yang tinggi.

i.      Tamponade Jantung

Pemasangan CVP dan USG abdomen dapat dilakukan pada penderita temponade jantung tetapi
tidak boleh menghambat untuk dilakukannya resusitasi. Metode yang cepat untuk menyelamatkan
penderita ini adalah dilakukan pericardiosintesis (penusukan rongga perikardium) dengan jarum
besar untuk mengeluarkan darah tersebut. Tindakan definitif adalah dilakukan perikardiotomi yang
dilakukan oleh ahli bedah.
B.       Pengkajian Sekunder

Pengkajian pasien dengan trauma thoraks (Doenges, 2000) meliputi :

a.    Aktivitas istirahat

Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.

b.    Sirkulasi

Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah, tanda Homman ; TD :
hipotensi/hipertensi ; DVJ.

c.    Integritas ego

Tanda : ketakutan atau gelisah.   

d.   Makanan dan cairan

Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.

e.    Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : nyeri uni lateral, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajam dan nyeri, menusuk-
nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.

Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi, mengkerutkan wajah.

f.     Keamanan
Gejala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk keganasan.

g.    Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat factor risiko keluarga, TBC, kanker ; adanya bedah intratorakal/biopsy paru

Anda mungkin juga menyukai